Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASPHYXIA
KEPERAWATAN ANAK I

Disusun oleh :

NURHAEDA
FATRYAN ANGGARAENI

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
POLEWALI MANDAR
T.A 2022

0
KATA PENGHANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ ASPHYXIA
“. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak
1. Kami berharap dapat menambah wawasan dan pegetahuan bagi kami sebagai penulis
maupun bagi pembaca.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk melengkapi
segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.

Polewali, Mei
2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................2

BAB II PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................3
B. Rumusan Masalah..........................................................4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertia Asphixia.........................................................5
B. Faktor yang mempengaruhi Asphixia............................5
C. Upaya pencegahan Asphixia..........................................7
D. Penyimpangan KDM......................................................8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan....................................................................10
B. Saran..............................................................................11

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan di


lndonesia telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian
derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila dibandingkan dengan
negata tetafigga. Permasalahan utama yang dihadapi adalah rendahnya kualitas
kesehatan penduduk yang antara lain ditunjukkan dengan masih tingginya Angka
Kematian Bayi (AKB), anak balita dan kelangsungan hidupnya. Diperkirakan bahwa
sekitar 27oh seluruh angka kematian neonatus di seluruh dunia disebabkan oleh
asfiksia neonatorum.
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa angka kematian bayi
(AKB) kawasan Asia Tenggara merupakan kedua yang paling tinggi yaitu sebesar
142 per 1.000 setelah kawasan Afrika. Di tahun 2011, Indonesia merupakan negara
dengan AKB tertinggi kelima untuk negara ASEAN yaitu 35 per 1.000, dimana
Myanmar 48 per 1.000, Laos dan Timor Leste 46 per 1.000, Kamboja 36 per 1.000
(WHO, 2012).
WHO juga menyatakan bahwa setiap tahunnya 120 luta bayi lahir di dunia, 4
juta bayi lahir mati dan 4 j:uta lainnya meninggal dalam usia 30 hari. Sebanyak 3,6
juta (3%) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir I juta bayi ini
meninggal. Sebanyak 98 oh dari kematian bayi terjadi di negara-negara yang sedang
berkembang. Kematian bayi sangat memprihatinkan, yang dikenal dengan fenomena
213. Penyebab kematian neonatal utama asfiksia neonatorum (27%) setelah (29%)
(WHO, 2011). Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, menyebutkan tiga penyebab
utama kematian perinatal di Indonesia adalah gangguan pernapasan/respiratory
disorders (35,90 ), prematuritas (32,4%) dan sepsis neonatorum (12.0%).
Di Indonesia angka kejadian asfiksia kurang lebih 40 per 1000 kelahiran
hidup, secara keseluruhan 110.000 neonatus meninggal setiap tahun karena asfiksia.
Di daerah pedesaan Indonesia angka kejadian asfiksia neonatorum sebanyak 3l-
56,50%. Dan asfiksia menjadi penyebab 19% dari 5 juta kematian bayi baru lahir
setiap tahun (Setyobudi, 2013).

