Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS


ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR

Oleh:
Hasya Afifah Wafiyyatul Millah
202015401006

PRODI D3 KEBIDANAN
STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah “Asuhan Kebidanan Neonatus Asfiksia Neonatorum” tepat pada
waktunya.

Makalah “Asuhan Kebidanan Neonatus Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Baru


Lahir” disusun untuk memenuhi tugas yang di ampu oleh ibu Alfira Fitriana, S.Tr., Keb,
M.KM pada mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus di STIKES BAHRUL ULIM. Selain
itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang “Asuhan Kebidanan Neonatus Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir”

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu Alfira Fitriana,


S.Tr., Keb, M.KM selaku dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus. Tugas telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang saya tekuni.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan penulisan selanjutnya.

Jombang, 16 November 2021

Penulis

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan dimana bayi baru lahir yang
tidak mampu bernafas spontan dan teratur segera setelah kelahirannya disertai dengan
hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hal ini disebabkan oleh hipoksia
janin dalam uterus, hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan
yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya
dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.
Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor terpenting
yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin.
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor risiko yang berpotensi untuk
menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu
harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan
resusitasi, sebab asfiksia memiliki dampak negatif baik yang bersifat jangka panjang
ataupun jangka pendek.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari asfiksia?
2. Apa penyebab asfiksia?
3. Bagaimana patologis asfiksia? 4. Apa tanda dan gejala asfiksia?
5. Bagaimana penanganan asfiksia?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari asfiksia.
2. Mengetahui penyebab asfiksia.
3. Mengetahui patologis asfiksia.
4. Mengetahui tanda dan gejala asfiksia.
5. Mengetahui cara penanganan asfiksia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Asfiksia
a. Asfiksia neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah dilahirkan (Mochtar, 1989)
b. Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas secara spontan
dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan dapat meningkatkan CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 1998)
c. Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat secara spontan
dan teratur selama satu menit setelah lahir (Mansjeor, 2000)
d. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses
ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian.
Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya (Saiffudin, 2001)

B. Etiologi/Penyebab Asfiksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang.
Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut
menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia
pada bayi baru lahir, diantaranya adalah: a. Faktor ibu
a) Umur ibu. Umur ideal untuk seorang ibu hamil adalah 20-30 tahun
b) Hipoksia ibu yang diakibatkan oleh pemberian obat analgetik atau anestesi
c) Infeksi berat selama kehamilan (TB, Malaria, Sifilis, Varisela, dll)
d) Perdarahan antepartum
e) Gangguan aliran darah uterus, seperti anemia dan riwayat hipertensi selama
kehamilan.
f) Kehamilan postdate (usia gestasi lebih dari 42 minggu)
b. Faktor Bayi
a) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

2
b) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi
vakum, ekstraksi forsep)

c) Kelainan bawaan (kongenital)


d) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
c. Faktor plasenta
Plasenta merupakan sumber nutrisi janin, sumber oksigen, dan tempat
pembuangan sisa metabolisme janin. Asfiksia karena faktor plasenta dapat terjadi
pada kasus: a) Solusio plasenta
b) Lilitan tali pusat dan sampul tali pusat
c) Tali pusat pendek
d) Prolaps tali pusat
e) Perdarahan plasenta
d. Faktor neonatus
a) Pemakaian obat anestesi/analgetik yang berlebihan pada ibu
b) Trauma pada persalinan
c) Kelainan kongenital pada bayi
d) Bayi prematur
e) Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
f) Air ketuban bercampur mekonium
e. Faktor persalinan
a) Persalinan letak bokong, sungsang, dll.
b) Partus lama dan partus macet
c) Ketuban pecah dini

C. Patologis Asfiksia
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Oksigen dan pengembangan paru merupakan rangsang utama
relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi kontriksi
arteriol pada organ seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke jantung
dan otak tetap stabil atau meningkat untuk mempertahankan pasokan oksigen. Sebagai akibat
dari kekurangan perfusi oksigen dan oksigenasi jaringan, akan menimbulkan kerusakan jaringan
otak yang irreversible, kerusakan organ tubuh lain, atau kematian.
Dengan memperlihatkan tonus otot buruk, karena kekurangan oksigen pada otak, otot dan
organ lainnya. Frekunsi jantung menurun karena oksigen dalam otot jantung atau sel otak

3
kurang. Pernapasan cepat karena kegagalan absobrsi cairan paru-paru dan sianosis karena
kekurangan oksigen di dalam darah.

D. Diagnosis
Keadaan bayi ditentukan dengan skor appearance, pulse, grimace, activity, dan
respiration (APGAR). APGAR merupakan suatu metode untuk menentukan tingkatan
keadaan bayi baru lahir: angka 0, 1, atau 2 untuk masing-masing dari lima tanda, yang
bergantung pada ada atau tidaknya tanda tersebut. Penentuan tingkatan ini dilakukan 1
menit setelah lahir dan diulang setelah 5 menit.

Tabel. Scoring APGAR Bayi Baru Lahir.


Tanda Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Appearance Seluruh tubuh biru Badan merah kaki Seluruh tubuh
(Warna kulit) atau putih biru merah

Pulse (Denyut Tidak ada < 100×/menit > 100×/menit


nadi)

Grimace Tidak ada Perubahan mimik Bersin/ Menangis


(Refleks)
Activity Lumpuh Ekstremitas sedikit Gerakan aktif
(Tonus otot) fleksi ekstremitas fleksi

Respiration effort Tidak ada Lemah Menangis kuat


(Usaha bernafas)

Klasifikasi
Menurut Marmi dan Raharjo, asfiksia diklasifikasikan sebagai berikut: a)
Vigorous baby
a) Skor APGAR 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan
tindakan resusitasi.
b) Mild-moderate asphyxia (asfiksia sedang)
Nilai APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari
100×/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis dan refleks iritabilitas tidak
ada.
c) Asfiksia berat

4
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari
100×/menit, tonus otot buruk, sianosis berat yang kadang-kadang pucat dan refleks
iritabilitas tidak ada.

E. Penilaian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir


Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,
menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melakukan tindakan
resusitasi. Upaya resusitasi yang efisien dan efektif berlangsung melalui rangkaian
tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda
penting, yaitu :
1) Pernafasan
2) Denyut jantung
3) Warna kulit

Nilai APGAR tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi.


Apabila penilaian pernafasan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak
kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan
vertilasi dengan tekanan positif (VTP).

F. Penatalaksanaan
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Stabilisasi
a. Mengeringkan tubuh bayi
b. Memberikan kehangatan dengan meletakan bayi dibawah alat pemancar
panas (rediant warmer)
c. Bayi dalam keadaan telanjang agar panas dapat mencapai tubuh bayi dan
memudahkan eksplorasi seluruh tubuh
2. Airway (memastikan jalan nafas terbuka)
a. Memposisikan bayi telentang dengan leher sedikit tengadah dengan posisi
menghiduh agar posisi farings, larings, dan trakea dalam satu garis lurus
yang akan mempermudah masuknya udara.
b. Membersihkan jalan nafas untuk mencegah aspirasi mekonium
3. Breathing (memulai pernafasan)

5
a. Melakukan rangsangan taktil untuk memulai pernafasan, berupa menepuk
atau menyentil telapak kaki, atau dengan menggosok punggung, tubuh atau
ekstremitas bayi.
b. Memberikan tambahan suplai oksigen
c. Jika tidak berhasil melakukan Ventisali Tekanan Positif (VTP), seperti :
sungkup dan balon pipa ET, dan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan
infeksi)
4. Cirkulation (mempertahankan sirkulasi)
a. Kompresi dada
• Indikasi jika denyut jantung < 60 x / menit setelah VTP adekuat selama
30 detik
• Tekanan pada 1/3 bawah sternum dengan kedalaman 1/3 diameter
anteposterior dada
• Melakukan kompresi dengan ibu jari atau dua jari
• Rasio kompresi : VTP 3:1
b. Pengobatan dengan pemberian epinefrin
• Jika frekuensi tetap <60 x/menit selama kompresi dada selama 30 detik
• Dosis 0,01 – 0,03 mg / kgBB (iv)

Resusitasi dapat dihentikan bila tidak ada upaya bernafas dan denyut jantung setelah
10 menit, juga setelah usaha resusitasi yang menyeluruh dan adekuat atau karena
penyebab lain dari asfiksia.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan
mungkin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih
lanjut.
Asfiksia dapat disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia yang
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau
segera setelah bayi lahir. Etiologi dapat disebabkan oleh faktor ibu, faktor bayi, faktor
plasenta, faktor neonatus, dan faktor persalinan.
B. Saran
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. saya pun dari Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu mohon maaf,
sekaligus saya berharap saran dan kritik yang membangun dari para pembaca semua.
Semoga makalah ini nantinya bermanfaat untuk kita semua.

7
DAFTAR PUSTAKA

Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Modika.

Nia Rahmawati, Eni. 2011. Ilmu Praktis Kebidanan. Surabaya: Victory Inti Cipta. Oxorn,

Harry. 1996. Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta: Yayasan Esentia Medika

Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Kolo, Yolanda. 2015. Masalah Keperawatan Pola Nafas Tidakefektif dengan Diagnosa Medis
Asfiksia. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nusantara
PGRI Kediri.

Anda mungkin juga menyukai