PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan hiperbilirubin ?
2. Apakah yang menjadi penyebab terjadinya hiperbilirubin ?
3. Bagaimana manifestasi klinis penyakit hiperbilirubin?
4. Bagaimana komplikasi yang terjadi pada penyakit hiperbilirubini?
5. Bagaimana patofisiologi terjadinya penyakit hiperbilirubin, ?
6. Bagaimana hiperbiliruin berhubungan dengan asi?
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang definisi hiperbilirubin.
2. Mengetahui tentang penyebab terjadinya hiperbilirubin.
1
3. Mengetahui gambaran tentang manifestasi klinis penyakit hiperbilirubin.
4. Mengetahui gambaran tentang komplikasi yang terjadi pada penyakit
hiperbilirubin.
5. Mengetahui gambaran tentang patofisiologi terjadinya penyakit hiperbilirubin.
6. Mengetahui hubungan pemberian asi dengan penyakit hiperbilirubin.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hiperblirubin
Hiperbilirubin adalah keadaan icterus yang terjadi pada bayi baru lahir,
yang dimaksud dengan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir adalah
meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga terjadi
perubahaan warna menjadi kuning pada kulit, konjungtiva, mukosa dan alat
tubuh lainnya. (Ngastiyah, 2000)
Hiperbilirubin merupakan gejala fisiologis (terdapat pada 25 – 50%
neonatus cukup bulan dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan). (IKA II,
2002).
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang
kadar nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001).
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam
darah berlebihan sehingga menimbulkan joundice pada neonatus (Dorothy R.
Marlon, 1998)
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam
darah yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis
pada neonatus ditandai joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa
dan cairan tubuh (Adi Smith, G, 1988).
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum
(hiperbilirubinemia) yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat
menimbulkan ikterus. (Suzanne C. Smeltzer, 2002)
3
B. Metabolisme Bilirubin
75% dari bilirubin yang ada pada BBL yang berasal dari penghancuran
hemoglobin ,dan 25%dari mioglobin ,sitokrom ,katalase dan tritofan
pirolase .satu gram bilirubin yang hancur menghasilkan 35 mg bilirubin. Bayi
cukup bulan akan menghancurkan eritrosit sebanyak satu gram/hari dalam
bentuk bilirubin indirek yang terikat dengan albumin bebas (1 gram albumin
akan mengikat 16 mg bilirubin). Bilirubin indirek larut dalam lemak dan bila
sawar otak terbuka, bilirubin akan masuk kedalam otak dan
terjadilah kernikterus. yang memudahkan terjadinya hal tersebut ialah
imaturitas, asfiksia/hipoksia, trauma lahir, BBLR (kurang dari 2500 gram),
infeksi, hipoglikemia, hiperkarbia.didalam hepar bilirubin akan diikat oleh
enzim glucuronil transverse menjadi bilirubin direk yang larut dalam air,
kemudian diekskresi kesistem empedu, selanjutnya masuk kedalam usus dan
menjadi sterkobilin. sebagian di serap kembali dan keluar melalui urin
sebagai urobilinogen.
Pada BBL bilirubin direk dapat di ubah menjadi bilirubin indirek didalam
usus karena disini terdapat beta-glukoronidase yang berperan penting
terhadap perubahan tersebut. bilirubin indirek ini diserap kembali oleh usus
selanjutnya masuk kembali ke hati (inilah siklus enterohepatik).
4
seperti salisilat dan lain-lain. Defisiensi albumin menyebabkan lebih
banyak bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat
pada otak (terjadi krenikterus).
d. Gangguan dalam ekskresi akibat sumbatan dalam hepar atau di luar
hepar. Akibat kelainan bawaan atau infeksi, atau kerusakan hepar oleh
penyebab lain.
C. Klasifikasi
Terdapat 2 jenis ikterus yaitu yang fisiologis dan patologis.
1. Ikterus fisiologi
Ikterus fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga
serta tidak mempunyai dasar patologi atau tidak mempunyai potensi
menjadi karena ikterus. Adapun tanda-tanda sebagai berikut :
a. Timbul pada hari kedua dan ketiga
b. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada
neonatus cukup bulan.
c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5% per hari.
d. Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%.
e. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
f. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis.
2. Ikterus Patologi
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau
kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia.
Adapun tanda-tandanya sebagai berikut:
a. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
b. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau
melebihi 12,5% pada neonatus kurang bulan.
c. Pengangkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari.
d. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
e. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.
5
f. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik. (Arief ZR, 2009.
hlm. 29)
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Pembentukan bilirubin yang berlebihan.
2. Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam
hati.
3. Gangguan konjugasi bilirubin.
4. Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan
sel darah merah. Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat
pula timbul karena adanya perdarahan tertutup.
5. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan,
misalnya Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan
tertentu.
6. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa
mikroorganisme atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati
dan sel darah merah seperti : infeksi toxoplasma. Siphilis.
7. Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri
ataupun dapat disebabkan oleh beberapa faktor:
Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuannya bayi untuk mengeluarkannya, misal pada
hemolisis yang meningkat pada inkompabilitas darah Rh, ABO, golongan
darah lain, defisiensi enzim G6PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan
sepsis.
Gangguan proses “uptake” dan konjugasi hepar.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh immturitas hepar, kurangnya substrat
untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia
dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindrom
6
Criggler-Najjar) penyebab lain atau defisiensi protein Y dalam hepar yang
berperan penting dalam “uptake” bilirubin ke sel hepar.
Gangguan transportasi.
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke hepar.
Ikatan bilirubin dengan albumin dapat dipengaruhi oleh obat misalnya
salisilat, dan sulfaforazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak
terdapat bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke
sel otak.
Gangguan dalam ekskresi.
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar.
Kelainan di luar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan.
Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi/kerusakan hepar oleh
penyebab lain.
7
E. Manifestasi Klinis
8
menderita gejala sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis,
gengguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan
displasia dentalis). Sedangakan menurut Handoko (2003)
gejalanya adalah warna kuning (ikterik) pada kulit, membrane
mukosa dan bagian putih (sclera) mata terlihat saat kadar
bilirubin darah mencapai sekitar 40 µmol/l.
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan penyakit ini yaitu terjadi kern ikterus
yaitu keruskan otak akibat perlangketan bilirubin indirek pada otak. Pada kern
ikterus gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara lain : bayi tidak mau
menghisap, letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu (involuntary
movements), kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dan akhirnya opistotonus.
Selain itu dapat juga terjadi Infeksi/sepsis, peritonitis, pneumonia.
G. Patofisiologi
9
Dalam bentuk glukoronida terkonjugasi, bilirubin yang larut tersebut
masuk ke sistem empedu untuk diekskresikan. Saat masuk ke dalam usus
,bilirubin diuraikan oleh bakteri kolon menjadi urobilinogen. Urobilinogen dapat
diubah menjadi sterkobilin dan diekskresikan sebagai feses. Sebagian
urobilinogen direabsorsi dari usus melalui jalur enterohepatik, dan darah porta
membawanya kembali ke hati. Urobilinogen daur ulang ini umumnya
diekskresikan ke dalam empedu untuk kembali dialirkan ke usus, tetapi sebagian
dibawa oleh sirkulasi sistemik ke ginjal, tempat zat ini diekskresikan sebagai
senyawa larut air bersama urin(Sacher, 2004).
Pada dewasa normal level serum bilirubin <1mg/dl. Ikterus akan muncul
pada dewasa bila serum bilirubin >2mg/dl dan pada bayi yang baru lahir akan
muncul ikterus bila kadarnya >7mg/dl(Cloherty et al, 2008).
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan bilirubin yang
melebihi kemampuan hati normal untuk ekskresikannya atau disebabkan oleh
kegagalan hati (karena rusak) untuk mengekskresikan bilirubin yang dihasilkan
dalam jumlah normal. Tanpa adanya kerusakan hati, obstruksi saluran ekskresi
hati juga akan menyebabkan hiperbilirubinemia. Pada semua keadaan ini,
bilirubin tertimbun di dalam darah dan jika konsentrasinya mencapai nilai
tertentu(sekitar 2-2,5mg/dl), senyawa ini akan berdifusi ke dalam jaringan yang
kemudian menjadi kuning. Keadaan ini disebut ikterus ataujaundice(Murray et
al,2009).
H. Pemeriksaan Penunjang
10
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan
diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma
3. Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan
ekstra hepatic.
4. Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar
seperti untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic
selain itu juga untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati,
hepatoma.
5. Peritoneoskopi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi
untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit
ini.
6. Laparatomi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi
untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini
11
Hiperbilirubinemia yang berhubungan dengan pemberian ASI dapat berupa
breastfeeding jaundice (BFJ) dan breastmilk jaundice (BMJ). Perbedaannya dapat
dilihat pada bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat mengalami hiperbilirubinemia
yang dikenal dengan BFJ. Penyebab BFJ adalah kekurangan asupan ASI. Biasanya
timbul pada hari ke-2 atau ke-3 pada waktu ASI belum banyak. Breastfeeding
jaundice tidak memerlukan pengobatan dan tidak perlu diberikan air putih atau air
gula. Bayi sehat cukup bulan mempunyai cadangan cairan dan energi yang dapat
mempertahankan metabolismenya selama 72 jam. Pemberian ASI yang cukup dapat
mengatasi BFJ. Ibu harus memberikan kesempatan lebih pada bayinya untuk
menyusu. Kolostrum akan cepat keluar dengan hisapan bayi yang terus menerus.
ASI akan lebih cepat keluar dengan inisiasi menyusu dini dan rawat gabung.
Penyebab BMJ berhubungan dengan pemberian ASI dari seorang ibu tertentu
dan biasanya akan timbul pada setiap bayi yang disusukannya. Semua bergantung
pada kemampuan bayi tersebut dalam mengkonjugasi bilirubin indirek (bayi
prematur akan lebih berat ikterusnya). Penyebab BMJ belum jelas, beberapa faktor
diduga telah berperan sebagai penyebab terjadinya BMJ. Breastmilk jaundise
diperkirakan timbul akibat terhambatnya uridine diphosphoglucoronic acid
glucoronyl transferase (UDPGA) oleh hasil metabolisme progesteron yaitu
pregnane-3-alpha 20 beta-diol yang ada dalam ASI ibu-ibu tertentu. Pendapat lain
menyatakan hambatan terhadap fungsi glukoronid transferase di hati oleh
peningkatan konsentrasi asam lemak bebas yang tidak di esterifikasi dapat juga
menimbulkan BMJ.
12
terlambatnya pembentukan flora usus pada bayi yang mendapat ASI serta (3) defek
aktivitas uridine diphosphateglucoronyl transferase (UGT1A1) pada bayi yang
homozigot atau heterozigot untuk varian sindrom Gilbert.
13
2. Pathologic Jaundice, seperti Blood Group Incompatibility yaitu sakit
kuning yang disebabkan oleh ketidakcocokan rhesus (Rh) atau golongan
darah antara ibu dan bayi. Dalam kondisi seperti ini, jumlah sel-sel darah
merah yang mati melebihi jumlah rata-rata, sehingga mengakibatkan
terbentuknya lebih banyak lagi Bilirubin -- atau dalam hal ketidakcocokan
golongan darah, kandangkala golongan darah ibu yang berbeda dapat
membentuk antibodi yang justru bersifat menghancurkan sel-sel darah
merah BBL. Sekarang ini, jarang sekali ditemukan kasus Rh
incompatability (yang biasanya juga disertai oleh permasalahan seputar
metabolisme bayi, gagal jantung dan anemia), yang mungkin lebih sering
adalah kasus ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan bayi.
Beberapa penyebab Pathologic Jaundicelainnya adalah:
a. gangguan metabolik seperti galaktosemia
b. gangguan medis seperti kekurangan glukosa-6-fosfat
c. kelenjar tiroid yang kurang aktif
d. infeksi saluran kencing
e. gangguan fungsi lever.
Selain dilakukan penanganan dan pengobatan penyakit yang menyebabkan
jenis jaundice tersebut (bila diperlukan), BBL juga HARUS LEBIH SERING
MINUM ASI sehingga Bilirubin dapat terbuang melalui BAB-nya.
3. Breastfeeding Jaundice, disebabkan ketika Bilirubin yang telah laut dalam
air (water soluble) masuk ke dalam usus untuk dibuang melalui BAB,
ternyata ada sebagian yang akan terserap kembali oleh tubuh setelah oleh
dinding usus diubah lagi komposisinya menjadi larut dalam lemak (fat
soluble). Semakin banyak BAB yang berhasil mengeluarkan Bilirubin,
maka akan semakin sedikit yang terserap kembali oleh tubuh bayi. Oleh
karena itu, PENTING SEKALI bagi BBL untuk MINUM ASI dalam
bentuk KOLOSTRUM yang banyak mengandung zat laksatif sehingga
Bilirubin dapat dikeluarkan secara maksimal sehingga sedikit sekali yang
akan terserap kembali ke dalam tubuhnya. Bayi yang TIDAK SERING
14
MINUM ASI dapat mengalami gejala ini, maka penting sekali untuk
sering-sering menyusui BBL (minimal 8-12x dalam 24 jam), dan
memastikan bahwa BAYI MINUM ASI dan tidak hanya ngempeng pada
puting/payudara ibu. Makanya disebut Breastfeeding Jaundice, karena
umumnya disebabkan oleh KURANG MINUM ASI.
4. Conjugated Hyperbilirubinemia, kalau ketiga kondisi diatas adalah yang
"normal" atau "biasa" dijumpai pada BBL, maka yang ini adalah "tidak
normal" dan seringkali mempunyai resiko yang serius. Penyebabnya
adalah bayi lahir dengan kondisi hati atau lever yang rusak, atau saluran
yang menghubungkan lever dengan usus bayi tersumbat, sehingga
Bilirubin yang telah larut dalam air (water soluble) tidak dapat masuk ke
dalam usus dan akan masuk kembali ke dalam darah bayi. Salah satu
gejalanya adalah warna BAK bayi kecoklat-coklatan, tidak bening seperti
BAK bayi yang minum ASI dengan baik. Hal ini disebabkan karena
Bilirubin yang sudah larut dalam air (water soluble) tidak dapat terbuang
melalui BAB, tetapi justru melalui BAK. Bayi dengan tingkat Conjugated
Bilirubin yang sangat tinggi perlu segera diteliti penyebabnya, apalagi jika
disertai gejala BAK berwarna kecoklatan.
Penanganan secara tepat dapat dilakukan apabila sudah ditangani sejak
awal. Kondisi ini juga TIDAK MENGHALANGI bayi untuk diberikan dan
minum ASI.
Seperti bisa anda baca sendiri, untuk kasus (1) sampai (3), hubungan
antara sakit kuning dengan ASI hanya 1: BBL sedikit minum ASI atau bahkan
tidak minum ASI sama sekali justru memperparah kondisi sakit kuning-nya.
Mengapa BBL sampai sedikit minum ASI atau bahkan tidak minum ASI
sama sekali ?
15
3. BBL sering menyusu tetapi TIDAK MINUM ASI alias HANYA
NGEMPENG saja pada puting/payudara ibu. Hal ini disebabkan karena
posisi badan bayi dan pelekatan mulut bayi pada payudara ibu belum tepat,
sehingga bayi mengalami kesulitan untuk mengeluarkan
ASI/KOLOSTRUM dari payudara ibu.
Jadi, dalam hal ini, justru TIDAK PERLU untuk berhenti menyusui dan
minum ASI untuk mengetahui apakah kuningnya disebabkan oleh ASI, karena
setelah kita baca, kuningnya justru akan menjadi semakin parah apabila
KURANG MINUM ASI.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
Academy of Pediatrics (AAP) tidak menganjurkan penghentian ASI dan
merekomendasikan pemberian ASI terus menerus (minimal 8-10 kali dalam 24 jam).
Sedangkan Gartner dan Auerbach merekomendasikan dilakukan penghentian ASI
sementara pada sebagian kasus BMJ dan tetap mendapat ASI selama dalam proses
terapi BFJ.
B. Saran
REFERENSI
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/indikasi-terapi-sinar-pada-bayi-menyusui-
yang-kuning
(diunduh pada tanggal 5 November 2018, pukul 15:00)
https://aimi-asi.org/layanan/lihat/sakit-kuning-dan-menyusui
(diunduh pada tanggal 5 November 2018, pukul 15:10)
http://maulaya-triowk.blogspot.com/2014/09/makalah-hiperbilirubin.html
(diunduh pada tanggal 5 november 2018, pukul 15:20)
18