Anda di halaman 1dari 23

PROBLEM BASED LEARNING PATIENT SAFETY

(KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN)


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kulia Manajemen Keperawatan

Tugas Kelompok

Di susun oleh : Kelompok 1

Cheila Azka. Z 4002200050 Marlinda Fajriati 4002200005

Danena Putri. N 4002200053 Mesya Dwi Agustin 4002200039

Defi Yulianti 4002200007 M. Jihan Febi. K 4002200040

Eva Fitri Fauziah 4002200029 Novita Sari 4002200011

Fadilatunisa 4002200037 Rifaldi Muhammad 4002200038

Fita Dahulai 4002200012 Septi Astri Ayuni 4002200020

Hamzah Fadillah 4002200003 Tsabit Mardiat 4002200023

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

DHARMA HUSADA BANDUNG

OKTOBER, 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat–Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah–Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Problem Based Learning Patient Safety (Ketepatan
Identifikasi Pasien)”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah “Problem Based Learning Patient
Safety (Ketepatan Identifikasi Pasien)” Akhir kata kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Bandung, 20 Oktober 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6

2.1 Pengertian identifikasi pasien ................................................................... 6

2.2 Tujuan identifikasi pasien......................................................................... 7

2.3 Strategi dalam mengidentifikasi pasien .................................................... 8

2.4 Hambatan dalam mengidentifikasi pasien ................................................ 9

2.5 Alur pelaksanaan identifikasi pasien ...................................................... 10

2.6 Faktor yang mempengaruhi proses identifikasi pasien dengan tepat ..... 10

2.7 Akibat kesalahan identifikasi pasien ...................................................... 11

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 12

3.1 Hasil analisis Jurnal ................................................................................ 12

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 20

4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 20

4.2 Saran ....................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Patient safety adalah pasien bebas dari cidera yang tidak seharusnya
terjadi atau bebas dari cidera yang potensial akan terjadi. Keselamatan
pasien di rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman (Sakit, 2015). Hal ini menjadi salah satu
indikator penting dalam standar pelayanan kesehatan keperawatan, karena
dengan diterapkan sistem patient safety dengan baik, maka dapat diukur
kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Mencegah
terjadimya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan
adalah tujuan keselamatan pasien di rumah sakit (Depertemen Kesehatan,
2006).
Patient safety merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan di rumah
sakit dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit.
Rumah sakit membutuhkan pengakuan dari masyarakat. Departemen
Kesehatan RI telah mencanangkan Gerakan Keselamatan Pasien Rumah
Sakit sejak tahun 2005. Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI)
menjadi pemprakarsa utama dengan membentuk Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit. Keselamatan Pasien Rumah Sakit/Hospital Patient
Safety adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman. Hal ini termasuk: asesmen risiko; identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien; pelaporan dan analisis
insiden; kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat

3
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. (PERMENKES RI No.1691/Menkes/PER/VIII/2011).
Kecelakaan bisa terjadi di semua unit rumah sakit yang terkait dengan
pelayanan pasien, salah satunya mengenai ketepatan identifikasi pasien.
Berdasarkan Sasaran I Keselamatan Pasien pada Standar SARS 2012 yang
menyebutkan bahwa ketepatan identifikasi pasien sangat penting dengan
maksud untuk mengidentifikasi pasien sebagai individu yang dimaksud
untuk mendapatkan pelayanan atau pengobatan dan untuk mencocokkan
pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut. Kebijakan dan/atau
prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang
pasien, seperti nama pasien, nomor identifikasi (umumnya digunakan
nomor Rekam Medis (RM), tanggal lahir, gelang identitas, barcode) atau
dengan cara lain. Identifikasi pasien dengan benar dan tepat adalah salah
satu cara agar lebih teliti dalam memberikan pelayanan kepada pasien agar
tidak terjadi kesalahan. Dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di
RS sekarang diadakan program keselamatan pasien untuk kenyamanan
pasien yang sedang berobat (KKP-RS, 2006).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas kami merumuskan “Bagaimana


penyelesaian yang ideal terkait dengan pastient safety tentang ketepatan
identifikasi pasien?"

1.3 Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum
Mahasiswa/I mengetahui, dan memahami mengenai patient safety di
Rumah Sakit.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa/I mengetahui dan memahami mengenai pengertian
pastient safety.

4
2. Mahasiswa/I mengetahui dan memahami bagaimana cara
mengidentifikasi ketepatan dalam identifikasi pasien.
3. Mahasiswa/I mampu menganalisis penyelesaian yang ideal terkait
ketepatan identifikasi pasien dari sisi teori.
4. Mahasiswa/I dapat mengaplikasikannya ketika sudah bekerja.

1.4 Manfaat Penulisan

a. Manfaat bagi Instansi


Makalah ini dapat dijadikan bahan bacaan di perpustakaan dan sebagai
referensi pembelajaran di STIKes Dharma Husada Bandung.
b. Manfaat bagi Penulis
Penulis dapat menambah pengetahuan tentang Patient Safety mengenai
ketepatan identifikasi pasien.
c. Manfaat bagi Pembaca
Penulisan makalah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
pembaca tentang Patient Safety mengenai ketepatan identifikasi pasien.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian identifikasi pasien

Identifikasi merupakan proses pengenalan, menempatkan obyek atau


individu dalam suatu kelas sesuai dengan karateristik tertentu (Bachtiar,
2012). Poerwadarminta (2007) berpendapat bahwa identifikasi adalah
penentuan atau penetapan identitas seseorang atau benda. Identifikasi
adalah penerapan atau penentu ciri-ciri atau keterangan lengkap seseorang
(Hamzah, 2008). Menurut Hardawinati (2003) identifikasi adalah tanda
pengenal diri, penentu atau penetapan identitas seseorang dan pengenalan
tanda-tanda atau karateristik suatu hal berdasarkan pada tanda pengenal.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
identifikasi adalah penempatan atau penentu identitas seseorang atau
benda pada suatu saat tertentu. Sedangkan identifikasi yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah pengecekan ulang data pasien sebelum
melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan pada pasien untuk
kepentingan masa perawatan selama di rumah sakit.
Proses identifikasi ini setidaknya memerlukan dua cara untuk
mengidentifikasi pasien, seperti nama, nomor identifikasi, tanggal lahir
atau gelang berkode. Dalam hal ini nomor kamar atau lokasi tidak
digunakan. Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
memperbaiki/meningkatkan ketelitiam identifikasi pasien, salah satu alat
yang digunakan adalah gelang identitas pasien. Gelang identitas adalah
suatu alat berupa gelang identifikasi yang dipasangkan kepada pasien
secara individual yang digunakan sebagai identitas pasien selama dirawat
di rumah sakit. Ada beberapa tindakan atau prosedur yang membutuhkan
identifikasi pasien, yaitu pemberian obat-obatan, prosedur pemeriksaan
radiologi, intervensi pembedahan dan prosedur invasif lainnya seperti
transfuse darah, pengambilan sampel, transfer pasien dan konfirmasi

6
kematian (Dale and Renner, 1997). Gelang identifikasi dibedakan dalam
beberapa warna dengan tujuan yang berbeda-beda, yaitu :
1. Pink : pasien dengan jenis kelamin perempuan
2. Biru : pasien dengan jenis kelamin laki-laki
3. Merah : semua pasien yang memiliki alergi obat
4. Kuning : semua pasien dengan risiko jatuh

Ada 3 hal yang wajib ada pada gelang pengenal pasien(biru dan pink)
untuk mengidentifikasi pasien, yaitu : nama lengkap pasien, tanggal lahir
dan nomor rekam medis. Sedangkan untuk gelang alergi (merah) ada 4 hal
yang wajib dicantumkan, yaitu: nama lengkap, umur, nomor rekam medis
dan jenis alergi pasien.

