Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu tanpa ada halangan sedikitpun.
Tujuan kami membuat makalah ini sebagai tambahan referensi bagi para mahasiswa
yang membutuhkan ilmu tambahan tentang Makalah Terapi Okupasi.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih juga kami
sampaikan kepada orang tua yang telah memberikan dukungan bagi kami. Serta tak lupa
teman teman yang ikut bekerja sama menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna
maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Karena kesalahan adalah milik semua orang dan kesempurnaan hanya milik
Allah SWT. Semoga makalah ini dapat berguna dan membantu proses pembelajaran.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar orang beranggapan bahwa rehabilitasi merupakan kegiatan
exyramural dari pengobatan pasien mental sehingga selalu diorentasikan pada
pekerjaan dan masalah-masalah social saja, hal tersebut tentunya kurang sesuai
dengan tuntutan dan perkembangan psikiatri modern. Dengan adanya kemajuan
dibidang psiko-farmakai dimana telah ditemukan berbagai jenis obat yang dapat
mempercepat hilangnya/kurang gejala-gejala psikiatrik,maka bentuk pelayanan
rehabilitasi juga harus disesuaikan dengan kemajuan tersebut maka perlu disusun
kegiatan yang diberikan pada para rehabilitan yang sesuai ketika mereka dirawat di
Rumah Sakit Jiwa.Upaya Rehabilitasi pasien mental di Indonesia mulai dirintis pada
tahun 1969 dan berkembang sampai sekarang ini.
Menurut L.E.Hinsie dan RJ.Cambell pengertian rehabilitasi dalam psychiatric
Dictionary adalah segala tindakan fisik,penyesuaian psikososial dan latihan
vokasional sebagai usaha untuk memperoleh fungsi dan penyesuaian diri secara
maksimal dan untuk mempersiapkan pasien secara fisik,mental,dan vokasional untuk
suatu kehidupan penuh sesuai dengan kemampuan dan ketidak mampuan yang
ditunjukkan ke arah mencapai perbaikan fisik sebesar-besarnya, penempatan
vokasional sehingga dapat bekerja dengan kapasitas maksimal, penyesuaian diri
dalam hubungan perseorangan dan sosial secara memuaskan sehingga dapat berfungsi
sebagai warga masyarakat yang berguna.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud terapi okupasi?
2. Apa perbedaan trapi okupasi dan rehabilitasi medis?
3. Apa fungsi dan tujuan terapi okupasi?
4. Bagaimana peran terapi okupasi dalam pengobatan?
5. Apa saja indikasi proses terapi okupasi?
6. Bagaimana proses terapi okupasi?
7. Bagaimana pelaksanaan terapi okupasi?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud terapi okupasi.
2. Untuk mengetahui apa perbedaan trapi okupasi dan rehabilitasi medis.
3. Untuk mengetahui apa fungsi dan tujuan terapi okupasi.
4. Untuk mengetahui bagaimana peran terapi okupasi dalam pengobatan.
5. Untuk mengetahui apa saja indikasi proses terapi okupasi.
6. Untuk mengetahui bagaimana proses terapi okupasi.
7. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan terapi okupasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan
partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi
ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang,
pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri,
tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Terapi Okupasi/terapi kerja adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang
merupakan proses penyembuhan melalui aktivitas. Aktivitas yang dikerjakan tidak
hanya sekedar membuat sibuk pasien, melainkan aktivitas fungsional yang
mengandung efek terapetik dan bermanfaat bagi pasien. Artinya aktivitas yang
langsung diaplikasikan dalam kehidupan.. Penekanan terapi ini adalah pada
sensomotorik dan proses neurologi dengan cara memanipulasi, memfasilitasi dan
menginhibisi lingkungan, sehingga tercapai peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan
kemampuan dan pekerjaan atau kegiatan digunakan sebgai terapi serta mempunyai
tujuan yang jelas.
Pekerjaan atau okupasi sejak dulu kala telah dikenal sebagai sesuatu untuk
mempertahankan hidup atau survival, dan juga diketahui sebagai sumber kesenangan.
Dengan bekerja, seseorang akan menggunakan otot-otot dan pikirannya, misalnya
dengan melakukan permainan (game), latihan gerak badan, kerajinan tangan dan lain-
lain, dimana hal ini akan mempengaruhi kesehatannya juga.
Pada tahun 2600 SM orang-orang di Cina berpendapat bahwa penyakit timbul
karena ketidakaktifan organ tubuh. Socrates dan plato (400 SM) mempercayai adanya
hubungan yang erat antara tubuh dengan jiwa. Hypoocrates selalu menganjurkan
pasiennya untuk melakukan latihan gerak badan sebagai salah satu cara pengobatan
pasiennya. Di Mesir dan Yunani (2000 SM) dijelaskan bahwa rekreasi dan permainan
adalah salah suatu media terapi yang ampuh, misalnya menari, bermain musik,
bermain boneka untuk anak-anak, dan bermain bola. Pekerjaan diketahui sangat
bermanfaat bagi perkembangan jiwa maupun fisik manusia.
Socrates berkata bahwa seseorang harus membiasakan diri dengan selalu
bekerja secara sadar dan jangan bermalas-malasan. Pekerjaan dapat juga digunakan
sebagai pengalihan perhatian atau pikiran sehingga menjadi segar kembali untuk
memikirkan hal-hal yang lain. Dengan okupasi/pekerjaan, pasien jiwa akan
dikembalikan ke arah hidup yang normal dan dapat meningkatkan minatnya sekaligus
memelihara dan mempraktikan keahlian yang dimilikinya sebelum sakit sehingga dia
akan tetap sebagai seseorang yang produktif.
Terapi okupasi berasal dari kata Occupational Therapy. Occupational berati
suatu pekerjaan, therapy berarti pengobatan. Jadi, Terapi Okupasi adalah perpaduan
antara seni dan ilmu pengetahuan untuk mengarahkan penderita kepada aktivitas
selektif, agar kesehatan dapat ditingkatkan dan dipertahankan, serta mencegah
kecacatan melalui kegiatan dan kesibukan kerja untuk penderita cacat mental maupun
fisik. (American Occupational therapist Association). Terapis okupasi membantu
individu yang mengalami gangguan dalam fungsi motorik, sensorik, kognitif juga
fungsi sosial yang menyebabkan individu tersebut mengalami hambatan dalam
melakukan aktivitas perawatan diri, aktivitas produktivitas, dan dalam aktivitas untuk
mengisi waktu luang. Tujuan dari pelatihan Terapi Okupasi itu sendiri adalah untuk
mengembalikan fungsi penderita semaksimal mungkin, dari kondisi abnormal ke
normal yang dikerahkan pada kecacatan fisik maupun mental, dengan memberikan
aktivitas yang terencana dengan memperhatikan kondisi penderita sehingga penderita
diharapkan dapat mandiri di dalam keluarga maupun masyarakat.
Intervensi yang diberikan menggunakan modalitas aktivitas yang telah
dianalisis dan adaptasi yang kemudian diprogramkan untuk anak sesuai dengan
kebutuhan khususnya. Secara garis besar intervensi difokuskan pada hal-hal berikut :
1. Kemampuan (abilities)
a. Keseimbangan dan reaksi postur (balance and postural reactions).
b. Peregangan otot dan kekuatan otot (muscle tone and muscle strength)
c. Kesadaran anggota tubuh (body awareness)
d. Kemampuan ketrampilan motorik halus (fine motor skill) seperti
memegang/melepas, ketrampilan manipulasi gerak jari, misal penggunaan
pensil, gunting, ketrampilan, dan lain-lain.
e. Kemampuan ketrampilan motorik kasar (gross motor skill) seperti lari,
lompat, naik turun tangga, jongkok, jalan, dan lain-lain.
f. Mengenal bentuk, mengingat bentuk (visual perception)
g. Merespon stimuli, membedakan input sensori (sensory integration)
h. Perilaku termsuk level kesadaran, atensi, problem solving skill, dan lain-
lain
2. Ketrampilan (skill)
a. Aktivitas sehari-hari (activity daily living) seperti makan, minum,
berpakaian, mandi, dan lain-lain
b. Pre-academic skill
c. Ketrampilan sosial
d. Ketrampilan bermain
3. Faktor lingkungan
a. Lingkungan fisik
b. Situasi keluarga
c. Dukungan dari komunitas
H. Pelaksanaan
1. Metode
Terapi okupasi dapat dilakukan baik secara individual, maupun berkelompok,
tergantung dari keadaan pasien, tujuan terapi, dll.
a. Metode individual dilakukan untuk:
1) Pasien baru yang bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi
dan sekaligus untuk evaluasi pasien.
2) Pasien yang belum dapat atau mampu untuk berinteraksi dengan cukup
baik didalam suatu kelompok sehingga dianggap akan mengganggu
kelancaran suatu kelompok bila dia dimasukkan dalam kelompok
tersebut.
3) Pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujuan agar terapis
dapat mengevaluasi pasien leih efektif.
b. Metode kelompok dilakukan untuk: pasien lama atas dasar seleksi dengan
masalah atau hampir bersamaan, atau dalam melakukan suatu aktivitas untuk
tujuan tertentu bagi beberapa pasien sekaligus. Sebelum memulai kegiatan
baik secara individual maupun kelompok, maka terapis harus mempersiapkan
terlebih dahulu segala sesuatu yang menyangkut pelaksanaan kegiatan
tersebut. Pasien juga perlu diperkan dengan cara memperkenalkan kegiatan
dan menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga dia atau
mereka lebih mengerti dan berusaha untuk ikut aktif. Jumlah anggota dalam
suatu kelompok disesuaikan dengan jenis aktivitas yang akan dilakukan, dan
kemampuan terapis mengawasi.
2. Waktu
Okupasi terapi dilakukan antara 1-2 jam setiap sesi baik yang individu maupun
kelompok setiap hari, dua kali atau tiga kali seminggu tergantung tujuan terapi,
tersedianya tenaga dan fasilitas, dan sebagainya. Sesi ini dibagi menjadi dua
bagian yaitu -1 jam untuk menyelesaikan kegiatan- kegiatan dan 1- 1
jamuntuk diskusi. Dalam diskusi ini dibicarakan mengenai pelaksanaan kegiatan
tersebut, antara lain kesulitan yang dihadapi, kesan mengarahkan diskusi tersebut
kearah yang sesuai tujuan terapi.
3. Terminasi
Keikutsertaan seorang pasien dalam kegiatan okupasiterapi dapat diakhiri dengan
dasar bahwa pasien:
1) Dianggap telah mampu mengawasi permasalahannya
2) Dianggap tidak akan berkembang lagi
3) Dianggap perlu mengikuti program lainnya sebelum okupasi terapi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan
partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi
ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang,
pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri,
tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Sebaiknya terpai okupasi dilakukan sedini mungkin, sejak penderita dirujuk
oleh dokter. Sebelum penderita mulai latihan, perlu diberikan evaluasi awal dengan
dilakukan observasi dan tes sederhana. Dalam evaluasi awal ini, hal yang harus
diperhatikan adalah catatan medik dari dokter, macam kecacatan (Cerebral Palsy atau
Retradasi Mental), berat ringannya kecacatan, kecerdasan, kebutuhan dari penderita
itu sendiri dan hal-hal yang harus dijauhi/dihindarkan untuk segi keamanan penderita.
B. Saran
Kita sebagai mahasiswa keperawatan bisa mengetahui dan memahami terapi
yang cocok di terapkan pada pasien yang mengalami gangguan jiwa khususnya terapi
okupasi yang digunakan untuk rehabilitasi pada pasien yang mengalami gangguan
mental dan fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A. dan Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Akitivitas Kelompok. Jakarta:
EGC.
Riyadi, S. dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.