PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Struktur organ reproduksi wanita terdiri dari organ reproduksi eksternal dan
internal. Organ reproduksi luar wanita disebut juga vulva meliputi mons veneris
(mons pubis), labium mayora, labium minora dan klitoris. Organ reproduksi dalam
wanita meliputi ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina.
Oogenesis atau pembentukan ovum pada wanita telah dimulai sejak dalam
kandungan ibunya. Setelah bayi lahir, dalam tubuhnya telah ada sekitar satu juta oosit
primer. Sebagian oosit primer mengalami degenerasi sehingga ketika memasuki masa
puber jumlah tersebut menurun hingga tinggal 200 ribu pada tiap ovariumnya. Oosit
primer ini mengalami masa istirahat (dorman), kemudian proses oogenesis akan
dilanjutkan setelah wanita memasuki masa puber.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan struktur organ sistem reproduksi wanita ?
2. Apa upaya pencegahan primer sistem pada reproduksi wanita ?
3. bagaimana upaya pencegahan sekunder pada sistem reproduksi wanita ?
4. bagaimana upaya pencegahan tersier pada sistem reproduksi wanita ?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan maternitas tahun ajaran 2018 –
2019.
2. Untuk mengetahui tentang struktur organ reproduksi wanita.
3. Untuk mengetahui upaya pencegahan primer pada sistem reproduksi wanita.
4. Untuk mengetahui upaya pencegahan sekunder pada sistem reproduksi wanita.
5. Untuk mengetahui upaya pencegahan tersier pada sistem reproduksi wanita.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Ovarium
Jumlah sepasang, bentuk oval dengan panjang 3 -4 cm, menggantung bertaut
melalui mesentrium ke uterus. Merupakan gonade perempuan yang berfungsi
menghasilkan ovum dan mensekresikan hormone kelamin perempuan yaitu estrogen
dan progesterone. Ovarium terbungkus oleh kapsul pelindung yang kuat dan banyak
mengandung folikel. Seorang perempuan kurang lebih memiliki 400.000 folikel dari
kedua ovarium sejak ia masih dalam kandungan ibunya. Namun banyak beberapa
ratus saja berkembang dan melepaskan ovum selama masa reproduksi seorang wanita,
yaitu sejak menarche (pertama mendapatkan menstruansi) hingga menophause
(berhentinya menstruansi). Pada umumnya hanya sebuah folikel yang matang dan
melepaskan ovum tiap satu siklus menstruansi (kurang lebih 28 hari) dari salah satu
ovarium secara bergantian.
d) Pencegahan Gonorrhea
e) Pencegahan Sifilis
Sama seperti penyakit menular seksual lainnya, sifilis dapat dicegah dengan
cara melakukan hubungan seksual secara aman , misalnya menggunakan kondom.
Cara untuk mencegah herpes genital adalah sama dengan yang untuk mencegah
penyakit menular seksual lainnya. Kuncinya adalah untuk menghindari terinfeksi dengan
HSV, yang sangat menular, pada waktu lesi ada. Cara terbaik untuk mencegah infeksi
adalah menjauhkan diri dari aktivitas seksual atau membatasi hubungan seksual denagn
hanya satu orang yang bebas infeksi. Cara yang dapat dilakukan antara lain :
1) Gunakan, atau pasangan Anda gunakan, sebuah kondom lateks selama setiap
kontak seksual
2) Batasi jumlah pasangan seks
3) Hindari hubungan seksual jika pasangan terkena herpes di daerah genital atau
di mana pun.
1) Bila mungkin, hindari faktor resiko yaitu bergati pasangan seksual lebih dari
satu dan berhubungan seks dibawah usia 20 karena secara fisik seluruh organ
intim dan yang terkait pada wanita baru matang pada usia 21 tahun.
2) Bagi wanita yang aktif secara seksual, atau sudah pernah berhubungan
seksual, dianjurkan untuk melakukan tes HPV, Pap Smear, atau tes IVA,
untuk mendeteksi keberadaanHuman Papilloma Virus (HPV), yang
merupakan biang keladi dari tercetusnya penyakit kanker serviks.
3) Bagi wanita yang belum pernah berhubungan seks, atau anak-anak perempuan
dan laki-laki yang ingin terbentengi dari serangan virus HPV, bisa menjalani
vaksinasi HPV. Vaksin HPV dapat mencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18. Dan
dapat diberikan mulaidari usia 9-26 tahun, dalam bentuk suntikan sebanyak 3
kali (0-2-6 bulan). Dan biayanya pun terbilang murah.
4) Menjaga pola makan seimbang dan bergizi, serta menjalani gaya hidup sehat
(berolahraga).
Pemeriksaan pap smear, pemeriksaan IVA, sadari sebagai cara mendeteksi dini
penyakit kanker. Bila dengan deteksi ini ditemui kelainan maka segera dilakukan
pemeriksaan diagnostic untuk memastikan diagnosa seperti pemeriksaan biopsy, USG atau
mamografi atau kolposcopy
a) Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit, bahkan mungkin tidak dapat sembuh lagi
misalnya pengobatan kanker (neoplasma) yang terlambat.
b) Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar.
c) Penderitaan si sakit menjadi lebih lama.
d) Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih besar.
A. Kesimpulan
Struktur organ reproduksi wanita meliputi organ reproduksi internal
dan organ eksternal. Keduanya saling berhubungan dan tak terpisahkan.
Organ reproduksi dalam terdapat di dalam rongga abdomen, meliputi
sepasang ovarium dan saluran reproduksi yang terdiri dari saluran telur
(oviduct / tuba fallopi), Rahim (uterus), dan vagina. Organ reproduksi luar
meliputi mons veneris, klitoris, sepasang labium mayora dan sepasang
labium minora.
Upaya pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat
menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu
terjadi. Pencegahan primer juga diartikan sebagai bentuk pencegahan
terhadap terjadinya suatu penyakit pada seseorang dengan faktor risiko.
Tahap pencegahan primer diterapkan dalam fase pre pathogenesis yaitu
pada keadaan dimana proses penyakit belum terjadi atau belum mulai.
Upaya Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang mana
sasaran utamanya adalah pada mereka yang baru terkena penyakit atau
yang terancam akan menderita penyakit tertentu. Adapun tujuan pada
pencegahan sekunder yaitu diagnosis dini dan pengobatan yang tepat.
Adapun beberapa pengobatan terhadap penyakit masalah sistem
reproduksi dapat melalui obat dan operasi.
Upaya Pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali.
Tujuan utama dari pencegahan tersier adalah mencegah cacat, kematian,
serta usaha rehabilitasi. Menurut Kodim dkk (2004), tujuan dari
pencegahan tersier adalah untuk mencegah komplikasi penyakit dan
pengobatan, sesudah gejala klinis berkembang dan diagnosis sudah
ditegakkan. Pencegahan tersier terhadap penyakit masalah sistem
reproduksi dapat dengan melakukan perawatan pasien hingga sembuh serta
melakukan terapi-terapi untuk meminimalisir kecacatan akibat masalah
tersebut. Pencegahan tersier adalah Rehabilitasi.
B. Saran
Penyusun mengetahui bahwa makalah ini sangat jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca sangan kami
harapkan. Agar makalah ini bisa lebih baik lagi dan bisa menjadi
pembelajaran untuk kami dikemudian hari. Terima kasih.
Daftar Pustaka
https://dokumen.tips/documents/bab-ii-pencegahan-primer-sekunder-dan-
tersier-reproduksi.html
(diunduh pada tanggal 14 November 2018,pukul 14:00 WIB)
Jokodalank.blogspot.com/2015/06/makalah-sistem-reproduksi-wanita.html?
m=1
(diunduh pada tanggal 14 November 2018, pukul 14:30 WIB)