Tugas Kelompok
OKTOBER, 2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat–Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah–Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Problem Based Learning Patient Safety (Ketepatan
Identifikasi Pasien)”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah “Problem Based Learning Patient
Safety (Ketepatan Identifikasi Pasien)” Akhir kata kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. 1
2.6 Faktor yang mempengaruhi proses identifikasi pasien dengan tepat ..... 10
2
BAB I
PENDAHULUAN
Patient safety adalah pasien bebas dari cidera yang tidak seharusnya
terjadi atau bebas dari cidera yang potensial akan terjadi. Keselamatan
pasien di rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman (Sakit, 2015). Hal ini menjadi salah satu
indikator penting dalam standar pelayanan kesehatan keperawatan, karena
dengan diterapkan sistem patient safety dengan baik, maka dapat diukur
kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Mencegah
terjadimya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan
adalah tujuan keselamatan pasien di rumah sakit (Depertemen Kesehatan,
2006).
Patient safety merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan di rumah
sakit dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit.
Rumah sakit membutuhkan pengakuan dari masyarakat. Departemen
Kesehatan RI telah mencanangkan Gerakan Keselamatan Pasien Rumah
Sakit sejak tahun 2005. Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI)
menjadi pemprakarsa utama dengan membentuk Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit. Keselamatan Pasien Rumah Sakit/Hospital Patient
Safety adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman. Hal ini termasuk: asesmen risiko; identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien; pelaporan dan analisis
insiden; kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
3
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. (PERMENKES RI No.1691/Menkes/PER/VIII/2011).
Kecelakaan bisa terjadi di semua unit rumah sakit yang terkait dengan
pelayanan pasien, salah satunya mengenai ketepatan identifikasi pasien.
Berdasarkan Sasaran I Keselamatan Pasien pada Standar SARS 2012 yang
menyebutkan bahwa ketepatan identifikasi pasien sangat penting dengan
maksud untuk mengidentifikasi pasien sebagai individu yang dimaksud
untuk mendapatkan pelayanan atau pengobatan dan untuk mencocokkan
pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut. Kebijakan dan/atau
prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang
pasien, seperti nama pasien, nomor identifikasi (umumnya digunakan
nomor Rekam Medis (RM), tanggal lahir, gelang identitas, barcode) atau
dengan cara lain. Identifikasi pasien dengan benar dan tepat adalah salah
satu cara agar lebih teliti dalam memberikan pelayanan kepada pasien agar
tidak terjadi kesalahan. Dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di
RS sekarang diadakan program keselamatan pasien untuk kenyamanan
pasien yang sedang berobat (KKP-RS, 2006).
a. Tujuan Umum
Mahasiswa/I mengetahui, dan memahami mengenai patient safety di
Rumah Sakit.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa/I mengetahui dan memahami mengenai pengertian
pastient safety.
4
2. Mahasiswa/I mengetahui dan memahami bagaimana cara
mengidentifikasi ketepatan dalam identifikasi pasien.
3. Mahasiswa/I mampu menganalisis penyelesaian yang ideal terkait
ketepatan identifikasi pasien dari sisi teori.
4. Mahasiswa/I dapat mengaplikasikannya ketika sudah bekerja.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
kematian (Dale and Renner, 1997). Gelang identifikasi dibedakan dalam
beberapa warna dengan tujuan yang berbeda-beda, yaitu :
1. Pink : pasien dengan jenis kelamin perempuan
2. Biru : pasien dengan jenis kelamin laki-laki
3. Merah : semua pasien yang memiliki alergi obat
4. Kuning : semua pasien dengan risiko jatuh
Ada 3 hal yang wajib ada pada gelang pengenal pasien(biru dan pink)
untuk mengidentifikasi pasien, yaitu : nama lengkap pasien, tanggal lahir
dan nomor rekam medis. Sedangkan untuk gelang alergi (merah) ada 4 hal
yang wajib dicantumkan, yaitu: nama lengkap, umur, nomor rekam medis
dan jenis alergi pasien.
7
seorang pasien, seperti nama pasien, nomor identifikasi umumnya
digunakan nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas atau cara
lain. Nomor kamar atau lokasi pasien tidak bisa digunakan untuk
identifikasi.
8
h. Menyediakan protocol yang jelas untuk mempertanyakan hasil
laboratorium atau temuan tes lain ketika mereka tidak konsisten
dengan riwayat klinis pasien.
i. Menyediakan pemeriksaan berulang dan review dalam rangka
untuk mencegah multiplikasi otomatis dari kesalahan entri pada
komputer.
2. Memasukkan ke dalam program pelatihan atau orientasi tenaga
kesehatan tentang prosedur pemeriksaan/verifikasi identitas pasien.
3. Mendidik pasien tentang pentingnya dan relevansi identifikasi pasien
yang benar dengan cara yang positif yang juga menghormati
kekhawatiran untuk privasi.
9
8. Peningkatan beban kerja staf dan waktu yang dihabiskan yang bukan
untuk perawatan pasien
9. Kesalahan mengetik dan memasukkan data pasien saat mendaftar
pasien dalam system komputerisasi
10. Masalah budaya, termasuk :
a. Stigma terkait dengan penggunaan gelang identifikasi
b. Resiko tinggi kesalahan identifikasi pasien karena nama struktur,
kemiripan nama dan ketidakakuratan tanggal lahir untuk pasien
usis lanjut
c. Pasien yang menggunakan kartu kesehatan milik orang lain dalam
rangka untuk mengakses layanan kesehatan
d. Pakaian yang menutupi identitas
e. Kurangnya keakraban nama lokal dengan meningkatkan jumlah
petugas kesehatan asing
11. Kurangnya penelitian data alas an ekonomi mengenai analisis biaya
manfaat atau laba investasi (ROI) untuk melaksanakan rekomendasi
tersebut
10
3. Masalah dalam komunikasi, Permasalahan yang terkait dengan
hambatan komunikasi adalah hambatan bahasa komunikasi, kondisi
pasien serta kegagalan serah terima tugas
11
BAB III
PEMBAHASAN
12
pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien , tingkat
pendidikan perawat pelaksana dengan pelaksanaan
ketepatan identifikasi pasien, dan ada hubungannya
antara lama kerja perawat pelaksana dengan
pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di ruang
rawat inap RS X.
Teori Terkait : Menurut The Joint Commision International (JCI)
tahun 2011, Keselamatan pasien memiliki 6 sasaran
dalam keselamatan pasien. Sasaran keselamatan
pasien tersebut salah satunya adalah ketepatan
identifikasi pasien. Identitas pasien merupakan standar
keselamatan pasien yang sangat penting. Standar ini
mengharuskan rumah sakit mengembangkan
pendekatan untuk memperbaiki atau meningkatkan
ketelitian dalam identifikasi pasien.
Kesimpulan : Umur individu mempengaruhi kondisi fisik, mental,
kemampuan kerja, tanggung jawab, dan cenderung
absensi. Sebaliknya, karyawan yang umurnya lebih
tua kondisi fisiknya kurang, tetapi bekerja ulet, dan
mempunyai tanggung jawab yang lebih besar. Jika
dikaitkan dengan tingkat pendidikan yang lebih
didominasi D3 Keperawatan maka dapat disimpulkan
pada umur dewasa awal ini mempunyai peluang untuk
berubah kearah lebih baik dalam melaksanakan
ketepatan identifikasi pasien yang dapat meningkatkan
keselamatan pasien.
Daftar Pustaka : Sunarti Swastikarini. 2018. Hubungan Umur, Tingkat
Pendidikan, dan Lama Kerja Perawat Pelaksana
dengan Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi Pasien di
Ruang Rawat Inap. Jurnal Ilmiah STIKes Kendal
13
Volume 8 No 2, Hal 75-81
Judul Artikel 2 : Pengaruh Penyuluhan Identifikasi Pasien dengan
Menggunakan Media Audiovisual Terhadap
Pengetahuan Pasien Rawat Inap
Tahun Terbit : 2019
Kasus : Guesthi et al, (2016) menemukan bahwa prevalensi
keselamatan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Bekasi dari bulan September 2015 sampai
dengan Maret 2016 ditemukan sebanyak 12,1%
Kejadian Tidak Dihadarapkan (KTD), 42,3% Kejadian
Nyaris Cidera (KNC), 41,4% Kejadian Potensial
Cidera (KPC). Dari data tersebut Kejadian Nyaris
Cedera (KNC) merupakan kejadian yang paling sering
terjadi, 42,3% Kejadian Nyaris Cidera (KNC) yang
terjadi disebabkan oleh adanya kesalahan identifikasi
pasien sebanyak 63,5% (Hendro, 2012)
Hasil Analisa : Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien sebelum
mendapatkan penyuluhan adalah 40 orang pasien
dalam kategori pengetahuan cukup dan 80 orang
pasien dalam kategori pengetahuan kurang. Setelah
dilakukan penyuluhan dengan menggunakan media
audiovisual jumlah pasien dalam kategori pengetahuan
mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat sebanyak
12 orang pasien masuk dalam kategori pengetahuan
baik, yang sebelumnya tidak ada pasien yang
dikategorikan memiliki pengetahuan baik. 68 orang
pasien dikategorikan dalam pengetahuan cukup. Hasil
ini menunjukkan Adanya perbedaan jumlah pasien
dalam kategori pengetahuannya sebelum dan sesudah
diberikan penyuluhan tentang pelaksanaan identifikasi
14
pasien dengan menggunakan media audiovisual.
Teori Terkait : Keamanan pelayanan di rumah sakit salah satunya
dimulai dari ketepatan identifikasi pasien. Kesalahan
identifikasi pasien diawal pelayanan akan berdampak
pada kesalahanan pelayanan pada tahap selanjutnya
(WHO, 2009). Proses identifikasi pasien perlu
dilakukan dari sejak awal pasien masuk rumah sakit
yang kemudian identitas tersebut akan selalu
dikonfirmasi dalam segala proses di rumah sakit,
seperti saat sebelum memberikan obat, darah atau
produk darah atau sebelum mengambil darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan. Sebelum
pengobatan dan tindakan atau prosedur.
Kesimpulan : Penyuluhan tentang pelaksanaan identifikasi pasien
yang diberikan dengan menggunakan media
audiovisual dapat meningkatkan pengetahuan pasien
di rumah sakit Universitas Sumatera Utara. Media
audiovisual merupakan salah satu media yang baik
untuk digunakan sebagai media dalam penyuluhan
kesehatan karena melibatkan pendengaran dan
penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan.
Daftar Pustaka : Roymond H. Simamora. 2019. Pengaruh Penyuluhan
Identifikasi Pasien dengan Menggunakan Media
Audiovisual Terhadap Pengetahuan Pasien Rawat
Inap. Jurnal Keperawatan Silampari Volume 3,
Nomor 1, Desember 2019
Judul Artikel 3 : Analisis Faktor Faktor yang Berhubungan dengan
Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi Pasien oleh
Perawat Pelaksana
Tahun Terbit : 2019
15
Kasus : Lembaga Nasional Keselamatan pasien di Inggris
tahun 2003-2005 melaporkan 236 kejadian near miss
berhubungan dengan kehilangan gelang identitas dan
informasi yang salah pada gelang identitas (Anggreini,
2014). Kesalahan identifikasi juga ditemukan pada
lebih 100 analisa akar masalah pada tahun 2000 - 2003
oleh United States Departement of Veterans Affair
(VA) National Center for Patient Safety.NSQHS
Australia mencatat adanya 10 kejadian akibat
kesalahan pasien atau anggota badan yang salah yang
berdampak kematian atau kehilangan fungsi secara
permanen selama tahun 2009- 2010.Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Joint Commission International
di Amerika Serikat menemukan adanya kesalahan
dalam mengidentifikasi pasien mencapai 13% dari
kasus bedah dan 67% kesalahan identifikasi pasien
dalam memberikan tranfusi darah, dari 67% kesalahan
tranfusi darah 11 orang diantaranya meninggal.
(Meeting The International Patient safety Goals,
2010).
Laporan insiden keselamatan pasien rumah sakit di
Indonesia tahun 2015 melaporkan Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD) sebanyak 278 kasus, Kejadian
Nyaris Cidera (KNC) sebanyak 153 kasus dan
Kejadian Tidak Cidera (KTC) sebanyak 194 kasus.
Berdasarkan akibat insiden didapatkan 390 kasus tidak
cidera, 112 kasus cidera ringan, 97 kasus cidera
sedang, 7 kasus cidera berat, dan 19 kasus berujung
pada kematian. Berdasarkan Laporan Peta Nasional
Insiden Keselamatan Pasien (Kongres PERSI
September 2007), kesalahan dalam pemberian obat
16
menduduki peringkat pertama (24.8%) dari 10 besar
insiden yang dilaporkan (Mulyana,2013).
Hasil Analisa : Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
didapatkan bahwa tingkat pengetahuan perawat
pelakaksana tentang pelaksanaan identifikasi pasien di
ruang rawat inap RS X sebagian besar tinggi (76,5%).
bersikap positip (54,2%), dan memiliki motivasi
sebagian besar baik (55,4%).
Hasil analisis tentang hubungan faktor manajemen dan
organisasi perawat pelaksana dengan pelaksanaan
ketepatan identifikasi pasien di ruang rawat inap RS X
menggunakan uji chi square diperoleh nilai p value
sebesar 0,018. Hasil menunjukan ada hubungan antara
faktor manajemen dan organisasi dengan pelaksanan
ketepatan identifikasi pasien oleh perawat pelaksana
di ruang rawat inap RS X, dimana manajemen
organisasi yang baik akan meningkatkan pelaksanan
ketepatan identifikasi pasien sebanyak 2,223 kali.
Teori Terkait : Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Matthews (2013) tentang pengaruh
lingkungan kerja perawat pada keselamatan pasien
dengan menggunakan PES-NWI menunjukkan bahwa
lingkungan kerja perawat yang positif terbukti secara
signifikan mempengaruhi hasil keselamatan pasien.
Hal ini sejalan dengan Patricia (2007) tentang kondisi
kerja perawat dan hasil dari pelaksanaan keselamatan
pasien didapatkan nilai p yang menyatakan bahwa
meningkatnya kondisi kerja perawat dapat
mempromosikan keselamatan pasien.
Menurut Landy& Conte (2008) dalam WHO (2009)
mengatakan bahwa faktor organisasi dan manajerial
17
yang dapat mempengaruhi keselamatan pasien adalah
budaya keselamatan, manajemen dan kepemimpinan,
dan komunikasi. Sedangkan menurut Ridelberg,
Roback, Nilsen (2014) faktor oraganisasi dan
manajemen yang berpengaruh terhadap pelaksanaan
keselamatan pasien adalah kepemimpinan dimana
menjadi faktor penting dalam memfasilitasi dalam
pelaksanaan keselamatan pasien, begitu juga dengan
sumber daya keuangan.
Kesimpulan : Karkteristik perawat pelaksana di ruang rawat inap RS
X yaitu mayoritas umur perawat pelaksana berada
pada rentang umur 26-35 tahun , mayoritas perawat
pelaksana berjenis kelamin perempuan, mayoritas
tingkat pendidikan D III Keperawatan dan lama kerja
mayoritas > 5 tahun. Pelaksanaan ketepatan
identifikasi pasien oleh perawat pelaksana kurang
baik. Faktor individu: tingkat pengetahuan perawat
pelaksana tentang pelaksanaan identifikasi pasien
tinggi, sikap perawat pelaksana dalam pelaksanaan
ketepatan identifikasi pasien berada pada rentang
positif dan motivasi perawat pelaksana dalam
pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien baik.
Faktor tim menurut persepsi perawat pelaksana dalam
pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien baik. Faktor
tugas dan teknologi menurut persepsi perawat
pelaksana dalam pelaksanaan ketepatan identifikasi
pasien kurang baik. Faktor lingkungan kerja menurut
persepsi perawat pelaksana dalam pelaksanaan
identifikasi pasien kurang baik. Faktor manajemen dan
organisasi menurut persepsi perawat pelaksana dalam
pelaksanaan identifikasi pasien baik. Terdapat
18
hubungan yang signifikan antara faktor individu
(tingkat pengetahuan dan sikap) dengan pelaksanaan
ketepatan identifikasi pasien. Tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara faktor individu (motivasi)
dengan pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien.
Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor tim
dengan pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien.
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor
tugas dan teknologi dengan pelaksanaan ketepatan
identifikasi pasien. Terdapat hubungan yang
signifikan antara faktor lingkungan kerja dengan
pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien. Terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor manajemen
dan organisasi dengan pelaksanaan ketepatan
identifikasi pasien. Faktor lingkungan kerja yang
paling berhubungan dengan pelaksanaan ketepatan
identifikasi pasien.
Daftar Pustaka : AHRQ (2003), Publication No. 07-E005. Rockville,
MD: Agency for Healthcare Research and Quality.
Maret: 151. www.ahrq.gov, diakses tanggal 23
Oktober 2022
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
20
memberikan tindakan kepada pasien dengan menegakkan prinsip aseptik.
Selain itu, ketika ada mahasiswa praktek yang melakukan tindakan
keperawatan yang beresiko harus didampingi oleh perawat agar tidak
terjadi kesalahan dalam keselamatan pasien.
21
DAFTAR PUSTAKA
AHRQ (2003), Publication No. 07-E005. Rockville, MD: Agency for Healthcare
Research and Quality. Maret: 151. www.ahrq.gov, diakses tanggal 23
Oktober 2022
22