2.2 Tujuan identifikasi pasien

Rumah sakit terus mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki


atau meningkatkan ketelitian identifikasi pasien. Kebijakan dan prosedur
secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi,
khususnya proses yang digunakan untuk mengidentifikasi pasien ketika
pemberian obat, darah atau produk darah, pengambilan darah dan
specimen lain untuk pemeriksaan klinis atau memberikan pengobatan atau
tindakan lain. Berdasarkan standar akreditasi rumah sakit tahun 2012
maksud dan tujuan identifiksi pasien yaitu menggunakan cara yang dapat
dipercaya dalam mengidentifikasi pasien sebagai indivisu yang
mendapatkan pelayanan atau pengobatan dan untuk menciocokkan
pelayanan dan pengobatan terhadap individu tersebut. Menurut Peraturan
Menteri kesehatan Nomor 1691, 2011 tujuan dan maksud dari identifikasi
adalah :
2.1 Untuk mengidentifikasi pasien yang akan menerima pelayanan atau
pengobatan
2.2 Kesesuaian atau pengobatan terhadap individu tersebut Kebijakan atau
prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi

7
seorang pasien, seperti nama pasien, nomor identifikasi umumnya
digunakan nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas atau cara
lain. Nomor kamar atau lokasi pasien tidak bisa digunakan untuk
identifikasi.

2.3 Strategi dalam mengidentifikasi pasien

Kegagalan yang sering terjadi pada saat melakukan identifikasi


pasien secara benar akan mengarah kepada tindakan dalam pemberian
obat, pelaksanaan prosedur, pemeriksaan klinis pada orang yang salah.
Dalam rangka meminimalkan resiko tersebut WHO Collaborating Center
for Patient Safety Solutions menerbitkan 9 solusi keselamatan Pasien
Rumah Sakit (World Health Organization et al., 2007), di mana pada
solusi yang kedua adalah identifikasi pasien. Strategi yang ditawarkan
dalam identifikasi pasien tersebut adalah :
1. Pastikan bahwa organisasi kesehatan memiliki system identifikasi
pasien
a. Menekankan bahwa tanggungjawab utama perawat sebelum
melakukan perawatan, pengobatan, pengambilan specimen atau
pemeriksaan klinis harus memastikan identitas pasien secara benar,
b. Mendorong penggunaan setidaknya 2 identitas (nama dan tanggal
lahir)
c. Standarisasi pendekatan untuk identifikasi pasien antara fasilitas
yang berbeda dalam sistem perawatan kesehatan
d. Menyediakan protokol yang jelas untuk mengidentifikasi pasien
dan untuk membedakan identitas pasien dengan nama yang sama.
e. Mendorong pasien untuk berpartisipasi dalam semua tahapan
proses perawatan di rumah sakit.
f. Mendorong pemberian label pada wadah yang digunakan untuk
pengambilan darah dan specimen lainnya.
g. Menyediakan protocol yang jelas untuk menjaga identitas sampel
pasien saat pra-analitis, analitis dan proses pasca- analitis

8
h. Menyediakan protocol yang jelas untuk mempertanyakan hasil
laboratorium atau temuan tes lain ketika mereka tidak konsisten
dengan riwayat klinis pasien.
i. Menyediakan pemeriksaan berulang dan review dalam rangka
untuk mencegah multiplikasi otomatis dari kesalahan entri pada
komputer.
2. Memasukkan ke dalam program pelatihan atau orientasi tenaga
kesehatan tentang prosedur pemeriksaan/verifikasi identitas pasien.
3. Mendidik pasien tentang pentingnya dan relevansi identifikasi pasien
yang benar dengan cara yang positif yang juga menghormati
kekhawatiran untuk privasi.

