Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ASKEB KOMUNITAS

PEMBINAAN KADER POSYANDU IBU DAN ANAK

Dosen Pembimbing:

Elis Meilinawati S.B.,S.ST.,S.Psi.,M.Keb

Disusun oleh:

Kelompok 2

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

STIKES BINA SEHAT PPNI Tahun 2020/2021

JL. RAYA JABON KM 6 MOJOKERTO (0321)390203


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan hidayah Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pembinaan Kader
Posyandu Ibu dan Anak” guna melengkapi tugas mata kuliah Askeb Komunitas .

.Terima kasih kami ucapkan kepada Bu Heni Purwati,S.ST.,M.Keb selaku dosen


pembimbing mata kuliah Askeb Komunitas sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita tentang Pembinaan Kader Posyandu Ibu dan Anak .

. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang kami buat demi masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini bisa berguna untuk kedepannya, dan jika ada kata-kata yang
kurang berkenan kami mohon maaf. Terimakasih

Mojokerto, 24 Juli 2020

Penyusun

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................5
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Pembinaan Kader di Komunitas ............................................................................................6
a. Pengertian............................................................................................................................6
b. Peran Fungsi Kader..............................................................................................................6
c. Pembentukan Kader.............................................................................................................7
d. Strategi Menjaga Eksistensi Kader.......................................................................................8
BAB III................................................................................................................................................24
PENUTUP...........................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia masih sangat tinggi. Hal ini merupakan masalah besar bagi bangsa
Indonesia. Menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2002/2003, AKI adalah 301 untuk setiap 100.000 kelahiran hidup, dan AKB adalah
35 untuk setiap 1000 kelahiran hidup. Ini merupakan angka tertinggi di ASEAN.
Untuk itu kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah yang paling diprioritaskan dalam
penurunan AKI dan AKB.

Departemen kesehatan itu sendiri telah mengeluarkan beberapa program


kesehatan untuk upaya itu. Salah satunya ialah dibentuk desa siaga yang didalamnya
terdapat Poskesdes (Pos kesehatan Desa). Untuk tenaga yang ada dalam Poskesdes
itu sendiri ialah tenaga kesehatan yaitu 1 orang bidan dan tenaga masyarakat yaitu 2
orang kader.

Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan


masyarakat itu sendiri, departemen Kesehatan membuat program pelatihan untuk
kader kesehatan agar kader-kader kesehatan didesa siaga nantinya mempunyai
pengetahuan yang lebih. Dengan harapan kader dapat menggerakkkan dan
memperdayakan masayarakat agar tercipta masyarakat yang mandiri untuk hidup
sehat terutama pada Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) guna mencapai penurunan AKI
dan AKB di Indonesia.

Kesehatan merupakan kebutuhan dengan hak setiap insan agar dapat


kemampuan yang melekat dalam diri setiap insan. Hal ini hanya dapat dicapai bila
masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, berperan serta untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehatnya.

4
Kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatannya dan
menjalankan upaya peecahannya sendiri adalah kelangsungan pembangunan. GBHN
mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang
semakin mendorong peningkatan peran serta masyarakat.

Kemampuan masyarakat perlu ditingkatkan terus menerus untuk menolong


dirinya sendiri dalam mengatasi masalah kesehatan. Kegiatan pembinaan yang di
lakukan oleh bidan sendiri antara lain mempromosikan kesehatan dalam pelayanan
agar peran serta ibu, remaja, wanita, keluarga dan kelompok masyarakat di dalam
upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana meningkat. Ini sebagai bagian dari
upaya kesehatan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja upaya pembinaan pada kader di komunitas?
2. Bagaimana peran fungsi kader ?
3. Bagaimana pembentukan kader ?
4. Bagaimana strategi menjaga eksistensi kader?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui upaya pembinaan pada kader di komunitas

2. Untuk mengetahui peran fungsi kader

3. Untuk mengetahui pembentukan kader

4. Untuk mengetahui bagaimana strategi menjaga eksistensi kader

5.

5
BAB II

PEMBAHASAN

- PEMBINAAN KADER DI KOMUNITAS

A. Pengertian
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan
maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-
tempat pemberian pelayanan kesehatan.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan
masyarakat departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader
yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian
ibu dan anak. Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar
belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca,
menulis dan menghitung secara sedarhana.
Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat setempat
serta pimpinan yang ditujuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan
mereka dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam
jalinan kerja dari sebuah tim kesehatan.
Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja secara fullteng
atau partime dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan
uang atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas. Namun ada
juga kader kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta

beberapa peralatan secukupnya oleh masyarakat setempat.

B.   Peran Fungsi Kader

Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat:


a. perilaku hidup bersih dan sehat
b. pengamatan terhadap masalah kesehatan didesa
c. upaya penyehatan dilingkungan
d. peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita
e. Permasyarakatan keluarga sadar gizi

6
Kader di tunjukan oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan tugas-tugas
kader kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama tugasnya dibeberapa
Negara yaitu:
1. pertolongan pertama pada kecelakaan dan penanganan penyakit yang ringan
2. melaksanakan pengobatan yang sederhana
3. pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah
melahirkan
4. menolong persalinan
5. pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak
6. memberikan motivasi dan peragaan tentang gizi
7. program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan
8. pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan
9. melakukan penyuntikan imunisasi
10. pemberian motivasi KB
11. membagikan alat-alat KB
12. pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan,kesehatan perorangan dan
kebiasaan sehat secara umum.
13. pemberian motivasi tentang penyakit menular,pencegahan dan perujukan.
14. pemberian motivasi tentangperlunya fall up pada penyakit menular dan
perlunya memastikan diagnosis.
15. penenganan penyakit menular.
16. membantu kegiatan di klinik.
17. merujuk penderita kepuskesmas atau ke RS
18. membina kegiatan UKS secara teratur
19. mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas membantu pencatatan
dan pelaporan.

C. Pembentukan Kader
Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini disebabkan
karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan pelatihan kader.
Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader didesa yang telah ditetapkan.

7
Sebelumnya telahdilaksanakan kegiatan persiapan tingkat desa berupa pertemuan
desa, pengamatan dan adanya keputusan bersama untuk terlaksanakan acara tersebut.
Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan berjumlah 4-5 orang untuk tiap
posyandu. Persiapan dari pelatihan kader ini adalah:
1.      calon kader yang kan dilatih
2.      waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama
3.      tempat pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas
4.      adanya perlengkapan yang memadai
5.      pendanaan yang cukup
6.      adanya tempat praktik ( lahan praktik bagi kader )

Tim pelatihan kader melibatkan dari beberapa sector. Camat otomatis bertanggung
jawab terhadap pelatihan ini, namun secara teknis oleh kepala puskesmas.
Pelaksanaan harian pelatihan ini adalah staf puskesmas yang mampu melaksanakan.
Adapun pelatihannya adalah tanaga kesehatan, petugas KB (PLKB), pertanian,
agama, pkk, dan sector lain.
Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode yang digunakan
adalah ceramah, diskusi, simulasi, demonstrasi, pemainan peran, penugasan, dan
praktik lapangan. Jenis materi yang disampaikan adalah:
1.      pengantar tentang posyandu
2.      persiapan posyandu
3.      kesehatan ibu dan anak
4.      keluarga berencana
5.      imunisasi
6.      gizi
7.      penangulangan diare
8.      pencatatan dan pelaporan

D. Strategi menjaga Eksistensi Kader


Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu ada nya strategi agar mereka dapat
selalu eksis membantu masyarakat dibidang kesehatan.
1. Refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan oleh
bidan desa maupun petugas lintas sector yang mengikuti kegiatan posyandu

8
2. Adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan rutin
tiap bulan secara bergilir disetiap posyandu
3. Revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Dimana semua
kader di undang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan bisa juga
diberikan rewards.
4. Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis kepuskes untuk
kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang diberikan
setiap tahun

Para kader kesehatan yang bekerja dipedesaan membutuhkan pembinaan atau


pelatihan dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka, masalah yang
dihadapinya.
Pembinaan atau pelatihan tersebut dapat berlangsung selama 6-8 minggu atau
bahkan lebih lama lagi. Salah satu tugas bidan dalam upaya menggerakkan peran
serta masyarakat adalah melaksanakan pembinaan kader.

Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader adalah :


1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan
siaga)
2. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.
3. Penyuluhan gzi dan keluarga berencana
4. Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu
5. Promosi tabulin, donor darah berjalan,ambulan desa,suami siaga,satgas
gerakan sayang ibu.

1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga)
Pembinaan kader yang dilakukan bidan didalamnya berisi tentang perran kader adalah
dalam daur kehidupan wanita dari mulai kehamilan sampai dengan masa perawatan bayi.

Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam persiapan persalinan adalah sebagai
berikut :
a. Sejak awal, ibu hamil dan suami menentukan persalinan ini ditolong oleh bidan atau
dokter
b. Suami atau keluarga perlu menabung untuk biaya persalinan.
9
c. Ibu dan suami menanyakan kebidan atau kedokter kapan perkiraan tanggal persalinan
d. Jika ibu bersalin dirumah, suami atau keluarga perlu menyiapkan terang, tempat tidur
dengan alas kain yang bersih, air bersih dan sabun untuk cuci tangan, handuk kain,
pakaian kain yang bersih dan kering dan pakaian ganti ibu.
e. Pembinaan kader yang dilakukan bidan yang berisi tentang peran kader dalam deteksi
dini tanda bahaya dalam kehamilan maupun hal-hal berikut ini.
•  Perdarahan ( hamil muda dan hamil tua)
• Bengkan dikaki, tangan, wajah, atau sakit kepala kadang disertai kejang
• Demam tinggi
• Keluar air ketuban sebeleum waktunya
• Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak
• Ibu muntah terus dan tidak mau makan

2. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas serta rujukan


a. Tanda-tanda bahaya kehamilan
Pada setiap kehamilan perlu di informasikan kepada ibu, suami dan keluarga tentang
timbulnya kemungkinan tanda-tanda bahaya dalam kehamilan
Adanya tanda-tanda bahaya mengharuskan ibu, suami / keluarga untuk segera
membawah ibu kepelayanan kesehatan / memanggil bidan.

Tanda-tanda bahaya kehamilan meliputi :


1) perdarahan jalan lahir
2) kejang
3) sakit kepala yang berlebihan
4) muka dan tangan bengkak
5) demam tinggi menggigil / tidak
6) pucat
7) sesak nafas
b. Tanda-tanda kegawatan dalam persalinan
sebagai akibat dari permasalahan dalam persalinan, kegawatan dalam persalinan dapat
terjadi dengan tanda-tanda sebagai berikut :
1) perdarahan
2) kejang
3) demam, menggigil, keluar lender dan berbau
10
4) persalinan lama
5) mal presentase
6) plasenta tidak lahir dalam 30 menit
c. Kegawatan masa nifas
Pada masa segera setelah persalinan, kegawatan dapat terjadi baik pada ibu
ataupun bayi. Kegawatan yang dapat mengancam keselamatan ibu baru bersalin
adalah perdarahan karena sisa plasenta dan kontraksi serta sepsis (demam). Pada bayi
yang baru dilahirkan dapat terjadi depresi bayi dan atau trauma.
Bila terjadi kegawatan pada ibu / bayi beri tahu ibu, suami dan keluarga tentang
tatalaksanaan yang dikerjakan dan dampak yang dapat ditimbulkan dari tatalaksana
tersebut. Serta persiapan tindakan rujukan. Tindakan ini perlu untuk melibatkan ibu,
suami dan keluarga sehingga tercapai suatu kerjasama yang baik.
Apabila ibu dan bayi sudah berada dirumah, informasikan kepada ibu, suami dan
keluarga bahwa adanya tanda-tanda kegawatan mengharuskan ibu untuk dibawah
segera kesarana pelayanan kesehatan atau menghubungi bidan.
Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada ibu.
Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada ibu yang perlu diperhatikan meliputi :
1) perdarahan banyak atau menetap
2) rasa lelah yang sangat, mata, bibir dan jari pucat
3) bengkak pada salah satu atau kedua kaki
4) rasa sakit pada perut berlebihan dan lokia berbau busuk atau berubah warna.
5) pucat, tangan dan kaki dingin (syok)
6) tidur turun dratis
7) kejang
8) sakit kepala berlebihan / gangguan pandangan
9) bengkak pada tangan dan muka
10) peningkatan tekanan darah
11) buang air kecil sedikit / berkurang dan sakit
12) tidak mampu menahan BAK / ngompol
13) demam tanpa atau dengan menggigil
14) adanya kesedihan yang mendalam, kesulitan dalam tidur, makan dan merawat
bayi.
Adanya salah satu tanda kegawatan tersebut mengharuskan ibu mendapatkan
pelayanan dari bidan / mencari pertolongan kesarana pelayanan kesehatan.
11
Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada bayi
Pada bayi sebagian besar penyebab kematian adalah karena infeksi, asveksia dan
trauma pada bayi. Pengenalan tanda-tanda kegawatan pada bayi perlu untuk
dilakukan penatalaksanaan lebih dini yang sesuai yang dapat menurunkan
kematian tersebut.
Kegawatan bayi dapat terjadi hari-hari pertama masa nifas dan perlu pertolongan
segera ataupun dalam 7 hari pertama masa nifas yang juga memerlukan
pertolongan disarana pelayanan kesehatan.
Kegawatan bayi beberapa hari setelah persalinan harus segera dibawah kesarana
pelayanan kesehatan / hubungi bidan :
1) bayi sulit bernafas
2) warna kulit dan mata kuning
3) pernafasan lebih dari 60 x / menit
4) kejang
5) pendarahan
6) demam
7) bayi tidur sepanjang malam dan tidak mau menetek sepanjang hari.
8) tidak dapat menetek (mulut kaku)

kegawatan bayi 7 hari pertama masa nifas yang membutuhkan perawatan bidan /
dibawah kesarana pelyanan kesehatan secepatnya :
1) hypothermia
2) pucat / kurang aktif
3) diare / konstipasi
4) kesulitan dalam menetek
5) mata merah dan bengkak / nanah
6) merah pada tali pusat / tercium bau

d. Tetanus neonatorum
Tetanus neonatorum adalah penyakit pada bayi baru lahir, disebabkan masuknya
kuman tetanus melalui luka tali pusat, akibat pemotongan tali pusat dengan alat yang
tidak bersih, luka tali pusat kotor atau tidak bersih karena diberi bermacam-macam
ramuan, atau ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT lengkap sehingga bayi yang
12
dikandungnya tidak kebal terhadap penyakit tetanus neonatorum. Maka perlu
dilakukan pembinaan dukun bayi dalam pencegahan tetanus neonatorum, yaitu :
Melakukan pertolongan persalinan “3 bersih”.
1) Sebelum menolong persalinan, tangan penolong disikat dan disabun hingga bersih :
BERSIH ALAT.
2) Alas tempat ibu berbaring harus bersih : BERSIH ALAS.
3) Gunting dan benang pengikat tali pusat harus steril, bersih, dan tidak berkarat. Supaya
steril
gunting dan benang direbus dalam air mendidih selama paling sedikit 15 menit pada
saat akan
dipakai : BERSIH ALAT.
Melakukan perawatan luka tali pusat yang bersih.
Tali pusat dibersihkan setiap pagi dangan air hangat.
Luka tali pusat yang telah dibersihkan tidak boleh sama sekali dibubuhi ramuan,
jamu, daun
daunan, atau abu dapur.
Setelah dibersihkan luka tali pusat ditutup dengan kain kasa kering.
Demikian dilakukan terus sampai luka kering dan tali pusat puput.
Memberi kekebalan kepada bayi baru lahir dengan member imunisasi tetanus toksoid
sebanyak 2
kali kepada ibu hamil, calon pengantin,dan anak perempuan kelas 6 sekolah dasar.
Imunisasi TT bagi calon ibu berguna agar ibu dan bayi mendapat kekebalan terhadap
tetanus.
Imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali karena imunisasi yang pertama belum
member kekebalan
pada bayi baru lahir terhadap penyakit tetanus sehingga bayi yang berusia kurang dari
1 bulan
dapat terkena tetanus melamui luka tali pusat.
Imunisasi TT umumnya diberrikan kepada ibu hamil, calon pengantin wanita, dan
anak
perempuan kelas 6 SD.
Pada ibu hamil:
TT-1 : Segera setelah ada tanda-tanda kehamilan.
TT-2 : Satu bulan setelah TT-1.
13
Pada calon pengantin wanita:
TT-1 : Pada saat penaftaran nikah.
TT-2 : Satu bulan setelah TT-1.
Anak perempuan kelas 6 SD:
TT : Kapan saja selama SD kelas 6.

e. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu kepfasilitas rujukan / fasilitas yang
memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan
bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu akan mengalami persalinan normal
namun 10 sampai 15 % diantaranya akan mengalami masalah selama proses
persalinan dan kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk kefasilitas kesehatan rujukan.
Sangat sulit untuk menduga kapan penyakit akan terjadi sehingga kesiapan untuk
merujuk ibu dan atau bayinya kefasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat
waktu (jika penyulit terjadi) menjadi saran bagi keberhasilan upaya penyelamatan,
setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang mampu
untuk menatalaksana kasus gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir seperti :
1) pembedahan termasuk bedah sesar
2) transfuse darah
3) persalinan menggunakan ekstraksi fakum / cunam
4) pemberian anti biotik intravena
5) resusitasi BBL dan asuhan lanjutan BBL
informasi tentang pelayanan yang tersedia ditempat rujukan, ketersediaan
pelayanan purna waktu, biaya pelayanan dan waktu serta jarak tempuh ketempat
rujukan dadlah wajib untuk diketahui oleh setiap penolong persalinan jika
terjadi penyulit, rujukan akan melalui alur yang singkat dan jelas. Jika ibu
bersalin / BBL dirujuk ketempat yang tidak sesuai maka mereka akan
kehilangan waktu yang sangat berharga untuk menangani penyakit untuk
komplikasi yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka pada saat ibu
melakukan kunjungan antenatal,jelaskan bahwa penolong akan selalu berupaya
dan meminta bekerja sama yang baik dari suami / keluaga ibu untuk
mendapatkan layanan terbaik dan bermanfaat bagi kesehatan ibu dan
bayinya,termasuk kemungkinan perlunya upaya rujukan pada waktu
penyulit,seringkali tidak cukup waktu untuk membuat rencana rujukan dan
14
ketidaksiapan ini dapat membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya.
Anjurkan ibu untuk membahas dan membuat rencana rujukan bersama suami
dan keluarganya. Tawarkan agar penolong mempunyai kesempatan untuk
berbicara dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan tentang perlunya
rencana rujukan apabila diperlukan.

Masukan persiapan-persiapan dan informasi berikut kedalam rencana rujukan :


1) siapa yang akan menemani ibu dan BBL
2) tempat-tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga? (jika ada
lebih dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling
sesuai berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan)
3) sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan mengendarainya
ingat bahwa transportasi harus segera tersedia, baik siang maupun malam.
4) orang yang ditunjuk menjadi donor darah jika transfuse darah diperlukan.
5) uang yang disisihkan untuk asuhan medik, transportasi, obat-obatan dan bahan-
bahan.
6) siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat ibu tidak
dirumah.
Kaji ulang rencana rujukan dengan ibu dan keluarganya. Kesempatan ini harus
dilakukan selama ibu melakukan kunjungan asuhan antenatal / diawal
persalinan (jika mungkin). Jika ibu belum membuat rencana rujukan selama
kehamilannya, penting untuk dapat mendiskusikan rencana tersebut dengan ibu
dan keluarganya diawal persalinan. Jika timbul masalah pada saat persalinan
dan rencana rujukan belum dibicarakan maka sering kali sulit untuk melakukan
semua persiapan-persiapan secara cepat. Rujukan tepat waktu merupakan
unggulan asuhan saying ibu dalam mendukung keselamatan ibu dan BBL.

Singkatan BAKSOKU dapat digunakan untuk mengingat hal-hal penting dalam


mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi.
B (Bidan) :
pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan
yang kompeten untuk menatalaksana gawat darurat obstetri dan BBL untuk
dibawah kefasilitas rujukan.

15
A (Alat) :
bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan
BBL (tabung suntik, selang iv, alat resusitasi, dll) bersama ibu ketempat
rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu
melahirkan dalam perjalanan menuju fasilitas rujukan.
K (Keluarga) :
beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan bayi dan mengapa
ibu dan bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alas an dan tujuan merujuk
ibu kefasilitas rujukan tersebut. Suami / anggota keluarga yang lain harus
menemani ibu dan BBL hingga kefasilitas rujukan.
S (Surat) :
berikan surat ketempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi
mengenai ibu dan BBL, cantumkan alas an rujukan dan uraikan hasil penyakit,
asuhan / obat-obatan yang diterima ibu dan BBL. Sertakan juga partograf yang
dipakai untuk membuat keputusan klinik
O (Obat) :
bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu kefasilitas rujukan. Obat-
obatan tersebut mungkin diperlukan selama diperjalanan.
K (Kendaraan) :
siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam
kondisi cukup nyaman. Selain itu, pastikan kondisi kendaraan cukup baik untuk
mencapai tujuan pada waktu yang tepat.
U (Uang) :
ingatkan keluarga agar membawah uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang
diperlukan selama ibu dan bayi baru lahir tinggal difasilitas rujukan.

3. Penyuluhan gzi dan keluarga berencana


a. Penyuluhan Gizi Ibu Hamil
Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai dengan usia kehamilan.
Berat badan yang bertambah dengan normal, menghasilkan anak yang normal.
Kenaikan berat badan ideal pada ibu hamil sebanyak 7 kg (untuk ibu yang gemuk)
dan 12,5 kg (untuk ibu yang tidak gemuk). Di luar batas itu, dinilai abnormal.

16
Dalam 3 bulan pertama, berat badan ibu hamil akan naik sampai 2 kg. Kemudian,
dinilai normal jika setiap minggu berat badan naik 0,3 kg. Pada kehamilan tua, rata-
rata kenaikan berat badan ibu akan mencapai 12 kg. Jika kenaikan berat badan lebih
dari normal, akan berisiko mengalami komplikasi preeklamsia dan janin terlalu besar
sehingga menimbulkan kesulitan persalinan.
Demam tinggi pada masa nifas. Pada masa nifas, selama 42 hari setelah melahirkan,
ibu yang mengalami demam tinggi lebih dari 2 hari, dan disertai keluarnya cairan
(dari liang rahim) yang berbau, mungkin mengalami infeksi jalan lahir. Cairan Hang
rahim yang tetap berdarah, keadaan ini dapat mengancam keselamatan ibu.

Zat makanan yang dibutuhkan ibu hamil, yaitu:


1) Energi, dihasilkan dari karbohidrat, protein, dan zat patinya. Protein. Ibu hamil
membutuhkan protein lebih banyak dari biasanya.
2) Protein hewani lebih besar dibandingkan protein nabati. Contoh: ikan, daging, susu,
dan telur harus lebih banyak dikonsumsi jika dibandingkan dengan tahu, tempe, dan
kacang. Protein dapaa diperoleh dari susu, telur, dan keju. Tambahannya diperoleh
dan gandum dan kacang-kacangan. Manfaat dari protein.
• Protein untuk membangun tubuh janin dimulai dari sebesar sehingga menjadi
tubuh seberat 3,5 kg.
• Protein digunakan untuk membuat ari-ari.
• Protein digunakan untuk menambah unsur dalam cairan darahterutama
haemoglobin dan plasma darah.
• Protein digunakan untuk pembuatan cairan ketuban.
3) Vitamin. Ada beberapa jenis vitamin yang penting untuk ibu hamil. Jika ibu hamil
sampai kekurangan vitamin, pembentukan sel-sel tubuh anak akan berkurang. Anak
dapat kurang darah, cacar bawaam kelainan bentuk, bahkan ibu dapat keguguran.
Vitamin yang dibutuhkan oleh ibu hamil, yaitu B6, C, A, D, E, dan K.
4) Mineral.
Kalsium. Kalsium sangat penting karena dibutuhkan untuk pembentukan tulang.
Apabila kekurangan kalsium, bayi yang dikandung akan menderita kelainan tulang
dan gigi. Sumber kalsium yang tinggi diperoleh dari semua makanan yang berasal
dari susu. seperti keju, es krim, dan kue. Selain itu, juga banyak terdapat pada
kacang-kacangan dan sayuran berdaun hijau.

