Anda di halaman 1dari 13

TERAPI OKUPASI

Disusun oleh:
Kelompok V
 RIANA RASYID
 RISNAWATI
 SAMSUL BAHRI

Ilmu Keperawatan
STIkes Bina Generasi Polewali Mandar
Tahun Akademik 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan Mengucap syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa.dengan rahmat serta
petunjuk-nya, penulis berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Terapi Okupasi” Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa. Dalam penulisan ini tidak lepas dari pantauan
bimbingan sarandan nasehat dari berbagai pihak.

Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kapada yang terhormat
dosen pembimbing yang telah memberikan tugas dan kesempatan kepada kami untuk membuat
dan menyusun makalah ini. Serta semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan
serta nasehat hingga tersusunnya makalah ini hingga akhir. Karena keterbatasan ilmu dan
pengalaman, penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu kritik dan saran yang berkaitan dengan penyusunan makalah ini akan penulis terima
dengan senang hati untuk menyempurnakan penyusunan makalah tersebut. Semoga makalah
Keprawatan Jiwa yang berjudul “ Terapi Okupasi” ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................
Daftar Isi.............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................
A. Konsep Terapi Aktivitas Kelompok......................................................................
1. Pengertian terapi okupasi..........................................................................
2. Pelaksanaan terapi okupasi.......................................................................
BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................
A. Defenisi Terapi Aktivitas Kelompok.....................................................................
B. Fungsi dan tujuanTerapi Aktivitas Kelompok......................................................
C. Indikasi terapi okupasi..........................................................................................
D. Proses terapi okupasi............................................................................................
E. Pelaksanaan terapi okupasi...................................................................................
BAB IV PENUTUP......................................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................................
B. Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................

\
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Okupasi terapi (OT) adalah suatu upaya terapi yang melibatkan penggunaan
aktivitas terapeutik dan diterapkan kepada pasien dengan gangguan fisik maupun mental
dengan tujuan untuk meningkatkan kemandirian, mencegah kecacatan baru serta
meningkatkan taraf kesehatan. Profesional yang berwenang memberikan tindakan OT
disebut sebagai okupasi terapis. OT merupakan bagian dari pelayanan rehabilitasi medik di
rumah sakit.

Organisasi Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) telah menetapkan definisi tindakan


rehabilitasi sebagai bagian tindakan medis yang berorientasi pada tujuan dan merupakan
rangkaian proses yang terpaku pada waktu dengan tujuan untuk membantu orang-orang
dengan gangguan kesehatan supaya mampu meraih kembali level optimal dalam hal
kemampuan fisik, mental dan sosial.

Laporan berbentuk dokumen merupakan hasil dari proses dokumentasi. Dokumen


adalah catatan tertulis mengenai evaluasi dan tindakan yang dilakukan. Laporan
tindakan mencakup antara lain evaluasi, rencana tindakan dan penetapan tujuan terapi yang
bersifat fungsional. Pelaporan tindakan yang baik dan benar merupakan kewajiban penting
bagi setiap profesional karena hal inilah yang menandakan akuntabilitas tindakan yang mereka
lakukan serta kesadaran akan kewajiban untuk dapat mengkomunikasikan tindakan tersebut
kepada profesi yang lain. Seiring dengan perkembangan waktu para praktisi kesehatan
mulai menyadari pentingnya pencatatan tindakan yang berkelanjutan, sehingga
laporan-laporan tersebut dapat dijadikan sebagai alat pemantau proses terapi. Rekam medik
acapkali menjadi laporan legal bagi keabsahan tindakan medis serta mengakomodasi
berbagai kepentingan antara lain seperti sistem hukum yang berlaku, pihak ketiga selaku
pembayar atau penanggung asuransi, biro akreditasi, keperluan riset dan quality control,
sesama anggota tim rehabilitasi medik atau profesi kesehatan yang lain, pasien sendiri atau
pihak keluarga yang bersangkutan.
B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari latar belakang yaitu seperti apakah terapi okupasi serta
pengaplikasiannya dalam praktik keperawatan.

C. TUJUAN

Untuk meningkatkan pengetahuan tentang terapi okupasi serta dapat mengaplikasikannya


dalam praktik keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Terapi Okupasi
1. Pengertian Terapi Okupasi
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi
seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini
berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang, pemeliharaan
dan peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada
pertolongan orang lain (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Terapi Okupasi/terapi kerja adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang merupakan
proses penyembuhan melalui aktivitas. Aktivitas yang dikerjakan tidak hanya sekedar
membuat sibuk pasien, melainkan aktivitas fungsional yang mengandung efek terapetik dan
bermanfaat bagi pasien. Artinya aktivitas yang langsung diaplikasikan dalam kehidupan..
Penekanan terapi ini adalah pada sensomotorik dan proses neurologi dengan cara
memanipulasi, memfasilitasi dan menginhibisi lingkungan, sehingga tercapai peningkatan,
perbaikan dan pemeliharaan kemampuan dan pekerjaan atau kegiatan digunakan
sebgai terapi serta mempunyai tujuan yang jelas.
Pada tahun 2600 SM orang-orang di Cina berpendapat bahwa penyakit timbul
karena ketidakaktifan organ tubuh. Socrates dan plato (400 SM) mempercayai adanya
hubungan yang erat antara tubuh dengan jiwa. Hypoocrates selalu menganjurkan
pasiennya untuk melakukan latihan gerak badan sebagai salah satu cara pengobatan
pasiennya. Di Mesir dan Yunani (2000 SM) dijelaskan bahwa rekreasi dan permainan adalah
salah suatu media terapi yang ampuh, misalnya menari, bermain musik, bermain
boneka untuk anak-anak, dan bermain bola. Pekerjaan diketahui sangat bermanfaat bagi
perkembangan jiwa maupun fisik manusia.
2. Pelaksanaan Terapi Okupasi
Penerapan terapi okupasi dilaksanakan secara sistematis, dimulai dengan kegiatan
identifikasi, analisis, diagnosis, pelaksanaan serta tindak lanjut layanan guna mencapai
kesembuhan yang optimal menurut Kosasih (2012: 23). Yang dimaksud dengan kegiatan
identifikasi adalah menentukan atau menetapkan bahwa anak atau subyek termasuk anak
berkebutuhan khusus. Analisis yaitu proses penyelidikan terhadap diri anak. Selanjutnya
adalah diagnosis yang berarti pemeriksaan yang dilanjutkan dengan penentuan jenis terapi
yang diperlukan. Kegiatan yang selanjutnya yaitu pelaksanaan terapi okupasi itu sendiri dan
tindak lanjut serta evaluasi yang diperlukan guna mencapai tujuan.
Area kinerja okupasional meliputi aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas dan
pemanfaatan waktu luang (Keputusan Menteri Kesehatan No.571 tahun 2008 tentang standar
profesi okupasi terapis) :
a. Aktivitas kehidupan sehari-hari, yang meliputi : berhias (menyisir rambut, memakai
wangi-wangian), kebersihan mulut (sikat gigi), mandi (dalam hal ini 2kali sehari),
BAB/BAK dilakukan secara mandiri, berpakaian, makan/minum, kepatuhan minum
obat, sosialisasi, komunikasi fungsional, mobilitas fungsional, ekspresi seksual.
b. Produktivitas yang meliputi : pengelolaan rumah tangga (menyapu, mengepel), merawat
orang lain, sekolah/belajar, dan aktivitas vokasional.
c. Pemanfaatan waktu luang yang meliputi : eksplorasi pemanfaatan waktu luang (ketika
anak memiliki waktu luang anak dapat memanfaatkannya ke hal positif seperti melukis,
membuat kerajinan tangan) dan bermain/rekreasi.
Terapi okupasional dilaksanakan dalam bentuk fungsional okupasional terapi dan
supportif okupasional terapi (Kosasih, 2012;14) :
a. Fungsional terapi okupasi
Fungsional okupasional terapi adalah memberikan latihan dengan sasaran fungsi sensori
motor, koordinasi, dan aktivitas kehidupan sejari hari, yaitu seluruh kegiatan manusia,
mulai dari kegiatan bangun tidur sampai dengan tidur kembali.
b. Supportif okupasional terapi
Supportif okupasional terapi adalah latihan-latihan yang diberikan kepada anak dengan
gangguan psikososial, emosi, motivasi, cita-cita, dan kurang percaya diri.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan terapi okupasi
terdapat pelatihan aktivitas sehari-hari, berkomunikasi, sensori motor (motorik halus dan
kasar) selain itu dapat juga digunakan untuk pemberian motivasi, kurang percaya diri dan
latihan untuk anak yang mengalami gangguang psikososial, emosional.
BAB III
PEMBAHASAN
A. DEFENISI
Terapi okupasi atau occupational theraphy berasal dari kata occupational dan theraphy,
occupational sendiri berarti aktivitas dan theraphy adalah penyembuhan dan pemulihan. Eleonor
Clark Slagle adalah salah satu pioneer dalam pengembangan ilmu OT atau terapi okupasi,
bersama dengan Adolf Meyer, William Rush Dutton. Terapi okupasi pada anak memfasilitasi
sensory dan fungsi motorik yang sesuai pada pertumbuhan dan perkembangan anak untuk
menunjang kemampuan anak dalam bermain, belajar dan berinteraksi di lingkungannya. Terapi
okupasi adalah terapi yang dilakukan melalui kegiatan atau pekerjaan terhadap anak yang
mengalami gangguan kondisi sensori motor (E. Kosasih, 2012).
Menurut Kusnanto (dalam Sujarwanto, 2005) terapi okupasi adalah usaha penyembuhan
terhadap seseorang yang mengalami kelainan mental, dan fisik dengan jalan memberikan suatu
keaktifan kerja dimana keaktifan tersebut untuk mengurangi rasa penderitaan yang dialami oleh
penderita. Keaktifan kerja yang dimaksud adalah anak mengikuti program terapi. Dengan
mengikuti kegiatan aktifitas diharapkan dapat memulihkan kembali gangguan-gangguan yang
ada baik dimental maupun fisik anak.
B. FUNGSI DAN TUJUAN TERAPI OKUPASI

Fungsi dan tujuan terapi okupasi terapi okupasi adalah terapan medis yang terarah
bagi pasien fisik maupun mental dengan menggunakan aktivitas sebagai media terapi dalam
rangka memulihkan kembali fungsi seseorang sehingga dia dapat mandiri semaksimal
mungkin. Aktivitas tersebut adalah berbagai macam kegiatan yang direncanakan dan
disesuaikan dengan tujuan terapi. Pasien yang dikirimkan oleh dokter, untuk mendapatkan
terapi okupasi adalah dengan maksud sebagai berikut.

1. Terapi khusus untuk pasien mental atau jiwa.


a. Menciptakan suatu kondisi tertentu sehingga pasien dapat mengembangkan
kemampuannya untuk dapat berhubungan tanggalan orang lain dan masyarakat
sekitarnya.
b. Membantu dalam melampiaskan gerakan-gerakan emosi secara wajar dan produktif.
c. Membantu menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan
keadaannya
d. Membantu dalam pengumpulan data guna menegakkan diagnosis dan penetapan terapi
lainnya
2. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak sendi,
kekuatan otot, dan koordinasi gerakan.
3. Mengajarkan Aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan, berpakaian, belajar
menggunakan fasilitas umum (telepon, televisi, dan lain-lain), baik dengan maupun tanpa
alat bantu, mandi yang bersih, dan lain-lain
4. Membantu pasien untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan rutin di rumahnya, dan
memberi saran penyederhanaan (silifikasi) ruangan maupun letak alat-alat kebutuhan
sehari-hari.
5. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara, dan meningkatkan kemampuan yang masih ada.
6. Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk dijajaki oleh pasien sebagai langkah
dalam pre-cocational training. Berdasarkan aktivitas ini akan dapat diketahui
kemampuan mental dan fisik, kebiasaan kerja, sosialisasi, minat, potensi dan lainnya dari
pasien dalam mengarahkannya pada pekerjaan yang tepat dalam latihan kerja.
C. INDIKASI TERAPI OKUPASI
1. Seseorang yang kurang berfungsi dalam kehidupannya karena kesulitan kesulitan yang
di hadapi dalam pengintregrasian perkembangan psikososisalnya.
2. Kelainan tingkah laku yang terlibat dalam kesulitannya berkomunikasi dengan orang lain
3. Tingkah laku tidak wajar dalam mengekspresikan perasaan atau kebutuhan yang
premitif.
4. Ketidakmampuan menginterpretasikan rangsangan sehingga reaksinya terhadap
rangsangan tersebut tidak wajar pula.
5. Terhentinya seseorang dalam fase pertumbuhan tertentu atau seseorang yang
mengalami kemunduran.
6. Mereka yang lebih mudah mengekspresikan perasaannya melalui suatu aktifitas
daripada dengan percakapan.
7. Mereka yang merasa lebih mudah mempelajari sesuatu dengan cara mempraktikkannya
dari pada dengan membeyangkan.
8. Pasien cacat tubuh yang mengalami gangguan dalam kepribadiannya.

D. PROSES TERAPI OKUPASI


Dokter yang mengirimkan pasien untuk terapi okupasi akan menyertakan data mengenai
data pasien berupa diagnosis, masalahnya, dan juga akan menyatakan apa yang perlu di
perbuat dengan pasien tersebut. Apakah untuk mendapatkan data yang lebih banyak untuk
keperluan diagnosis, terapi, atau rehabilitasi. Setelah pasien berada di unit terapi okupasi, maka
terapis akan bertindak sebagai berikut.

1. Koleksi Data
Data biasa di dapatkan dari kartu rujukan atau status pasien yang di sertakan ketika
pertamakali pasien mengunjungi unit terapi okupasional. Jika dengan mengadakan
waancara dengan pasien atau keluargannya, atau dengan mengadakan kunjungan
rumah. Data ini di perlukan untuk menyusun rencana terapi bagi pasien. Proses ini dapat
berlangsung beberapa hari sesuai dengan kebutuhan.
2. Analisa data dan identifikasi masalah
Dari data yang terkumpul dapat ditarik suatu kesimpulan sementara tentang masalah atau
kesulitan pasien. Hal ini dapat berupa masalah di lingkungan keluarga atau pasien itu
sendiri.
3. Penentuan tujuan
Dari masalah dan latar belakang pasien, maka dapat di susun data tujuan terapi sesuai
dengan prioriats, baik jangka pendek maupun jangka panjangnya
4. Analisa data dan identifikasi masalah
Dari data yang terkumpul dapat ditarik suatu kesimpulan sementara tentang masalah atau
kesulitan pasien. Hal ini dapat berupa masalah di lingkungan keluarga atau pasien itu
sendiri.
5. Penentuan tujuan
Dari masalah dan latar belakang pasien, maka dapat di susun data tujuan terapi sesuai
dengan prioriats, baik jangka pendek maupun jangka panjangnya.

E. PELAKSANAAN
1. Metode
Terapi okupasi dapat dilakukan baik secara individual, maupun berkelompok,
tergantung dari keadaan pasien, tujuan terapi, dll.
a. Metode individual dilakukan untuk:
 Pasien baru yang bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi dan
sekaligus untuk evaluasi pasien.
 Pasien yang belum dapat atau mampu untuk berinteraksi dengan cukup baik
didalam suatu kelompok sehingga dianggap akan mengganggu kelancaran suatu
kelompok bila dia dimasukkan dalam kelompok tersebut.
 Pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujuan agar terapis dapat
mengevaluasi pasien leih efektif.
b. Metode kelompok dilakukan untuk: pasien lama atas dasar seleksi dengan masalah atau
hampir bersamaan, atau dalam melakukan suatu aktivitas untuk tujuan tertentu
bagi beberapa pasien sekaligus. Sebelum memulai kegiatan baik secara individual
maupun kelompok, maka terapis harus mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatu
yang menyangkut pelaksanaan kegiatan tersebut. Pasien juga perlu diperkan dengan
cara memperkenalkan kegiatan dan menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan
tersebut sehingga dia atau mereka lebih mengerti dan berusaha untuk ikut aktif.
Jumlah anggota dalam suatu kelompok disesuaikan dengan jenis aktivitas yang akan
dilakukan, dan kemampuan terapis mengawasi.
2. Waktu
Okupasi terapi dilakukan antara 1-2 jam setiap sesi baik yang individu maupun
kelompok setiap hari, dua kali atau tiga kali seminggu tergantung tujuan terapi,
tersedianya tenaga dan fasilitas, dan sebagainya. Sesi ini dibagi menjadi dua bagian yaitu
½-1 jam untuk menyelesaikan kegiatan- kegiatan dan 1- 1 ½ jamuntuk diskusi. Dalam
diskusi ini dibicarakan mengenai pelaksanaan kegiatan tersebut, antara lain kesulitan
yang dihadapi, kesan mengarahkan diskusi tersebut kearah yang sesuai tujuan terapi.
3. Terminasi
Keikutsertaan seorang pasien dalam kegiatan okupasiterapi dapat diakhiri dengan
dasar bahwa pasien:
 Dianggap telah mampu mengawasi permasalahannya
 Dianggap tidak akan berkembang lagi
 Dianggap perlu mengikuti program lainnya sebelum okupasiterapi.

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Terapi okupasi adalah usaha penyembuhan terhadap seseorang yang mengalami kelainan
mental, dan fisik dengan jalan memberikan suatu keaktifan kerja dimana keaktifan tersebut untuk
mengurangi rasa penderitaan yang dialami oleh penderita. Keaktifan kerja yang dimaksud adalah
anak mengikuti program terapi. Dengan mengikuti kegiatan aktifitas diharapkan dapat
memulihkan kembali gangguan-gangguan yang ada baik dimental maupun fisik anak.
B. SARAN

Sebagai perawat haruslah mengetahui tentang terapi okupasi serta dapat


mempraktekannya dalam praktik keperawatan
Daftar Pustaka

Keliat, B.A. dan Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Akitivitas Kelompok.
Jakarta: EGC.
Muhaj, K. 2009. Terapi Okupasi dan Rehabilitasi. Available:
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/01/terapi-okupasi-dan rehabilitasi.html.
Riyadi, S. dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai