Anda di halaman 1dari 20

ASKEB GADAR

LAPORAN PENDAHULUAN DAN SOAP KASUS


PADA BY.R USIA 0 HARI DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM
DI PUSKESMAS BUDURAN

Dosen Pembimbing:
Tria Wahyuningrum,.S.SiT,.M.Keb

Disusun oleh :
Kelompok 1

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
Tahun 2020/2021
Jl. Raya Jabon Km 6 Mojokerto (0321) 390203

Laporan Pendahuluan Asfiksia Neonatorum


A. Definisi
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,
sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998)
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000)
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini
berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga
dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001)
Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia,
hiperkapnea dan sampai ke asidosis (Hidayat, 2005).
Jadi, Asfiksia neonatorum adalah keadan bayi baru lahir yang tidak dapat bernapas secara
spontan dengan ditandai adanya hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan
PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).
B. Etiologi
Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan
atau segera setelah bayi lahir. Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah :
1. Asfiksia dalam kehamilan
a. Penyakit infeksi akut
b. Penyakit infeksi kronik
c. Keracunan oleh obat-obat bius
d. Uraemia dan toksemia gravidarum
e. Anemia berat
f. Cacat bawaan
g. Trauma
2. Asfiksia dalam persalinan
a. Kekurangan O2
b. Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri)
c. Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus mengganggu
sirkulasi darah ke uri
d. Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
e. Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul.
f. Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
g. Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
h. Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.
i. Paralisis pusat pernafasan
j. Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps
k. Trauma dari dalam : akibat obat bius
C. Diagnosa Banding
Menurut Betz et al. (2001), terdapat empat faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
asfiksia, yaitu :
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi
dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliran
oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada gangguan
kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada
penyakit eklamsi.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta,
asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya
perdarahan plasenta, solusio plasenta.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh
darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran
darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi
tali pusat antara jalan lahir dan janin.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal
yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat
persalinan misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya
hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru.
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala asfiksia dapat muncul mulai dari saat kehamilan hingga kelahiran bayi
yang berupa :
1. Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100x/mnt, halus dan
ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
b. Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
c. Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat
2. Pada bayi setelah lahir
a. Bayi pucat dan kebiru-biruan
b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis metabolik atau respiratori
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kegagalan sistem multiorgan
g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik, kejang,
nistagmus (gerakan ritmik tanpa kontrol pada mata yang terdiri dari tremor kecil yang
cepat ke satu arah dan yang lebih besar, lebih lambat, berulang-ulang ke arah yang
berlawanan) dan menangis kurang baik/tidak baik.
E. Patofisiologi
Janin yang kekurangan O2sedangkan kadar CO2-nya bertambah, akan menyebabkan
muncul rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi
lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi
lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat
akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila
kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus
tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun.
Sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki
periode apneu primer. Apabila bayi dapat brnapas kembali secara teratur maka bayi
mengalami asfiksia ringan.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus
menurun disebabkan karena terjadinya metabolisme anaerob yaitu glikolisis glikogen tubuh
yang sebelumnya diawali dengan asidosis respiratorik karena gangguan metabolisme asam
basa, Biasanya gejala ini terjadi pada asfiksia sedang - berat, tekanan darah bayi juga mulai
menurun dan bayi akan terlihat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai
bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan
darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Pada paru terjadi pengisian udara
alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru.
Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala
sisa pada kehidupan bayi selanjutnya. Pada saat ini, Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap
rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan.
Gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan/ persalinan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian jika
resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian O2 tidak dimulai segera. Kerusakan dan
gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia.
Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Asfiksia Ringan ( vigorus baby)
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
2. Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia)
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari
100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari
100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas
tidak ada. Pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak
lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum,
pemeriksaan fisik sama pada asfiksia berat.

Pemeriksaan apgar untuk bayi :


NILAI APGAR SCORE
TANDA
0 1 2
Frekuensi Jantung Tidakada Lambat, < 100 x/mnt > 100 x/mnt
Usaha Napas Tidakada Tidak teratur Menangiskuat
Tonus Otot Lunglai Beberapa fleksi ekstremitas Gerakanaktif
Refleks saat jalan Tidakada Menyeringai Batuk/bersin
napas dibersihkan
Warna Kulit Birupucat Tubuh merah muda, Merah mudaseluruhnya
ekstremitas biru

Keterangan :
Nilai 0-3   : Asfiksia berat
Nilai 4-6   : Asfiksia sedang
  Nilai 7-10 : Normal
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit  masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor
mencapai 7.Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir
dan  menentukan prognosis, bukan untukmemulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30
detik setelah lahir bila bayi tidak menangis.
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosisa asfiksia
pada bayi baru lahir menurut Prawirohardjo (2005), yaitu:
1. Denyut Jantung Janin
Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 denyutan dalam semenit. Selama his
frekuensi ini bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada keadaan semula.
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi
apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 semenit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak
teratur, hal ini merupakan tanda bahaya.
2. Mekonium Dalam Air Ketuban
Pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan harus
menimbulkan kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala
dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan
dengan mudah.
3. Pemeriksaan Darah Janin
Alat yang digunakan : amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan
kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya.
Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7.2,
hal itu dianggap sebagai tanda bahaya. Selain itu kelahiran bayi yang telah menunjukkan
tanda-tanda gawat janin mungkin disertai dengan asfiksia neonatorum, sehingga perlu
diadakan persiapan untuk menghadapi keadaan tersebut jika terdapat asfiksia, tingkatnya
perlu dikenal untuk dapat melakukan resusitasi yang sempurna. Untuk hal ini diperlukan
cara penilaian menurut APGAR.
4. Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin/hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr
dan Ht 43%-61%), analisa gas darah dan serum elektrolit.
5. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks antigen-
antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik.
G. Penatalaksanaan
1. Penanganan Umum
a. Jangan biarkan bayi kedinginan, bersihkan mulut dan jalan napas.
b. Lakukan resusitusi BBL.
c. Gejalah pendarahan otak biasanya timbul pada beberapa hari post partum, jadi kepala
dapat direndahkan, supaya lendir yang menyumbat pernafasan dapat keluar.
d. Kalau diduga pendarahan otak berikan vit. K 1 – 2 hari.
e. Berikan tranfusi dara via tali pusat atau glukosa. (Mochtar, Rustam, 1999: 428)
2. Penanganan AwaL
a. Jaga Bayi Tetap Hangat
1) Letakan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat perineum.
2) Selimuti bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat.
3)  Pindahkan bayi keatas kain ketempat resusitasi.
b. Atur Posisi Bayi
1) Baringakan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong.
2) Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi.
c. Isap Lendir
Gunakan alat pengisap lendir De lee atau bola karet
1) Pertama, isap lendir didalam mulut, kemudian baru isap lendir di hidung
2) Hisap lendir sambil menarik keluar pengisap (bukan pada saat memasukkan).
3) Bila menggunakan pengisap lendir De lee, jangan memasukkan ujung pengisap
terlalu dalam (lebih dari 5 cm kedalam mulut atau lebih dari 3 cm kedalam hidung)
karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi melambat atau bayi berhenti
bernapas.
d. Keringkan dan Rangsang Bayi
1) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainya dengan sedikit
tekanan. Rangsangan ini dapat memulia pernapasan bayi atau bernapas lebih baik.
2)  Lakukan rangsangan taktis dengan beberapa cara dibawah ini:
a) Menepuk atau menyentil telapak kaki.
b)  Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan.
e. Atur Kembali Posisi dan Selimuti Bayi
1) Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang baru (disiapkan)
2) Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan dada agar
pemantauan pernapasan bayi dapat diteruskan.
3) Atur kembali posisi terbaik kepala bayi (ekstensi)
f. Lakukan Penilaian Bayi
Lakukan penilaian apakah bayi bermapas normal, megap-megap atau tidak bernapas.
(Depkes, 2007: 113)
3. Penanganan Lanjut Yaitu Vertilasi
a. Pasang sungkup, perhatikan lekatan
b. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati besaran dada bayi.
c. Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cm air
dalam 30 detik
d. Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur? (Depkes, 2007:
117)
4. Asuhan Pascaresusitasi
Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi setelah menerima tindakan
resusitasi. Asuhan pasca resusitasi dilakukan paa keadaan:
1. Resusiasi berhasil.
Bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau sesudah
ventilasi.Perlu pemantauan dan dukungan
2. Resusitasi tida /kurang berhasil.
Bayi perlu rujukan yaitu sesudah ventilasi 2 menit belum bernapasatau bayi sudah
bernapas tetapi masih megap-megap atau pada pemantauan ternyata kondisinyamakin
memburuk.
3. Resusitasi gagal.
Setelah 20 menit diventilasi, bayi gagal bernapas.(Depkes, 2007: 118)

H. Komplikasi
Komplikasi yang muncul akibat asfiksia adalah :
a. Sembab Otak
b. Pendarahan Otak
c. Anuria atau Oliguria
d. Hyperbilirubinemia
e. Obstruksi usus yang fungsional
f. Kejang sampai koma
g. Komplikasi akibat resusitasi sendiri : Pnemothorax

I. Terapi Yang Di berikan


1. Parenteral
- Infusdextrosel 10% 330 cc/jam
- ASI 8x25 cc/24 jam
2. Obat-obatan
- Ampicilin 2x110 mg
- Gentamicin 1x11 mg
- Omperazol 1x1 gr

KASUS (fiktif)
Ny.R mengatakan bayinya baru lahir dengan mengeluh mengatakan bayinya lahir tidak
bernapas, lunglai, dan warna kulit biru, dan Ny.R mengaku keadaan air ketuban berwarna hijau
bercampur mekonium, plasenta mengalami pengapuran, bayi lahir tidak menangis, dan ada lilitan
tali pusat.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY.R USIA 0 HARI


DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM
DI PUSKESMAS BUDURAN

Pukul : 17.00 WIB


Tempat : Puskesmas Buduran
A. S ( Subyektif )
I. Biodata
a. Bayi
Nama Bayi         : Bayi. Ny “R”
Umur                  : 0 hari
Tgl/jam lahir       : 07 – 11 – 2007 / jam 17.45 Wib
Jenis Kelamin     : Laki-laki
b. Orang Tua
Nama Ibu           : Ny ‘R’                    Nama Ayah  : Tn ‘S’
Umur                  : 30 tahun                 Umur            : 30 tahun
Suku/Bangsa      : Jawa/Indonesia      Suku/Bangsa      : Jawa/Indonesia
Agama                : Islam                      Agama          : Islam
Pendidikan         : SD                          Pendidikan   : SMP
Pekerjaan            : IRT                         Pekerjaan      : Tani
Alamat               : Rt 29 Ngrambingan
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bayinya lahir tidak bernapas, lunglai, dan warna kulit biru.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti:; TBC,
AIDS, Sifilis, penyakit menahun seperti; malaria, penyakit menurun seperti; DM.
3. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a. Ibu mengatakan usia kehamilan 9 bulan, dan sering memeriksakan kehamilan di Bidan.
Keluhan selama hamil tidak ada, terapi didapat: Tablet Fe, Kalk, Vit. C. Imunisasi Tt : 5
kali
b. Persalinan ditolong Bidan, lahir spontan, lama persalinan 9 jam (mulai 10.30 18.30),
keadaan air ketuban warna hijau bercampur mekonium, plasenta mengalami pengapuran,
bayi lahir tidak menangis, BB : 3200 gr, PB : 49 cm, Jk : Laki-laki dan ada lilitan tali pusat.
B. O ( Obyektif )
1. Pemeriksaan Umum
KU                                 : Lemah
AS                                  : 4 – 6
Suhu                               : 36,3  0c
TD                                 : 128X/menit
Pernapasan                     :  64X/menit 
Keaktifan gerak             : Lemah
2. Pemeriksaan Khusus
Penilaian apgar score
No K r i t e r i a Menit ke - 1 Menit ke - 5
1 Denyut Jantung 2 2
2 Usaha Bernapas 1 -
3 Tonus Otot - 1
4 Reflek - 1
5 Warna Kulit 1 2
J u m l a h 4 6
a.      Pemeriksaan Fisik
a.       Kepala
Rambut                                   : Kotor, penuh lemak dan darah
Bentuk                                    : Norma
UUB                                       : Belum menutup
Caput Suksedaneum               : Ada
Chepal Hematomo                  : Tidak ada
Perdarahan Intrakranial          : Tidak ada
Lain-lain                                  : Tidak ada
b.   Mata
1.      Bentuk                                                : Simetris, normal
2.      Kotoran                                   : Tidak ada
3.      Perdarahan                              : Tidak ada
4.      Sklera                                      : Tidak ikterus
5.      Konjugtiva                              : Tidak anemis
c.   Mulut
1.      Bentuk                                      : Normal
2.      Palatum Mola                          : Ada, tidak terbelah
3.      Palatum Durum                       : Ada, tidak terbelah
4.      Saliva                                      : Tidak hipersaliva
5.      Gusi                                         : Tidak berdarah
6.      BIbir                                        : Ada cyanosis
7.      Lidah                                       : Tidak ada bercak putih
d.   Hidung
1.      Bentuk                                    : Normal
2.      Mukosa                                   : Ada
3.      Gerakan Cuping Hidung         : Ada
4.      Sekresi                                     : Tidak terbelah
e.   Muka
1.      Bentuk                                     : Normal
2.      Paralis Syaraf Facial                : Tidak ada
3.      Down Syndrome                     : Tidak ada
                         f.    Telinga
1.      Bentuk                                     : Simetris
2.      Daun Telinga                           : Lunak mudah membalik
3.      Sekresi                                     : Tidak ada
                         g.   Leher
1.      Ukuran                                    : Normal
2.      Gerakan                                   : Baik
3.      Pembesaran Kelenjar Tyroid   : Tidak ada
                         h.   Dada
1.      Bentuk                                   : Simetris
2.      Pernapasan                              : Lemah
3.      Bronchi                                   : Tidak ada
4.      Bunyi Jantung                         : Teratur
                         i.    Perut
1.      Kelainan                                  : Tidak ada
2.      Kembung & Muntah               : Tidak ada
j.    Tali Pusat
1.      Kelainan                                  : Tidak ada
2.      Perdarahan                              : Tidak ada
k.   Kulit
1.      Warna                                      : Biru
2.      Lanuga                                     : Tebal
3.      Turgor                                     : Baik, kembali dlm waktu < 2”
4.      Verniks Kaseosa                     : Ada
5.      Dedena                                    : Tidak ada
6.      Kelainan                                  : Tidak ada
l.    Punggung
Normal tidak ada kelainan
m.  Ekstremitas
1. Ekstremitas Atas
·         Bentuk                              : Simetris ka/ki
·         Gerakan                             : Kurang aktif
·         Kelainan                            : Tidak ada kelainan
·         Jumlah Jari                                    : 10
·         Warna                                : Kebiruan
2. Ekstrimitas Bawah
·         Bentuk                              : Simetris ka/ki
·         Gerakan                             : Kurang aktif
·         Kelainan                            : Tidak ada kelainan
·         Jumlah Jari                                    : 10
·         Warna                                : Kebiruan
n.   Genital
1.      Skrotum                                  : Ada
2.      Testis                                       : Belum turun
3.      Penis                                        : Ada
4. Anus                                          : Berlubang
b. Antropometri
1.      BB                                                 : 3200 gram
2.      PB                                                 : 49 cm
3.      LLA                                              : 8 cm
4.      LD                                                 : 30 cm
5.      LIKA                                            : 36 cm
c. Reflek
1.      Moro Reflek                                  : Belum ada
2.      Tonik Neck Reflek                                    : Belum ada
3.      Palmos Gepe Reflek                     : Belum ada
4.      Rooting Reflek                             : Belum ada
5.      Sucking Reflek                             : Belum ada
6.      Swallowing Reflek                                   : Belum ada
d. Pemeriksaan penunjang
1. Darah Lengkap : hemoglobin 18,2 g/dL, RDW-CV 16, 3 H/ %, RDW-SD 63, 4
H fL, monosit 13, 8 H/ %, jumlah monosit 1,05 H/ 10^3/ul, jumlah trombosit 96
H, Bilirubin total 19,25 H mg/dL, bilirubin direk 0,52 H mg/dL, bilirubin indirek
18,74 H mg/ dL
2. Urine :2, 9 L mg/L

C. A ( ANALISA )
Bayi Ny.R umur 0 hari dengan asfikisia sedang
a. Data Obyektif
Ibu menyatakan bayinya lahir dengan warna kulit kebiruan, betidak bernapas spontan dan tidak
langsung menangis.

b. Data Subyektif
KU                                : Lemah
AS                                   : 4 – 6
Suhu                                  : 36,3 0C
TD                                     : 128  X/menit
Pernapasan                        : 64  X/menit
Keaktifan                          : Lemah
Moro Reflek                      : Belum ada
Tonik Neck Reflek           : Belum ada
Palmos Gepe Reflek         : Belum ada
Rooting Reflek                 : Belum ada
Sucking Reflek                 : Belum ada
Swallowing Reflek           : Belum ada
c. Riwayat Persalinan        :
a. Air ketuban bercampur mekonium
b. Adanya lilitan tali pusat
c. Plasenta mengalami pengapuran

D. P ( PENATALAKSANAAN )
A. MANDIRI
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan pada bayinya bahwa keadaan bayinya saat ini
lemah dengan hasil TD = 128x/menit, R = 64X/menit , Suhu = 36,3 0C , keaktifan
gerak lemah.
2. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya 8x25 cc/24 jam.
3. Jaga bayi tetap hangat/tempatkan bayi dalam ruangan yang hangat
4. Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
5. Isap lender
6. Keringkan dan rangsang taktil
7. Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi
8. Lakukan penilaian pada bayi
9. Lakukan resusitasi bila 6 langka awal belum berhasil
10. Lakukan ventilasi bila tindakan resusitasi belum juga berhasil
B. KOLABORASI
1. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian infuse 10% 330 cc/jam
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat yaitu
- Ampicilin 2x110 mg
- Gentamicin 1x11 mg
- Omperazol 1x1 gr
Soal tanya jawab

1. Apa pengaruh asfiksia neonatorum Terhadap Tumbuh Kembang?


Asfiksia jelas akan mempengaruhi proses tumbuh kembang bayi karena pada saat organ-organ
tubuhnya tidak cukup mendapatkan pasokan oksigen, maka kinerjanya pun akan menurun.
Sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayi pun akan ikut terhambat.
Contoh saja pada otak. Jika otak kekurangan oksigen, maka otak tidak dapat berkembang dengan
baik. Sebagai dampaknya, kemampuan otak untuk berpikir turut kurang maksimal. Bayi menjadi
kurang mampu menangkap dan menyerap informasi. Bila terus terjadi, proses belajarnya dapat
jauh tertinggal dibandingkan dengan bayi seusianya.

2. Apakah Asfiksia sedang yang di alami bayi Ny.R masih Bisa Disembuhkan?
Untuk bayi baru lahir dengan asfiksia yang memiliki tingkat ringan atau sedang, masih dapat
disembuhkan secara total. Namun, jika sel-sel tubuhnya kekurangan oksigen dalam waktu lama,
maka ada kemungkinan bayi mengalami cedera. Apalagi kalau tidak ditangani secepatnya,
kondisi tersebut dapat berpengaruh pada organ-organ tubuhnya, seperti jantung, ginjal, otak,
usus, paru-paru, dan lainnya hingga menyebabkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA

Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.1996. Nursing Interventions Classification (NIC). St.


Louis :Mosby Year-Book
Doenges, E. Marilynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC
Johnson,Marion, dkk.2000. Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby Year-
Book
Manuaba, I. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta :EGC
Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Straight, B. (2004). Keperawatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :EGC
Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
Wiley dan Blacwell.2009. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011,
NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd
Wilkinson, J.M. (2002). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai