Anda di halaman 1dari 24

KEPERAWATAN GERONTIK

“TERAPI OKUPASI PADA LANSIA”

DOSEN PENGAJAR:
Ns. Nehru Nugroho, S.Kep.,M.Kep

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
KELAS 3B

Dian Anantya P P
Enno Tristan
Fenysha Utami
Puput Ramadhani
Resvi Zulpia
Rifana Ramadhania

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami Ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini,
Pada dasarnya makalah membahas materi tentang “Terapi Okupasi pada lansia”. Mudah-
mudahan makalah ini bisa memberikan pengetahuan yang mendalam kepada kita semua..
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang bersangkutan
sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan
insyaAllah sesuai dengan yang diharapkan. Makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
memperbaiki makalah kami selanjutnya. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan
terimakasih.

Bengkulu, September2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................ii

Daftar Isi...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1 Pengertian terapi okupasi...............................................................................1


1.2 Fungsi dan tujuan terapi okupasi...................................................................1
1.3 Peranan terapi okupasi...................................................................................2
1.4 Jenis aktifitas terapi okupasi..........................................................................3
1.5 Karakteristik aktivitas terapi okupasi............................................................4
1.6 Analisa aktivitas............................................................................................5
1.7 Indikasi untuk terapi okupasi........................................................................7
1.8 Proses terapi okupasi.....................................................................................7
1.9 Evaluasi terapi okupasi.................................................................................8

BAB II PELAKSANAAN........................................................................................10

2.1 Persiapan.......................................................................................................10
2.2 Metode..........................................................................................................10
2.3 Waktu...........................................................................................................11
2.4 Terminasi......................................................................................................11
2.5 Implementasi................................................................................................11
2.6 Evaluasi hasil................................................................................................12

BAB III PENUTUP..................................................................................................13

3.1 Kesimpulan....................................................................................................13
3.2 Saran……………………………………………………………………………….13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Terapi Okupasi


Terapi okupasi adalah usaha penyembuhan melalui kesibukan atau pekerjaan
tertentu. Terapi okupasi adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang merupakan
bagian dari rehabilitas medis dan keperawatan. Terapi okupasi adalah ilmu dan
seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam melaksanakan suatu tugas
terpilih yang telah ditentukan dengan maksud mempermudah belajar fungsi dan
keahlian yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan.
Prinsip : Pasien tidak merasa dipaksa, tetapi memahami kegiatan ini sebagai suatu
kebutuhan dan akhir suatu keahlian yang dapat dijadikan bekal hidup.

1.2 Fungsi dan Tujuan Terapi Okupasi


Terapi okupasi dilakukan secara terarah bagi pasien fisik maupun mental
dengan menggunakan aktivitas sebagai media terapi dalam rangka memulihkan
kembali fungsi seseorang sehingga dia dapat mandiri semaksimal mungkin.
Fungsi dan tujuannya diantaranya :
1. Terapi khusus untuk pasien mental/jiwa
 Menciptakan suatu kondisitertentu sehingga pasien dapat
mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan
orang lain dan masyarakat sekitarnya.
 Membantu dalam melampiaskan gerakan-gerakan emosi secara wajar
dan produktif.
 Membantu menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat
dan keadaannya.
 Membantu dalam pengumpulan data guna penegakan diagnose dan
penetapan terapi lainnya.
2. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang
gerak sendi, kekuatan otot dan koordinasi gerakan.
3. Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti makan, berpakaian,
belajar menggunakan fasilitas umum (telepon, tv, dan lain-lain), baik
dengan maupun tanpa alat bantu, mandi yang bersih, dan lain-lain.
4. Membantu pasien untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan rutin di
rumah/panti, dan memberi saran penyederhanaan (siplifikasi) ruangan
maupun letak alat-alat kebutuhan sehari-hari.
5. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan kemampuan
yang masih ada.
6. Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk dijajaki oleh pasien sebagai
langkah dalam pre-cocational training. Dari aktivitas ini akan dapat
diketahui kemampuan mental dan fisik, kebiasaan kerja, sosialisasi, minat,
potensi dan lain-lainnya dari si pasien dalam mengarahkannya kepekerjaan
yang tepat dalam latihan kerja.
7. Membantu penderita untuk menerima kenyatan dan menggunakan waktu
selama masa rawat dengan berguna.
8. Mengarahkan minat dan hoby agar dapat digunakan setelah kembali ke
keluarga.

