ASPHYXIA
KEPERAWATAN ANAK I
Disusun oleh :
NURHAEDA
FATRYAN ANGGARAENI
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
POLEWALI MANDAR
T.A 2022
0
KATA PENGHANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ ASPHYXIA
“. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak
1. Kami berharap dapat menambah wawasan dan pegetahuan bagi kami sebagai penulis
maupun bagi pembaca.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk melengkapi
segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.
Polewali, Mei
2022
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................2
BAB II PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................3
B. Rumusan Masalah..........................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertia Asphixia.........................................................5
B. Faktor yang mempengaruhi Asphixia............................5
C. Upaya pencegahan Asphixia..........................................7
D. Penyimpangan KDM......................................................8
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
3
Asfiksia pada bayi baru lahir adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat
bernafas cecara spontan dan teratur segera setelah lahir. Hal ini disebabakan oleh
karena hipoksia ( kekurangan oksigen) janin dalam kandungan yang terjadi saat
kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah
ini adalah untuk mengetahi apa itu asphyxia dan bagaimana Asuhan Keperawatan
pada pasien asphyxia?
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Asfiksia pada bayi baru lahir adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat
bernafas cecara spontan dan teratur segera setelah lahir. Hal ini disebabakan oleh karena
hipoksia ( kekurangan oksigen) janin dalam kandungan yang terjadi saat kehamilan,
persalinan atau segera setelah bayi lahir. Hipoksia dapat menghambat adaptasi bayi baru
lahir terhadap kehidupan diluar rahim ibu. Sekitar 9,8% dari seluruh kematian bayi baru
lahir disebabkan oleh asfiksia yang terjadi waktu lahir.
Asfiksia adalah kejadian dimana bayi tidak dapat menangis secara spontan dan
teratur. Paritas didefinisikan sebagai jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup yaitu
kondisi yang menggambarkan kelahiran sekelompok atau beberapa kelompok wanita
selama masa reproduksi. Paritas merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian
asfiksia neonatorum.
Asfiksia adalah suatu keadaan dengan karakteristik hipoksia yang progresif,
hiperkapnia, dan asidosis. Asfiksia pada masa perinatal akan menyebabkan terjadinya
penurunan kadar oksigen, saturasi oksigen dan perfusi darah ke jaringan, sehingga
menimbulkan iskemia pada organ yang sensitif terhadap penurunan oksigen. Asfiksia
berat merupakan keadaan gawat darurat bayi baru lahir yang membutuhkan bantuan
ventilasi mekanik segera. Ventilator merupakan alat bantu pernapasan yang dapat
digunakan untuk memperbaiki ventilasi alveolar, pembuangan CO2, serta oksigenasi
jaringan yang adekuat.
Asfiksia menyebabkan bayi terlihat lemah, mengalami penurunan denyut jantung
secara cepat, tubuh menjadi biru atau pucat dan refleks-refleks melemah sampai
menghilang. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami
asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan
ibu hamil, kelainan tali pusat dan kelainan yang mempengaruhi kesejahtraan bayi selama
atau sesudah persalinan.
B. Etiologi
Asfiksia dapat terjadi karena beberapa factor:
5
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
- Gangguan aliran darah fetus
- Gangguan kontralsi uterus pada hipertoni, hipotoni, tetani uteri
- Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
- Hipertensi pada penyakit toksemia, eklamsia, dll
b. Primi tua, DM, anemia, riwayat lahit mati, ketuban pecah dini, infeksi
2. Faktor plasenta
Abrutio plasenta, solution plasenta
3. Faktor fetus
Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat, meconium kental, prematuritas, persalinan
ganda.
4. Faktor lama persalinan
Persalinan lama, VE, kelainan letak, operasi caecar
5. Faktor neonates
a. Anestesi/analgetik yang berlainan pada ibusecara langsung dapat menimbulkan
depresi pernafasan bayi
b. Trauma lahir sehingga mengakibatkan perdarahan intracranial
c. Kelainan kongenital seperti hernia diafragmatika, atresia/stenosis saluran
pernafasan, hipoplasi paru, dll
Anemia pada ibu hamil dapat didefenisikan sebagai kondisi dengan kadar
Hb berada dibawah normal al (<11 gr %), akibat anemia dapat menimbulkan
hipoksia dan berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin menimbulkan
gangguan pada pemafasan bayi. Suradi (2013) menyatakan bahwa bayi dapat
mengalami kesulitan sebelum lahir, selama persalinan atau setelah lahir.
Kesulitan yang terjadi dalam kandungan, baik sebelum atau selama persalinan,
biasanya akan menimbulkan gangguan pada aliran darah di plasenta atau tali
pusar.
Hasil penelitian mengenai hubungan antara ketuban pecah dini (KP D)
dengan kejadian asfiksia neonatorum didapatkan hasil bahwa kejadian asfiksia
neonatorum, proporsinya lebih besar pada ibu yang mengalami KPD (82,6%)
dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami KPD (17,4%). Ketuban pecah
6
dini pada kondisi kepala janin belum masuk pintu atas panggul mengikuti aliran
air ketuban, akan terjepit antara kepala janin dan dinding panggul, keadaan sangat
berbahaya bagi janin. Dalam waktu singkat janin akan mengalami hipoksia
hingga kematian janin dalam kandungan (IUFD), pada kondisi ini biasanya
kehamilan segera diterminasi. Bayi yang dilahirkan jauh sebelum aterm
merupakan calon untuk terjadinya respiratory distress sindroma (RDS). Hipoksia
dan asidosis berat yang terjadi sebagi akibat pertukaran oksigen dan
karbondioksida alveoli kapiler tidak adekuat, terbukti berdampak sangat fatal
pada bayi.
Komplikasi yang sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu adalah sindrom distress pernafasan yang terjadi pada bayi baru lahir.
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan
pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan
dalam persediaan dan dalam menghilangkan CO2. Terjadinya asfiksia seringkali
diawali infeksi yang terjadi pada bayi baik pada bayi aterm terlebih pada bayi
prematur, antara KPD dan asfiksia keduanya saling mempengaruhi.
a) Berdasarkan dari umur kehamilan dan tingkat asfiksia dimana ibu yang
kehamilannya kurang bulan atau preterem mengalami asfiksia ringan
sebanyak 9 bayi dan pada asfiksia sedang sebanyak 8 orang. Dan ibu yang
melahirka cukup bulan atau aterm yang mengalami asfiksia ringan sebanyak
37 bayi dan yang mengalami asfiksia sedang sebanyak 118 bayi dan yang
mengalai asfiksia berat sebanyak 12 orang. Sedangkan ibu yang mengalami
kehamilan lewat bulan atau postterm hanya 7 bayi yang mengalami asfiksia
sedang, sedangkan yang menagalanmi asfiksia berat sebanyak 1 orang.
Persasalinan dianggap normal bila prosesnya terjadi pada usia kehamilan 37-
40 minggu atau aterm tampa disertai penyulit. Walaupun persalinan
berlangsung secara normal atau spontan tidak menutup kemungkinan
terjadinya sfiksia pada bayi tersebut.
b) Resiko terhadap janin disebabkan oleh karena proses penuaan plasenta
sehingga terjadi gangguan fungsi plasenta (insufisiensi) kehamilan lewat
waktu tidak mampu memberikan nutrisi atau pertukaran O2 sehingga janin
mempunyai resiko asf#iksia sampai kematian dalam rahim.
C. Upaya pencegahan
7
Pencegahan yang komprehensif dimulai dari masa kehamilan, persalinan dan
beberapa saat setelah persalinan. Pencegahan berupa :
1. Melakukan pemeriksaan antenatal rutin minimal 4x kunjungan
2. Melakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap pada
kehamilan yang diduga berisiko bayinya lahir dengan asfiksia neonatorum
3. Memberikan terapi kotkosteroid antenatal untuk persalinan pada usia kehamilan
kurang dari 37 minggu.
4. Melakukan pemantauan yang baik terhadap kesejahteraan janin dan deteks dini
terhadap tanda-tanda asfiksia fetal selama persalinan dengan kardiotokografi.
5. Meningkatkan keterampilan tenaga obstetric dalam penanganan asfiksianeonatorum di
masing-masing tingkat pelayanan kesehatan.
6. Meningkatkan kerjasama tenaga obstetric dalam pemantauan dan penanganan
persalinan.
7. Melakukan perawsatan neonatal esensial yang terdiri dari :
a. Persalinan yang bersih dan aman
b. Stabilisasi suhu
c. Inisiasi pernafasan spontan
d. Inisiasi menyusui dini
e. Pencegahan infeksi serta permberian imunisasi
D. Patofisiologi
Pembuluh darah arteriol yang ada di paru-paru bayi masih dalam keadaan kontraksi
dan hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru-paru sehingga
darah dialirkan melalui duktus arteriosus kemudian masuk ke aorta namun suplai oksigen
melalui plasenta ini terputus ketika bayi memasuki kehidupan ekstrauteri. Hilangnya
suplai oksigen melalui plasenta pada masa ekstrauteri menyebabkan fungsi paru neonatus
diaktifkan dan terjadi perubahan pada alveolus yang awalnya berisi cairan kemudian
digantikan oleh oksigen. Proses penggantian cairan tersebut terjadi akibat adanya
kompresi dada (toraks) bayi pada saat persalinan kala II dimana saat pengeluaran kepala,
menyebabkan badan khususnya dada (toraks) berada dijalan lahir sehingga terjadi
kompresi dan cairan yang terdapat dalam paru dikeluarkan. Setelah toraks lahir terjadi
mekanisme balik yang menyebabkan terjadinya inspirasi pasif paru karena bebasnya
toraks dari jalan lahir, sehingga menimbulkan perluasan permukaan paru yang cukup
untuk membuka alveoli. Besarnya tekanan cairan pada dinding alveoli membuat
8
pernapasan yang terjadi segera setelah alveoli terbuka relatif lemah, namun karena
inspirasi pertama neonatus normal sangat kuat sehingga mampu menimbulkan tekanan
yang lebih besar ke dalam intrapleura sehingga semua cairan alveoli dapat dikeluarkan.
Selain itu, pernapasan pertama bayi timbul karena ada rangsangan-rangsangan seperti
penurunan PO2 dan pH, serta peningkatan PCO2 akibat adanya gangguan pada sirkulasi
plasenta, redistribusi curah jantung sesudah talipusat diklem, penurunan suhu tubuh dan
berbagai rangsangan taktil. Namun apabila terjadi gangguan pada proses transisi ini,
dimana bayi tidak berhasil melakukan pernapasan pertamanya maka arteriol akan tetap
dalam vasokontriksi dan alveoli akan tetap terisi cairan. Keadaan dimana bayi baru lahir
mengalami kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah dilahirkan
disebut dengan asfiksia neonatorum. Gagal napas terjadi apabila paru tidak dapat
memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas, yaitu oksigenasi darah arteri dan
pembuangan karbon dioksida. Proses pertukaran gas terganggu apabila terjadi masalah
pada difusi gas pada alveoli. Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dengan
kapiler paru dan CO2 kapiler dengan alveoli. Proses difusi gas pada alveoli dipengaruhi
oleh luas permukaan paru, tebal membrane respirasi/ permeabelitas membran, perbedaan
tekanan dan konsentrasi oksigen dan afinitas gas.
Resiko ketidak Persalinan lama, lilitan tali pusat, Faktor lain: amastesi, obat-
seimbangan suhu tubuh persentasi janin abnormal obatan
Nafas cuping
DJJ & TD Proses keluarga terhenti
hidung,sianosis, hipoksia
9
Ketidak efektifan pola Janin tidak beraksi
nafas terhadap rangsangan
Gangguan pertukaran
DAFTAR PUSTAKA gas
10
c) Resiko ketidaksimbangan suhu tubuh
d) Resiko syndrome kematian bayi mendadak b.d prematuritas organ
e) Resiko cidera b.d hipoksia jaringan
3. Intervensi
Intervensi nanda NIC NOC (Huda, 2015)
11
Perpasan bibir napas abnormal) - Atur intake untuk cairan
Takipnea Tanda-tanda vital dalam mengoptimalkan
13
3 Resiko ketidak NOC NIC
seinmbangan suhu tubuh Temoregulasi Newborn Care
Defenisi : beresiko Emoregulasi Newborn - Pengaturan suhu : mencapai
mengalami kegagalan Kriteria hasil: dan atau mempertahankan
mengalami mempertahankan Suhu kulit normal suhu tubuh dalam range
suhu tubuh dalam kisaran Suhu bdan 36.0-37.0 C normal
normal TTV dalam batas normal - Pantau suhu bayi baru lahir
Faktor resiko Hidarasi adekuat sampai stabil
Perubahan laju Tidak hanya mengginggil - Pantau tekanan darah, nadi
metabolisme Gula darah DBN dan pernafasan dengan tepat
Dehidrasi Keseimbangan asam basa - Pantau warna dan suhu kulit
Pejanan suhu lingkungan DBN - Pantau dan laporkan tanda
yang ekstreem Bilirubin DBN dan gejala hipotermi dan
14
4 Resiko syndrome kematian NOC NIC
bayi mendadak Parent infant attachment Teaching Infant Safety 0-3
Defenisi : Terdapat faktor Parenting performance mount
resio kematian bayi berusia Pretem infant organization - Ajarkan keluarga untuk tidak
dibawah 1 tahun secara Kriteria hasil meroko di dekat bayi
mendadak Menjaga keamnan atau - Ajarkan orang tua atau
Faktor resiko mencegah cedera fisik pengasuh menggunakan
Dapat diubah anak dari lahir hingga usia tempat makan yang aman
Perawatan prenatal yang 2 tahun - Ajarkan untuk mengubah
terlambat Indek usia kandungan posisi bayi yang telentang
Bayi yang dihangatkan antara 24 dan 37 minggu saat tidur
berlebihan (aterm) - Ajarkan untuk tidak
Bayi yang dibedung terlalu RR 30-60x/menit menggunakan kasur bulu
ketat Saturasi oksigen lebih dari atau selimut,atau bantal pada
15
Tidak dapat di ubah Mampu berinteraksi Parent Education: Infant
Etnis (mis. Afrika-amerika dengan pengasuh - Beri materi pendidikan
atau indian suku asli kesehatan yang berhubungan
amerika) dengan strategi dan tindakan
Bayi usia 2-4 bulan untuk mencegah syndrome
Jenis kelamin pria kematian bayi mendadak dan
16
psikomotor) untuk menemani pasien
- Cara - Mengontrol lingkungan dari
pemindahan/transfor kebisingan
- Nutrisi (mis. Desain - Memindahkan barang-barang
struktur, dan yang dapat membahayakan
pengaturan - Berikan penjelasan pada
komunitas, bangunan pasien dan keluarga atau
dan/atau peralatan) pengunjung adanya
Internal perubahan status kesehatan
- Profil darah yang dan penyebab penyakit
abnormal (mis. -
Leukositosis/leukope
nia, gangguan faktor
koagulasi,
trombositopenia, sel
sabit, talasemia,
penurunan
hemoglobin)
- Disfungsi biokimia
- Usia perkembangan
(fisiologis,
psikososial)
- Disfungsi efektor
- Disfungsi imun-
autoimun
- Disfungsi integrafi
- Malnutrisi
- Fisik (mis. Integrasi
kulittidak utuh,
gangguan mobilitas)
- Psikologis (orientasi
efektif)
- Disfungsi sensorik
17
- Hipoksia jaringan
4. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi
keperawatan lebih menekankan pada melakukan suatu tindakan yang sudah
direncanakan pada tahap intervensi. Secara garis besar, implementasi yang dilakukan
untuk menangani gangguan pertukaran gas pada asfiksia neonatorum yaitu:
a. Memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas.
b. Memonitor pola napas (seperti takipnea)
c. Memonitor adanya sumbatan jalan napas
d. Melakukan pemeriksaan auskultasi bunyi napas
e. Memonitor saturasi oksigen
f. Memonitor nilai AGD
5. Evaluasi
Evaluasi dalam dokumentasi keperawatan mengharuskan perawat melakukan
pemeriksaan secara kritikal serta menyatakan respon yang dirasakan pasien terhadap
intervensi yang telah dilakukan. Evaluasi ini terdiri dari dua tingkat yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif atau biasa juga dikenal dengan
evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang segera timbul setelah intervensi
keperawatan dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif atau evaluasi hasil, yaitu evaluasi
respon (jangka panjang) terhadap tujuan, dengan kata lain bagaimana penilaian
terhadap perkembangan kemajuan kearah tujuan atau hasil akhir yang diinginkan.
Evaluasi untuk setiap diagnosis keperawatan meliputi data subjektif (S) data
objektif (O), analisa permasalahan (A) berdasarkan S dan O, serta perencanaan (P)
berdasarkan hasil analisa diatas. Evaluasi ini disebut juga dengan evaluasi proses.
Format dokumentasi SOAP biasanya digunakan perawat untuk mengidentifikasi dan
mengatasi masalah pasien. Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang
pasien hadapi dimana sudah dibuat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asfiksia adalah kejadian dimana bayi tidak dapat menangis secara spontan dan
teratur segera setelah dilahirkan, sehingga dapat menurunkan C2 dan meningkatkan
CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
Dari penyebabnya, asphyxia nenonaturum bisa berasal dari banyak faotor,
diantaranya
b. Faktor ibu ; hipoksia, gangguan aliran darah uterus
c. Faktor plasenta; gangguan mendadak pada plasenta
d. Faktor fetus ; Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat, meconium kental,
prematuritas, persalinan ganda.
e. Faktor lama persalinan
Persalinan lama, VE, kelainan letak, operasi caecar
Faktor neonates
f. Anestesi/analgetik yang berlainan pada ibusecara langsung dapat
menimbulkan depresi pernafasan bayi
g. Trauma lahir sehingga mengakibatkan perdarahan intracranial
h. Kelainan kongenital seperti hernia diafragmatika, atresia/stenosis saluran
pernafasan, hipoplasi paru.
B. Saran
Setelahpembaca mengetahui apa pengertian dan penyebab dari asfiksia neonatorum,
diharapkan pembaca bisa mengantisipasi terhadap terjadinya asfiksia neonatorum dan
dapat melakukan pencegahan serta mamahami tindakan pengobatan yang dapat
dilakukan pada bayi dengan asfiksia neonatorum.
19
DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah, I., & Lubis, M. (2016). Pemakaian Ventilator Frekuensi Tinggi pada Bayi Asfiksia
Berat. Sari Pediatri, 5(4), 155-9.
caroline Gerungan, J., Adam, S., & Losu, F. N. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado. JIDAN (Jurnal Ilmiah
Bidan), 2(1), 66-72.
Hartaningrum, P. I., & Wulandari, N. K. A. (2020). KEJADIAN ASFIKSIA PADA KETUBAN PECAH
DINI DI RUANG NICU RSUD KABUPATEN BULELENG. MIDWINERSLION: Jurnal Kesehatan
STIKes Buleleng, 5(2), 425-429.
Lubis, R., & Kurnia, S. (2016). Hubungan Paritas, Anemia dan Ketuban Pecah Dini dengan Kejadian
Asfiksia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir Di RSUD Cilegon Provinsi Banten. Jurnal Persada
Husada Indonesia, 2(7), 1.
Amin Huda Nurarif Hadi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis
dan NANDA NIC NOC (Revisi Jil). Mediaction Jogja.
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4767/3/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf
20