ASFIKSIA NEONATORUM
Assalamualaikum, Wr.Wb
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini kami buat
dengan waktu yang ditentukan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya makalah
ini pembaca dapat mengetahui dengan baik dan benar mengenai ASFIKSIA NEONATORUM.
Dalam penyusunan makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan oleh karena itu segala
kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dan
untuk pelajaran bagi kita semua dalam membuat tugas-tugas yang lain dimasa yang akan
datang.
Wassalammualaikum,Wr,Wb.
Sarolangun, Agustus 2023
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..I
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….II
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….1
A. Latar Belakang……………………………………………………………….....1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………1
C. Tujuan…………………………………………………………………………..2
BAB II TINJAUAN TEORI……………………………………………………………3
A. Pengertian Asfiksia……………………………………………………………….3
B. Penyebab Terjadinya Asfiksia bayi baru lahir……………………………………4
C. Gejala klinis………………………………………………………………………6
D. Pencegaha dan Penanganan Asfiksia………………………………………….....8
E. Diagnosis…………………………………………………………………………9
F. Penilaian Asfiksia pada bayi baru lahir………………………………………….10
G. Dampak asfiksia pada BBL……………………………………………………...11
H. Resusitasi penanganan asfiksia bayi baru lahir………………………………….12
BAB III TINJAUAN KASUS………………………………………………………….19
BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………………………23
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah (Hutchinson,1967).keadaan ini disertai dengan
penderita Asfiksia ini merupakan fackor terpenting yang dapat menghambat adaptasi
bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin (Grabiel Duc,1971) .penilaian statistik
dan pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukkan bahwa keadaan ini
merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir.Hal ini
dibuktikan oleh Drage dan Berendes (1966) yang mendapatkan bahwa skor Apgar yang
rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan mmperlihatkan
kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan pada hari-
oleh Larrhoce dan Amakawa(1971)Menunjukkan nekrosis berat dan difus pada jaringan
B. Rumusan Masalah
1
2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir setelah persalinan tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur. Akibat kurangnya daya angkut oksigen untuk paru-
paru sehinggan neonatus tersebut tidak bekerja secara optimal yang akibatnya aliran
darah tidak dapat disalurkan ke otak yang kemudian menimbulkan kerusakan otak
karena otak tidak dapat melakukan metabolisme sel dan jaringan. Sehingga tidak terjadi
pembentukan sel dan jaringan dalam tubuh neonatus karena tidak ada bahan (oksigen)
untuk melakukan metabolism. Bayi dengan riawayat gawat janin sebelum lahir
misalnya, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil seperti kurang tercukupinya nutrisi
ibu hamil, kelainan tali pusat yang merupakan alat untuk bernafas bayi selama dalam
kandungan atau bisa karena lilitan tali pusat pada bayi sehingga bayi tidak dapat
bernafas atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas, sehingga
dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 dalam paru karena pengembangan
paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan kemudian disusul
dengan pernafasan teratur. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan
oksigen dari ibu ke janin yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut
setelah dilahirkan misalkan kematian bayi karena tubuh bayi akan mengeluarka zat
arang dari tubuh bayi akibat banyaknya CO2 dalam tubuh bayi. Bila janin kekurangan
O2 dan CO2 bertambah timbulah rangsangan terhadap nesofagus sehingga jantung janin
menjadi lambat. Bola kekurangan O2 ini terus berlangsung,maka nesofagus tidak dapat
3
4
dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nefo simfatikus. Detak jantung janin
1. Faktor Ibu
a. Preeklamsia dan eklamsia mengakibatkan gangguan aliran darah pada tubuh seperti
contohnya ibu mengalami anemia berat sehingga aliran darah pada uterus berkurang
b. Perdarahan abnormal (plasenta prervia atau solutio plasenta). Hal ini menyebabkan
gangguan pertukaran gas antara oksigen dan zat asam arang sehingga turunnya
tekanan secara mendadak. Karena bayi kelebihan zat arang maka bayi akan kesulitan
dalam bernafas.
c. Partus lama atau partus macet. Partus lama dan partus karena tindakan dapat
berpengaruh terhadap gangguan paru-paru karena gangguan aliran darah uterus dapat
mengurangi aliran darah pada uterus yang darah menyebabkan berkurangnya aliran
d. Demam selama persalinan. Demam ini bisa diakibatkan karena infeksi yang terjadi
selama proses persalinan. Infeksi yang yang terjadi tidak yang terjadi tidak hanya
bersifat lokal tetapi juga sistemik. Artinya kuman masuk peredaran darah ibu dan
mengganggu metabolisme tubuh ibu secara umum.. Sehingga terjadi gangguan aliran
e. Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV). Akibat infeksi berat, penghancuran atau
pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatan sel darah merah tersebut
sehingga apabila ibu mengalami perdarahan saat persalinan maka akan terjadi anemia
5
pada ibu yang menyebabkan ibu kekurangan sel darah merah yang membawa oksigen
f. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Karena pada usia Usia ibu
yang seperti ini akan beresiko mengakibatkan gawat janin , ini terjadi karena rahim
ibu tidak siap diisi janin. Gawat janin ini seperti asfiksia pada bayi.
g. Gravida empat atau lebih. Untuk kehamilan keempat atau lebih ini merupakan
kehamilan yang rawan. Sehingga besar kemungkinan terjadi sesuatu yang buruk pada
janin. Yang juga menyebabkan gawat janin karena gangguan sirkulasi darah
2. Faktor Bayi
b. Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ektraksi Persalinan
bayi karena dengan adanya cacat bawaan ini akan menimbulkan gangguan
pertumbuhan janin seperti organ janin sehingga organ paru janin akan berfungsi
abnormal.
vagus sehingga denyut jantung janin menjadi lambat. Jika ini terus berlanjut maka
maka timbullah rangsangan dari nervus simpatikus sehingga denyut jantung janin
menjadi lebih cepat akhirnya janin akan mengadakan pernafasan intrauterin sehingga
banyak mekonium dalam air ketuban pada paru yang mengakibatkan denyut jantung
6
janin menurun dan bayi tidak menunjukkan upaya pernafasan pernafasan secara
spontan.
a. Lilitan tali pusat. Menyebabkan gangguan aliran darah pada tali pusat. Yang kita
ketahui bahwa darah dalam tubuh membawa oksigen untuk diedarkan ke seluruh
tubuh.
c. Simpul tali pusat. Karena tekanan tali pusat yang kuat menyebabkan pernafasan
C. Gejala klinis
Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang cepat dalam
periode yang yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan berhenti,
secara barangsur-angsur dan memasuki memasuki periode apnue primer. Gejala dan
tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain meliputi pernafasan cepat, pernafasan
10. Warna kulit biru atau pucat Warna kulit biru atau pucat
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun,
keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan
ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disebut dengan
perubahan sirkulasi.Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke
organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
3. Kejang
kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut
4. Koma Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak. Koma
8
terjadi karena karena gangguan pengaliran darah menuju otak sehingga otak tidak
mendeteksi
Secara dini kelainan pada ibu hamil dan janin dan ibu mendapat rujukan ke rumah
kehamilan yang diduga berisiko bayinya lahir dengan asfiksia neonatorum untuk
penangan segera dan agar tidak terjadi kematian ibu dan bayi.
4. Melakukan pemantauan yang baik terhadap kesejahteraan janin dan deteksi dini
di
persalinan.
b. Stabilisasi suhu
E. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi merupakan kelanjutan dari anoksia/hipoksia janin.
Diagnosis anoksia / hipoksia hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan
ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian karena
faktor –– faktor ini dapat dilihat , yang berperan sebagai indikator asfiksia pada bayi
yaitu :
tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada
mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk
sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini
diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun
sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin
disertai asfiksia.
10
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,
resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian
tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan. Penilaian untuk
1. Penafasan.
2. Denyut jantung
Karena ketiga tanda ini yang dapat diamati ketika bayi mengalami asfiksia. Nilai
apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat keputusan
bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar
Tanda 0 1 2 Jumlah
nilai
Lebih dari
Frekuensi jantung Tidak ada Kurang dari 100/menit
100/menit
Eksremitas fleksi
Tonus otot Lumpuh Gerakan aktif
sedikit
ekstremitas
ekstremitas biru
kemerahan
pengalaman dan observasi klinis yang cukup. Pada tahun lima puluhan digunakan
kriteria ‘breathing time’ dan ‘crying time’ untuk menilai keadaan bayi. Kriteria ini
kemudian ditinggalkan, karena tidak dapat memberikan informasi yang tepat pada
Skor apgar biasanya dinilai 1 menit setelah bayi lahir lengkap, yaitu pada saat
bayi telah diberi lingkungan yang baik serta telah melakukan pengisapan lendir
dengan sempurna. Skor apgar 1 menit ini menunjukkan beratnya asfiksia yang
diderita dan baik sekali sebagai pedoman untuk menentukan secara resusitasi. Apgar
perlu pula dinilai setelah 5 menit bayi lahir, karena hal ini mempunyai korolasi yang
1. Otak : Ensepalo hipoksis iskemik (EHI) / kerusakan otak karena kekurangan kadar
2. Ginjal : Gagal ginjal akut karena tidak terjadi metabolisme dalam tubuh sehingga
darah ke ginjal akibat vasokonstriksi renal dan penurunan laju filtrasi glomerulus.
Selain itu juga terjadi aktivitasi sistem renin angiotensin-aldosteron dan sistem
3. Jantung : Gagal jantung akibat gangguan aliran darah sehingga jantung tidak dapat
syok kardiogenik, gagal jantung. Bayi dengan hipotensi dan c kontraktilitas, syok
kardiogenik, gagal jantung. Bayi dengan hipotensi dan curah jantung yang rendah
akan mengalami gangguan autoregulasi otak sehingga risiko kerusakan otak karena
hipoksi-iskemi meningkat.
4. Saluran cerna : EKN = Entero kolitis Nekrotikans/ NEC= Nekrotizing entero. hal ini
disebabkan proliferasi bakteri ke dalam mukosa usus yang mengalami asfiksia dan
5. paru : faktor penyebab keluarnya mekonium adalah stress intrauterin seperti hipoksia,
Resusitasi merupakan upaya untuk mengembalikan bayi baru lahir dengan asfiksia
berat menjadi keadaan yang lebih baik dapat bernafas atau menangis spontan dan denyut
jantung menjadi teratur, resusitasi yang efektif dapat dihasilkan bila ada tenaga yang
terampil, tim yang bekerja baik dan pemahaman fisiologis dasar asfiksia. Tindakan
resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC
resusitasi, yaitu :
a. Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
c. Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran
pernafasan terbuka.
2. Memulai pernafasan
13
b. Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ET dan balon atau
3. Mempertahankan sirkulasi
b. Kompresi dada
c. Pengobatan Pengobatan
4. Persiapan resusitasi
Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif,
terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau
b. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan
2) Oksigen
3) Alat pengisap
5) Alat intubasi
6) Obat-obatan
8) Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang,
a. Tenaga kesehatan yang siap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus
b. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus
c. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai
d. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya
e. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia dan siap
pakai.
6. Langkah–langkah resusitasi
tindakan medic sebagai langkah klinik awal. Langkah klinik awal ini meliputi :
a. Siapa ayah atau wali pasien, sebutkan bahwa ada petugas yang diberi wewenang
Langkah awal diselesaikan dalam 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 5
langkah awal dibawah ini cukup untuk merangsang bayi bernafas spontan dan teratur.
2) Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut terbuka, potong tali pusat.
2) Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, tidak pada waktu
memasukkan.
mulut, dan Jangan lebih dari 3 cm kedalam hidung). Hal itu dapat
menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat dan bayi tiba tiba barhenti
bernafas
5) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya.dengan
6) Lakukan rangsang taktil dengan cara menepuk atau menyentil telapak kaki
9) Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka,dan dada
10) Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit ekstensi. 66.. Lakukan
penilaian bayi.
11) Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas atau megap-
megap.
13) Bila bayi megap-megap atau tidak bernafas lakukan ventilasi bayi
8. Tahap II : Ventilasi
volume udara kedalam paru-paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru
b. Pasang dan pegang sunkup agar menutupi mulut, hidung dan dagu bayi
Tiupan awal tabung dan sunkup atau pemompaan awal balon sunkup sangat
penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan menguji
tidak mengembang, periksa posisi sunkup pastikan tidak ada udara yang bocor,
periksa posisi kepala pastikan posisi sudah sedikit ekstensi, periksa cairan atau
f. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik untuk tetap berikan waktu rongga dada untuk
1) Lakukan tiupan dengan tabung dan sunkup sebanyak 20 kali dalam 30 detik
a) Jika bayi mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan
g. Ventilasi, setiap Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang
nafas.
1) Lakukan tiupan dengan tabung dan sunkup sebanyak 20 kali dalam 30 detik
a) Jika bayi mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan
h. Ventilasi, setiap 30 detik hentikan lagi dan lakukan penilaian ulang nafas.
a) Jika bayi sudah mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan
udara ke dalam paru dengan tekanan positif yang memadai untuk membuka
m. Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar lanjutkan ventilasi selama 10
menit.
n. Hentikan resusitasi bila denyut jantung tetap tidak terdengar, jelaskan kepada ibu
o. Bayi yang mengalami asitol 10 menit kemungkinan besar kerusakan otak yang
permanen.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan ditinjauan teori salah satu faktor tingginya
masih sangat tinggi. Selain itu, angka kejadian asfiksia pada bayi bayu lahir juga tinggi.
Penyebab umum yang terjadi dalam banyak literatur pada bayi baru lahir dengan asfiksia
yaitu preeklampsia ibu hamil. Sehingga peneliti bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan
preeklampsia ibu hamil dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir.
retrospektif. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah ibu melahirkan dengan riwayat
preeklampsia yang diambil melalui teknik total sampling yang berada di Rumah Sakit Kalisat
selama tahun 2019 sebanyak 75 orang. Variabel independen pada penelitian ini yaitu
preeklampsia ibu hamil dan variabel dependen pada penelitian ini yaitu kejadian asfiksia pada
bayi baru lahir. Instrumen pengumpulan data yang digunakan peneliti berupa lembar
observasi yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan data yang dibutuhkan telah
tertera pada dokumen rekam medis. Lembar observasi pada penelitian ini mencakup 2 bagian
yaitu bagian A berisi data umum perihal karakteristik responden yang meliputi: usia, suku,
paritas, jenis persalinan, jenis kehamilan, usia persalinan, riwayat antenatal care, dan riwayat
hipertensi sebelum hamil. Pengisian data umum dilakukan dengan menentukan salah satu
pilihan yang telah disediakan dengan pilihan ganda. Bagian B berisi data khusus mengenai
variabel independen (preeklampsia) dan variabel dependen (asfiksia). Pengisian data khusus
disesuaikan dengan interpretasi yang meliputi variabel independen (preeklampsia ringan dan
preeklampsia berat) dan variabel dependen (asfiksia ringan, asfiksia sedang dan asfiksia
berat) yang telah ada pada data rekam medis yang kemudian diberi kode oleh peneliti.
19
20
Analisis data pada penelitian ini yaitu analisis univariat yang berupa data umum
responden dan analisis bivariat berupa data khusus responden. Jenis uji bivariat menggunakan
uji spearman dengan nilai α =0,05. Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari Komisi
Karakteristik Kategori F %
responden
Usia 20-35 44 58,7
tahun
Suku Madura 71 94,7
Preeklampsia F %
Preeklampsia 26 34,7
ringan
Preeklampsia 49 65,3
berat
Total 75 100
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Asfiksia pada bayi baru lahir (n = 75)
Variabel Kategori F %
Asfiksia Asfiksia 32 42,7
ringan
Asfiksia 36 48,0
sedang
Asfiksia 7 9,3
berat
Total 75 100
21
Tabel 4. Hubungan Preeklampsia Ibu Hamil Dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi
preeklampsia, jumlah paling banyak pada usia produktif yaitu pada rentang usia 20 – 35
preeklampsia bersuku madura dengan jumlah 71 responden (94,7%). Sebagian besar ibu
melahirkan secara normal dengan 68 responden (90,7%). Seluruh ibu melahirkan dengan
Mayoritas ibu melahirkan dengan riwayat preeklampsia mengalami persalinan pada usia
cukup bulan yaitu pada 3740 minggu yaitu sebanyak 74 responden (98,7%). Mayoritas ibu
melahirkan dengan riwayat preeklampsia tidak memiliki riwayat antenatal care sehingga
tidak bisa mendeteksi secara dini adanya komplikasi kehamilan yaitu sebanyak 71 responden
(94,7%). Mayoritas ibu melahirkan dengan riwayat preeklampsia tidak mengalami hipertensi
preeklampsia berat yaitu sebanyak 49 responden (65,3%). Tabel 3 menunjukkan bahwa ibu
dengan preeklampsia melahirkan bayi asfiksia sedang dengan jumlah terbanyak yaitu 36
responden (48,0%).
tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara preeklampsia ibu
hamil dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir. Nilai r yaitu 0,399 yang berarti
22
hubungan preeklampsia ibu hamil dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir mempunyai
kekuatan korelasi lemah dengan arah korelasi positif yang berarti semakin berat
PEMBAHASAN
Preeklampsia merupakan keadaan kompleks terkait pembuluh darah ibu, janin dan
plasenta yang mengalami perubahan patologis, mencakup arteriolopati desidua, jaringan mati,
perubahan iskemik dan abruption, maka dapat dikatakan jika hasil perinatal dipengaruhi oleh
gangguan ini, terutama yang berkaitan dengan penyakit serius. Penyebab lain untuk
preeklampsia sebagian besar terkait dengan luka plasenta. Indikasi dasar vaskular, dan
terdapat tekanan oksidatif dan obstruksi endotel, akan mempengaruhi aliran uteroplasenta dan
dapat mengakibatkan keterbatasan perkembangan pada janin dengan hipoksia dan asidosis
yang memicu Intrauterine Fetal Death (IUFD). Pada bayi menyebabkan terjadinya asfiksia
dan beberapa komplikasi lain yang berisiko pada kematian (Yuniarti et al., 2017).
Asfiksia neonatorum merupakan kejadian krisis pada bayi baru lahir karena kesulitan
menghirup O2 dan mengeluarkan CO2 secara spontan dan reguler, sehingga kadar O2
berkurang dan CO2 bertambah yang dapat mempengaruhi kehidupan selanjutnya. (Indah &
Apriliana, 2016). Perubahan fisiologis yang terjadi pada neonatus berupa hilangnya hubungan
plasenta yang berarti kehilangan bantuan metabolisme, terutama suplai oksigen dan
pemindahan sel tropoblas menjadi meningkat yang mengakibatkan transfer darah melalui
pembuluh arteri gagal hingga terjadi iskemia plasenta. Aliran darah yang mengecil yang
terjadi pada ibu hamil dengan preeklampsia menyebabkan terjadinya gangguan perfusi
uteroplasenter. Akibatnya vasospasme dan kerusakan arteri spiral selama kehamilan dan
terjadi gangguan pertukaran O2 dan CO2 ketika bayi dilahirkan sehingga terjadi asfiksia pada
24
25
Penelitian yang dilakukan oleh (Mansyarif, 2019) mengatakan bahwa pada ibu hamil
yang menderita preeklampsia memiliki risiko 2,06 kali melahirkan bayi asfiksia dari pada ibu
yang tidak menderita preeklampsia. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Camelia,
pertumbuhan janin dan mengakibatkan gangguan pernafasan karena pembuluh darah perifer
terhambat sehingga sirkulasi uteroplasenta tidak lancar. Penelitian yang dilakukan oleh
(Setyawati, 2018) juga mengungkapkan hal serupa bahwa 90,8% ibu preeklampsia
Dari jurnal penelitian di atas dapat disimpulkan Terdapat hubungan yang signifikan
antara preeklampsia ibu hamil dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir dengan kekuatan
korelasi yang lemah dan arah korelasi positif yang berarti semakin berat preeklampsia, maka
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
tindakan resusitasi. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang
2. Memulai pernafasan
3. Mempertahankan sirkulasi
B. Saran
Bidan diharapkan dapat lebih proaktif dalam bekerja sama dengan instansi
kesehatan, sehingga apabila terdapat pasien yang perlu segera dirujuk dapat dilakukan
rujukan secara cepat dan tepat dengan harapan pasien dapat segera ditangani.
26
DAFTAR PUSTAKA
Florencia, M., Indriyani, D., Adriani, S. W., & Asmuji, A. (2022). Risiko Kejadian Asfiksia
pada Bayi Baru Lahir pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia. The Indonesian Journal
Ghai, OP, Paul VK & Bagga, A.2010. Essential Pediatrics. Seventh edition.Pp96-140.
KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR. Babul Ilmi Jurnal Ilmiah Multi
Henderson C & Jones K.2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Edisi Ketiga. EGC : Jakarta
Manuaba, I.B.G.dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Saifudin, AB.2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal Kesehatan dan Neonatal.
Setyawati, A., Widiasih, R., & Ermiati, E. (2018). Aspek-aspek Yang Berhubungan Dengan
27