Dosen Pembimbing:
Disusun oleh:
Kelompok 2
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan hidayah Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pembinaan Kader
Posyandu Ibu dan Anak” guna melengkapi tugas mata kuliah Askeb Komunitas .
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita tentang Pembinaan Kader Posyandu Ibu dan Anak .
. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang kami buat demi masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini bisa berguna untuk kedepannya, dan jika ada kata-kata yang
kurang berkenan kami mohon maaf. Terimakasih
Penyusun
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................5
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Pembinaan Kader di Komunitas ............................................................................................6
a. Pengertian............................................................................................................................6
b. Peran Fungsi Kader..............................................................................................................6
c. Pembentukan Kader.............................................................................................................7
d. Strategi Menjaga Eksistensi Kader.......................................................................................8
BAB III................................................................................................................................................24
PENUTUP...........................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia masih sangat tinggi. Hal ini merupakan masalah besar bagi bangsa
Indonesia. Menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2002/2003, AKI adalah 301 untuk setiap 100.000 kelahiran hidup, dan AKB adalah
35 untuk setiap 1000 kelahiran hidup. Ini merupakan angka tertinggi di ASEAN.
Untuk itu kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah yang paling diprioritaskan dalam
penurunan AKI dan AKB.
4
Kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatannya dan
menjalankan upaya peecahannya sendiri adalah kelangsungan pembangunan. GBHN
mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang
semakin mendorong peningkatan peran serta masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja upaya pembinaan pada kader di komunitas?
2. Bagaimana peran fungsi kader ?
3. Bagaimana pembentukan kader ?
4. Bagaimana strategi menjaga eksistensi kader?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui upaya pembinaan pada kader di komunitas
5.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan
maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-
tempat pemberian pelayanan kesehatan.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan
masyarakat departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader
yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian
ibu dan anak. Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar
belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca,
menulis dan menghitung secara sedarhana.
Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat setempat
serta pimpinan yang ditujuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan
mereka dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam
jalinan kerja dari sebuah tim kesehatan.
Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja secara fullteng
atau partime dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan
uang atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas. Namun ada
juga kader kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta
6
Kader di tunjukan oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan tugas-tugas
kader kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama tugasnya dibeberapa
Negara yaitu:
1. pertolongan pertama pada kecelakaan dan penanganan penyakit yang ringan
2. melaksanakan pengobatan yang sederhana
3. pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah
melahirkan
4. menolong persalinan
5. pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak
6. memberikan motivasi dan peragaan tentang gizi
7. program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan
8. pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan
9. melakukan penyuntikan imunisasi
10. pemberian motivasi KB
11. membagikan alat-alat KB
12. pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan,kesehatan perorangan dan
kebiasaan sehat secara umum.
13. pemberian motivasi tentang penyakit menular,pencegahan dan perujukan.
14. pemberian motivasi tentangperlunya fall up pada penyakit menular dan
perlunya memastikan diagnosis.
15. penenganan penyakit menular.
16. membantu kegiatan di klinik.
17. merujuk penderita kepuskesmas atau ke RS
18. membina kegiatan UKS secara teratur
19. mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas membantu pencatatan
dan pelaporan.
C. Pembentukan Kader
Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini disebabkan
karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan pelatihan kader.
Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader didesa yang telah ditetapkan.
7
Sebelumnya telahdilaksanakan kegiatan persiapan tingkat desa berupa pertemuan
desa, pengamatan dan adanya keputusan bersama untuk terlaksanakan acara tersebut.
Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan berjumlah 4-5 orang untuk tiap
posyandu. Persiapan dari pelatihan kader ini adalah:
1. calon kader yang kan dilatih
2. waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama
3. tempat pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas
4. adanya perlengkapan yang memadai
5. pendanaan yang cukup
6. adanya tempat praktik ( lahan praktik bagi kader )
Tim pelatihan kader melibatkan dari beberapa sector. Camat otomatis bertanggung
jawab terhadap pelatihan ini, namun secara teknis oleh kepala puskesmas.
Pelaksanaan harian pelatihan ini adalah staf puskesmas yang mampu melaksanakan.
Adapun pelatihannya adalah tanaga kesehatan, petugas KB (PLKB), pertanian,
agama, pkk, dan sector lain.
Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode yang digunakan
adalah ceramah, diskusi, simulasi, demonstrasi, pemainan peran, penugasan, dan
praktik lapangan. Jenis materi yang disampaikan adalah:
1. pengantar tentang posyandu
2. persiapan posyandu
3. kesehatan ibu dan anak
4. keluarga berencana
5. imunisasi
6. gizi
7. penangulangan diare
8. pencatatan dan pelaporan
8
2. Adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan rutin
tiap bulan secara bergilir disetiap posyandu
3. Revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Dimana semua
kader di undang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan bisa juga
diberikan rewards.
4. Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis kepuskes untuk
kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang diberikan
setiap tahun
1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga)
Pembinaan kader yang dilakukan bidan didalamnya berisi tentang perran kader adalah
dalam daur kehidupan wanita dari mulai kehamilan sampai dengan masa perawatan bayi.
Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam persiapan persalinan adalah sebagai
berikut :
a. Sejak awal, ibu hamil dan suami menentukan persalinan ini ditolong oleh bidan atau
dokter
b. Suami atau keluarga perlu menabung untuk biaya persalinan.
9
c. Ibu dan suami menanyakan kebidan atau kedokter kapan perkiraan tanggal persalinan
d. Jika ibu bersalin dirumah, suami atau keluarga perlu menyiapkan terang, tempat tidur
dengan alas kain yang bersih, air bersih dan sabun untuk cuci tangan, handuk kain,
pakaian kain yang bersih dan kering dan pakaian ganti ibu.
e. Pembinaan kader yang dilakukan bidan yang berisi tentang peran kader dalam deteksi
dini tanda bahaya dalam kehamilan maupun hal-hal berikut ini.
• Perdarahan ( hamil muda dan hamil tua)
• Bengkan dikaki, tangan, wajah, atau sakit kepala kadang disertai kejang
• Demam tinggi
• Keluar air ketuban sebeleum waktunya
• Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak
• Ibu muntah terus dan tidak mau makan
kegawatan bayi 7 hari pertama masa nifas yang membutuhkan perawatan bidan /
dibawah kesarana pelyanan kesehatan secepatnya :
1) hypothermia
2) pucat / kurang aktif
3) diare / konstipasi
4) kesulitan dalam menetek
5) mata merah dan bengkak / nanah
6) merah pada tali pusat / tercium bau
d. Tetanus neonatorum
Tetanus neonatorum adalah penyakit pada bayi baru lahir, disebabkan masuknya
kuman tetanus melalui luka tali pusat, akibat pemotongan tali pusat dengan alat yang
tidak bersih, luka tali pusat kotor atau tidak bersih karena diberi bermacam-macam
ramuan, atau ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT lengkap sehingga bayi yang
12
dikandungnya tidak kebal terhadap penyakit tetanus neonatorum. Maka perlu
dilakukan pembinaan dukun bayi dalam pencegahan tetanus neonatorum, yaitu :
Melakukan pertolongan persalinan “3 bersih”.
1) Sebelum menolong persalinan, tangan penolong disikat dan disabun hingga bersih :
BERSIH ALAT.
2) Alas tempat ibu berbaring harus bersih : BERSIH ALAS.
3) Gunting dan benang pengikat tali pusat harus steril, bersih, dan tidak berkarat. Supaya
steril
gunting dan benang direbus dalam air mendidih selama paling sedikit 15 menit pada
saat akan
dipakai : BERSIH ALAT.
Melakukan perawatan luka tali pusat yang bersih.
Tali pusat dibersihkan setiap pagi dangan air hangat.
Luka tali pusat yang telah dibersihkan tidak boleh sama sekali dibubuhi ramuan,
jamu, daun
daunan, atau abu dapur.
Setelah dibersihkan luka tali pusat ditutup dengan kain kasa kering.
Demikian dilakukan terus sampai luka kering dan tali pusat puput.
Memberi kekebalan kepada bayi baru lahir dengan member imunisasi tetanus toksoid
sebanyak 2
kali kepada ibu hamil, calon pengantin,dan anak perempuan kelas 6 sekolah dasar.
Imunisasi TT bagi calon ibu berguna agar ibu dan bayi mendapat kekebalan terhadap
tetanus.
Imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali karena imunisasi yang pertama belum
member kekebalan
pada bayi baru lahir terhadap penyakit tetanus sehingga bayi yang berusia kurang dari
1 bulan
dapat terkena tetanus melamui luka tali pusat.
Imunisasi TT umumnya diberrikan kepada ibu hamil, calon pengantin wanita, dan
anak
perempuan kelas 6 SD.
Pada ibu hamil:
TT-1 : Segera setelah ada tanda-tanda kehamilan.
TT-2 : Satu bulan setelah TT-1.
13
Pada calon pengantin wanita:
TT-1 : Pada saat penaftaran nikah.
TT-2 : Satu bulan setelah TT-1.
Anak perempuan kelas 6 SD:
TT : Kapan saja selama SD kelas 6.
e. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu kepfasilitas rujukan / fasilitas yang
memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan
bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu akan mengalami persalinan normal
namun 10 sampai 15 % diantaranya akan mengalami masalah selama proses
persalinan dan kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk kefasilitas kesehatan rujukan.
Sangat sulit untuk menduga kapan penyakit akan terjadi sehingga kesiapan untuk
merujuk ibu dan atau bayinya kefasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat
waktu (jika penyulit terjadi) menjadi saran bagi keberhasilan upaya penyelamatan,
setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang mampu
untuk menatalaksana kasus gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir seperti :
1) pembedahan termasuk bedah sesar
2) transfuse darah
3) persalinan menggunakan ekstraksi fakum / cunam
4) pemberian anti biotik intravena
5) resusitasi BBL dan asuhan lanjutan BBL
informasi tentang pelayanan yang tersedia ditempat rujukan, ketersediaan
pelayanan purna waktu, biaya pelayanan dan waktu serta jarak tempuh ketempat
rujukan dadlah wajib untuk diketahui oleh setiap penolong persalinan jika
terjadi penyulit, rujukan akan melalui alur yang singkat dan jelas. Jika ibu
bersalin / BBL dirujuk ketempat yang tidak sesuai maka mereka akan
kehilangan waktu yang sangat berharga untuk menangani penyakit untuk
komplikasi yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka pada saat ibu
melakukan kunjungan antenatal,jelaskan bahwa penolong akan selalu berupaya
dan meminta bekerja sama yang baik dari suami / keluaga ibu untuk
mendapatkan layanan terbaik dan bermanfaat bagi kesehatan ibu dan
bayinya,termasuk kemungkinan perlunya upaya rujukan pada waktu
penyulit,seringkali tidak cukup waktu untuk membuat rencana rujukan dan
14
ketidaksiapan ini dapat membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya.
Anjurkan ibu untuk membahas dan membuat rencana rujukan bersama suami
dan keluarganya. Tawarkan agar penolong mempunyai kesempatan untuk
berbicara dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan tentang perlunya
rencana rujukan apabila diperlukan.
15
A (Alat) :
bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan
BBL (tabung suntik, selang iv, alat resusitasi, dll) bersama ibu ketempat
rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu
melahirkan dalam perjalanan menuju fasilitas rujukan.
K (Keluarga) :
beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan bayi dan mengapa
ibu dan bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alas an dan tujuan merujuk
ibu kefasilitas rujukan tersebut. Suami / anggota keluarga yang lain harus
menemani ibu dan BBL hingga kefasilitas rujukan.
S (Surat) :
berikan surat ketempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi
mengenai ibu dan BBL, cantumkan alas an rujukan dan uraikan hasil penyakit,
asuhan / obat-obatan yang diterima ibu dan BBL. Sertakan juga partograf yang
dipakai untuk membuat keputusan klinik
O (Obat) :
bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu kefasilitas rujukan. Obat-
obatan tersebut mungkin diperlukan selama diperjalanan.
K (Kendaraan) :
siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam
kondisi cukup nyaman. Selain itu, pastikan kondisi kendaraan cukup baik untuk
mencapai tujuan pada waktu yang tepat.
U (Uang) :
ingatkan keluarga agar membawah uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang
diperlukan selama ibu dan bayi baru lahir tinggal difasilitas rujukan.
16
Dalam 3 bulan pertama, berat badan ibu hamil akan naik sampai 2 kg. Kemudian,
dinilai normal jika setiap minggu berat badan naik 0,3 kg. Pada kehamilan tua, rata-
rata kenaikan berat badan ibu akan mencapai 12 kg. Jika kenaikan berat badan lebih
dari normal, akan berisiko mengalami komplikasi preeklamsia dan janin terlalu besar
sehingga menimbulkan kesulitan persalinan.
Demam tinggi pada masa nifas. Pada masa nifas, selama 42 hari setelah melahirkan,
ibu yang mengalami demam tinggi lebih dari 2 hari, dan disertai keluarnya cairan
(dari liang rahim) yang berbau, mungkin mengalami infeksi jalan lahir. Cairan Hang
rahim yang tetap berdarah, keadaan ini dapat mengancam keselamatan ibu.
17
Fosfor. Mineral ini dapat diperoleh dari makanan sehari-hari. Fosfor berhubungan
erat dengan kalsium. Jika jumlahnya tidak seimbang di dalam tubuh, dapat terjadi
gangguan. Gangguan yang paling sering adalah kram pada tungkai.
Zat besi. Sel darah merah Ibu hamil bertambah sampai 30rc. Berarti, tubuhnya
memerlukan tambahan zat besi. Setiap hari. ibu hamil membutuhkan tambahan 700-
800 mg zat besi. Sumber makanan yang mengandung zat besi tinggi adalah hati.
Oleh karena itu, ibu hamil perlu banyak mengonsumsi hati, daging. telur, kacang-
kacangan, dan sayuran berwarna hijau. Kebutuhan zat besi ibu hamil meningkat
pada kehamilan trimester II dan III. Pada masa tersebut, kebutuhan zat besi tidak
dapat diandalkan dari menu harian saja. Walaupun menu hariannya cukup
mengandung zar besi.
• Zink, mineral, ini dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil, biasanya cukup
dari makanan sehari-hari
• Fluor. Mineral floyr juga tidak banyak diperlukan.
• Yodium. Yosidum cukup diperoleh dari air minum dan sumber bahan makanan
laut.
b. Penyuluhan Kb
Sebelum pemberian metode kontrasepsi, misalnya pil, suntik, atau KDR terlebih
dahulu menentukan apakah ada keadaan yang membutuhkan perhatian khusus.
Salah satu usaha untuk menciptakan kesejahtreraan adalah dengan memberi nasihat
perwakinan, pengobatan kemandulan, dan memperkecil angka kelahiran (Depkes RI
1999). Program KB adalah bagian yang terpadu dalam program pembangunan
nasional dan bertujuan untuk turut serta menciptak~ kesejahteraan ekonomi,
spiritual, dan sosial penduduk Indonesia. Tujuan program KB adalah memperkecil
angka kelahiran, menjaga kesehatan ibuanak, serta membatasi kehamilan jika
jumlah anak sudah mencukupi. Peserta KB akan mendapat pelayanan dengan cara
sebagai berikut.
18
1) Pasangan usia subur yang istrinya mempunyai keadaan “ 4 terlalu” yaitu terlalu
muda, terlalu banyak anak, terlalu sering hamil, dan terlalu tua akan mendapat
prioritas pelayanan KB.
2) Peserta KB diberikan pengertian mengenai metode kontrasepsi dengan keuntungan
dan kelemahan masing-masing sehingga ia dapat : menentukan pilihannya.
3) Harus mendapat informasi mengenai metode kontrasepsi dengan keuntungan dan
kelemahannya sehingga ia dapat menentukan pilihannya
4) Harus dilakukan pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan kepada klien
agar dapat ditentukan metode yang paling cocok dengam hasil pemeriksaannya.
5) Harus mendapatkan informasi tentang kontraindikasi pemakai. berbagai metode
kontrasepsi.
Kegiatan IM merupakan salah satu komponen dari pelayanan i;;-sehatan reproduksi
esensial (PKRE) yang dapat dilaksanakan di tiap tingkat pelayanan sesuai dengan
kewenangannya, yaitu:
a) Pelayanan di tingkat desa.
• Konseling KB.
• Pelayanan KB, kecuali implant dan metode operatif.
• Pertolongan pertama efek samping KB.
• Rujukan pelayanan KB.
b) Pelayanan di tingkat puskesmas.
• Konseling KB.
• Pelayanan KB, sesuai dengan kemampuan.
• Pertolongan pertama komplikasi dan kegagalan KB serta penananganan efek
samping KB.
• Rujukan pelayanan KB.
• Pembinaan pelayanan di tingkat Desa.
c) Pelayanan di tingkat rujukan KB.
• Konseling KB.
• Pelayanan semua jenis metode KB.
• Penanganan komplikasi dan kegagalan KB serta penanganan efek samping
KB.
• Penanganan kasus rujukan pelayanan KB.
• Pembinaan pelayanan di tingkat puskesmas.
19
4. Pencatatan Kelahiran Dan Kematian Ibu/ Bayi
a. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia dari tahun 1967 sampai dengan
tahun 1996 menunjukkan kecenderungan menurun. Estimasi AK yang dilakukan Biro
Pusat Statistik adalah berdasarkan perhitungan dari data hasil sensus/survei (tentang
rata-rata yang dilahirkan hidup menurut ibu).
Pada kurun waktu tahun 1967-1976 (9 tahun), penurunan AKB ratarata per
tahun adalah 3,2%, yaitu 145 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1967, menjadi 109
per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1976. Untuk periode 1986-1992, penurunan
AKB rata-rata per tahun adalah 4,1% yaitu 71 per 1000 kelahiran hidup pada tahun
1986 menjadi 60 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1992. Dari hasil proyeksi,
terlihat bahwa AKB pada tahun 1992 sebesar 60 per 1000 kelahiran hidup yang
cenderung menurun menjadi 54 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1996.
Berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa angka kematian pada bayi laki-laki
tampaknya lebih besar dibandingkan bayi perempuan.
Pola penyakit penyebab kematian bayi dari SKRT tahun 1986 berbeda dengan
hasil SKRT tahun 1992. Perbedaan proporsi antara tahun 1986 dan 1992 ini mungkin
disebabkan oleh cakupan sampel SKR.T 1986 yang hanya mencakup 7 provinsi,
sedangkan pada tahun 1992 mencakup 37 provinsi. Proporsi penyakit penyebab
kematian pada bayi hasil SKRT ,ahun 1986 yang tertinggi adalah penyakit tetanus
neonatorum (19,3%), sedangkan hasil SKRT 1992 adalah penyait ISPA (36%). Jika
dibanding~an hasil SKRT 1992 dengan hasil SKRT 1995, penyakit sistem pernapasan
menduduki urutan pertama, sedangkan gangguan pranatal naik dari .irutan kelima
pada SKRT 1992 dan menjadi urutan kedua pada SKRT :995. Jika dibandingkan pola
penyakit penyebab kematian bayi antara lawa-Bali dan luar Jawa-Bali, terlihat urutan
tertinggi di Jawa-Bali cisebabkan gangguan pranatal (33,5%), sedangkan di luar Jawa-
Bali cisebabkan penyakit sistem pernapasan.
b. Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka kematian balita (0--4 tahun) adalah jumlah kematian anak usia C-4 tahun per
1000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan tingkat perm asalahan kesehatan
anak dan faktor lain yang berpengaruh terhadap keseatan anak balita, seperti gizi,
sanitasi, penyakit menular, dan kecelakaan.
Estimasi angka kematian balita di Indonesia yang dihitung dari data iro Pusat
Statistik, mengalami penurunan yang cukup berarti, yaitu an 111 per 1000 kelahiran
20
hidup pada tahun 1986 menjadi 81 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1993. Angka
kematian balita tertinggi d Provinsi Nusa Tenggara Barat (162 per 1000 kelahiran
hidup), sedangkar Provinsi DKI Jakarta (4 per 1000 kelahiran hidup.
Hasil SKRT 1995 menunjukkan 5 penyakit penyebab kematian. anak balita, yaitu
sistem pernapasan (30,8%), gangguan pranatal (21,6%), diare (15,3%), infeksi dan
parasit lain (6,3%), dan saraf (tetanus) (5,5%).
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan
maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-
tempat pemberian pelayanan kesehatan (WHO, 1995)
Para kader kesehatan yang bekerja di pedesaan membutuhkan pembinaan/pelatihan
dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka dan masalah yang dihadapinya.
Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader adalah:
1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga)
2. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.
3. Penyuluhan gzi dan keluarga berencana
4. Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu
5. Promosi tabulin, donor darah berjalan, ambulan desa, suami siaga, satgas gerakan
sayang ibu.
Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan
berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka menolong
mereka sendiri, mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang dirasakan
masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan
dengan kesehatan agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka
meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.
24
DAFTAR PUSTAKA
Yulifah, Rita dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika
25