17
Fosfor. Mineral ini dapat diperoleh dari makanan sehari-hari. Fosfor berhubungan
erat dengan kalsium. Jika jumlahnya tidak seimbang di dalam tubuh, dapat terjadi
gangguan. Gangguan yang paling sering adalah kram pada tungkai.

Zat besi. Sel darah merah Ibu hamil bertambah sampai 30rc. Berarti, tubuhnya
memerlukan tambahan zat besi. Setiap hari. ibu hamil membutuhkan tambahan 700-
800 mg zat besi. Sumber makanan yang mengandung zat besi tinggi adalah hati.
Oleh karena itu, ibu hamil perlu banyak mengonsumsi hati, daging. telur, kacang-
kacangan, dan sayuran berwarna hijau. Kebutuhan zat besi ibu hamil meningkat
pada kehamilan trimester II dan III. Pada masa tersebut, kebutuhan zat besi tidak
dapat diandalkan dari menu harian saja. Walaupun menu hariannya cukup 
mengandung zar besi.
• Zink, mineral, ini dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil, biasanya cukup
dari makanan sehari-hari
•  Fluor. Mineral floyr juga tidak banyak diperlukan.
• Yodium. Yosidum cukup diperoleh dari air minum dan sumber bahan makanan
laut.

b. Penyuluhan Kb
Sebelum pemberian metode kontrasepsi, misalnya pil, suntik, atau KDR terlebih
dahulu menentukan apakah ada keadaan yang membutuhkan perhatian khusus.
Salah satu usaha untuk menciptakan kesejahtreraan adalah dengan memberi nasihat
perwakinan, pengobatan kemandulan, dan memperkecil angka kelahiran (Depkes RI
1999). Program KB adalah bagian yang terpadu dalam program pembangunan
nasional dan bertujuan untuk turut serta menciptak~ kesejahteraan ekonomi,
spiritual, dan sosial penduduk Indonesia. Tujuan program KB adalah memperkecil
angka kelahiran, menjaga kesehatan ibuanak, serta membatasi kehamilan jika
jumlah anak sudah mencukupi. Peserta KB akan mendapat pelayanan dengan cara
sebagai berikut.

18
1) Pasangan usia subur yang istrinya mempunyai keadaan “ 4 terlalu”  yaitu terlalu
muda, terlalu banyak anak, terlalu sering hamil, dan terlalu tua akan mendapat
prioritas pelayanan KB.
2) Peserta KB diberikan pengertian mengenai metode kontrasepsi dengan keuntungan
dan kelemahan masing-masing sehingga ia dapat : menentukan pilihannya.
3) Harus mendapat informasi mengenai metode kontrasepsi dengan keuntungan dan
kelemahannya sehingga ia dapat menentukan pilihannya
4) Harus dilakukan pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan kepada klien
agar dapat ditentukan metode yang paling cocok dengam hasil pemeriksaannya.
5) Harus mendapatkan informasi tentang kontraindikasi pemakai. berbagai metode
kontrasepsi.
Kegiatan IM merupakan salah satu komponen dari pelayanan i;;-sehatan reproduksi
esensial (PKRE) yang dapat dilaksanakan di tiap tingkat pelayanan sesuai dengan
kewenangannya, yaitu:
a) Pelayanan di tingkat desa.
• Konseling KB.
• Pelayanan KB, kecuali implant dan metode operatif.
•  Pertolongan pertama efek samping KB.
• Rujukan pelayanan KB.
b) Pelayanan di tingkat puskesmas.
• Konseling KB.
• Pelayanan KB, sesuai dengan kemampuan.
• Pertolongan pertama komplikasi dan kegagalan KB serta penananganan efek
samping KB.
• Rujukan pelayanan KB.
• Pembinaan pelayanan di tingkat Desa.
c) Pelayanan di tingkat rujukan KB.
• Konseling KB.
• Pelayanan semua jenis metode KB.
• Penanganan komplikasi dan kegagalan KB serta penanganan efek samping
KB.
• Penanganan kasus rujukan pelayanan KB.
• Pembinaan pelayanan di tingkat puskesmas.

19
4. Pencatatan Kelahiran Dan Kematian Ibu/ Bayi
a. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia dari tahun 1967 sampai dengan
tahun 1996 menunjukkan kecenderungan menurun. Estimasi AK yang dilakukan Biro
Pusat Statistik adalah berdasarkan perhitungan dari data hasil sensus/survei (tentang
rata-rata yang dilahirkan hidup menurut ibu).
Pada kurun waktu tahun 1967-1976 (9 tahun), penurunan AKB ratarata per
tahun adalah 3,2%, yaitu 145 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1967, menjadi 109
per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1976. Untuk periode 1986-1992, penurunan
AKB rata-rata per tahun adalah 4,1% yaitu 71 per 1000 kelahiran hidup pada tahun
1986 menjadi 60 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1992. Dari hasil proyeksi,
terlihat bahwa AKB pada tahun 1992 sebesar 60 per 1000 kelahiran hidup yang
cenderung menurun menjadi 54 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1996.
Berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa angka kematian pada bayi laki-laki
tampaknya lebih besar dibandingkan bayi perempuan.
Pola penyakit penyebab kematian bayi dari SKRT tahun 1986 berbeda dengan
hasil SKRT tahun 1992. Perbedaan proporsi antara tahun 1986 dan 1992 ini mungkin
disebabkan oleh cakupan sampel SKR.T 1986 yang hanya mencakup 7 provinsi,
sedangkan pada tahun 1992 mencakup 37 provinsi. Proporsi penyakit penyebab
kematian pada bayi hasil SKRT ,ahun 1986 yang tertinggi adalah penyakit tetanus
neonatorum (19,3%), sedangkan hasil SKRT 1992 adalah penyait ISPA (36%). Jika
dibanding~an hasil SKRT 1992 dengan hasil SKRT 1995, penyakit sistem pernapasan
menduduki urutan pertama, sedangkan gangguan pranatal naik dari .irutan kelima
pada SKRT 1992 dan menjadi urutan kedua pada SKRT :995. Jika dibandingkan pola
penyakit penyebab kematian bayi antara lawa-Bali dan luar Jawa-Bali, terlihat urutan
tertinggi di Jawa-Bali cisebabkan gangguan pranatal (33,5%), sedangkan di luar Jawa-
Bali cisebabkan penyakit sistem pernapasan.
b. Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka kematian balita (0--4 tahun) adalah jumlah kematian anak usia C-4 tahun per
1000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan tingkat perm asalahan kesehatan
anak dan faktor lain yang berpengaruh terhadap keseatan anak balita, seperti gizi,
sanitasi, penyakit menular, dan kecelakaan.
Estimasi angka kematian balita di Indonesia yang dihitung dari data iro Pusat
Statistik, mengalami penurunan yang cukup berarti, yaitu an 111 per 1000 kelahiran
20
hidup pada tahun 1986 menjadi 81 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1993. Angka
kematian balita tertinggi d Provinsi Nusa Tenggara Barat (162 per 1000 kelahiran
hidup), sedangkar Provinsi DKI Jakarta (4 per 1000 kelahiran hidup.

Hasil SKRT 1995 menunjukkan 5 penyakit penyebab kematian. anak balita, yaitu
sistem pernapasan (30,8%), gangguan pranatal (21,6%), diare (15,3%), infeksi dan
parasit lain (6,3%), dan saraf (tetanus) (5,5%).

c. Angka Kematian Ibu (AKI)


Angka kematian ibu berguna untuk menggambarkan tingkat kesa daran perilaku hidup
sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatar lingkungan, dan tingkat
pelayanan kesehatan (terutama untuk ibu hamil ibu waktu melahirkan, dan masa
nifas). Angka kematian ibu sampai saal ini baru diperoleh dari survei terbatas seperti
penelitian dan pencatatar pada 12 rumah sakit pendidikan (1977-1980) diperoleh AKI
370 per 100.00( kelahiran hidup. Penelitian oleh Universitas Padjadjaran di Ujung
Berun€ (1978-1980) AKI 170, dan di Kabupaten Sukabumi tahun 1982 sebesar 450
dan hasil SKRT 1980 adalah 150 per 100.000 kelahiran hidup. Hasil in relatif rendah
karena survei tidak mencakup semua provinsi. Menurut hasi: SKRT tahun 1992,
angka kematian ibu sebesar 425 per 100.000 kelahirar hidup. Hasil survei demografi
Kesehatan Indonesia tahun 1994 menunjuk kan angka 390 per 100.000 kelahiran
hidup, sedangkan pada hasil SKRZ 1995, angka kematian ibu sebesar 373 per
100.000 kelahiran hidup.
d. Angka Kematian Kasar (AKK)
Dari hasil sensus tahun 1971 dan 1980, SUPAS tahun 1967 dan 1985 terlihat bahwa
angka kematian kasar cenderung menurun dan menurut hasil perkiraan BPS angka
kematian kasar (AKK) pada kurun waktL 1985-1990 akan menjadi 7,9 per 1000
penduduk dan selanjutnya pade kurun waktu 1990-1995 menjadi sebesar 7,5 per 1000
penduduk. Penyakit penyebab kematian per 100 kematian hasil SKRT 1986 se. bagai
urutan pertama adalah penyakit diare sebesar 12 per 1000 kema. tian, sedangkan dari
hasil SKRT 1992 dan SKRT 1995 adalah penyakit sistem sirkulasi, yaitu sebesar 16
per 100 kematian tahun 1992 menjad 18,9 per 100 kematian tahun 1995. Sementara
itu, dari hasil SKRT 1991: untuk daerah Jawa-Bali menunjukkan bahwa penyakit
kematian utama adalah sistem sirkulasi (24,2 per 100 kematian). Penyakit sistem
sirkulasi ini mencakup hipertensi, penyakit jantung iskemia, penyakit paru yang
21
berkaitan dengan jantung, komplikasi penyakit jantung yang kausanya tidak jelas, dan
penyakit serebrovaskular. Untuk daerah luar Jawa-Bali, menunjukkan bahwa penyakit
penyebab kematian utama adalah sistem pernapasan (16,0 per 100 kematian) yang
diikuti penyakit sistem sirkulasi (14,3 per kematian) dan tuberkulosis (10,9%).
Untuk tahun 1995, pola penyakit penyebab kematian bukan penyebab langsung secara
nasional, berbeda dengan pola penyakit penyebab kematian pada rumah sakit umum
kelas A, B, C maupun D. Secara nasional dan menurut rumah sakit umum kelas B,
penyakit serebrovaskular merupakan penyebab utama kematian. Pada rumah sakit
umum kelas A, penyakit karena cedera dan keracunan merupakan penyebab utama,
sedangkan pada rumah sakit umum kelas C dan D, penyebabnya adalah penyakit
saluran napas bawah.
Jika dilihat pola penyakit pada tahun 1995, penyakit utama yang terbanyak secara
nasional bukan merupakan penyebab utama yang mendasari kematian. Untuk kasus
penyakit terbanyak secara nasional, yaitu penyakit infeksi usus, penyakit karena
cedera, dan keracunan di rumah sakit umum kelas A, komplikasi obstetri dan abortus
di rumah sakit umum kelas B, sedangkan di rumah sakit umum kelas C dan D sama
dengan tingkat nasional, yaitu penyakit infeksi usus.

5. Progam Kesehatan lainnya


a. Kesehatan
Promosi kesehatan adalah proses memberdayakan  masyarakat untuk memelihara,
meningkatkan, dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran,
kemauan, dan kemampuaserta pengembangan lingkungan sehat. Sasaran promosi
kesehatan adalah individu, keluarga, masyarakat, dan petugas pelaksana program.
b. Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin)
Tabulin merupakan institusi masyarakat dengan anggota para ibu hamil atau PUS
(Pasangan Usia Subur) yang belum hamil, dengan bentuk kegiatan yang berupa
pengumpulan dana di lingkungan anggotanya, ma syarakat, atau subsidi dari
pemerintah.
c. Donor darah berjalan
Donor darah berjalan merupakan pendonoran darah secara bertahaa. beberapa kali,
atau secara berangsur-angsur selama 3 bulan sekali agar mendonorkan darahnya ke
PMI. Tujuan utama diadakannya donor darah adalah untuk membantu PMI dalam
22
ketersediaan stok darah di PMI yang berkurang sejak terjangkitnya penyakit demam
berdarah.
d. Ambulans Desa
Ambulans desa merupakan sistem yang dikembangkan oleh pemerintah, swasta, dan
masyarakat untuk mengangkut ibu bersalin yang perlu dirujuk ke rumah sakit atau
puskesmas.
e. Suami Siaga
program ini suami diharapkan:
Siap:
Secara mental. Ketika ibu menghadapi persalinan, siapkan mentalnya untuk
memberikan dukungan atau semangat kepada istri.
Secara fisik, suami mempersiapkan dirinya untuk menjaga dan melindungi istrinya.
Secara materil, suami mempersiapkan dana untuk persalinan istrinya

23
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan
maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-
tempat pemberian pelayanan kesehatan (WHO, 1995)
Para kader kesehatan yang bekerja di pedesaan membutuhkan pembinaan/pelatihan
dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka dan masalah yang dihadapinya.
Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader adalah:
1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga)
2. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.
3. Penyuluhan gzi dan keluarga berencana
4. Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu
5. Promosi tabulin, donor darah berjalan, ambulan desa, suami siaga, satgas gerakan
sayang ibu.
Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan
berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka menolong
mereka sendiri, mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang dirasakan
masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan
dengan kesehatan agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka
meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.

24
DAFTAR PUSTAKA

arwati, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas). Jakarta: Trans


Info Media.

Meilani, Niken, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Fitramaya.

Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan. 2006. Perspektif Gender dan HAM


dalam Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Yayasan pendidikan kesehatan
Perempuan.

Runjati. 2010. Asuhan kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

Yulifah, Rita dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika

25

Anda mungkin juga menyukai