2.4 Hambatan dalam mengidentifikasi pasien

Dalam proses identifikasi sering ditemukan timbulnya hambatan-


hambatan. Hambatan tersebut akan menimbulkan kegagalan dalam proses
identifikasi. Sebagaimana terdapat dalam 9 Solusi Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (World Health Organization et al.,2007), yaitu :
1. Kesulitan dalam mencapai perubahan perilaku individu untuk
mematuhi rekomendasi, termasuk penggunaan pintas dan
workarounds.
2. Variasi proses antar organisasi dalam geografis daerah
3. Variasi proses di mana mungkin ada fasilitas regional dikelola oleh
praktisi yang sama (misalnya colour code band pergelangan tangan
dengan arti yang berbeda dalam berbagai organisasi)
4. Biaya yang terkait dengan solusi teknis yang potensial
5. Integrasi teknologi dalam organisasi
6. Persepsi penyedia layanan kesehatan dengan pasien
terganggu oleh verifikasi diulang identitas pasien
7. Solusi teknologi yang gagal untuk mempertimbangkan realitas
pengaturan perawatan klinis

9
8. Peningkatan beban kerja staf dan waktu yang dihabiskan yang bukan
untuk perawatan pasien
9. Kesalahan mengetik dan memasukkan data pasien saat mendaftar
pasien dalam system komputerisasi
10. Masalah budaya, termasuk :
a. Stigma terkait dengan penggunaan gelang identifikasi
b. Resiko tinggi kesalahan identifikasi pasien karena nama struktur,
kemiripan nama dan ketidakakuratan tanggal lahir untuk pasien
usis lanjut
c. Pasien yang menggunakan kartu kesehatan milik orang lain dalam
rangka untuk mengakses layanan kesehatan
d. Pakaian yang menutupi identitas
e. Kurangnya keakraban nama lokal dengan meningkatkan jumlah
petugas kesehatan asing
11. Kurangnya penelitian data alas an ekonomi mengenai analisis biaya
manfaat atau laba investasi (ROI) untuk melaksanakan rekomendasi
tersebut

2.5 Alur pelaksanaan identifikasi pasien

Pelaksanaan alur identifikasi pasien tentunya disesuaikan pada


instansi rumah sakit masing-masing.

2.6 Faktor yang mempengaruhi proses identifikasi pasien dengan tepat

Menurut Anggraini et al. (2014), ada 3 hal yang menyebabkan


terjadinya kesalahan identifikasi, yaitu :
1. Kesalahan dalam penulisan meliputi labeling dan kesalahan dalam
pengisian data yang umumnya terjadi pada petugas registrasi.
2. Kesalahan dalam verifikasi, Kesalahan dalam hal verifikasi ini
misalnya prosedur verifikasi tidak ada dan prosedur verifikasi tidak
dilaksanakan

10
3. Masalah dalam komunikasi, Permasalahan yang terkait dengan
hambatan komunikasi adalah hambatan bahasa komunikasi, kondisi
pasien serta kegagalan serah terima tugas

Pendapat yang sama juga disampaikan dari laporan Departemen Kesehatan


Autralia Barat, bahwa hal yang berkontribusi dalam kesalahan identifikasi
adalah masalah komunikasi, kurang disiplin penerapan prosedur/checklist
operasi dan kegagalan dalam penerapan prosedur pemeriksaan yang benar
(Snowball, 2014). Prinsip pencegahan kesalahan yang dapat dilakukan
meliputi (Anggraini et al., 2014):

a. Membuat kebijakan dalam rangka mengurangi kesalahan identifikasi


b. Memberikan pelatihan dalam prosedur verifikasi melalui orientasi dan
pendidikan berkelanjutan
c. Melibatkan secara aktif pasien dan keluarga dengan cara memberikan
edukasi tentang resiko.

2.7 Akibat kesalahan identifikasi pasien

Kelalaian rumah sakit terutama petugas kesehatan dalam memberikan


pelayanan kesehatan pada pasien dapat mengakibatkan dampak yang
negatif bagi pasien. Dampak tersebut mulai dari cidera, cacat fisik, cacat
permanen, bahkan sampai kematian. Kesalahan atau kelalaian yang terjadi
dapat disebabkan oleh kesalahan manusia, kesalahan prosedur, salah
diagnose dan juga salah dalam memberikan obat (Yahya, 2006).
Kesalahan identifikasi pasien merupakan hal yang memiliki hubungan erat
dengan bahaya atau potensi yang berbahaya ketika menghubungkan
individu tertentu dalam sebuah tindakan atau dalam pelayanan kesehatan.
Kesalahan identifikasi pasien memiliki potensi untuk menimbulkan
terjadinya insiden keselamatan pasien antara lain adverse event atau
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), near miss atau Kejadian Nyaris
Cedera (KNC), Kejadian Potensial Cedera (KPC) dan Kejadian Tidak
Cedera (KTC)

11
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Hasil analisis Jurnal

Judul Artikel 1 : Hubungan Umur, Tingkat Pendidikan, dan Lama


Kerja Perawat Pelaksana dengan Pelaksanaan
Ketepatan Identifikasi Pasien di Ruang Rawat Inap.
Tahun Terbit : 2018
Kasus : Data insiden keselamatan pasien di Rumah Sakit X
Malang periode bulan Januari sampai dengan
Semptember 2013 tercatat dari KTD (8%), KNC (1%),
serta KTC (91%). Dari 76 insiden yang dilaporkan
tersebut ditemukan adanya kesalahan identifikasi
pasien sebanyak 89 kali dengan rerata 18 kali per
bulan.
Hasil Analisa : Dari data yang kami peroleh diketahui bahwa
Kesalahan identifikasi pasien dapat berakibat fatal,
misalnya kematian dan sebagai pemicu kesalahan
lainnya. Berbagai bentuk kesalahan identifikasi pasien
tersebut meliputi pemberian obat, pembedahan,
pemeriksaan patologi anatomi, pemeriksaan imaging,
pemberian transfuse, pengambilan specimen pada
pasien yang salah. Hal tersebut dapat terjadi pada
pelayanan kesehatan. Faktor-faktor yang dapat
memicu terjadinya kesalahan identifikasi pasien ada
hubungannya antara umur perawat pelaksana dengan

12
pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien , tingkat
pendidikan perawat pelaksana dengan pelaksanaan
ketepatan identifikasi pasien, dan ada hubungannya
antara lama kerja perawat pelaksana dengan
pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien di ruang
rawat inap RS X.
Teori Terkait : Menurut The Joint Commision International (JCI)
tahun 2011, Keselamatan pasien memiliki 6 sasaran
dalam keselamatan pasien. Sasaran keselamatan
pasien tersebut salah satunya adalah ketepatan
identifikasi pasien. Identitas pasien merupakan standar
keselamatan pasien yang sangat penting. Standar ini
mengharuskan rumah sakit mengembangkan
pendekatan untuk memperbaiki atau meningkatkan
ketelitian dalam identifikasi pasien.
Kesimpulan : Umur individu mempengaruhi kondisi fisik, mental,
kemampuan kerja, tanggung jawab, dan cenderung
absensi. Sebaliknya, karyawan yang umurnya lebih
tua kondisi fisiknya kurang, tetapi bekerja ulet, dan
mempunyai tanggung jawab yang lebih besar. Jika
dikaitkan dengan tingkat pendidikan yang lebih
didominasi D3 Keperawatan maka dapat disimpulkan
pada umur dewasa awal ini mempunyai peluang untuk
berubah kearah lebih baik dalam melaksanakan
ketepatan identifikasi pasien yang dapat meningkatkan
keselamatan pasien.
Daftar Pustaka : Sunarti Swastikarini. 2018. Hubungan Umur, Tingkat
Pendidikan, dan Lama Kerja Perawat Pelaksana
dengan Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi Pasien di
Ruang Rawat Inap. Jurnal Ilmiah STIKes Kendal

13
Volume 8 No 2, Hal 75-81
Judul Artikel 2 : Pengaruh Penyuluhan Identifikasi Pasien dengan
Menggunakan Media Audiovisual Terhadap
Pengetahuan Pasien Rawat Inap
Tahun Terbit : 2019
Kasus : Guesthi et al, (2016) menemukan bahwa prevalensi
keselamatan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Bekasi dari bulan September 2015 sampai
dengan Maret 2016 ditemukan sebanyak 12,1%
Kejadian Tidak Dihadarapkan (KTD), 42,3% Kejadian
Nyaris Cidera (KNC), 41,4% Kejadian Potensial
Cidera (KPC). Dari data tersebut Kejadian Nyaris
Cedera (KNC) merupakan kejadian yang paling sering
terjadi, 42,3% Kejadian Nyaris Cidera (KNC) yang
terjadi disebabkan oleh adanya kesalahan identifikasi
pasien sebanyak 63,5% (Hendro, 2012)
Hasil Analisa : Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien sebelum
mendapatkan penyuluhan adalah 40 orang pasien
dalam kategori pengetahuan cukup dan 80 orang
pasien dalam kategori pengetahuan kurang. Setelah
dilakukan penyuluhan dengan menggunakan media
audiovisual jumlah pasien dalam kategori pengetahuan
mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat sebanyak
12 orang pasien masuk dalam kategori pengetahuan
baik, yang sebelumnya tidak ada pasien yang
dikategorikan memiliki pengetahuan baik. 68 orang
pasien dikategorikan dalam pengetahuan cukup. Hasil
ini menunjukkan Adanya perbedaan jumlah pasien
dalam kategori pengetahuannya sebelum dan sesudah
diberikan penyuluhan tentang pelaksanaan identifikasi

14
pasien dengan menggunakan media audiovisual.
Teori Terkait : Keamanan pelayanan di rumah sakit salah satunya
dimulai dari ketepatan identifikasi pasien. Kesalahan
identifikasi pasien diawal pelayanan akan berdampak
pada kesalahanan pelayanan pada tahap selanjutnya
(WHO, 2009). Proses identifikasi pasien perlu
dilakukan dari sejak awal pasien masuk rumah sakit
yang kemudian identitas tersebut akan selalu
dikonfirmasi dalam segala proses di rumah sakit,
seperti saat sebelum memberikan obat, darah atau
produk darah atau sebelum mengambil darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan. Sebelum
pengobatan dan tindakan atau prosedur.
Kesimpulan : Penyuluhan tentang pelaksanaan identifikasi pasien
yang diberikan dengan menggunakan media
audiovisual dapat meningkatkan pengetahuan pasien
di rumah sakit Universitas Sumatera Utara. Media
audiovisual merupakan salah satu media yang baik
untuk digunakan sebagai media dalam penyuluhan
kesehatan karena melibatkan pendengaran dan
penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan.
Daftar Pustaka : Roymond H. Simamora. 2019. Pengaruh Penyuluhan
Identifikasi Pasien dengan Menggunakan Media
Audiovisual Terhadap Pengetahuan Pasien Rawat
Inap. Jurnal Keperawatan Silampari Volume 3,
Nomor 1, Desember 2019
Judul Artikel 3 : Analisis Faktor Faktor yang Berhubungan dengan
Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi Pasien oleh
Perawat Pelaksana
Tahun Terbit : 2019

15
Kasus : Lembaga Nasional Keselamatan pasien di Inggris
tahun 2003-2005 melaporkan 236 kejadian near miss
berhubungan dengan kehilangan gelang identitas dan
informasi yang salah pada gelang identitas (Anggreini,
2014). Kesalahan identifikasi juga ditemukan pada
lebih 100 analisa akar masalah pada tahun 2000 - 2003
oleh United States Departement of Veterans Affair
(VA) National Center for Patient Safety.NSQHS
Australia mencatat adanya 10 kejadian akibat
kesalahan pasien atau anggota badan yang salah yang
berdampak kematian atau kehilangan fungsi secara
permanen selama tahun 2009- 2010.Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Joint Commission International
di Amerika Serikat menemukan adanya kesalahan
dalam mengidentifikasi pasien mencapai 13% dari
kasus bedah dan 67% kesalahan identifikasi pasien
dalam memberikan tranfusi darah, dari 67% kesalahan
tranfusi darah 11 orang diantaranya meninggal.
(Meeting The International Patient safety Goals,
2010).
Laporan insiden keselamatan pasien rumah sakit di
Indonesia tahun 2015 melaporkan Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD) sebanyak 278 kasus, Kejadian
Nyaris Cidera (KNC) sebanyak 153 kasus dan
Kejadian Tidak Cidera (KTC) sebanyak 194 kasus.
Berdasarkan akibat insiden didapatkan 390 kasus tidak
cidera, 112 kasus cidera ringan, 97 kasus cidera
sedang, 7 kasus cidera berat, dan 19 kasus berujung
pada kematian. Berdasarkan Laporan Peta Nasional
Insiden Keselamatan Pasien (Kongres PERSI
September 2007), kesalahan dalam pemberian obat

16
menduduki peringkat pertama (24.8%) dari 10 besar
insiden yang dilaporkan (Mulyana,2013).
Hasil Analisa : Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
didapatkan bahwa tingkat pengetahuan perawat
pelakaksana tentang pelaksanaan identifikasi pasien di
ruang rawat inap RS X sebagian besar tinggi (76,5%).
bersikap positip (54,2%), dan memiliki motivasi
sebagian besar baik (55,4%).
Hasil analisis tentang hubungan faktor manajemen dan
organisasi perawat pelaksana dengan pelaksanaan
ketepatan identifikasi pasien di ruang rawat inap RS X
menggunakan uji chi square diperoleh nilai p value
sebesar 0,018. Hasil menunjukan ada hubungan antara
faktor manajemen dan organisasi dengan pelaksanan
ketepatan identifikasi pasien oleh perawat pelaksana
di ruang rawat inap RS X, dimana manajemen
organisasi yang baik akan meningkatkan pelaksanan
ketepatan identifikasi pasien sebanyak 2,223 kali.
Teori Terkait : Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Matthews (2013) tentang pengaruh
lingkungan kerja perawat pada keselamatan pasien
dengan menggunakan PES-NWI menunjukkan bahwa
lingkungan kerja perawat yang positif terbukti secara
signifikan mempengaruhi hasil keselamatan pasien.
Hal ini sejalan dengan Patricia (2007) tentang kondisi
kerja perawat dan hasil dari pelaksanaan keselamatan
pasien didapatkan nilai p yang menyatakan bahwa
meningkatnya kondisi kerja perawat dapat
mempromosikan keselamatan pasien.
Menurut Landy& Conte (2008) dalam WHO (2009)
mengatakan bahwa faktor organisasi dan manajerial

17
yang dapat mempengaruhi keselamatan pasien adalah
budaya keselamatan, manajemen dan kepemimpinan,
dan komunikasi. Sedangkan menurut Ridelberg,
Roback, Nilsen (2014) faktor oraganisasi dan
manajemen yang berpengaruh terhadap pelaksanaan
keselamatan pasien adalah kepemimpinan dimana
menjadi faktor penting dalam memfasilitasi dalam
pelaksanaan keselamatan pasien, begitu juga dengan
sumber daya keuangan.
Kesimpulan : Karkteristik perawat pelaksana di ruang rawat inap RS
X yaitu mayoritas umur perawat pelaksana berada
pada rentang umur 26-35 tahun , mayoritas perawat
pelaksana berjenis kelamin perempuan, mayoritas
tingkat pendidikan D III Keperawatan dan lama kerja
mayoritas > 5 tahun. Pelaksanaan ketepatan
identifikasi pasien oleh perawat pelaksana kurang
baik. Faktor individu: tingkat pengetahuan perawat
pelaksana tentang pelaksanaan identifikasi pasien
tinggi, sikap perawat pelaksana dalam pelaksanaan
ketepatan identifikasi pasien berada pada rentang
positif dan motivasi perawat pelaksana dalam
pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien baik.
Faktor tim menurut persepsi perawat pelaksana dalam
pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien baik. Faktor
tugas dan teknologi menurut persepsi perawat
pelaksana dalam pelaksanaan ketepatan identifikasi
pasien kurang baik. Faktor lingkungan kerja menurut
persepsi perawat pelaksana dalam pelaksanaan
identifikasi pasien kurang baik. Faktor manajemen dan
organisasi menurut persepsi perawat pelaksana dalam
pelaksanaan identifikasi pasien baik. Terdapat

18
hubungan yang signifikan antara faktor individu
(tingkat pengetahuan dan sikap) dengan pelaksanaan
ketepatan identifikasi pasien. Tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara faktor individu (motivasi)
dengan pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien.
Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor tim
dengan pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien.
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor
tugas dan teknologi dengan pelaksanaan ketepatan
identifikasi pasien. Terdapat hubungan yang
signifikan antara faktor lingkungan kerja dengan
pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien. Terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor manajemen
dan organisasi dengan pelaksanaan ketepatan
identifikasi pasien. Faktor lingkungan kerja yang
paling berhubungan dengan pelaksanaan ketepatan
identifikasi pasien.
Daftar Pustaka : AHRQ (2003), Publication No. 07-E005. Rockville,
MD: Agency for Healthcare Research and Quality.
Maret: 151. www.ahrq.gov, diakses tanggal 23
Oktober 2022

19
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Keselamatan pasien (Patient safety) merupakan hak setiap pasien yang


mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Identifikasi yang dimaksud dalam analisis ini adalah pengecekan ulang
data pasien sebelum melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan pada
pasien untuk kepentingan masa perawatan selama di rumah sakit. Proses
identifikasi ini setidaknya memerlukan dua cara untuk mengidentifikasi
pasien, seperti nama, nomor identifikasi, tanggal lahir atau gelang berkode.
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki atau
meningkatkan ketelitiam identifikasi pasien, salah satu alat yang
digunakan adalah gelang identitas pasien. Gelang identitas adalah suatu
alat berupa gelang identifikasi yang dipasangkan kepada pasien secara
individual yang digunakan sebagai identitas pasien selama dirawat di
rumah sakit. Ada beberapa tindakan atau prosedur yang membutuhkan
identifikasi pasien, yaitu pemberian obat-obatan, prosedur pemeriksaan
radiologi, intervensi pembedahan dan prosedur invasif lainnya seperti
transfuse darah, pengambilan sampel, transfer pasien dan konfirmasi
kematian. Kelalaian rumah sakit terutama petugas kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada pasien dapat mengakibatkan
dampak yang negatif bagi pasien. Kesalahan identifikasi pasien memiliki
potensi untuk menimbulkan terjadinya insiden keselamatan pasien antara
lain adverse event atau Kejadian Tidak Diharapkan , near miss atau
Kejadian Nyaris Cedera , Kejadian Potensial Cedera dan Kejadian Tidak
Cedera.

4.2 Saran

Perawat harus menanamkan budaya keselamatan pasien sesuai dengan


standar asuhan keperawatan dan menggunakan alat pelindung diri ketika

20
memberikan tindakan kepada pasien dengan menegakkan prinsip aseptik.
Selain itu, ketika ada mahasiswa praktek yang melakukan tindakan
keperawatan yang beresiko harus didampingi oleh perawat agar tidak
terjadi kesalahan dalam keselamatan pasien.

21
DAFTAR PUSTAKA

Sunarti Swastikarini. 2018. Hubungan Umur, Tingkat Pendidikan, dan Lama


Kerja Perawat Pelaksana dengan Pelaksanaan Ketepatan Identifikasi
Pasien di Ruang Rawat Inap. Jurnal Ilmiah STIKes Kendal Volume 8 No
2, Hal 75-81

Roymond H. Simamora. 2019. Pengaruh Penyuluhan Identifikasi Pasien dengan


Menggunakan Media Audiovisual Terhadap Pengetahuan Pasien Rawat
Inap. Jurnal Keperawatan Silampari Volume 3, Nomor 1, Desember 2019

AHRQ (2003), Publication No. 07-E005. Rockville, MD: Agency for Healthcare
Research and Quality. Maret: 151. www.ahrq.gov, diakses tanggal 23
Oktober 2022

22

Anda mungkin juga menyukai