Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi
seseoranguntuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini berfokus pada
pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan
bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan
oranglain (Riyadi dan Purwanto, 2009).Terapi Okupasi/terapi kerja adalah salah satu jenis terapi
kesehatan yang merupakan proses penyembuhan melalui aktivitas. Aktivitas yang dikerjakan
tidak hanya sekedar membuatsibuk pasien, melainkan aktivitas fungsional yang mengandung
efek terapetik dan bermanfaat bagi pasien. Artinya aktivitas yang langsung diaplikasikan dalam
kehidupan.. Penekananterapi ini adalah pada sensomotorik dan proses neurologi dengan cara
memanipulasi,memfasilitasi dan menginhibisi lingkungan, sehingga tercapai peningkatan,
perbaikan dan pemeliharaan kemampuan dan pekerjaan atau kegiatan digunakan sebgai terapi
sertamempunyai tujuan yang jelas.Pekerjaan atau okupasi sejak dulu kala telah dikenal sebagai
sesuatu untuk mempertahankanhidup atau survival, dan juga diketahui sebagai sumber
kesenangan. Dengan bekerja,seseorang akan menggunakan otot-otot dan pikirannya, misalnya
dengan melakukan permainan (game), latihan gerak badan, kerajinan tangan dan lain-lain,
dimana hal ini akanmempengaruhi kesehatannya juga.Pada tahun 2600 SM orang-orang di Cina
berpendapat bahwa penyakit timbul karenaketidakaktifan organ tubuh. Socrates dan plato (400
SM) mempercayai adanya hubunganyang erat antara tubuh dengan jiwa. Hypoocrates selalu
menganjurkan pasiennya untuk melakukan latihan gerak badan sebagai salah satu cara
pengobatan pasiennya. Di Mesir danYunani (2000 SM) dijelaskan bahwa rekreasi dan
permainan adalah salah suatu media terapiyang ampuh, misalnya menari, bermain musik,
bermain boneka untuk anak-anak, dan bermain bola. Pekerjaan diketahui sangat bermanfaat
bagi perkembangan jiwa maupun fisik manusia.Socrates berkata bahwa seseorang harus
membiasakan diri dengan selalu bekerja secara sadar dan jangan bermalas-malasan. Pekerjaan
dapat juga digunakan sebagai pengalihan perhatianatau pikiran sehingga menjadi segar kembali
untuk memikirkan hal-hal yang lain. Denganokupasi/pekerjaan, pasien jiwa akan dikembalikan
ke arah hidup yang normal dan dapat meningkatkan minatnya sekaligus memelihara dan
mempraktikan keahlian yang dimilikinyasebelum sakit sehingga dia akan tetap sebagai
seseorang yang produktif.Terapi okupasi berasal dari kata Occupational Therapy. Occupational
berati suatu pekerjaan,therapy berarti pengobatan. Jadi, Terapi Okupasi adalah perpaduan
antara seni dan ilmu pengetahuan untuk mengarahkan penderita kepada aktivitas selektif, agar
kesehatan dapatditingkatkan dan dipertahankan, serta mencegah kecacatan melalui kegiatan
dan kesibukankerja untuk penderita cacat mental maupun fisik. (American Occupational
therapistAssociation). Terapis okupasi membantu individu yang mengalami gangguan dalam
fungsimotorik, sensorik, kognitif juga fungsi sosial yang menyebabkan individu tersebut
mengalamihambatan dalam melakukan aktivitas perawatan diri, aktivitas produktivitas, dan
dalamaktivitas untuk mengisi waktu luang. Tujuan dari pelatihan Terapi Okupasi itu sendiri
adalahuntuk mengembalikan fungsi penderita semaksimal mungkin, dari kondisi abnormal
kenormal yang dikerahkan pada kecacatan fisik maupun mental, dengan memberikan
aktivitasyang terencana dengan memperhatikan kondisi penderita sehingga penderita
diharapkandapat mandiri di dalam keluarga maupun masyarakat.Intervensi yang diberikan
menggunakan modalitas aktivitas yang telah dianalisis dan adaptasiyang kemudian
diprogramkan untuk anak sesuai dengan kebutuhan khususnya. Secara garis besar intervensi
difokuskan pada hal-hal berikut :
1.Kemampuan (abilities)
2. Ketrampilan (skill)
a. Aktivitas sehari-hari (activity daily living) seperti makan, minum, berpakaian,mandi, dan
lain-lain
b. Pre-academic skill
c. Ketrampilan sosial
d. Ketrampilan bermain
3.Faktor lingkungan
a. Lingkungan fisik
b. Situasi keluarga
c. Dukungan dari komunitas
4.Okupasi Terapis sebagai konsultanOkupasi terapis sebagai konsultan pada area berikut ini
a. Program intervensi awal
b. Pengaturan rumah, sekolah, dan area bermain
c. Lingkungan dan adaptasi mainan atau media belajar
d. Alat bantu
e. Strategi perilakuAnak-anak sekolah yang mengalami hal-hal berikut ini perlu
penanganan terapi okupasi :
f. Keterlambatan motorik kasar seperti lari, lompat, jongkok, main bola, dan lain-lain
g. Ketrampilan motorik halus seperti ketrampilan memegang pensil, hasil tulisan tidak rata
tebal tipisnya, dan lain-lain
h. Hiperaktif atau hipoaktif
i. Tidak mampu menjaga proses berbahasa
j. Tidak mampu menjaga dan mengatur posisi saat belajar
k. Gangguan persepsi visual seperti tidak lengkap dalam menyalin tulisan.
l. Gangguan atensi dan konsentrasi.
m. Menarik diri.
n. Kesulitan berinteraksi dengan teman sebaya.
o. Keterlambatan dalam bermain.
p. Tidak disiplin
Untuk mencapai tujuan tersebut di dalam terapi okupasi memiliki dua prinsip kerja, yaitu
sebagai berikut :