Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang diawali oleh
adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada akhirnya akan meningkatkan risiko
kematian bagi seseorang. Apabila dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, proses penuaan
merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik
dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu
Oleh karena itu diperlukannya pelaksanaan program terapi yang diperlukan suatu
instrument atau parameter yang bisa digunakan untuk mengevaluasi kondisi lansia, sehingga
mudah untuk menentukan program terapi selanjutnya. Tetapi tentunya parameter tersebut harus
disesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana lansia itu berada, karena hal ini sangat individual
sekali, dan apabila dipaksakan justru tidak akan memperoleh hasil yang diharapkan. Dalam
keadaan ini maka upaya pencegahan berupa latihan-latihan atau terapi yang sesuai harus
dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa pengertian terapi okupasi
2) Karakteristik aktivita terapi okupasi
3) Tujuan terapi okupasi
4) Jenis terapi okupasi
5) Aktivitas terapi okupasi
6) Tahapan terapi okupasi
7) Analisa aktivitas terapi okupasi

1
1.3 Tujuan
1) Apa pengertian terapi okupasi
2) Karakteristik aktivitas terapi okupasi
3) Tujuan terapi okupasi
4) Jenis terapi okupasi
5) Aktivitas terapi okupasi
6) Tahapan terapi okupasi
7) Analisa aktivitas terapi okupasi

BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terapi Modalitas

Terapi modalitas adalah Kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia.

2.2 Tujuan Teori Modalitas

a) Mengisi waktu luang bagi lansia

b) Meningkatkan kesehatan lansia

c) Meningkatkan produktifitas lansia

d) Meningkatkan interaksi sosial antar lansia

2.3 Program Pada Lansia

A. Program Fisioterapi

Dalam penanganan terapi latihan untuk lansia dimulai dari aktivitas fisik yang paling ringan
kemudian bertahap hingga maksimal yang bisa dicapai oleh individu tersebut, misalnya :

1. Aktivitas di tempat tidur

a. Positioning, alih baring, latihan pasif dan aktif lingkup gerak sendi)

2. Mobilisasi

a. Latihan bangun sendiri, duduk, transfer dari tempat tidur ke kursi, berdiri, jalan.

b. Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari : mandi, makan, berpakaian, dll

3
B. Program Okupasi terapi

Latihan ditujukan untuk mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan memberikan latihan
dalam bentuk aktivitas, permainan, atau langsung pada aktiviats yang diinginkan. Misalnya
latihan jongkok-berdiri di WC yang dipunyai adalah harus jongkok, namun bila tidak
memungkinkan maka dibuat modifikasi.

C. Program Ortotik-prostetik

Bila diperlukan alat bantu dalam mendukung aktivitas pada lansia maka seorang ortotis-prostetis
akan membuat alat penopang, atau alat pengganti bagian tubuh yang memerlukan sesuai dengan
kondisi penderita. Dan untuk lansia hal ini perlu pertimbangan lebih khusus, misalnya
pembuatan alat diusahakan dari bahan yang ringan, model alat yang lebih sederhana sehingga
mudah dipakai, dll.

D. Program Terapi Wicara

Program ini kadang-kadang tidak selalu ditujukan untuk latihan wicara saja, tetapi perlu
diperlukan untuk memberi latihan pada penderita dengan gangguan fungsi menelan apabila
ditemukan adanya kelemahan pada otot-otot sekitar tenggorokan. Hal ini sering terjadi pada
penderita stroke, dimana terjadi kelumpuhan saraf vagus, saraf lidah, dll

E. Program Sosial-Medik

Petugas sosial-medik memerlukan data pribadi maupun keluarga yang tinggal bersama lansia,
melihat bagaimana struktur/kondisi di rumahnya yang berkaitan dengan aktivitas yang
dibutuhkan penderita, tingkat sosial-ekonomi. Hal ini sangat penting sebagai masukan untuk
mendukung program lain yang ahrus dilaksanakan, misalnya seorang lansia yang tinggal
dirumahnya banyak trap/anak tangga, bagaimana bisa dibuat landai atau pindah kamar yang
datar dan biasa dekat dengan kamar mandi, dll.

F. Program Psikologi

Dalam menghadapi lansia sering kali harus memperhatikan keadaan emosionalnya, yang
mempunyai ciri-ciri yang khas pada lansia, misalnya apakah seorang yang tipe agresif, atau
konstruktif, dll. Juga untuk memberikan motivasi agar lansia mau melakukan latihan, mau
4
berkomunikasi, sosialisasi dan sebgainya. Hal ini diperlukan pula dalam pelaksanaan program
lain sehingga hasilnya bisa lebih baik.

2.4 Faktor-faktor yang perlu Diperhatikan Dalam Pemilihan Terapy Mencakup:

1. Kapasitan (fisik, emosi, kognitif) dari orang lansia.

2. Kebutuhan bermasyarakat (social demand) yang menyangkut “penyesuaian” perilaku untuk


orang lanjut usia.

3. Harapan (keinginan-keinginan) dari orang tertentu lainnya

4. Harapan-harapan (keinginan-keinginan) dari lansia sendiri untuk dirinya sendiri). (Quarterman


dan Cohn, 1973)

BAB III

PEMBAHASAN

5
3.1. Pengertian Terapi Okupasi

Terapi adalah penyembuhan atau pengobatan, sedangkan Okupasi (occupational)


adalah pekerjaan, aktivitas, kesibukan, jabatan.

Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi
seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini berfokus pada
pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan
bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan
orang lain (Riyadi dan Purwanto, 2009).

Okupasi Terapi adalah profesi kesehatan yang menangani pasien / klien dengan
gangguan fisik dan atau mental baik yang bersifat sementara atau menetap dengan
menggunakan aktifitas terapeutik yang disesuaikan untuk membantu mempertahankan atau
meningkatkan komponen kinerja okupasional ( senso-motorik, persepsi, kognitif, social dan
spiritual ) dan area kinerja okupasional ( aktifitas sehari – hari /Activity Dailly Living
/ADL, produktifitas /Productivity ,dan pemanfaatan waktu luang /Leisure Activity)
sehinngga pasien / klien mampu meningkatkan kemandirian fungsional, meningkatkan
derajat kesehatan dan partisipasi di masyarakat sesuai perannya. ( SkMenkes RI No
571/MENKES/SK/VI/2008, 2008).

A. Pengertian Terapi Okupasi secara umum

Terapi okupasi adalah suatu upaya penyembuhan atau pengobatan terhadap suatu gangguan
dengan cara pemberian tugas, kesibukan atau pekerjaan tertentu agar anak dapat
mengembangkan diri dan mengembangkan potensinya semaksimal mungkin

B. Pengertian Terapi Okupasi Dari Segi Medis

Terapi okupasi adalah suatu pertolongan yang bertujuan untuk memperbaiki otot-otot
dengan jalan bekerja yang harus menggerakkan otot-otot sendi.

6
C. Pengertian Melalui Aspek Edukatif

Terapi okupasi merupakan suatu bidang kegiatan yang bersifat pengembangan dari bidang
studi keterampilan, prakarya dan pekerjaan tangan/SBK.

3.2 Karakteristik Aktivitas Terapi Okupasi

Aktivitas dalam okupasi terapi adalah segala macam aktivitas yang dapat menyibukan
seseorang secara produktif yaitu sebagai suatu media untuk belajar dan berkembang,
sekaligus sebagai sumber kepuasaan emosional maupun fisik. Oleh karena itu setiap aktivitas
yang digunakan dalam okupasi terapi harus mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. Setiap gerakan harus mempunyai alasan dan tujuan terapi yang jelas. Jadi bukan hanya
sekedar menyibukan lansia.

2. Mempunyai arti tertentu bagi lansia, artinya dikenal oleh atau ada hubungannya dengan
lansia.

3. Lansia harus mengerti tujuan mengerjakan kegiatan tersebut, dan apa kegunaannya
terhadap upaya penyembuhan penyakitnya.

4. Harus dapat melibatkan lansia secara aktif walaupun minimal.

3.3. Tujuan Terapi Okupasi

Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan


membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan. Misalnya : membuat
kipas, membuat keset, membuat sulak dari tali rafia, membuat bunga dari bahan yang
mudah di dapat (pelepah pisang, sedotan, botol bekas, biji-bijian, dll), menjahit dari kain,
merajut dari benang, kerja bakti (merapikan kamar, lemari, membersihkan lingkungan
sekitar, menjemur kasur, dll).

Adapun tujuan terapi okupasi menurut Riyadi dan Purwanto (2009), adalah:

A. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi mental.

7
1. Menciptakan kondisi tertentu sehingga lansia dapat mengembangkan kemampuannya
untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan masyarakat sekitarnya.

2. Membantu melepaskan dorongan emosi secara wajar.

3. Membantu menemukan kegiatan sesuai bakat dan kondisinya.

4. Membantu dalam pengumpulan data untuk menegakkan diagnosa dan terapi.

B. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan gerak, sendi, otot dan
koordinasi gerakan.

C. Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan, berpakaian, Buang air kecil,
Buang air besar dan sebagainya.

D. Membantu lansia menyesuaikan diri dengan tugas rutin di rumah dan memberi saran
penyederhanaan (siplifikasi) ruangan maupun letak alat-alat kebutuhan sehari-hari.

E. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan kemampuan yang dimiliki.

F. Menyediakan berbagai macam kegiatan agar dicoba lansia untuk mengetahui kemampuan
mental dan fisik, kebiasaan, kemampuan bersosialisasi, bakat, minat dan potensi dan lain-
lainnya dari si pasien dalam mengarahkannya kepekerjaan yang tepat dalam latihan kerja.

G. Mengarahkan minat dan hobi untuk dapat digunakan setelah lansia kembali di
lingkungan masyarakat.

H. Membantu penderita untuk menerima kenyatan dan menggunakan waktu selama masa
rawat dengan berguna.

3.4. Jenis Terapi Okupasi

8
Menurut Creek (2002) okupasi terapi bergerak pada tiga area, atau yang biasa disebut
dengan occupational performance yaitu, activity of daily living (perawatan diri),
productivity (kerja), dan leisure (pemanfaatan waktu luang). Bagaimanapun setiap individu
yang hidup memerlukan ketiga komponen tersebut. Individu-individu tersebut perlu
melakukan perawatan diri seperti aktivitas makan, mandi, berpakaian, berhias, dan
sebagainya tanpa memerlukan bantuan dari orang lain.

Individu juga perlu bekerja untuk bisa mempertahankan hidup dan mendapat kepuasan atau
makna dalam hidupnya. Selain itu, penting juga dalam kegiatan refresing, penyaluran hobi,
dan pemanfaatan waktu luang untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat disela-sela
kepenatan bekerja. Semua itu terangkum dalam terapi okupasi yang bertujuan
mengembalikan fungsi individu agar menemukan kembali makna atau arti hidup. Jenis
terapi okupasi menurut Rogers & Holm (2004) dan Creek (2002) yaitu:

1. Aktivitas Sehari-hari (Activity of Daily Living) .

Aktivitas yang dituju untuk merawat diri yang juga disebut Basic Activities of Daily Living
atau Personal Activities of Daily Living terdiri dari: kebutuhan dasar fisik (makan, cara
makan, kemampuan berpindah, merawat benda pribadi, tidur, buang air besar, mandi, dan
menjaga kebersihan pribadi) dan fungsi kelangsungan hidup (memasak, berpakaian,
berbelanja, dan menjaga lingkungan hidup seseorang agar tetap sehat).

2. Pekerjaan

Kerja adalah kegiatan produktif, baik dibayar atau tidak dibayar. Pekerjaan di mana
seseorang menghabiskan sebagian besar waktunya biasanya menjadi bagian penting dari
identitas pribadi dan peran sosial, memberinya posisinya dalam masyarakat, dan rasa nilai
sendiri sebagai anggota yang ikut berperan. Pekerjaan yang berbeda diberi nilai-nilai sosial
yang berbeda pada masyarakat.

Termasuk aktivitas yang diperlukan untuk dilibatkan pada pekerjaan yang menguntungkan
atau menghasilkan atau aktivitas sukarela seperti minat pekerjaan, mencari pekerjaan dan
kemahiran, tampilan pekerjaan, persiapan pengunduran dan penyesuaian, partisipasi
9
sukarela, relawan sukarela. Pekerjaan secara individu memiliki banyak fungsi yaitu
pekerjaan memberikan orang peran utama dalam masyarakat dan posisi sosial, pekerjaan
sebagai sarana dari mata pencaharian, memberikan struktur untuk pembagian waktu untuk
kegiatan lain yang dapat direncanakan, dapat memberikan rasa tujuan hidup dan nilai hidup,
dapat menjadi bagian penting dari identitas pribadi seseorang dan sumber harga diri, dapat
menjadi forum untuk bertemu orang-orang dan membangun hubungan, dan dapat menjadi
suatu kepentingan dan sumber kepuasan.

3. Waktu Luang

Aktivitas mengisi waktu luang adalah aktivitas yang dilakukan pada waktu luang yang
bermotivasi dan memberikan kegembiraan, hiburan, serta mengalihkan perhatian lansia.
Aktivitas tidak wajib yang pada hakekatnya kebebasan beraktivitas.

Adapun jenis-jenis aktivitas waktu luang seperti menjelajah waktu luang (mengidentifikasi
minat, keterampilan, kesempatan, dan aktivitas waktu luang yang sesuai) dan partisipasi
waktu luang (merencanakan dan berpatisipasi dalam aktivitas waktu luang yang sesuai,
mengatur keseimbangan waktu luang dengan kegiatan yang lainnya, dan memperoleh,
memakai, dan mengatur peralatan dan barang yang sesuai).

3.5 Aktivitas Terapi Okupasi

Mengungkapkan aktivitas yang digunakan dalam terapi okupasi, sangat dipengaruhi oleh
konteks terapi secara keseluruhan, lingkungan, sumber yang tersedia, dan juga oleh
kemampuan si terapi sendiri (pengetahuan, keterampilan, minat dan kreativitasnya). (Muhaj,
2009).

A. Jenis

Jenis kegiatan yang dapat dilakukan meliputi: latihan gerak badan, olahraga, permainan
tangan, kesehatan, kebersihan, dan kerapian pribadi, pekerjaan sehari-hari (aktivitas
kehidupan sehari-hari, seperti dengan mengajarkan merapikan tempat tidur, menyapu dan
mengepel), praktik pre-vokasional, seni (tari, musik, lukis, drama, dan lain-lain), rekreasi
(tamasya, nonton bioskop atau drama), diskusi dengan topik tertentu (berita surat kabar,
majalah, televisi, radio atau keadaan lingkungan) (Muhaj, 2009).
10
B. Aktivitas

Aktivitas adalah segala macam aktivitas yang dapat menyibukan seseorang secara produktif
yaitu sebagai suatu media untuk belajar dan berkembang, sekaligus sebagai sumber
kepuasan emosional maupun fisik

Salah satu kegiatan yang dilakukan lanjut usia pada waktu senggang antara lain : mewarnai

3.6. Indikasi Terapi Okupasi

Riyadi dan Purwanto (2009), menyatakan bahwa indikasi dari terapi okupasi sebagai
berikut:

a. Lansia dengan kelainan tingkah laku, seperti lansia harga diri rendah yang disertai
dengan kesulitan berkomunikasi.

b. Ketidakmampuan menginterpretasikan rangsangan sehingga reaksi terhadap rangsang


tidak wajar.

c. Lansia yang mengalami kemunduran.

d. Lansia dengan cacat tubuh disertai gangguan kepribadian.

e. Lansia yang mudah mengekspresikan perasaan melalui aktivitas.

f. Lansia yang mudah belajar sesuatu dengan praktik langsung daripada membayangkan.

3.7. Tahapan Terapi Okupasi

Menurut Tirta & Putra (2008) dan Untari (2006). Adapun tahapan terapi okupasi, antara
lain:

1. Tahap Evaluasi
11
Tahap evaluasi sangat menentukan bagi tahap-tahap berikutnya. Pada tahap awal ini mulai
dibentuk hubungan kerjasama antara terapis dan pasien/lansia, yang kemudian akan
dilanjutkan selama tahap terapi okupasi. Tahap ini juga disebut tahapan kognitif yang
memfokuskan kemampuan pekerjaan yang berorientasi pada keterampilan kognitif. Tahap
evaluasi dibagi menjadi 2 langkah yaitu :

a. Langkah pertama adalah profil pekerjaan (occupational profile) dimana terapis


mengumpulkan informasi mengenai riwayat dan pengalaman pekerjaan pasien, pola hidup
sehari-hari, minat, dan kebutuhannya. Dengan pendekatan “client-centered”, informasi
tersebut dikumpulkan untuk dapat memahami apa yang penting dan sangat bermakna bagi
pasien saat ini, apa yang ingin dan perlu dilakukannya, serta mengidentifikasi pengalaman
dan minat sebelumnya yang mungkin akan membantu memahami persoalan dan masalah
yang ada saat ini

b. Langkah kedua adalah analisa tampilan pekerjaan (analysis of occupational


performance). Tampilan pekerjaan yang dimaksud adalah kemampuan untuk melaksanakan
aktivitas dalam kehidupan keseharian, yang meliputi aktivitas dasar hidup sehari-hari,
pendidikan, bekerja, bermain, mengisi waktu luang, dan partisipasi sosial. Hal yang juga
diperhatikan pada tahap awal atau kognitif ini adalah membangkitkan ide saat waktu luang
pasien, mempelajari berapa banyak kemungkinan atau waktu yang dihabiskan,
membandingkan beberapa kegiatan yang menyenangkan dibanding bekerja, mengatur
waktu untuk hal yang menyenangkan (kebutuhan, pilihan, hambatan, dan minat), dan
mengatur waktu diri sendiri. Keterampilan dasar yang diharapkan mendapatkan
keterampilan, memproses keterampilan, menyalurkan keterampilan, dan ketegasan pasien.

2. Tahap Intervensi

Tahap intervensi yang terbagi dalam 3 langkah, yaitu rencana intervensi, implementasi
intervensi, dan peninjauan (review) intervensi. Rencana intervensi adalah sebuah rencana
yang dibangun berdasar pada hasil tahap evaluasi dan menggambarkan pendekatan terapi
okupasi serta jenis intervensi yang terpilih, guna mencapai target hasil akhir yang
ditentukan oleh pasien.

12
Rencana intervensi ini dibangun secara bersama-sama dengan pasien (termasuk pada
beberapa kasus bisa bersama keluarga atau orang lain yang berpengaruh), dan berdasarkan
tujuan serta prioritas pasien. Rencana intervensi yang telah tersusun kemudian
dilaksanakan sebagai implementasi intervensi yang mana diartikan sebagai tahap
keterampilan dalam mempengaruhi perubahan tampilan pekerjaan pasien, membimbing
mengerjakan pekerjaan atau aktivitas untuk mendukung partisipasi. Langkah ini adalah
tahap bersama antara pasien, ahli, dan asisten terapi okupasi.

Implementasi intervensi terapi okupasi dapat dilakukan baik secara individual maupun
berkelompok, tergantung dari keadaan pasien, tujuan terapi, dan lain-lain.

Metode individual bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi dan sekaligus
untuk evaluasi pasien, pada pasien yang belum dapat atau mampu untuk berinteraksi
dengan cukup baik didalam suatu kelompok sehingga dianggap akan mengganggu
kelancaran suatu kelompok, dan pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujuan
agar terapis dapat mengevaluasi pasien lebih efektif. Sedangkan metode kelompok
dilakukan untuk pasien lama atas dasar seleksi dengan masalah atau hampir bersamaan,
atau dalam melakukan suatu aktivitas untuk tujuan tertentu bagi beberapa pasien sekaligus.

Sebelum memulai suatu kegiatan baik secara individual maupun kelompok maka terapis
harus mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatunya yang menyangkut pelaksanaan
kegiatan tersebut. Pasien juga perlu dipersiapkan dengan cara memperkenalkan kegiatan
dan menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga dia atau mereka lebih
mengerti dan berusaha untuk ikut aktif. Jumlah anggota dalam suatu kelompok disesuaikan
dengan jenis aktivitas yang akan dilakukan dan kemampuan terapis mengawasi.

Sedangkan peninjauan intervensi diartikan sebagai suatu tahap berkelanjutan untuk


mengevaluasi dan meninjau kembali rencana intervensi sebelumnya, efektivitas
pelaksanaannya, sejauh mana perkembangan yang telah dicapai untuk menuju target hasil
akhir. Bilamana dibutuhkan, pada langkah ini dapat dilakukan perubahan terhadap rencana
intervensi.

3. Tahap Hasil Akhir

13
Tahap terakhir pada terapi okupasi adalah hasil akhir (outcome). Hasil akhir disini diartikan
sebagai dimensi penting dari kesehatan yang berhubungan dengan intervensi, termasuk
kemampuan untuk berfungsi, persepsi kesehatan, dan kepuasaan dengan penuh perhatian.
Pada tahap ini ditentukan apakah sudah berhasil mencapai target hasil akhir yang
diinginkan atau tidak. Jadi hasil akhir dalam bentuk tampilan okupasi, kepuasaan pasien,
kompetensi aturan, adaptasi, pencegahan, dan kualitas hidup.

3.8. Analisa Aktivitas Terapi Okupasi

Riyadi dan Purwanto (2009), menyatakan bahwa analisa dari kegiatan terapi okupasi,
meliputi: jenis kegiatan yang dilakukan seperti latihan gerak badan atau pekerjaan sehari-
hari, maksud dan tujuan dari kegiatan dilakukan dan manfaatnya bagi klien, sarana atau alat
atau aktivitas dilakukan disesuaikan dengan jenis kegiatan yang dilakukan, persiapan
terhadap sarana pendukung dan klien maupun perawat, pelaksanaan dari kegiatan yang telah
direncanakan, kontra indikasi dan disukai klien atau tidak disukai yang disesuaikan dengan
kemampuan yang dimiliki oleh lansia.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang diawali oleh
adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada akhirnya akan meningkatkan risiko
kematian bagi seseorang. Apabila dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, proses penuaan

14
merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik
dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu.

Terapi modalitas adalah Kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia. Terapi
ini di berikan dalam upaya mengubah perilaku klien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku
adaptif. Terapi modalitas mendasarkan potensi yang dimiliki pasien (modal-modality) sebagai
titik tolak terapi atau penyembuhannya.

Terapi okupasi adalah suatu upaya penyembuhan atau pengobatan terhadap suatu gangguan
dengan cara pemberian tugas, kesibukan atau pekerjaan tertentu agar anak dapat
mengembangkan diri dan mengembangkan potensinya semaksimal mungkin

Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan membuat
atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan. Misalnya : membuat kipas, membuat
keset, membuat sulak dari tali rafia, membuat bunga dari bahan yang mudah di dapat (pelepah
pisang, sedotan, botol bekas, biji-bijian, dll), menjahit dari kain, merajut dari benang, kerja bakti
(merapikan kamar, lemari, membersihkan lingkungan sekitar, menjemur kasur, dll).

4.2 Saran

1. Bagi keluarga klien


a. Berikan dukungan dan support dalam terapi okupasi pada klien
b. Dapatkan tim yang jelas tentang tujuan dan tindakan terapi dari tim medis
c. Kenali gejala-gejala yang timbul dan segera memerlukan perawatan medis
2. Bagi perawat atau tim medis
a. Tetapkan intervensi terapi okupasi sesuai dengan hasil pengkajian
15
b. Berikan informasi yang jelas kepada keluarga maupun klien tentang tujuan dan
tindakan yang akan dilakukan
c. Berikan penyuluhan mengenai penyebab, gejala, pengobatan dan pencegahan

16
DAFTAR PUSTAKA

Https://ikhyakhmad.blogspot.com/2017/11/makalah-penerapan-terapi-modalitas-pada.html?m=1
http://calonurse.blogspot.com/2014/03/terapi-modalitas-lansia-terapi.html?m=1

17

Anda mungkin juga menyukai