Oleh
HJ. HERNI MISRIANI, S.Tr.Keb.,SKM.,SE.,MM
NIP. 19751001 199703 2 002
PANGKAT/GOL. : PEMBINA, IV/a
JABATAN BIDAN : BIDAN AHLI MADYA
i
Kata Pengantar
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
karuniaNyalah, makalah yang berjudul “Asfiksia Pada Bayi Bari Lahir Dan
Penanganannya” ini bisa diselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat kenaikan pangkat. Tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk
menambah pengetahuan tentang asfiksia pada bayi baru lahir dan penanganannya
agar dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas pada neonatus, sehingga
dengan mengetahui penanganannya yang benar, seorang tenaga kesehatan dapat
segera mengambil tindakan sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
neonatus yang optimal.
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II BAHASAN
2.1 Pengertian....................................................................................................3
2.5 Diagnosis....................................................................................................9
3.1 Kesimpulan................................................................................................20
3.2 Saran.........................................................................................................20
DAFTAR RUJUKAN......................................................................................21
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi
lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di
Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa
neonatal (usia di bawah 1 bulan). Dikatakan usia dibawah 1 bulan karena dalam
usia tersebut bayi dan organ –organ bayi masih dalam masa pengadaptasian
dengan lingkungan barunya yang tidak lagi dalam kandungan ibu. Setiap 6 menit
terdapat 1 neonatus yang meninggal. Penyebab kematian neonatal di Indonesia
adalah berat bayi lahir rendah 29%, asfiksia 27%, trauma lahir, tetanus
neonatorum, infeksi lain, dan kealainan congenital.
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
penyebab utama kematian bayi baru lahir dan penanganan segera , meliputi
pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal atau dasar, dan
pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga professional. Untuk menurunkan angka
kematian bayi baru lahir karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada
1
bayi baru lahir, kemampuan dan keterampilan ini harus digunakan setiap kali
menolong persalinan.
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
2
BAB II
BAHASAN
2.1 Pengertian
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir setelah persalinan tidak
dapat bernapas secara spontan dan teratur. Akibat kurangnya daya angkut oksigen
untuk paru – paru sehingga jantung neonatus tersebut tidak bekerja secara
optimal yang akibatnya aliran darah tidak dapat disalurkan ke otak yang kemudian
menimbulkan kerusakan otak karena otak tidak dapat melakukan metabolisme sel
dan jaringan. Sehingga tidak terjadi pembentukan sel dan jaringan dalam tubuh
neonatus karena tidak ada bahan (oksigen ) untuk melakukan metabolisme. Bayi
dengan riwayat gawat janin sebelum lahir misalnya , umumnya akan mengalami
asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan
kesehatan ibu hamil seperti kurang tercukupinya nutrisi ibu hamil, kelainan tali
pusat yang merupakat alat untuk bernapas bayi selama dalam kandungan atau bisa
karena lilitan tali pusat pada bayi sehingga bayi tidak dapat bernafas, atau masalah
yang mempengarui kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan misalnya
nutrisi bayi yang tidak tercukupi .
3
dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nefo simfatikus. Detak
jantung janin menjadi lebih cepat akhirnya irregular dan menghilang.
c. Partus lama atau partus macet. Partus lama dan partus karena
tindakan dapat berpengaruh terhadap gangguan paru-paru karena
gangguan aliran darah uterus dapat mengurangi aliran darah pada
uterus yang menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke plasenta
dan janin
4
pembuatan sel darah merah tersebut sehingga apabila ibu
mengalami perdarahan saat persalinan maka pada akan terjadi
anemia pada ibu yang menyebabkan ibu kekurangan sel darah merah
yang membawa oksigen untuk janin yang menyebabkan asfiksia.
f. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Karena pad
usia ibu yang seperti ini akan beresiko mengakibatkan gawat janin ,
ini terjadi karena rahim ibu tidak siap diisi janin. Gawat janin ini
seperti asfiksia pada bayi.
g. Gravida empat atau lebih. Untuk kehamilan keempat atau lebih ini
merupakan kehamilan yang rawan. Sehingga besar kemungkinan
terjadi sesuatu yang buruk pada janin. Yang juga menyebabkan
gawat janin karena gangguan sirkulasi darah uteroplasenter
sehingga pasokan oksigen ke janin berkurang yang kemudian terjadi
gawat janin sehingga janin mengalami asfiksia.
2. Faktor Bayi
5
intrauterin sehingga banyak mekonium dalm air ketuban pada
paru yang mengakibatkan denyut jantung janin menurun dan
bayi tidak menunjukkan upaya pernafasan secara spontan.
c. Simpul tali pusat. Karena tekanan tali pusat yang kuat menyebabkan
pernafasan pada janin terhambat
6
9. Tonus otot menurun
10. Warna kulit biru atau pucat
7
2.4 Pencegahan dan penanganan asfiksia neonatorum
Stabilisasi suhu
8
2.5 Diagnosis
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai
bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan
tindakan resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui
rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
9
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda
penting, yaitu :
1. Penafasan
2. Denyut jantung
3. Warna kulit
Karena ketiga tanda ini yang dapat diamati ketika bayi mengalami
asfiksia. Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi
atau membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian
pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat,
harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi
dengan tekanan positif (VTP).
Jumlah
Tanda 0 1 2
Nilai
10
Warna Biru/pucat Tubuh kemerahan, Tubuh dan
ekstremitas biru ekstremitas
kemerahan
Skor apgar biasanya dinilai 1 menit setelah bayi lahir lengkap, yaitu pada
saat bayi telah diberi lingkungan yang baik serta telah melakukan pengisapan
lendir dengan sempurna. Skor apgar 1 menit ini menunjukkan beratnya sfiksia
yang diderita dan baik sekali sebagai pedoman untuk menentukan secara
resusitasi. Apgar perlu pula dinilai setelah 5 menit bayi lahir, karena hal ini
mempunyai korolasi yang erat dengan morbiditas dan mortalitas neonatal (Drage,
1966).
tidak dapat mekukan metabolisme untuk sel dan jaringan pada tubuh bayi.
2. Ginjal : Gagal ginjal akut karena tidak terjadi metabolisme dalam tubuh
sehingga fungsi ginjal menjadi abnormal. Perinatal hipoksemia
menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal akibat vasokonstriksi renal
dan penurunan laju filtrasi glomerulus. Selain itu juga terjadi aktivitasi
sistem renin angiotensin-aldosteron dan sistem adenosin intrarenal yang
11
menstimulasi pelepasan katekolamin dan vasopresin. Semua faktor ini
akan mengganggu hemodinamik glomeruler.
asfiksia berat menjadi keadaan yang lebih baik dapat bernafas atau menangis
spontan dan denyut jantung menjadi teratur, resusitasi yang efektif dapat
dihasilkan bila ada tenaga yang terampil, tim yang bekerja baik dan pemahaman
fisiologis dasar asfiksia. Resusitasi Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti
a. Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
12
b. Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
c. Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan
saluran pernafasan terbuka.
b. Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ET dan
balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
Persiapan resusitasi
Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan
efektif, kedua
2. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan
minumum antara lain :
a. Alat pemanas siap pakai
b. Oksigen
c. Alat pengisap
d. Alat sungkup dan balon resusitasi
e. Alat intubasi
f. Obat-obatan
13
g. helai kain / handuk
h. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos,
selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan
untuk mengatur posisi kepala bayi
i. Jam atau pencatat waktu.
1. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus
rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
2. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang
harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien
3. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama
sebagai suatu tim yang terkoordinasi.
4. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan
berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.
5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan
siap pakai.
1. Siapa ayah atau wali pasien, sebutkan bahwa ada petugas yang diberi
wewenang untuk menjelaskan tindakan pada bayi.
2. Jelaskan tentang diagnosis, penatalaksanaan dan komplikasi asfiksia
neonatal.
3. Jelaskan bahwa tindakan klinik juga mengandung resiko.
4. Pastikan ayah pasien memahami berbagai aspek penjelasan diatas.
14
5. Buat persetujuan tindakan medic, simpan dalam catatan medic.
15
4. Keringkan dan rangsang bayi.
16
II. TAHAP II : VENTILASI
17
2. Pastikan dada mengembang saat dilakukan
pemompaan, setelah 30 detik lakukan penilaian ulang nafas.
1. Jaka bayi mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi
bertahap dan lakukan asuhan pasca resusitasi.
2. Jika bayi megap-megao atau tidak bernafas lakukan
ventilasi.
18
2. Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, teruskan
ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian lakukan
penilaian ulang nafas setiap 30 detik.
19
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan.Penanganannya adalah dengan tindakan resusitasi. Tindakan resusitasi
bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi,
yaitu :
3.2 Saran
Bidan diharapkan dapat lebih proaktif dalam bekerja sama dengan instansi
kesehatan, sehingga apabila terdapat pasien yang perlu segera dirujuk dapat
dilakukan rujukan secara cepat dan tepat dengan harapan pasien dapat segera
ditangani.
20
DAFTAR RUJUKAN
21