3
Asfiksia pada bayi baru lahir adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat
bernafas cecara spontan dan teratur segera setelah lahir. Hal ini disebabakan oleh
karena hipoksia ( kekurangan oksigen) janin dalam kandungan yang terjadi saat
kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah
ini adalah untuk mengetahi apa itu asphyxia dan bagaimana Asuhan Keperawatan
pada pasien asphyxia?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Asfiksia pada bayi baru lahir adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat
bernafas cecara spontan dan teratur segera setelah lahir. Hal ini disebabakan oleh karena
hipoksia ( kekurangan oksigen) janin dalam kandungan yang terjadi saat kehamilan,
persalinan atau segera setelah bayi lahir. Hipoksia dapat menghambat adaptasi bayi baru
lahir terhadap kehidupan diluar rahim ibu. Sekitar 9,8% dari seluruh kematian bayi baru
lahir disebabkan oleh asfiksia yang terjadi waktu lahir.
Asfiksia adalah kejadian dimana bayi tidak dapat menangis secara spontan dan
teratur. Paritas didefinisikan sebagai jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup yaitu
kondisi yang menggambarkan kelahiran sekelompok atau beberapa kelompok wanita
selama masa reproduksi. Paritas merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian
asfiksia neonatorum.
Asfiksia adalah suatu keadaan dengan karakteristik hipoksia yang progresif,
hiperkapnia, dan asidosis. Asfiksia pada masa perinatal akan menyebabkan terjadinya
penurunan kadar oksigen, saturasi oksigen dan perfusi darah ke jaringan, sehingga
menimbulkan iskemia pada organ yang sensitif terhadap penurunan oksigen. Asfiksia
berat merupakan keadaan gawat darurat bayi baru lahir yang membutuhkan bantuan
ventilasi mekanik segera. Ventilator merupakan alat bantu pernapasan yang dapat
digunakan untuk memperbaiki ventilasi alveolar, pembuangan CO2, serta oksigenasi
jaringan yang adekuat.
Asfiksia menyebabkan bayi terlihat lemah, mengalami penurunan denyut jantung
secara cepat, tubuh menjadi biru atau pucat dan refleks-refleks melemah sampai
menghilang. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami
asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan
ibu hamil, kelainan tali pusat dan kelainan yang mempengaruhi kesejahtraan bayi selama
atau sesudah persalinan.
B. Etiologi
Asfiksia dapat terjadi karena beberapa factor:

5
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
- Gangguan aliran darah fetus
- Gangguan kontralsi uterus pada hipertoni, hipotoni, tetani uteri
- Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
- Hipertensi pada penyakit toksemia, eklamsia, dll
b. Primi tua, DM, anemia, riwayat lahit mati, ketuban pecah dini, infeksi
2. Faktor plasenta
Abrutio plasenta, solution plasenta
3. Faktor fetus
Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat, meconium kental, prematuritas, persalinan
ganda.
4. Faktor lama persalinan
Persalinan lama, VE, kelainan letak, operasi caecar
5. Faktor neonates
a. Anestesi/analgetik yang berlainan pada ibusecara langsung dapat menimbulkan
depresi pernafasan bayi
b. Trauma lahir sehingga mengakibatkan perdarahan intracranial
c. Kelainan kongenital seperti hernia diafragmatika, atresia/stenosis saluran
pernafasan, hipoplasi paru, dll

Anemia pada ibu hamil dapat didefenisikan sebagai kondisi dengan kadar
Hb berada dibawah normal al (<11 gr %), akibat anemia dapat menimbulkan
hipoksia dan berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin menimbulkan
gangguan pada pemafasan bayi. Suradi (2013) menyatakan bahwa bayi dapat
mengalami kesulitan sebelum lahir, selama persalinan atau setelah lahir.
Kesulitan yang terjadi dalam kandungan, baik sebelum atau selama persalinan,
biasanya akan menimbulkan gangguan pada aliran darah di plasenta atau tali
pusar.
Hasil penelitian mengenai hubungan antara ketuban pecah dini (KP D)
dengan kejadian asfiksia neonatorum didapatkan hasil bahwa kejadian asfiksia
neonatorum, proporsinya lebih besar pada ibu yang mengalami KPD (82,6%)
dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami KPD (17,4%). Ketuban pecah

6
dini pada kondisi kepala janin belum masuk pintu atas panggul mengikuti aliran
air ketuban, akan terjepit antara kepala janin dan dinding panggul, keadaan sangat
berbahaya bagi janin. Dalam waktu singkat janin akan mengalami hipoksia
hingga kematian janin dalam kandungan (IUFD), pada kondisi ini biasanya
kehamilan segera diterminasi. Bayi yang dilahirkan jauh sebelum aterm
merupakan calon untuk terjadinya respiratory distress sindroma (RDS). Hipoksia
dan asidosis berat yang terjadi sebagi akibat pertukaran oksigen dan
karbondioksida alveoli kapiler tidak adekuat, terbukti berdampak sangat fatal
pada bayi.
Komplikasi yang sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu adalah sindrom distress pernafasan yang terjadi pada bayi baru lahir.
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan
pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan
dalam persediaan dan dalam menghilangkan CO2. Terjadinya asfiksia seringkali
diawali infeksi yang terjadi pada bayi baik pada bayi aterm terlebih pada bayi
prematur, antara KPD dan asfiksia keduanya saling mempengaruhi.
a) Berdasarkan dari umur kehamilan dan tingkat asfiksia dimana ibu yang
kehamilannya kurang bulan atau preterem mengalami asfiksia ringan
sebanyak 9 bayi dan pada asfiksia sedang sebanyak 8 orang. Dan ibu yang
melahirka cukup bulan atau aterm yang mengalami asfiksia ringan sebanyak
37 bayi dan yang mengalami asfiksia sedang sebanyak 118 bayi dan yang
mengalai asfiksia berat sebanyak 12 orang. Sedangkan ibu yang mengalami
kehamilan lewat bulan atau postterm hanya 7 bayi yang mengalami asfiksia
sedang, sedangkan yang menagalanmi asfiksia berat sebanyak 1 orang.
Persasalinan dianggap normal bila prosesnya terjadi pada usia kehamilan 37-
40 minggu atau aterm tampa disertai penyulit. Walaupun persalinan
berlangsung secara normal atau spontan tidak menutup kemungkinan
terjadinya sfiksia pada bayi tersebut.
b) Resiko terhadap janin disebabkan oleh karena proses penuaan plasenta
sehingga terjadi gangguan fungsi plasenta (insufisiensi) kehamilan lewat
waktu tidak mampu memberikan nutrisi atau pertukaran O2 sehingga janin
mempunyai resiko asf#iksia sampai kematian dalam rahim.
C. Upaya pencegahan

7
Pencegahan yang komprehensif dimulai dari masa kehamilan, persalinan dan
beberapa saat setelah persalinan. Pencegahan berupa :
1. Melakukan pemeriksaan antenatal rutin minimal 4x kunjungan
2. Melakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap pada
kehamilan yang diduga berisiko bayinya lahir dengan asfiksia neonatorum
3. Memberikan terapi kotkosteroid antenatal untuk persalinan pada usia kehamilan
kurang dari 37 minggu.
4. Melakukan pemantauan yang baik terhadap kesejahteraan janin dan deteks dini
terhadap tanda-tanda asfiksia fetal selama persalinan dengan kardiotokografi.
5. Meningkatkan keterampilan tenaga obstetric dalam penanganan asfiksianeonatorum di
masing-masing tingkat pelayanan kesehatan.
6. Meningkatkan kerjasama tenaga obstetric dalam pemantauan dan penanganan
persalinan.
7. Melakukan perawsatan neonatal esensial yang terdiri dari :
a. Persalinan yang bersih dan aman
b. Stabilisasi suhu
c. Inisiasi pernafasan spontan
d. Inisiasi menyusui dini
e. Pencegahan infeksi serta permberian imunisasi

D. Patofisiologi
Pembuluh darah arteriol yang ada di paru-paru bayi masih dalam keadaan kontraksi
dan hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru-paru sehingga
darah dialirkan melalui duktus arteriosus kemudian masuk ke aorta namun suplai oksigen
melalui plasenta ini terputus ketika bayi memasuki kehidupan ekstrauteri. Hilangnya
suplai oksigen melalui plasenta pada masa ekstrauteri menyebabkan fungsi paru neonatus
diaktifkan dan terjadi perubahan pada alveolus yang awalnya berisi cairan kemudian
digantikan oleh oksigen. Proses penggantian cairan tersebut terjadi akibat adanya
kompresi dada (toraks) bayi pada saat persalinan kala II dimana saat pengeluaran kepala,
menyebabkan badan khususnya dada (toraks) berada dijalan lahir sehingga terjadi
kompresi dan cairan yang terdapat dalam paru dikeluarkan. Setelah toraks lahir terjadi
mekanisme balik yang menyebabkan terjadinya inspirasi pasif paru karena bebasnya
toraks dari jalan lahir, sehingga menimbulkan perluasan permukaan paru yang cukup
untuk membuka alveoli. Besarnya tekanan cairan pada dinding alveoli membuat

8
pernapasan yang terjadi segera setelah alveoli terbuka relatif lemah, namun karena
inspirasi pertama neonatus normal sangat kuat sehingga mampu menimbulkan tekanan
yang lebih besar ke dalam intrapleura sehingga semua cairan alveoli dapat dikeluarkan.
Selain itu, pernapasan pertama bayi timbul karena ada rangsangan-rangsangan seperti
penurunan PO2 dan pH, serta peningkatan PCO2 akibat adanya gangguan pada sirkulasi
plasenta, redistribusi curah jantung sesudah talipusat diklem, penurunan suhu tubuh dan
berbagai rangsangan taktil. Namun apabila terjadi gangguan pada proses transisi ini,
dimana bayi tidak berhasil melakukan pernapasan pertamanya maka arteriol akan tetap
dalam vasokontriksi dan alveoli akan tetap terisi cairan. Keadaan dimana bayi baru lahir
mengalami kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah dilahirkan
disebut dengan asfiksia neonatorum. Gagal napas terjadi apabila paru tidak dapat
memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas, yaitu oksigenasi darah arteri dan
pembuangan karbon dioksida. Proses pertukaran gas terganggu apabila terjadi masalah
pada difusi gas pada alveoli. Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dengan
kapiler paru dan CO2 kapiler dengan alveoli. Proses difusi gas pada alveoli dipengaruhi
oleh luas permukaan paru, tebal membrane respirasi/ permeabelitas membran, perbedaan
tekanan dan konsentrasi oksigen dan afinitas gas.

E. Penyimpangan KDM (Pathway)

Resiko ketidak Persalinan lama, lilitan tali pusat, Faktor lain: amastesi, obat-
seimbangan suhu tubuh persentasi janin abnormal obatan

Suplai O2 dlm darah ASFIKSIA Paralisis pusat pernafasan

Janin kekurangan O2 & Bersihanjalan nafas


Paru-paru tersisi cairan
kadar CO2 meningkat tidak efektif

Gangguan metabolisme &


Nafas cepat Suplai O2 ke paru perubahan asam basa

Apneu Kerusakan otak Asidosis respiratorik

Gangguan ferfusi venntilasi


Resiko cedera Kematian bayi

Nafas cuping
DJJ & TD Proses keluarga terhenti
hidung,sianosis, hipoksia
9
Ketidak efektifan pola Janin tidak beraksi
nafas terhadap rangsangan
Gangguan pertukaran
DAFTAR PUSTAKA gas

F. Asuhan Keperawatan Pada Asfiksia Neonatorum Dengan Gangguan Pertukaran Gas


1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada bayi dengan asfiksia neonatorum adalah sebagai
berikut:
a. Identitas
b. Riwayat kesehatan meliputi riwayat kesehatan seperti adanya hipoksia janin,
gangguan aliran darah prenatal, hipotensi dan hipertensi selama kehamilan,
gangguan plasenta, kehamilan berisiko: primi tua, anemia, ketuban pecah dini,
infeksi), riwayat persalinan; lilitan tali pusat, partus lama/macet, trauma lahir, dan
prematuritas.
c. Pemeriksaan fisik:
1) Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan.
2) Inspeksi: pergerakan dinding dada, pernapasan cuping hidung, retraksi dan
warna kulit (sianosis, pucat, kehitam-hitaman) serta amati diameter dada
anteroposterior yang memanjang dapat mengindikasikan udara terperangkap
dalam alveoli.
3) Auskultasi: suara napas tambahan dan suara paru.
4) Perkusi: kaji adanya suara tumpul yang menunjukkan bahwa cairan atau
jaringan padat telah menggantikan udara.
d. Kaji kebutuhan peningkatan oksigen.
e. Kaji tekanan darah bayi.
f. Pemeriksaan diagnostik meliputi oksimetri nadi dan analisa gas darah.
2. Diagnosa
Masalah keperwatan yang lazim muncul pada pasien Asphixia :
a) Pola napas tidak efektif
b) Gangguan pertukaran gas b.d gangguan darah ke alveoli, alveolar, edema , alveoli-
perfusi.

10
c) Resiko ketidaksimbangan suhu tubuh
d) Resiko syndrome kematian bayi mendadak b.d prematuritas organ
e) Resiko cidera b.d hipoksia jaringan

3. Intervensi
Intervensi nanda NIC NOC (Huda, 2015)

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Pola napas tidak efektif NOC NIC
Defenisi: Inspirasi dan/atau  Respiratory status : Airway Management
ekspirasi yang tidak Ventilation - Buka jalan napas, gunakan
memberi ventilasi.  Respiratory status : teknik chin lift atau jaw
Batasan karakteristik : Airway patency thrust bila perlu
 Perubahan kedalam  Vital sign Status - Posisikan pasien untuk
pernapasan Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
 Perubahan ekskursi dada  Mendemonstrasikan - Identivikasi pasien perlunya
 Mengambil posisi tiga titik batuk efektif dan suara pemasangan alat jalan napas

 Bradipnea nafas yang bersih, tidak buatan

 Penurunan tekanan ada diagnosis dan - Pasang mayo bila perlu

ekspirasi dyspnea (mampu - Lakukan fisioterapi dalam


mengeluarkan sputum, dada bila perlu
 Penurunan ventilasi
mampu bernapas dengan - Keluarkan secret dengan
semenit
mudah, tidak ada pursed batuk atau suction
 Penurunan kapasitas vital
lips) - Auskultasi suara napas, catat
 Dipnea
 Menunjukkan jalan napas adanya suara tambahan
 Peningkatan diameter
yang paten (klien tidak - Lakukan suction pada mayo
anterior-posterior
merasa tercekik, irama - Berikan bronkodiator bila
 Pernapasan cuping hidung
napas, frekuensi perlu
 Ortopnea
pernapasan dalam rentang - Berikan pelembab udara kasa
 Fase ekspirasi memanjang
normal, tidak ada suara bash NaCL lembab

11
 Perpasan bibir napas abnormal) - Atur intake untuk cairan
 Takipnea  Tanda-tanda vital dalam mengoptimalkan

 Penggnaan otot aksesorius rentang normal (tekanan keseimbangan

untuk bernapas darah, nadi, pernapasan) - Monitor respirasi dan status

Faktor yang berhubungan : O2

 Ansietas Oxigen Therapy

 Posisi tubuh - Bersihkan mulut, hidung dan


secret trakea
 Defornitas tulang
- Pertahankan jalan napas yang
 Defotnitas dinding dada
paten
 Keletihan
- Atur peralatan oksigenasi
 Hiperventilasi
- Monitor aliran oksigen
 Sindrom hipoventilasi
- Pertahankan posisi pasien
 Gangguan musculoskeletal
- Observasi adanya tanda-
 Kerusakan neuromuscular tanda hipoventilasi
 Obesitas - Monitor adanya kecemasan
 Nyeri pasien terhadap oksigenasi
 Keletihan otot pernapasan Vital Sign Monitoring
cedera meedula spinalis - Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
- Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
- Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk,,atau berdiri
- Auskultasi TD, nadi, RR,
sebelum selama, dan setelah
aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernpasan
abnormal
- Monitor suhu, warna dan
12
kelembaban warna kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab dari
perubahan VS (Amin Huda
Nurarif Hadi Kusuma, 2015)
2 Gangguan pertukaran gas NOC Respiratory status: NIC
Definisi: kelebihan atau gas exchange : Setelah Respiratory Monitoring
defisit oksigenasi dan/atau dilakukan asuhan a. Monitor pola napas, irama,
eliminasi karbondioksida keperawatan didapatkan kedalaman dan usaha napas
pada membran Kriteria Hasil: b. Perhatikan gerakan dan
alveolarkapiler. Batasan Mendemonstrasikan kesimetrisan, menggunakan
Karakteristik: peningkatan ventilasi dan otot bantu, dan adanya
a. Dispnea oksigenasi yang adekuat retraksi otot intercostals dan
b. Gas darah arteri Respiratory status: supraclavicular
abnormal ventilation c. Monitor bunyi napas,
c. Gelisah Kriteria Hasil: misalnya mendengkur
d. Hiperkapnia a. Memelihara kebersihan d. Monitor pola napas
e. Hipoksemia paruparu dan bebas dari e. Catat lokasi trakea
f. Hipoksia tanda-tanda distress f. Auskultasi bunyi napas,
g. Napas cuping hidung pernapasan catat peningkatan ventilasi
h. Penurunan b. Mendemonstrasikan batuk g. Monitor saturasi oksigen
karbondioksida efektif dan suara napas h. Monitor kemampuan pasien
i. pH arteri abnormal yang bersih, tidak ada dalam batuk efektif.
j. Pola pernapasan sianosis dan dypsneu
abnormal (mis; (mampu mengeluarkan
kecepatan, irama, sputum, mampu bernapas
kedalaman) dengan mudah, tidak ada
k. Sianosis pursed lips).
l. Takikardia

13
3 Resiko ketidak NOC NIC
seinmbangan suhu tubuh  Temoregulasi Newborn Care
Defenisi : beresiko  Emoregulasi Newborn - Pengaturan suhu : mencapai
mengalami kegagalan Kriteria hasil: dan atau mempertahankan
mengalami mempertahankan  Suhu kulit normal suhu tubuh dalam range
suhu tubuh dalam kisaran  Suhu bdan 36.0-37.0 C normal
normal  TTV dalam batas normal - Pantau suhu bayi baru lahir
Faktor resiko  Hidarasi adekuat sampai stabil
 Perubahan laju  Tidak hanya mengginggil - Pantau tekanan darah, nadi
metabolisme  Gula darah DBN dan pernafasan dengan tepat
 Dehidrasi  Keseimbangan asam basa - Pantau warna dan suhu kulit
 Pejanan suhu lingkungan DBN - Pantau dan laporkan tanda
yang ekstreem  Bilirubin DBN dan gejala hipotermi dan

 Usia ekstreem hipertermi

 Berat badan ekstreem - Tingkatkan keadekuatan


masukan cairan dan nutrisi
 Penyakit yang
- Tempatkan bayi baru lahir
mempengaruhi regulasi
pada ruangan isolasi atau
suhu
bawah pemanas
 Tidak beraktivitas
- Pertahankan panas tubuh
 Pakaian yang tidak sesuai
bayi]gunakan matras panas
suhu lingkungan
dan selimut hangat yang
 Obat yang menyebabkan
disesuaikan dengan
vasodilitasi
kebutuhan
 Sedasi
- Berikan pengobatan dengan
 Trauma yang
tepat untuk mencegah atau
mempengaruhi oengaturan
control menggigil
suhu
- Gunakan matras sejuk dan
 Aktivitas yang berlebihan
mandi dengaan air hangat
untuk menyesuaikan dengan
suhu tubuh dengan tepat.
Temperature regulation
( pengaturan suhu )

14
4 Resiko syndrome kematian NOC NIC
bayi mendadak  Parent infant attachment Teaching Infant Safety 0-3
Defenisi : Terdapat faktor  Parenting performance mount
resio kematian bayi berusia  Pretem infant organization - Ajarkan keluarga untuk tidak
dibawah 1 tahun secara Kriteria hasil meroko di dekat bayi
mendadak  Menjaga keamnan atau - Ajarkan orang tua atau
Faktor resiko mencegah cedera fisik pengasuh menggunakan
Dapat diubah anak dari lahir hingga usia tempat makan yang aman
 Perawatan prenatal yang 2 tahun - Ajarkan untuk mengubah
terlambat  Indek usia kandungan posisi bayi yang telentang
 Bayi yang dihangatkan antara 24 dan 37 minggu saat tidur
berlebihan (aterm) - Ajarkan untuk tidak
 Bayi yang dibedung terlalu  RR 30-60x/menit menggunakan kasur bulu
ketat  Saturasi oksigen lebih dari atau selimut,atau bantal pada

 Bayi yang tidur dalam 85% tempat bayi tidur

posisi terlungkup  Tidak ada perubahan - Anjurkan orang tua atau

 Bayi yang tidur dalam warna kulit bayi pengasuh menghindari

posisi miring  Tidak terjadi penggunaan perhiasan pada

 Kurangnya asuhan prenatal termoregulasi bayi


 Mengatur posisi bayi - Kaji faktor resiko prenatal
 Pemajanan asap rokok
telentang saat tidur seperti usia ibu yang terlalu
pada bayi postnatal
 Memperoleh asuhan muda
 Pemajanan asap rokok
antennal yang adekuat - Ajarkan pada orang tua atau
pada bayi prenatal
sejak awal kehamilan pengasuh bagaimana
 Alas tempat tidur yang
 Mengindetifikasi faktor mencegah jatuh
terlalu empuk (benda yang
keamanan yang tepat yang - Intruksikan orang tua dan
terlalu empuk
melindungi individu atau pengasuh untuk mengecek
dilingkungan tempat tidur)
anak dari syndrome temperature air sebelum
Kemungkinan dapat di ubah
kamatian bayi mendadak memandikan bayi
 Berat badan lath rendah
 Menghindari merokok - Amankan bayi dari hewan
 Prematuritas
saat kehamilan peliharaan
 Usia ibu yang muda

15
Tidak dapat di ubah  Mampu berinteraksi Parent Education: Infant
 Etnis (mis. Afrika-amerika dengan pengasuh - Beri materi pendidikan
atau indian suku asli kesehatan yang berhubungan
amerika) dengan strategi dan tindakan
 Bayi usia 2-4 bulan untuk mencegah syndrome
 Jenis kelamin pria kematian bayi mendadak dan

 Musim sydrom bayi mati dengan tindakan resusitasi

mendadak untuk mengatasinya

5 Resiko Cedera NOC NIC


Defenisi : Beresiko  Risk control Environment Management
mengalami cedera sebagai Kriteria Hasil : (MEenejemen lingkungan)
akibat kondisi lingkungan  Klien terbebas dari cidera - Sediakan lingkungan yang
yang berinteraksi dengan  Klien mampu menjalaskan aman untuk pasien
sumber adaptif dan smber cara/metode untuk - Indetifikasi kebutuhan
defensive individu mencegah injury/cidera keamanan pasien, sesuai
Faktor resiko:  Klien mampu menjelaskan dengan kondisi fisik dan
 Eksternal faktor resiko dari fungsi kognitif pasien dan
- Biologis (mis. lingkungan/perilaku riwayat penyakit terlebih
Tingkat imunisasi personal dahulu pasien
komunitas,  Mampu memodifikasi - Menghindarkan lingkungan
mikroorganisme) gaya hidup untuk yang berbahaya (mis.
- Zat kimia (mis. mencegah injury Memindahkan perabotan)
Racun, polutan, obat,  Menggunakan fasilitas - Memasang side rail tempat
agenens farmasi, kesehatan yang ada tidur
alcohol nikotin,  Mampu mengenali - Menyediakan tempat tidur
pengawet, kosmetik, perubahan status yang nyaman dan bersih
pewarna) kesehatan - Menempatkan saklar lampu
- Manusia (mis. Agens di tempat yang mudah
nosocomial, pola dijangkau pasien
ketegangan, atau - Membatasi pengunjung
faktor kognitif, - Menganjurkan keluarga
efektif atau

16
psikomotor) untuk menemani pasien
- Cara - Mengontrol lingkungan dari
pemindahan/transfor kebisingan
- Nutrisi (mis. Desain - Memindahkan barang-barang
struktur, dan yang dapat membahayakan
pengaturan - Berikan penjelasan pada
komunitas, bangunan pasien dan keluarga atau
dan/atau peralatan) pengunjung adanya
 Internal perubahan status kesehatan
- Profil darah yang dan penyebab penyakit
abnormal (mis. -
Leukositosis/leukope
nia, gangguan faktor
koagulasi,
trombositopenia, sel
sabit, talasemia,
penurunan
hemoglobin)
- Disfungsi biokimia
- Usia perkembangan
(fisiologis,
psikososial)
- Disfungsi efektor
- Disfungsi imun-
autoimun
- Disfungsi integrafi
- Malnutrisi
- Fisik (mis. Integrasi
kulittidak utuh,
gangguan mobilitas)
- Psikologis (orientasi
efektif)
- Disfungsi sensorik

17
- Hipoksia jaringan

4. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi
keperawatan lebih menekankan pada melakukan suatu tindakan yang sudah
direncanakan pada tahap intervensi. Secara garis besar, implementasi yang dilakukan
untuk menangani gangguan pertukaran gas pada asfiksia neonatorum yaitu:
a. Memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas.
b. Memonitor pola napas (seperti takipnea)
c. Memonitor adanya sumbatan jalan napas
d. Melakukan pemeriksaan auskultasi bunyi napas
e. Memonitor saturasi oksigen
f. Memonitor nilai AGD

5. Evaluasi
Evaluasi dalam dokumentasi keperawatan mengharuskan perawat melakukan
pemeriksaan secara kritikal serta menyatakan respon yang dirasakan pasien terhadap
intervensi yang telah dilakukan. Evaluasi ini terdiri dari dua tingkat yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif atau biasa juga dikenal dengan
evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang segera timbul setelah intervensi
keperawatan dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif atau evaluasi hasil, yaitu evaluasi
respon (jangka panjang) terhadap tujuan, dengan kata lain bagaimana penilaian
terhadap perkembangan kemajuan kearah tujuan atau hasil akhir yang diinginkan.
Evaluasi untuk setiap diagnosis keperawatan meliputi data subjektif (S) data
objektif (O), analisa permasalahan (A) berdasarkan S dan O, serta perencanaan (P)
berdasarkan hasil analisa diatas. Evaluasi ini disebut juga dengan evaluasi proses.
Format dokumentasi SOAP biasanya digunakan perawat untuk mengidentifikasi dan
mengatasi masalah pasien. Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang
pasien hadapi dimana sudah dibuat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asfiksia adalah kejadian dimana bayi tidak dapat menangis secara spontan dan
teratur segera setelah dilahirkan, sehingga dapat menurunkan C2 dan meningkatkan
CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
Dari penyebabnya, asphyxia nenonaturum bisa berasal dari banyak faotor,
diantaranya
b. Faktor ibu ; hipoksia, gangguan aliran darah uterus
c. Faktor plasenta; gangguan mendadak pada plasenta
d. Faktor fetus ; Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat, meconium kental,
prematuritas, persalinan ganda.
e. Faktor lama persalinan
Persalinan lama, VE, kelainan letak, operasi caecar
Faktor neonates
f. Anestesi/analgetik yang berlainan pada ibusecara langsung dapat
menimbulkan depresi pernafasan bayi
g. Trauma lahir sehingga mengakibatkan perdarahan intracranial
h. Kelainan kongenital seperti hernia diafragmatika, atresia/stenosis saluran
pernafasan, hipoplasi paru.

B. Saran
Setelahpembaca mengetahui apa pengertian dan penyebab dari asfiksia neonatorum,
diharapkan pembaca bisa mengantisipasi terhadap terjadinya asfiksia neonatorum dan
dapat melakukan pencegahan serta mamahami tindakan pengobatan yang dapat
dilakukan pada bayi dengan asfiksia neonatorum.

19
DAFTAR PUSTAKA

Firmansyah, I., & Lubis, M. (2016). Pemakaian Ventilator Frekuensi Tinggi pada Bayi Asfiksia
Berat. Sari Pediatri, 5(4), 155-9.

caroline Gerungan, J., Adam, S., & Losu, F. N. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado. JIDAN (Jurnal Ilmiah
Bidan), 2(1), 66-72.

Hartaningrum, P. I., & Wulandari, N. K. A. (2020). KEJADIAN ASFIKSIA PADA KETUBAN PECAH
DINI DI RUANG NICU RSUD KABUPATEN BULELENG. MIDWINERSLION: Jurnal Kesehatan
STIKes Buleleng, 5(2), 425-429.

Lubis, R., & Kurnia, S. (2016). Hubungan Paritas, Anemia dan Ketuban Pecah Dini dengan Kejadian
Asfiksia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir Di RSUD Cilegon Provinsi Banten. Jurnal Persada
Husada Indonesia, 2(7), 1.

Amin Huda Nurarif Hadi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis
dan NANDA NIC NOC (Revisi Jil). Mediaction Jogja.
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4767/3/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai