PATIENT SAFETY
PROGRAM STUDI K3
SEMESTER 3
DISUSUN OLEH :
1. RAHMAN 182410051
2. SITI MARIFAH 182410052
3. VELYA ANGGRAINI 182410053
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab I Pendahuluan 1
Bab II Pembahasan 3
3.1 Kesimpulan 14
3.2 Saran 14
Daftar Pustaka 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu patient safety?
2. Apa saja factor lingkungan dan manusia pada patient safety?
3. Bagaimana patient safety dalam tinjauan hukum?
4. Bagaimana cara mewujudkan patient safety?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu patient safety.
2. Untuk mengetahui pengaruh factor lingkungan dan manusia pada patient
safety.
3. Untuk megetahui patient safety dalam tinjauan hukum.
4. Untuk mengetahui cara mewujudkan patient safety.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
v
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan
implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).
2.2 TUJUAN, MANFAAT & PRINSIP PATIENT SAFETY
Tujuan keselamatan pasien :
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit.
2) Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3) Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di Rumah Sakit.
4) Terlaksananya program-program pencegahansehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.
5) Menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan dan pengunjung Santosa
Bandung International Hospital.
6) Mempertahankan reputasi Santosa Bandung International Hospital.
7) Memberikan pelayanan yang efektif dan efisien.
vi
6) Kemampuan Mengindentifikasi akar masalah penyebab insiden terkait
patient safety.
7) Kemampuan Memanfaatkan informasi tentang kejadian yang terjadadi
untuk mencegah kejadian berulang.
vii
Badan tersebut bertanggung jawab kepada menteri kesehatan dan berfungsi untuk
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap rumah sakit. Komposisi badan
tersebut terdiri dari unsur pemerintah, organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan,
dan tokoh masyarakat (Pasal 57).
Ketentuan mengenai keselamatan pasien juga diatur dalam UU Kesehatan
No. 36 tahun 2009. Beberapa pasal yang berkaitan dengan keselamatan pasien
dalam UU Kesehatan tersebut adalah :
1. Pasal 5 ayat 2, menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.
2. Pasal 19, menyatakan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien,
dan terjangkau.
3. Pasal 24 ayat 1, menyatakan bahwa tenaga kesehatan harus memenuhi
ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan,
standar pelayanan, dan standar prosedur operasional.
4. Pasal 53 ayat 3, menyatakan pelaksanaan pelayanan kesehatan harus
mendahulukan keselamatan nyawa pasien.
5. Pasal 54 ayat 1, menyatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan kesehatan
dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan
non diskriminatif.
Selain itu, tanggung jawab hukum keselamatan pasien diatur dalam Pasal
58 UU Kesehatan No. 36 tahun 2009. Pasal tersebut berbunyi sebagai berikut :
1. Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian
akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang
diterimanya.
2. Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku bagi
tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau
pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.
Tanggung jawab hukum rumah sakit terkait keselamatan pasien diatur
dalam Pasal 46 UU Rumah Sakit No. 44 tahun 2009, dimana dikatakan bahwa
rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang
viii
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di rumah sakit. Selain
itu, terdapat pula batas tanggung jawab rumah sakit yang tertuang dalam UU
Rumah Sakit Pasal 45 No. 44 tahun 2009. Pasal tersebut menyatakan bahwa :
1. Rumah sakit tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien
dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat
berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang
komprehensif.
2. Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia.
ix
c) Frekuensi suara (Hz), menunjukkan jumlah gelombang suara yang sampai
ke telinga kita per detiknya.
Suhu Udara
Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan kondisi normal
sistem tubuh dengan menyesuaikan diri terhadap perubahanperubahan yang
terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
temperatur ruang adalah jika perubahan temperatur luar tubuh tidak melebihi 20%
untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin. Tubuh manusia bisa
menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi,
radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang
membebaninya.
Siklus Udara (Ventilation)
Udara disekitar kita mengandung sekitar 21% oksigen, 0,03%
karbondioksida, dan 0,9% campuran gas-gas lain. Kotornya udara disekitar kita
dapat mempengaruhi kesehatan tubuh dan mempercepat proses kelelahan.
Sirkulasi udara akan menggantikan udara kotor dengan udara yang bersih. Agar
sirkulasi terjaga dengan baik, dapat ditempuh dengan memberi ventilasi yang
cukup (lewat jendela), dapat juga dengan meletakkan tanaman untuk menyediakan
kebutuhan akan oksigen yang cukup (Wignjosoebroto,1995,hal.85).
Bau-Bauan
Adanya bau-bauan yang dipertimbangkan sebagai “polusi” akan dapat
mengganggu konsentrasi pekerja. Temperatur dan kelembaban adalah dua faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian air
conditioning yang tepat adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk
menghilangkan bau-bauan yang mengganggu sekitar tempat kerja.
(Wignjosoebroto, 1995)
Getaran Mekanis
Getaran mekanis merupakan getaran–getaran yang ditimbulkan oleh
peralatan mekanis yang sebagian dari getaran tersebut sampai ke tubuh dan dapat
menimbulkan akibat– akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita. Besarnya
getaran ini ditentukan oleh intensitas, frekuensi getaran dan lamanya getaran itu
berlangsung. Sedangkan anggota tubuh manusia juga memiliki frekuensi alami
x
apabila frekuensi ini beresonansi dengan frekuensi getaran akan menimbulkan
gangguan. Gangguan–gangguan tersebut diantaranya, mempengaruhi konsentrasi,
mempercepat kelelahan, gangguan pada anggota tubuh. (Wignjosoebroto,1995,
hal 87)
b. Pengaruh Faktor Manusia Pada Keselamatan Pasien
Pentingnya Faktor Manusia pada Keselamatan Pasien
Human factor memeriksa hubungan antara manusia dan sistem dan
bagaimana mereka berinteraksi dengan berfokus pada peningkatan efisiensi,
kreativitas, produktivitas dan kepuasan pekerjaan, dengan tujuan meminimalkan
kesalahan.
Pengetahuan yang Diperlukan
Istilah human factor atau ergonomik umumnya digunakan
mendeskripsikan interaksi antara tiga aspek saling berhubungan: individu di
tempat kerja, tugas yang dibebankan untuk individu tersebut, dan tempat kerjanya.
Hubungan Antara Human Factor Dengan Keselamatan Pasien
Dua factor dengan dampak paling banyak adalah kelelahan dan stress. Ada
bukti ilmiah kuat yang menghubungkan kelelahan dan penurunan kinerja sehingga
menjadikan faktor resiko dalam keselamatan pasien.
xi
system dan mekanisme mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban &
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.Dengan pendidikan tersebut
diharapkan pasien & keluarga dapat:
a. Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur.
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab.
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti.
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS.
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
3. Keselamatan Pasien Dan Kesinambungan Pelayanan
RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar
tenaga dan antar unit pelayanan.Kriteria:
a. Koordinasi pelayanan secara menyeluruh.
b. Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber
daya.
c. Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi.
d. Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan.
4. Penggunaan Metode-Metode Peningkatan Kinerja Untuk Melakukan Evaluasi
Dan Program Peningkatan Keselamatan Pasien
RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada,
memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif KTD, & melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja
serta KP. Kriteria:
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang
baik, sesuai dengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah
Sakit”.
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja.
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif.
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis.
5. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien
Standar:
a. Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui penerapan “7
Langkah Menuju KP RS ”.
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko
KP & program mengurangi KTD.
c. Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit &
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP.
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur,
mengkaji, & meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.
xii
e. Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam
meningkatkan kinerja RS & KP.
Kriteria:
a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden.
c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi.
d. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis.Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan
dengan insiden.
e. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden.
f. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
antar pengelola pelayanan.
g. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan.
h. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah
sakit dan keselamatan pasien.
6. Mendidik Staff Tentang Keselamatan Pasien
Standar:
a. RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
b. RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriteria:
a. Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien.
b. Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden.
c. Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork)
guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka
melayani pasien.
7. Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staf Untuk Mencapai Keselamatan
Pasien
Standar:
a. RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.
b. Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.
xiii
Kriteria:
a. Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait
dengan keselamatan pasien.
b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.
xiv
b. Menyusun panduan nasional tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
c. Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan pasien ke Dinas
Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, PERSI Daerah dan rumah sakit
pendidikan dengan jejaring pendidikan.
d. Mengembangkan laboratorium uji coba program keselamatanpasien.
xv
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Keselamatan pasien adalah proses dalam suatu rumah sakit yang
memberikan pelayanan pasien secara aman. Proses tersebut meliputi pengkajian
mengenai resiko, identifikasi, manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan
menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko.
Pelayanan kesehatan yang diberikan tenaga medis kepada pasien mengacu kepada
tujuh standar pelayanan pasien rumah sakit yang meliputi hak pasien, mendididik
pasien dan keluarga, keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan,
penggunaan metode- metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien, peran kepemimpinan dalam
meningkatkan keselamatan pasien, mendidik staf tentang keselamatan pasien, dan
komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Selain mengacu pada tujuh standar pelayanan tersebut, keselamatan pasien juga
dilindungi oleh undang-undang kesehatan sebagaimana yang diatur dalam UU
Kesehatan No. 36 tahun 2009 serta UU Rumah Sakit No. 44 tahun 2009.
3.2 SARAN
Sebagai tenaga kesehatan kita wajib melakukan tindakan dengan baik dan
benar sesuai standar pelayanan kesehatan pada pasien, sehingga akan terjamin
keselamatan pasien dari segala aspek tindakan yang kita berikan.
xvi
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/9191556/PATIENT_SAFETY
https://seputarkuliahkesehatan.blogspot.com/2018/07/makalah-tentang-prosedur-
keselamatan.html
https://www.slideshare.net/vickyvicky127/makalah-patient-safety
xvii