Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH K3RS & SEKTOR KESEHATAN

PATIENT SAFETY

PROGRAM STUDI K3

SEMESTER 3

DISUSUN OLEH :

1. RAHMAN 182410051
2. SITI MARIFAH 182410052
3. VELYA ANGGRAINI 182410053

FIKes (FAKULTAS ILMU KESEHATAN)


UNIVERSITAS IBNU SINA
TAHUN PELAJARAN 2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan


karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah K3RS & Sektor Kesehatan
tentang Patient Safety. Dalam menyelesaikan makalah ini kami juga berterima
kasih kepada ibu Rizqi Ulla Amaliah MKKK selaku dosen dari mata kuliah ini.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kepada
pembaca. Di samping itu, makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata
kuliah.
Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna harus sadar
akan keberadaan dirinya, tidak takut untuk mengubah kehidupannya untuk
menjadi lebih baik, dan tidak berhenti untuk terus menimba ilmu dalam kehidupan
guna menuju masa depan yang lebih baik dan menuju peningkatan nilai dan
kecerdasan takwa dirinya kepada Sang Maha Pencipta.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis mengharap kritik dan saran. Tak ada
gading yang tak retak, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Semoga
makalah ini menjadi pelita bagi individu yang ingin mengembangkan kepribadian
dirinya. Aamiin.

Batam, Agustus 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Bab I Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 2

Bab II Pembahasan 3

2.1 Definisi Patient Safety 3


2.2 Tujuan, Manfaat & Prinsip Patient Safety 4
2.3 Patient Safety dalam Tinjauan Hukum 5
2.4 Pengaruh Faktor Lingkungan & Manusia pada Patient Safety 7
2.5 Tujuh Standar Patient Safety 9
2.6 Langkah-Langkah Kegiatan Pelaksanaan Patient Safety 12

Bab III Penutup 14

3.1 Kesimpulan 14
3.2 Saran 14

Daftar Pustaka 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit memberikan


asuhan kepada pasien secara aman serta mencegah terjadinya cidera akibat
kesalahan karena melaksanakan suatu tindakan atau tidak melaksanakan suatu
tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan
implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).
Setiap tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien sudah
sepatutnya memberi dampak positif dan tidak memberikan kerugian bagi pasien.
Oleh karena itu, rumah sakit harus memiliki standar tertentu dalam memberikan
pelayanan kepada pasien.
Standar tersebut bertujuan untuk melindungi hak pasien dalam menerima
pelayanan kesehatan yang baik serta sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan
dalam memberikan asuhan kepada pasien. Selain itu, keselamatan pasien juga
tertuang dalam undang-undang kesehatan. Terdapat beberapa pasal dalam undang-
undang kesehatan yang membahas secara rinci mengenai hak dan keselamatan
pasien.
Keselamatan pasien adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh
setiap petugas medis yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien. Tindakan pelayanan, peralatan kesehatan dan lingkungan sekitar pasien
sudah seharusnya menunjang keselamatan sera kesembuhan dari pasien tersebut.
Oleh karena itu, tenaga medis harus memiliki pengetahuan mengenai hak pasien
serta mengetahui secara luas dan teliti tindakan pelayanan yang dapat menjaga
keselamatan diri pasien.

iii
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu patient safety?
2. Apa saja factor lingkungan dan manusia pada patient safety?
3. Bagaimana patient safety dalam tinjauan hukum?
4. Bagaimana cara mewujudkan patient safety?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu patient safety.
2. Untuk mengetahui pengaruh factor lingkungan dan manusia pada patient
safety.
3. Untuk megetahui patient safety dalam tinjauan hukum.
4. Untuk mengetahui cara mewujudkan patient safety.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI PATIENT SAFETY

Patient safety didefinisikan sebagai upaya menghindari, mencegah dan


memperbaiki hasil yang merugikan pasien atau cidera akibat dari proses
perawatan kesehatan (US National Patient Safety Foundation,1999).
Cooper et al (2000) telah mendefenisikan bahwa “patient safety as the
avoidance, prevention, and amelioration of adverse outcomes or injuries
stemming from the processes of healthcare.” Pengertian ini maksudnya bahwa
patient safety merupakan penghindaran, pencegahan, dan perbaikan dari kejadian
yang tidak diharapkan atau mengatasi cedera-cedera dari proses pelayanan
kesehatan.
Patient safety melibatkan sistem operasional dan sistem pelayanan yang
meminimalkan kemungkinan kejadian adverse event/ error dan memaksimalkan
langkah-langkah penanganan bila error telah terjadi. Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yg disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tdk mengambil tindakan yang seharusnya diambil (KKP-RS(Solusi
live-saving keselamatan pasien rumah sakit).
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
(Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006).
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,

v
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan
implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).
2.2 TUJUAN, MANFAAT & PRINSIP PATIENT SAFETY
Tujuan keselamatan pasien :
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit.
2) Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3) Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di Rumah Sakit.
4) Terlaksananya program-program pencegahansehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.
5) Menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan dan pengunjung Santosa
Bandung International Hospital.
6) Mempertahankan reputasi Santosa Bandung International Hospital.
7) Memberikan pelayanan yang efektif dan efisien.

Manfaat keselamatan pasien :


1) Budaya safety meningkat dan berkembang.
2) Komunikasi dengan pasien berkembang.
3) Kejadian tidak diharapakan (KTD) menurun.
4) Risiko klinis menurun.
5) Keluhan berkurang.
6) Mutu pelayan Rumah Sakit meningkat.
7) Citra Rumah Sakit dan kepercayaan masyarakat meningkat, diikuti dengan
kepercayaan diri yang meningkat.

Prinsip keselamatan pasien :


1) Kesadaran (Awarenes) tentang nilai keselamatan pasien Rumah sakit.
2) Komitmen memberikan pelayanan kesehatan berorientasi patien safety.
3) Kemampuan Mengidentifikasi faktor resiko penyebab insiden terkait
patien safety.
4) Kepatuhan Pelaporan insiden terkait patient safety.
5) Kemampuan Berkomunikasi yang efektif dengan pasien tentang faktor
resiko penyebab insiden terkait patient safety.

vi
6) Kemampuan Mengindentifikasi akar masalah penyebab insiden terkait
patient safety.
7) Kemampuan Memanfaatkan informasi tentang kejadian yang terjadadi
untuk mencegah kejadian berulang.

2.3 PATIENT SAFETY DALAM TINJAUAN HUKUM

Perlindungan kepentingan manusia merupakan hakekat hukum yang


diwujudkan dalam bentuk peraturan hukum, baik perundangan-undangan maupun
peraturan hukum lainnya. Peraturan hukum tidak semata dirumuskan dalam
bentuk perundang-undangan, namun berlaku dan mempunyai kekuatan hukum
mengikat sepanjang diperintahkan oleh perundangan-undangan. Undang-undang
sebagai wujud peraturan hukum dan sumber hukum formal merupakan alat
kebijakan pemerintah negara dalam melindungi dan menjamin hak-hak
masyarakat sebagai warga negara.
UU Rumah Sakit No. 44 tahun 2009 menyatakan pelayanan kesehatan
yang aman merupakan hak pasien dan menjadi kewajiban rumah sakit untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang aman (Pasal 29 dan 32). UU Rumah
Sakit secara tegas menyatakan bahwa rumah sakit wajib menerapkan standar
keselamatan pasien. Standar tersebut dilakukan dengan cara melaporkan insiden,
menganalisa dan menetapkan pemecahan masalah. Untuk pelaporan, rumah sakit
menyampaikannya kepada komite yang membidangi keselamatan pasien yang
ditetapkan oleh menteri (Pasal 43). UU Rumah Sakit juga memastikan bahwa
tanggung jawab secara hukum atas segala kelalaian yang dilakukan tenaga
kesehatan berada pada rumah sakit bersangkutan (Pasal 46).
Organisasi untuk melindungi keselamatan pasien di rumah sakit lengkap
karena UU Rumah Sakit menyatakan pemilik rumah sakit dapat membentuk
dewan pengawas. Dewan pengawas yang terdiri dari unsur pemilik, organisasi
profesi, asosiasi perumahsakitan, dan tokoh masyarakat tersebut bersifat
independen dan non struktural. Salah satu tugas dewan adalah mengawasi dan
menjaga hak dan kewajiban pasien. Pada level yang lebih tinggi, UU Rumah Sakit
juga mengamanatkan pembentukan badan pengawas rumah sakit Indonesia.

vii
Badan tersebut bertanggung jawab kepada menteri kesehatan dan berfungsi untuk
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap rumah sakit. Komposisi badan
tersebut terdiri dari unsur pemerintah, organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan,
dan tokoh masyarakat (Pasal 57).
Ketentuan mengenai keselamatan pasien juga diatur dalam UU Kesehatan
No. 36 tahun 2009. Beberapa pasal yang berkaitan dengan keselamatan pasien
dalam UU Kesehatan tersebut adalah :
1. Pasal 5 ayat 2, menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.
2. Pasal 19, menyatakan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien,
dan terjangkau.
3. Pasal 24 ayat 1, menyatakan bahwa tenaga kesehatan harus memenuhi
ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan,
standar pelayanan, dan standar prosedur operasional.
4. Pasal 53 ayat 3, menyatakan pelaksanaan pelayanan kesehatan harus
mendahulukan keselamatan nyawa pasien.
5. Pasal 54 ayat 1, menyatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan kesehatan
dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan
non diskriminatif.
Selain itu, tanggung jawab hukum keselamatan pasien diatur dalam Pasal
58 UU Kesehatan No. 36 tahun 2009. Pasal tersebut berbunyi sebagai berikut :
1. Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian
akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang
diterimanya.
2. Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku bagi
tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau
pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.
Tanggung jawab hukum rumah sakit terkait keselamatan pasien diatur
dalam Pasal 46 UU Rumah Sakit No. 44 tahun 2009, dimana dikatakan bahwa
rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang

viii
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di rumah sakit. Selain
itu, terdapat pula batas tanggung jawab rumah sakit yang tertuang dalam UU
Rumah Sakit Pasal 45 No. 44 tahun 2009. Pasal tersebut menyatakan bahwa :
1. Rumah sakit tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien
dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat
berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang
komprehensif.
2. Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia.

2.4 PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN MANUSIA


PADA PATIENT SAFETY
a. Pengaruh Faktor Lingkungan Pada Keselamatan Pasien
 Penerangan
Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan
ruang. Ruang yang telah dirancang tidak dapat memenuhi fungsinya dengan baik
apabila tidak disediakan akses pencahayaan. Pencahayaan di dalam ruang
memungkinkan orang yang menempatinya dapat melihat benda-benda. Tanpa
dapat melihat benda-benda dengan jelas maka aktivitas di dalam ruang akan
terganggu. Sebaliknya, cahaya yang terlalu terang juga dapat mengganggu
penglihatan (Santosa, 2006).
 Kebisingan
Salah satu bentuk polusi adalah kebisingan (noise) yang tidak dikehendaki
oleh telinga kita. Kebisingan tidak dikehendaki karena dalam jangka panjang
dapat mengganggu ketenangan. Ada 3 aspek yang menentukan kualitas bunyi
yang dapat menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu :
a) Lama bunyi itu terdengar. Bila terlalu lama dapat menyebabkan ketulian
(deafness).
b) Intensitas biasanya diukur dengan satuan desibel (dB), menunjukkan
besarnya arus energi per satuan luar.

ix
c) Frekuensi suara (Hz), menunjukkan jumlah gelombang suara yang sampai
ke telinga kita per detiknya.
 Suhu Udara
Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan kondisi normal
sistem tubuh dengan menyesuaikan diri terhadap perubahanperubahan yang
terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
temperatur ruang adalah jika perubahan temperatur luar tubuh tidak melebihi 20%
untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin. Tubuh manusia bisa
menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi,
radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang
membebaninya.
 Siklus Udara (Ventilation)
Udara disekitar kita mengandung sekitar 21% oksigen, 0,03%
karbondioksida, dan 0,9% campuran gas-gas lain. Kotornya udara disekitar kita
dapat mempengaruhi kesehatan tubuh dan mempercepat proses kelelahan.
Sirkulasi udara akan menggantikan udara kotor dengan udara yang bersih. Agar
sirkulasi terjaga dengan baik, dapat ditempuh dengan memberi ventilasi yang
cukup (lewat jendela), dapat juga dengan meletakkan tanaman untuk menyediakan
kebutuhan akan oksigen yang cukup (Wignjosoebroto,1995,hal.85).
 Bau-Bauan
Adanya bau-bauan yang dipertimbangkan sebagai “polusi” akan dapat
mengganggu konsentrasi pekerja. Temperatur dan kelembaban adalah dua faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian air
conditioning yang tepat adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk
menghilangkan bau-bauan yang mengganggu sekitar tempat kerja.
(Wignjosoebroto, 1995)
 Getaran Mekanis
Getaran mekanis merupakan getaran–getaran yang ditimbulkan oleh
peralatan mekanis yang sebagian dari getaran tersebut sampai ke tubuh dan dapat
menimbulkan akibat– akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita. Besarnya
getaran ini ditentukan oleh intensitas, frekuensi getaran dan lamanya getaran itu
berlangsung. Sedangkan anggota tubuh manusia juga memiliki frekuensi alami

x
apabila frekuensi ini beresonansi dengan frekuensi getaran akan menimbulkan
gangguan. Gangguan–gangguan tersebut diantaranya, mempengaruhi konsentrasi,
mempercepat kelelahan, gangguan pada anggota tubuh. (Wignjosoebroto,1995,
hal 87)
b. Pengaruh Faktor Manusia Pada Keselamatan Pasien
 Pentingnya Faktor Manusia pada Keselamatan Pasien
Human factor memeriksa hubungan antara manusia dan sistem dan
bagaimana mereka berinteraksi dengan berfokus pada peningkatan efisiensi,
kreativitas, produktivitas dan kepuasan pekerjaan, dengan tujuan meminimalkan
kesalahan.
 Pengetahuan yang Diperlukan
Istilah human factor atau ergonomik umumnya digunakan
mendeskripsikan interaksi antara tiga aspek saling berhubungan: individu di
tempat kerja, tugas yang dibebankan untuk individu tersebut, dan tempat kerjanya.
 Hubungan Antara Human Factor Dengan Keselamatan Pasien
Dua factor dengan dampak paling banyak adalah kelelahan dan stress. Ada
bukti ilmiah kuat yang menghubungkan kelelahan dan penurunan kinerja sehingga
menjadikan faktor resiko dalam keselamatan pasien.

2.5 TUJUH STANDAR PATIENT SAFETY


1. Hak Pasien
Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana & hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD
(Kejadian Tidak Diharapkan). Kriteria:
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang
jelas dan benar   kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil
pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya KTD.
2. Mendidik Pasien Dan Keluarga
RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriteria:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn keterlibatan
pasien adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada

xi
system dan mekanisme mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban &
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.Dengan pendidikan tersebut
diharapkan pasien & keluarga dapat:
a. Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur.
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab.
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti.
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS.
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
3. Keselamatan Pasien Dan Kesinambungan Pelayanan
RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar
tenaga dan antar unit pelayanan.Kriteria:
a. Koordinasi pelayanan secara menyeluruh.
b. Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber
daya.
c. Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi.
d. Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan.
4. Penggunaan Metode-Metode Peningkatan Kinerja Untuk Melakukan Evaluasi
Dan Program Peningkatan Keselamatan Pasien
RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada,
memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif KTD, & melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja
serta KP. Kriteria:
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang
baik, sesuai dengan  ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah
Sakit”.
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja.
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif.
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis.
5. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien
Standar:
a. Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui penerapan “7
Langkah Menuju KP RS ”.
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko
KP & program mengurangi KTD.
c. Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit &
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP.
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur,
mengkaji, & meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.

xii
e. Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam
meningkatkan kinerja RS & KP.
Kriteria:
a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden.
c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi.
d. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis.Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan
dengan insiden.
e. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden.
f. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
antar pengelola pelayanan.
g. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan.
h. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah
sakit dan keselamatan pasien.
6. Mendidik Staff Tentang Keselamatan Pasien
Standar:
a. RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
b. RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriteria:
a. Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien.
b. Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden.
c. Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork)
guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka
melayani pasien.
7. Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staf Untuk Mencapai Keselamatan
Pasien
Standar:
a. RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.
b. Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.

xiii
Kriteria:
a. Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait
dengan keselamatan pasien.
b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.

2.6 LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PELAKSAAN


PATIENT SAFETY
1. Di Rumah Sakit
a. Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit,
dengan susunan organisasi sebagai berikut: Ketua: dokter, Anggota:
dokter, dokter gigi, perawat, tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan
lainnya.
b. Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan dan
pelaporan internal tentang insiden.
c. Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia.
d. Rumah Sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit dan
menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit.
e. Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan medis
berdasarkan hasil dari analisis akar masalah dan sebagai tempat pelatihan
standar-standar yang baru dikembangkan.
2. Di Provinsi/Kabupaten/Kota
a. Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah sakit-rumah
sakit di wilayahnya.
b. Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya dukungan
anggaran terkait dengan program keselamatan pasien rumah sakit.
c. Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan pasien rumah
sakit.
3. Di Pusat
a. Membentuk komite keselamatan pasien Rumah Sakit dibawah
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia.

xiv
b. Menyusun panduan nasional tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
c. Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan pasien ke Dinas
Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, PERSI Daerah dan rumah sakit
pendidikan dengan jejaring pendidikan.
d. Mengembangkan laboratorium uji coba program keselamatanpasien.

xv
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Keselamatan pasien adalah proses dalam suatu rumah sakit yang
memberikan pelayanan pasien secara aman. Proses tersebut meliputi pengkajian
mengenai resiko, identifikasi, manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan
menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko.
Pelayanan kesehatan yang diberikan tenaga medis kepada pasien mengacu kepada
tujuh standar pelayanan pasien rumah sakit yang meliputi hak pasien, mendididik
pasien dan keluarga, keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan,
penggunaan metode- metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien, peran kepemimpinan dalam
meningkatkan keselamatan pasien, mendidik staf tentang keselamatan pasien, dan
komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Selain mengacu pada tujuh standar pelayanan tersebut, keselamatan pasien juga
dilindungi oleh undang-undang kesehatan sebagaimana yang diatur dalam UU
Kesehatan No. 36 tahun 2009 serta UU Rumah Sakit No. 44 tahun 2009.

3.2 SARAN
Sebagai tenaga kesehatan kita wajib melakukan tindakan dengan baik dan
benar sesuai standar pelayanan kesehatan pada pasien, sehingga akan terjamin
keselamatan pasien dari segala aspek tindakan yang kita berikan.

xvi
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9191556/PATIENT_SAFETY
https://seputarkuliahkesehatan.blogspot.com/2018/07/makalah-tentang-prosedur-
keselamatan.html

https://www.slideshare.net/vickyvicky127/makalah-patient-safety

xvii

Anda mungkin juga menyukai