DISUSUN OLEH :
JUDUL................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang .........................................................................................................4
B. Rumus masalah.........................................................................................................4
C. Tujuan ......................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................6
1. Konsep Teori asfiksia...............................................................................................6
A. Pengertian asfiksia....................................................................................................6
B. Etiologi......................................................................................................................6
C. Tanda Dan Gejala.....................................................................................................6
D. Patofisiologi..............................................................................................................6
E. Pemeriksaan diagnostik............................................................................................9
F. Komplikasi................................................................................................................9
2. Konsep Proses Keperawatan Pada bayi asfiksia.......................................................10
BAB III PENUTUP...........................................................................................................14
A. Kesimpulan...............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15
KATA PENGANTAR
Bismiillah hirrahman nirrahim…
Alhamdillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas semua rahmat
inayah dan hidayahnya yang berupa kesehatan serta kesempatan, sehingga makalah
tentang “ Asuhan Keperawatan Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir “ ini dapat terselesaikan
sesuai waktu yang telah ditentukan.
Tak lupa pula shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada nabi Muhammad
SAW, keluarga dan para sahabatnya, sebab melalui beliaulah kita berada dalam kesesatan
lalu beralih kepada petunjuk jalan yang lurus yang diridhai oleh Allah SWT.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan
atau dengan kata lain masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis menyadari bahwa
kesempurnaan Cuma milik Allah semata.
Akhirnya semoga makalah ini bisa membawa manfaat dan berguna bagi penulis
khususnya dan semua pembaca umumnya amin ya rabhal alamin.
Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
A. Pengertian asfiksia
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan keadaan hipoksia
dan hiperkapnserta sering berakhir dengan asidosis
(Marwyah, 2016).
Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan dengan sempurna,
sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan
mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan,
beberapa faktor perlu dipertimbangkan dalam menghadapi bayi dengan asfiksia.
B. Penyebab Asfiksia
Penyebab secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O₂
dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Penyebab
kegagalan pernafasan pada bayi (Marwyah 2016) :
1. Faktor ibu Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian analgetika atau anesthesi
dalam gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak karena pendarahan, hipertensi karena
eklamsia, penyakit jantung dan lain-lain.
2. Faktor plasenta Yang meliputi solutio plasenta, pendarahan pada plasenta previa, plasenta
tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel pada tempatnya.
3. Faktor janin dan neonatus Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit ke leher,
kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, gamelli, IUGR, kelainan kongenital daan lain-
lain.
4. Faktor persalinan Meliputi partus lama, partus tindakan dan lain-lain.
C. Patofisiologi asfiksia
Segera setelah lahir bayi akan menarik napas yang pertama kali (menangis), pada saat ini paru
janin mulai berfungsi untuk resoirasi. Alveoli akan mengembang udara akan masuk dan cairan
yang ada didalam alveoli akan meninggalkan alveli secara bertahap. Bersamaan dengan ini
arteriol paru akan mengembang dan aliran darah ke dalam paru meningkat secara memadai.
Bila janin kekurangan O₂ dan kadar CO₂ bertambah , maka timbullah rangsangan terhadap
nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O₂ terus
berlangsung maka nervus vagus tidak dapat di pengaruhi lagi. Timbullah kini rangsangan dari
nervu simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat dan akhirnya ireguler dan menghilang.
Janin akan mengadakan pernapasan intrauterine dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak
air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin
lahir, alveoli tidak berkembang.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan yang dalam, denyut jantung terus menurun,
tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas. Pernapasan makin lama
makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut
jantung, tekanan darah dan kadar O₂ dalam darah (PaO₂) terus menurun. Bayi sekarang tidak
dapat bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernapasan secara
spontan (Sudarti dan Fauziah 2012)
E. Komplikasi asfiksia
Dampak yang akan terjadi jika bayi baru lahir dengan asfiksia tidak di tangani dengan cepat
maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut antara lain: perdarahan otak, anuragia, dan onoksia,
hyperbilirubinemia, kejang sampai koma. Komplikasi tersebut akan mengakibatkan gangguan
pertumbuhan bahkan kematian pada bayi (Surasmi, 2013)
F. Pemeriksaan diagnostik
Beberapa pemeriksaan diagnostik adanya asfiksia pada bayi (Sudarti dan Fauziah, 2013 ) yaitu :
Pengkajian keperawatan
1. Biodata : nama bayi, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa dan identitas
orangtua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena berkaitan dengan diagnosa asfiksia
neonatorum.
2. Keluhan utama : pada bayi dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak napas.
3. Riwayat kehamilan dan persalinan : bagaimana proses persalinan apakah spontan, prematur,
aterm, letak bayi dan posisi bayi.
4. Kebutuhan dasar : pola nutrisi pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral karena
organ tubuh terutama lambung belum sempurna, selain itu bertujuan untuk mencegah terjadinya
aspirasi pneumoni. Pola eliminasi : umumnya bayi mengalami gangguan BAB karena organ
tubuh terutama pencernaan belum sempurna. Kerbersihan diri : perawat dan keluarga bayi harus
menjaga kebersihan terutama saat BAB dan BAK. Pola tidur : biasanya terganggu karena bayi
sesak napas.
Pemeriksaan fisik :
a. Pengkajian umum : ukur panjang dan lingkar kepala secara periodik, adanya tanda distres :
warna buruk, mulut terbuka, kepala terangguk-angguk, meringis, alis berkerut.
b. Pengkajian pernapasan : bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrisan, adanya insisi, selang
dada, penggunaan otot aksesoris : pernapasan cupin hidung, atau substernal, interkostal, atau
retraksi subklavikular, frekuensi dan keteraturan pernapasan, auskultasi dan gambarkan bunyi
napas : stridor, krekels, mengi, bunyi menurun basah, mengorok, keseimbangan bunyi napas
Data penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosa atau
kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula.
Pemeriksaan yang diperlukan adalah : darah rutin. Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri
dari : Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun karena O2
dalam darah sedikit. Leukosit lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi
preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi. Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)
Trombosit pada bayi preterm dengan post asfiksia cenderung turun karena sering terjadi
hipoglikemi
Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksia terdiri dari : pH (normal 7,36- 7,44). Kadar pH
cenderung turun terjadi asidosis metabolik. PCO2 (normal 35- 45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi
post asfiksia cenderung naik sering terjadi hiperapnea. PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2
pada bayi post asfiksia cenderung turun karena terjadi hipoksia progresif. HCO3 (normal 24-28
mEq/L). Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :Natrium (normal 134- 150
mEq/L) . Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L). Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
Diagnosa keperawatan yang muncul pada bayi baru lahir dengan asfiksia (Wong, 2008) adalah :
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru dan neuromuskular, penurunan
energi, dan keletihan
2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan
lemak tubuh subkutan
4. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi) berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau penyakit.
5. Resiko tinggi kekurangan atau kelebihan volume berhubungan dengan karakteristik fisiologis
imatur dari bayi preterm dan atau imaturitas atau penyakit.
Perencanaan keperawatan
Intervensi yang ditetapkan pada bayi baru lahir dengan asfiksia (Wong, 2008) adalah :
No
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Pola napas tidak efektif pasien akan memperlihatkan a. Atur posisi untuk
berhubungan dengan parameter oksigen yang adekuat pertukaran udara
imaturitas paru dan Hasil yang diharapkan : yang optimal
neuromuskular, penurunan (posisikan terlentang
a. Jalan napas tetap paten
energi, dan keletihan dengan leher sedikit
b. Pernapasan memberikan ekstensi. R/ untuk
oksigenasi dan pembuangan mencegah
CO₂ yang adekuat penyempitan jalan
napas
c. Frekuensi dan pola napas
dalam batas normal b. Hindari
hiperekstensi leher.
d. Oksigen jaringan adekuat
R/ akan mengurangi
diameter trakea
c. Observasi adanya
tanda gawat napas
(pernapasan cuping
hidung, retraksi
dinding dada,
takpnea, apnea,
grunting, sianosis,
saturasi oksigen yang
rendah.
d. Lakukan
pengisapan. R/ untuk
menghilangkan
mukus yang
terakumulasi dari
nasofaring, trakea
. e. Gunakan posisi
semi-telungkup atau
miring. R/ untuk
mencegah aspirasi
pada bayi dengan
mukus berlebihan
atau yang sedang
diberi makan.
f. Pertahankan suhu
lingkungan yang
netral. R/ untuk
menghemat
penggunaan O₂.
c. Gunakan
pelindung panas
plastik bila tepat. R/
untuk menurunkan
kehilangan panas
d. Pantau tanda-tanda
hipertermia mis,
kemerahan, ruam,
Risiko tinggi infeksi
pasien tidak menunjukkan tanda-
3. berhungan dengan tanda infeksi nosokomial diaforesis (jarang)
pertahanan imunologi yang
Hasil yang diharapkan : a. Pastikan bahwa
kurang
semua pemberi
bayi tidak menunjukkan tanda-
perawatan mencuci
tanda infeksi nosokomial
tangan sebelum dan
sesudah mengurus
bayi. R/ untuk
meminimalkan
pemajanan pada
organisme infektif
b. Pastikan semua
alat yang kontak
dengan bayi sudah
bersih dan steril
d. Instruksikan
pekerja perawat
kesehatan dan orang
tua dalam prosedur
kontrol infeksi
e. Beri antibiotik
sesuai instruks
b. Pastikan masukan
cairan oral/parenteral
yang adekuat
d. Atur cairan
parenteral dengan
kertat
e. Hindari pemberian
cairan hipertonik
(mis, obat tidak
diencerkan, infus
glukosa terkonsetrasi)
f. Pantau keluaran
urin dan nilai
laboratorium untuk
bukti dehidrasi
Pelaksanaan keperawatan
Tahap ini perawat mencari inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada nursing orders
untuk membantu pasien mencapai tujuan yang telahditetapkan
Evaluasi keperawatan
Tahap ini perawat melakukan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, dan pelaksanaanya
sudah berhasil dicapai
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur.
Bayi dengan Riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan. Masalah ini erat hubunganya dengan gangguan Kesehatan ibu hamil, kelainan tali
pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.
Penanganannya adalah dengan Tindakan resusitasi. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti
tahapan – tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Mansjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta: FKUI.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi. 8. Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. Jakarta: EGC.
Markum. AN. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. BCS. IKA Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.