Program terapi okupasi adalah bagian dari pelayanan kesehatan untuk tujuan
rehabilitasi total seseorang pasien melalui kerja sama dengan petugas lain di
dalam layanan kesehatan. Dalam pelaksanaan okupasiterapi kelihatannya akan
banyak overlapping dengan terapi lainnya, sehingga dibutuhkan adanya kerjasama
yang terkoordinir dan terpadu.

1.3. Peranan Terapi Okupasi


Aktivitas dipercayai sebagai jembatan antara batin dan dunia luar. Melalui
aktivitas manusia dihubungkan dengan lingkungan, kemudian mempelajarinya,
mencoba keterampilan atau pengetahuan, mengekspresikan perasaan, memenuhi
kebutuhan fisik maupun emosi, mengembangkan kemampuan, dan sebagai alat
untuk mencapai tujuan hidup. Potensi tersebutlah yang digunakan sebagai dasar
dalam pelaksanaan terapi okupasi, baik bagi penderita fisik maupun mental.
Aktivitas dalam okupasiterapi digunakan sebagai media baik untuk evaluasi,
diagnosis, terapi, maupun rehabilitasi. Dengan mengamati dan mengevaluasi
pasien waktu mengerjakan suatu aktivitas dan dengan menilai hasil pekerjaan
dapat ditentukan arah terapi dan rehabilitasi selanjutnya dari pasien tersebut.
Penting untuk diingat bahwa aktivitas dalam terapi okupasi tidak untuk
menyembuhkan, tetapi hanya sebagai media. Diskusi yang terarah setelah
penyelesaian suatu aktivitas adalah sangat penting karena dalam kesempatan
tersebutlah terapis dapat mengarahkan pasien. Melalui diskusi tersebutlah pasien
belajar mengenal dan mengatasi persoalannya. Melalui aktivitas pasien
diharapkan akan berkomunikasi lebih baik untuk mengekpresikan dirinya. Melalui
aktivitas kemampuan pasien akan dapat diketahui baik oleh terapi maupun oleh
pasien itu sendiri. Dengan menggunakan alat-alat atau bahan-bahan dalam
melakukan suatu aktivitas pasien akan didekatkan dengan kenyataan terutama
dalam hal kemampuan dan kelemahannya. Mengerjakan suatu aktivitas dalam
kelompok akan dapat merangsang terjadinya intraksi diantara anggota yang
berguna dalam meningkatkan sosialisasi, dan menilai kemampuan diri masing-
masing dalam hal keefisiensiannya berhubungan dengan orang lain.

1.4 Jenis Aktifitas Terapi Okupasi


Aktivitas yang digunakan dalam terapi okupasi sangat dipengaruhi sangat
dipengaruhi oleh konteks terapi secara keseluruhan, lingkungan, sumber yang
tersedia, dan juga oleh kemampuan tenaga kesehatan yang menjadi terapis
itusendiri (pengetahuan, keterampilan, minat dan kreativitasnya).
Jenis aktivitas dalam okupasiterapi adalah :
 Latihan gerak badan
 Olahraga
 Permainan
 Kerajinan tangan
 Kesehatan, kebersihan, dan kerapihan pribadi
 Pekerjaan sehari-hari (aktivitas kehidupan sehari-hari)
 Praktik pre-vokasional 4
 Seni (tari, musik, lukis, drama, dan lain-lain)
 Rekreasi (tamasya, nonton bioskop/drama, pesta ulang tahun dan
lainlain)
 Diskusi dengan topik tertentu (berita surat kabar, majalah, televise,
radio atau keadaan lingkungan).
 Dan lain- lain.
1.5 Karakteristik Aktivias Terapi Okupasi
Aktivitas dalam terapi okupasi adalah segala macam aktivitas yang dapat
menyibukan seseorang secara produktif yaitu sebagai suatu media untuk belajar
dan berkembang, sekaligus sebagai sumber kepuasaan emosional maupun fisik.
Oleh karena itu setiap aktivitas yang digunakan dalam okupasiterapi harus
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Setiap gerakan harus mempunyai alasan dan tujuan terapi yang jelas.
Jadi bukan hanya sekedar menyibukan pasien.
b. Mempunyai arti tertentu bagi pasien, artinya dikenal oleh atau ada
hubungannya dengan pasien.
c. Pasien harus mengerti tujuan mengerjakan kegiatan tersebut, dan apa
kegunaannya terhadap upaya penyembuhan penyakitnya.
d. Harus dapat melibatkan pasien secara aktif walaupun minimal.
e. Dapat mencegah lebih beratnya kecacatan atau kondisi pasien, bahkan
harus dapat meningkatkan atau setidak-tidaknya memelihara
koondisinya.
f. Harus dapat member dorongan agar si pasien mau berlatih lebih giat
sehingga dapat mandiri.
g. Harus sesuai dengan minat, atau setidaknya tidak dibenci olehnya.
h. Harus dapat dimodifikasi untuk tujuan peningkatan atau penyesuaian
dengan dengan kemampauan pasien.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih aktivitas:
a. Apakah bahan yang digunakan merupakan yang mudah dikontrol, ulet,
kasar, kotor, halus dan sebagainya.
b. Apakah aktivitas rumit atau tidak
c. Apakah perlu dipersiapkan sebelum dilaksanakan
d. Cara pemberian instruksi bagaimana
e. Bagaimana kira-kira setelah hasil selesai
f. Apakah perlu pasien membuat keputusan
g. Apakah perlu konsentrasi
h. Interaksi yang mungkin terjadi apakah menguntungkan
i. Apakah diperlukan kemampuan berkomunikasi
j. Berapa lama dapat diselesaikan
k. Apakah dapat dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat disesuaikan
dengan kemampuan dan keterampilan pasien, dan sebagainya.

1.6 Analisa Aktivitas Terapi Okupasi


Untuk dapat mengenal karakteristik maupun potensi atau aktivitas dalam
rangka perencanaan terapi, maka aktivitas tersebut harus dianalisa terlebih
dahulu. Hal-hal yang perlu dianalisa adalah sebagai berikut:
a. Jenis aktivitas
b. Maksud dan tujuan penggunaan aktivitas tersebut (sesuai dengan tujuan
terapi)
c. Bahan yang digunakan:
 Khusus atau tidak
 Karakteristik bahan:
- Mudah ditekuk atau tidak
- Mudah dikontrol atau tidak
- Menimbulkan kekotoran atau tidak
- Licin atau tidak
 Rangsangan yang dapat ditimbulkan:
- Taktil
- Pendengaran
- Pembauan
- Penglihatan
- Perabaan
- Gerakan sendi, dan sebagainya
 Warna
Macam-macamnya dan namanya\
Banyaknya

d. Bagian-bagian aktivitas
 Banyaknya bagian
 Rumit atau sederhana
 Apakah membutuhkan pengulangan
 Apakah membutuhkan perhitungan matematika
e. Persiapan pelaksanaan
 Apakah harus dipersiapkan terlebih dahulu
 Apakah harus ada contoh atau cukup dengan lisan
 Apakah bahan telah tersedia atau harus dicari terlebih dahulu
 Apakah ruangan untuk melaksanakan harus diatur
f. Pelaksanaan
Apakah dalam pelaksanaan tugas ini perlu adanya:
 Konsentrasi
 Ketangkasan
 Rasa sosial diantara pasien
 Kemampuan mengatasi masalah
 Kemampuan bekerja sendiri
 Toleransi terhadap frustasi
 Kemampuan mengikuti instruksi
 Kemampuan membuat keputusan
g. Apakah aktivitas tersebut dapat merangsang timbulnya interaksi diantara
mereka
h. Apakah aktivitas tersebut membutuhkan konsentrasi, ketangkasan,
inisiatif, penilaian, ingatan, komprehensi, dan lain-lain.
i. Apakah aktivitas tersebut melibatkan imajinasi, kreativitas, pelampiasan
emosi dan lain-lain
j. Apakah ada kontra indikasi untuk pasien tertentu. Dalam hal ini harus
bertindak hati- hati, karena dapat berbahaya bagi pasien maupun
sekelilingnya (misalnya untuk pasien dengan paranoid sangat riskan
memberikan benda tajam)
k. Yang penting lagi adalah apakah disukai oleh pasien.

1.7 Indikasi untuk terapi okupasi


1. Seseorang yang kurang berfungsi dalam kehidupannya karena kesulitan
kesulitan yang dihadapi dalam pengintegrasian perkembangan
psikososialnya
2. Kelainan tingkah laku yang terlihat dalam kesulitannya berkomunikasi
dengan orang lain.
3. Tingkah lau tidak wajar dalam mengekpresikan perasaan atau
kebutuhan yang primitif
4. Ketidak mampuan menginterprestasikan rangsangan sehingga reaksinya
terhadap rangsangan tersebut tidak wajar pula
5. Terhentinya seseorang dalam fase pertumbuhan tertentu atau seseorang
yang mengalami kemunduran
6. Mereka yang lebih mudah mengekspresikan perasaannya melalui suatu
aktivitas dari pada dengan percakapan
7. Mereka yang merasa lebih mudah mempelajari sesuatu dengan cara
mempraktikannya dari pada dengan membayangkan
8. Pasien cacat tubuh yang mengalami gangguan dalam kepribadiannya
9. Dan sebagainya

1.8 Proses Terapi Okupasi


1. Koleksi data
Data biasa didapatkan dari kartu rujukan atau status pasien yang disertakan
waktu pertama kali pasien mengujungi unit terapi okupasional. Jika
dengan mengadakan interview dengan pasien atau keluarganya yang
menyerahkan pada pihak panti werdha, atau dengan mengadakan
kunjungan rumah. Data ini diperlukan untuk menyusun rencana terapi bagi
pasien. Proses ini dapat berlangsung beberapa hari sesuai dengan
kebutuhan.
2. Analisa data dan identifikasi masalah
Dari data yang terkumpul dapat ditarik suatu kesimpulan sementara
tentang masalah dan atau kesulitan pasien. Ini dapat berupa masalah
dilingkungan keluarga atau pasien itu sendiri
3. Penentuan tujuan
Dari masalah dan latar belakang pasien maka dapat disusun daftar tujuan
terapi sesuai dengan prioritas baik jangka pendek maupun jangka
panjangnya
4. Penentuan aktivitas
Setelah tujuan terapi ditetapkan maka dipilihlah aktivitas yang dapat
mencapai tujuan terapi tersebut. Dalam proses ini pasien dapat diikut
sertakan dalam menentukan jenis kegiatan yang kan dilaksanakan sehingga
pasien merasa ikut bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaannya.
Dalam hal ini harus diingat bahwa aktivitas itu sendiri tidak akan
menyembuhkan penyakit, tetapi hanya sebagai media untuk dapat
mengerti masalahnya dan mencoba mengatasinya dengan bimbingan
terapis. Pasien itu sendiri harus diberitahu alasan-alasan mengenai dia
harus mengerjakan aktivitas tersebut sehingga dia sadar dan diharapkan
akan mengerjakannya dengan aktif.

1.9 Evaluasi Terapi Okupasi


Evaluasi harus dilaksanakan secara teratur dan terencana sesuai dengan tujuan
terapi. Hal ini perlu agar dapat menyesuaikan program terapi selanjutnya sesuai
dengan perkembangan pasien yang ada. Dari hasil evaluasi dapat direncanakan
kemudian mengenai peneyesuain jenis aktivitas yang kan diberikan. Namun
dalam hal tertentu penyesuain aktivitas dapat dilakukan setelah bebrapa waktu
setelah melihat bahwa tidak ada kemajuan atau kurang efektif terhadap pasien.
Hal-hal yang perlu di evalausi antara lain adalah sebagi berikut:
1. Kemampuan membuat keputusan
2. Tingkah laku selama bekerja
3. Kesadaran adanya orang lain yang bekerja bersama dia dan yang
mempunyai kebutuhan sendiri
4. Kerjasama
5. Cara memperlihatkan emosi (spontan, wajar, jelas, dan lain-lain).
6. Inisiatif dan tanggung jawab
7. Kemampuan untuk diajak atau mengajak berunding
8. Menyatakan perasaan tanpa agresi
9. Kompetisi tanpa permusuhan
10. Menerima kritik dari atasan atau teman sekerja
11. Kemampuan menyatakan pendapat sendiri dan apakah bertanggung
jawab atas pendapatnya tersebut
12. Menyadari keadaan dirinya dan menerimanya
13. Wajar dalam penampilan
14. Orientasi, tempat, waktu, situasi, orang lain
15. Kemampuan menrima instruksi dan mengingatnya
16. Kemampuan bekerja tanpa terus menerus diawasi
17. Kerapian bekerja
18. Kemampuan merencanakan suatu pekerjaan
19. Toleransi terhadap frustasi
20. Lambat atau cepat
21. Dan lain sebagainya yang dianggap perlu
BAB II
PELAKSANAAN
2.1 Persiapan

a. Penetuan materi latihan


Materi latihan dipilih dan ditentukan dengan memperhatikan
karakteristik atau cara khas masing – masing klien.
b. Penetuan cara atau pendekatan dengan system kelompok / individu.
c. Penentuan waktu
Kapan latihan diberikan pagi, siang atau sore hari dan berapa lamanya.
d. Penetuan tempat disesuaikan dengan keadaan klien, materi latihan
dan alat yang digunakan.

2.2 Metode
Okupasiterapi dapat dilakukan baik secara individual, maupun berkelompok,
tergantung dari keadaan pasien, tujuan terapi dan lain-lain:
a. Metode individual dilakukan untuk:
 Pasien baru yang bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak
informasi dan sekaligus untuk evaluasi pasien
 Pasien yang belum dapat atau mampu untuk berinteraksi dengan
cukup baik didalam suatu kelompok sehingga dianggap akan
mengganggu kelancaran suatu kelomppok bila dia dimasukan
dalam kelompok tersebut
 Pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujuan agar
terapis dapat mengevaluasi pasien lebih efektif
b. Metode kelompok dilakukan untuk:
 Pasien lama atas dasar seleksi dengan masalah atau hamper
bersamaan, atau dalam melakukan suatu aktivitas untuk tujuan
tertentu bagi bebrapa pasien sekaligus.
 Sebelum memulai suatu kegiatan baik secara individual maupun
kelompok maka terapis harus mempersiapkan terlebih dahulu
segala sesuatunya yang menyangkut pelaksanaan kegiatan tersebut.
 Pasien juga perlu dipersiapkan dengan cara memperkenalkan
kegiatan dan menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut
sehingga dia atau mereka lebih mengerti dan berusaha untuk ikut
aktif. Jumlah anggota dalam suatu kelompok disesuaikan dengan
jenis aktivitas yang akan dilakaukan, dan kemampuan terapis
mengawasi.
2.3 Waktu
Terapi okupasi dilakukan antara 1 – 2 jam setiap session baik yang individu
maupun kelompok setiap hari, dua kali atau tiga kali seminggu tergantung tujuan
terapi, tersedianya tenaga dan fasilitas, dan sebagainya. Ini dibagi menjadi dua
bagian yaitu ½ - 1 jam untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan dan 1 – 1 ½ jam
untuk diskusi. Dalam diskusi ini dibicarakan mengenai pelaksanaan kegiatan
tersebut, antara lain kesulitan yang dihadapi, kesan mengarahkan diskusi tersebut
kearah yang sesuai dengan tujuan terapi.

2.4 Terminasi
Keikutsertaan seseorang pasien dalam kegiatan terapi okupasi dapat diakhiri
dengan dasar bahwa pasien :
 Dianggap telah mampu mengatsi persolannya
 Dianggap tidak akan berkembang lagi
 Dianggap perlu mengikuti program lainnya sebelum okupasiterapi

2.5 Implementasi
 Pertahankan tingkat fungsional klien untuk melakukan aktivitas hidup
sehari – hari.
 Tingkatkan keseimbangan antara istiraha dan aktivitas
 Bantu klien untuk berwaspada, gunakan petunjuk dan penguatan yang
positif
 Pertahankan keadaan fisik yang seimbang
 Pertahankan diet yang seimbang dan pastikan asupan cairan yang
adekuat
 Membuat persediaan oto dan kondisi tubuh umumnya, berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup.
 Pertahankan hubungan sosial yang baik
 Hindari atau batasi situasi yang memalukan secara social dukung dan
jaga martabat pasien.
 Kurangi stimulasi lingkungan bila klien cemas.

2.6 Evaluasi Hasil


Klien mempertahankan kemampuannya melakukan aktivitas sehari – hari
dalam lingkungan yang berstruktur Klien menunjukkan perawatan diri yang baik
pada segi nutrisi maupun dirinya Klien menunjukkan hubungan sosialisasi yang
baik pada keluarga dan lingkungan sekitar.

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Identitas klien meliputi nama umur jenis kelamin suku bangsa atau latar belakang
kebudayaan satu sipil pendidikan pekerjaan dan alamat.
2. Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang menyebabkan kalian datang berobat.
3. Pemeriksaan fisik
Kesadaran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia tekanan darah menurun
takikardi febris berat badan menurun karena nafsu makan yang menurun dan tidak
mau makan.
4. Spiritual
Keyakinan kalian terhadap agama dan keyakinan masih kuat tetapi tidak atau
kurang mampu dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
5. Status mental
Penampilan kalian tidak rapi dan tidak mampu untuk merawat dirinya sendiri,
pembicaraan keras, cepat dan koheren, aktivitas motorik dan perubahan monotorik
dapat dimanifestasikan adanya peningkatan kegiatan motorik, gelisa, implusif.
6. Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan skrining yang tepat, seperti
geriatric depression scale
7. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.Lakukan observasi langsung
terhadap :
a. Perilaku. Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan
aktivitas hidup sehari-hari? Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat
diterima secara sosial? Apakah klien sering mengluyur dan mondar¬mandir?
Apakah ia menunjukkan sundown sindrom atau perseveration phenomena?
b. Afek. Apakah kilen menunjukkan ansietas? Labilitas emosi? Depresi atau apatis?
lritabilitas? Curiga? Tidak berdaya? Frustasi?
c. Respon kognitif. Bagaimana tingakat orientasi klien? Apakah klien mengalami
kehilangan ingatan tentang hal¬hal yang baru saja atau yang sudah lama terjadi?
Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau mengabstrakan? Kurang mampu
membuat penilaian? Terbukti mengalami afasia, agnosia, atau, apraksia?
I.Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga
a. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia sudah menjadi
pemberi asuhan dikeluarga tersebut
b. ldentifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan anggota keluarga
yang lain.
c. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber daya komunitas
(catat hal-hal yang perlu diajarkan).
d. Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.
e. Identilikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran pemberi asuhan
tentang dirinya sendiri.
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan kognitif, depresi, ansietas berat
(kecemasan)
2. Gangguan Pola Tidur b.d Kurang Kontrol Tidur
INTERVENSI KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : UMUR :


RUANGAN : NO.REG :

INTERVENSI KEPERAWATAN
TUJUAN /KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN RASIONAL
(Standar Luaran Keperawatan (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia/
Indonesia / SLKI ) SIKI )
1. Gangguan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan intervensi keperawatan SIKI : Terapi Aktifitas
gangguan kognitif, depresi, ansietas selama ..1. x .24.. jam, diharapkan pasien: Aktivitas Keperawatan:
berat (kecemasan) SLKI : mobilitas fisik Observasi
1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
dipertahankan di level ..... 2. Identifikasi kemampuan berpatisipasi
 ditingkatkan ke level ..... dalam aktivitas tertentu
 1:Menurun 3. Identifikasi sumber daya untuk aktifitas
 2: Cukup menurun yang di inginkan
 3. Sedang. 4. Monitor respon emosional, fisik, sosial,
 4. Cukup meningkat dan spiritual
 5. Meningkat Teraupeutik
1. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan
Dengan Kriteria hasil: tujuan aktivitasyang konsisten sesuai
1. Pergerakan ekstremitas kemampuan fisik,psikologis,dan sosial
2. Kekuatan otot 2. Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai
3. Nyeri usia
4. Kecemasan 3. Fasilitasi transportasi untuk menghindari
aktivitas,jika sesuai
4. Libatkan dalam permainan kelompok
yang tidak kompetitif,terstruktur,dan
aktif
Edukasi
1. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang
dipilih
2. Anjurkan melakukan aktivitas
fisik,social,spiritual,dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
3. Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi,jika sesuai
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program
aktivitas,jika sesuai
INTERVENSI KEPERAWATAN
TUJUAN /KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN RASIONAL
(Standar Luaran Keperawatan (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia/
Indonesia / SLKI ) SIKI )
2. Gangguan pola tidur b.d kurang Setelah dilakukan intervensi keperawatan SIKI : Reduksi Ansietas
kontrol tidur selama ..1. x .24.. jam, diharapkan pasien: Aktivitas Keperawatan:
SLKI : Tingkat Depresi Observasi
1. Identifikasi saat tingkat ansietas
dipertahankan di level ..... berubah(mis,kondisi,waktu,stressor)
 ditingkatkan ke level ..... 2. Identifikasi kemampuan mengambil
 1:Menurun keputusan
 2: Cukup menurun 3. Monitor tanda-tanda ansietas(verbal dan
 3. Sedang. nonverbal)
 4. Cukup meningkat Teraupeutik
 5. Meningkat 1. Pahami situasi yang membuat ansietas
2. Dengarkan dengan penuh perhatian
Dengan Kriteria hasil: 3. Gunakan pendekatan yang tenang dan
1. Minat beraktivitas meyakinkan
2. Aktivitas sehari-hari 4. Motiviasi mengidentifikasi situasi yang
3. Konsentrasi memicu kecemasan
4. Harga diri Edukasi
1. Jelaskan prosedur ,termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Informasikan secara factual mengenai
diagnosis,pengobatan,dan prognosis
3. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
4. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
5. Latih penggunaan mekanisme pertahanan
diri yang tepat
6. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas,jika perlu
RENCANA KEGIATAN

PELAKSANAAN
1. Tahap Persiapan

Tahap dari persiapan ini adalah pembuatan pre-planning, persiapan tempat dan alat-
alat lainnya yang disiapkan oleh anggota kelompok sesuai dengan tugasnya masing
masing. Pemberitahuan program kegitan senam lansia filakukan pada hari Minggu, 26
September 2021, di Kota Bengkulu

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pelaksanaan kegiatan

Hari/ tanggal : Minggu, 26 September 2021

Waktu : 09.00 wib

Tempat : Rumah masing-masing menggunakan aplikasi Zoom Meeting

b. Struktur kepanitiaan

1) Penanggung Jawab : Kelompok 2 & 5

2) Moderator : Anisa Putri

3) Instruktur : Resvi Zulpia

4) Operator : Dian Anantya PP

5) Dokumentasi : Fenysha Utami

6) Fasilitator : Rifana Ramadhania

7) Observer : Puput Rahmadhani

8) Konsumsi : Enno Tristan

c. Rangkaian kegiatan

1) Pembukaan

Acara dimulai pada pukul

2) Acara inti

Program kegiatan senam lansia dimulai dengan mengikuti Gerakan senam


yang dipandu oleh Resvi Zulpia sebagai instruktur senam.

3) Penutup

Acara selesai pada pukul 10.45 wib


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tentang materi terapi okupasi diatas dapat kami simpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
 Pengertian : terapi okapasi adalah usaha penyembuhan melalui
kesibukan atau pekerjaan tertentu.
 Sasaran : Pemulihan, pengembangan, pemeliharaan fisik,
intelektual, sosial, dan emosi.
 Fisik : Kecepatan bergerak dan kekuatan pemeliharaan daerah
gerak sendi kontrol otot
 Intelektual : Menyelesaikan masalah yang dihadapi meningkatkan daya
kreativitas, integrasi antara otot dan pengetahuan pasien, ekspresi perasaan
klien.
 Sosial dan Emosi : Peningkatan hubungan yang sehat di dalam
kelompok. Menjalankan aturan main dalam kelompok, memimpin dan
mengikuti kepemimpinan orang lain.
 Tujuan : terapi okupasi tidak hanya sebatas aktivitas fisik, tetapi
mencakup pengembangan intelektual, social, emosi, maupun kreatifitas.
 Diversional : Terapi okupasi dapat di gunakan untuk mengalihkan
perhatian agar tidak terjadi neorosis ( kegagalan individu memecahkan
masalah atau tuntutan dimasyarakat yang membuatnya terganggu dalam
pemeliharaan maupun penyesuaian diri ) Pemulihan
 Fungsional : Membuat persediaan otot, dan kondisi tubuh umumnya
berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat memenuhi kebutuhan
hidup. Latihan dan
Prefokasional. : Memberi peluang persiapan menghadapi tugas, pekerjaan atau profesi
yang sesuai dengan kondisinya.
3.2 Saran
a. Bagi keluarga klien
 Berikan dukungan dan support dalam terapi okupasi kepada klien
 Dapatkan tim yang jelas tentang tujuan dan tindakan terapi dari tim
kesehatan
 Kenali gejala-gejala yang timbul dan segera memerlukan perawatan
b. Bagi perawat atau tim medis
 Berikan informasi yang jelas kepada keluarga maupun klien tentang
tujuan dan tindakan yang akan di lakukan.
 Berikan penyuluhan mengenai penyebab, gejala, pengobatan dan
pencegahan.
DAFTAR PUSTAKA

Laskar, Dery. 2013. Terapi Okupasi http://www.slideshare.net/khadaribob/terapi- okupasi


diakses tanggal 14 Mei 2014
Martono, Hadi dan Kris Pranarka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut). Edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai