OLEH:
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Tuhan yang Maha Esa
karena atas rahmatnya. Penulis masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS”. Makalah ini
dibuat untuk membantu mempermudah pemahaman dalam mendalami mata kuliah
Asuhan komunitas. Makalah ini tersusun dengan dukungan dan bantuan beberapa
pihak yang terkait . Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tidak
terhingga pada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah yang tidak
dapat penulis sebutkan namanya satu per satu. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna ,maka penulis menerima kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan makalah ini di masa mendatang. Sekian dan Terima Kasih
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ………………………………………………………………………1
B. Rumusan masalah …………………………………………………………………...2
C. Tujuan penulisan …………………………………………………………………….2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kebidanan Komunitas…………………………………………………….3
B. riwayat kebidanan komunitas di Indonesia…………………………………………...5
C. sasaran bidan di komunitas……………………………………………………………7
D. Tujuan dan Jaringan kerja bidan di komunitas……………………………………….8
E. masalah-masalah kebidanan komunitas……………………………………………...12
F. strategi pelayanan kebidanan komunitas……………………………………………..22
BAB lll PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………..26
B. Saran………………………………………………………………………………….27
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para ahli mendefinisikan komunitas atau masyarakat dari sudut pandang yang
berbeda. WHO mendefinisikan komunitas sebagai kelompok social yang ditentukan
oleh batas – batas wilayah, nilai – nilai keyakinan dan minat yang sama, serta adanya
saling mengenal dan berinteraksi Antara anggota masyarakat yang satu dengan yang
lainnya.
Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan dalam melayani
keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah bidan yang
melayani keluarga dan masyarakat di luar rumah sakit. Di dalam konsep tersebut
tercakup berbagai unsur. Unsur – unsur tersebut adalah bidan sebagai pelaksana
pelayanan, pelayanan kebidanan, dan komunitas sebagai sarana pelayanan, ilmu dan
teknologi kebidanan, serta factor yang mempengaruhi seperti lingkungan, masing-
masing usnur memiliki karekteristik.
Pendekatan baru mengenai kualitas pelayanan menuntut pergeseran titik tekan
pelayanan kesehatan terutama kebidanan dari yang berorientasi target peencapaian
menjadi berorientasi penjagaan mutu pelayanan. Pendekatan semacam ini
mengharuskan pihak pengelola program untuk mengoordinasi semua kegiatan yang
berbasis klinik seperti rumah sakit, puskesmas, klinik, swasta atau yanh berbasis pada
masyarakat seperti posyanddu, polindes, bidan di desa, petugas penyalur kontrasepsi
(CBD), dan lainnya.
Praktik bidan adalah suatu perwujudan dari kewenangan bidan dalam
melakukan tugasnya melayani pasien. Pratik bidan adalah salah satu kegiatan
kebidanan komunitas, kegiatan praktik kerja dikelola oleh bidan sendiri sesuai dengan
kewenangannya. Dala kegiatan praktik ini, bidan dapat dibantu oleh tenaga kesehatan
atau tenaga lainnya yang kuallifikasi pendidikannay lebih rendah.
Bidan yang bekerja di desa mempunyai wilayah kerja atau wilayah pelayanan.
Masyarakat yang berada di dekat tempat aktivitas bidan merupakan sasaran utama
pelayanan kebidanan komunitas mendorong bidan bekerja aktif, tidak menunggu
pasien dating ketempat kerjanya. Bidan harus aktif memberi pelayanan terhadap ibu
dan anak balita baik di dalam maupun di luar unit kerjanya. Untuk itu bidan harus
1
mengetahui perkembangan kesehatan masyarakat dari waktu ke waktu. Pemantauan
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya harus dilakukan oleh bidan komunitas.
Konsep kebidanan terdiri dari beberapa kompenen yang membentuk suatu
konsep kebidanan komunitas . unsur- unsur yang tercakup dalam keidanan komunitas
adalah bidan, pelayanan kebidanan, sasaran pelayanan, lingkungan dan pengetahuan,
serta teknologi.
Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis.
Populasi dapat kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah kepala keluarga, jumlah
laki-laki, jumlah neonates, jumlah balita) dalam area yang dapat ditentukan sendiri
oleh bidan. Analisis situasi merupakan proses sistematis untuk melihat fakta, data atau
kondisi yang ada dalam suatu lingkup wilayah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Kebidanan Komunitas ?
2. Bagaiamana riwayat kebidanan komunitas di Indonesia ?
3. Siapa saja sasaran bidan di komunitas ?
4. Apa saja Tujuan dan Jaringan kerja bidan di komunitas ?
5. Apa saja masalah-masalah kebidanan komunitas ?
6. Bagaimana strategi pelayanan kebidanan komunitas ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu Kebidanan Komunitas
2. Untuk mengetahui Bagaiamana riwayat kebidanan komunitas di Indonesia
3. Untuk mengetahui Siapa saja sasaran bidan di komunitas
4. Untuk mengetahui Tujuan dan Jaringan kerja bidan di komunitas
5. Untuk mengetahui masalah-masalah kebidanan komunitas
6. Untuk mengetahui strategi pelayanan kebidanan komunitas
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas, baik yang mendukung
maupun mengahambat sehingga hal ini perlu diantisipasi.
5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan.
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang.
1. Prenvensi primer. Prevensi primer adalah pencegahan dalam arti yang sebenarnya,
ketika teridentifikasi factor risiko di masyarakat. Pencegahan primer mencakup
peningktan kesehatan pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit,
health promotion, health education, specific protection dan environmental
4
protection. Contoh kegiatan di bidang prevensi primer, seperti imunisasi,
penyuluhan tentang gizi, dan penyuluhan untuk mencegah keracunan.
2. Prevensi sekunder. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosis dini dan
intervensi yang tepat untuk menghambat proses patologis sehingga
memperpendek waktu sait dan tingkat keparahan/keseriusan penyakit, contoh:
mengkaji keterbelakangan tumbuh kembang seorang anak/belita atau memotivasi
keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan berkala termasuk pemeriksaan
gigi dan mata secara berkala.
3. Prevensi sekunder. Pencegahan tersier dilakukan pada kasus kecacatan atau
ketidakmampuan atau tidak dapat diperbaiki. Rehabilitasi sebagai tujuan
pencegahan primer lebih dari upaya menghambat proses penyakitnya sendiri, yaitu
mengembalikan individu pada tingkat berfungsi yang optimal dari
ketidakmampuannya. Contoh: bidan mengajarkan kepada keluarga untuk
melakukan perawatan anak dengan kolostomi di rumah atau membantu keluarga
yang mempunyai anak dengan kelumpuhan anggota gerak untuk latihan secara
teratur di rumah.
5
Tingginya AKI di Indonesia ini dipengaruhi pula oleh belum memadainya
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan rendahnya cakupan penanganan kasus
obstetric. Ada korelasi yang jelas Antara cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan dan AKI. Semakin tinggi cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan maka akan semakin rendah AKI suatu Negara. Salah satu analisis yang
melatarbelakangi keadaan tersebut adalah tidak adanya atau kurangnya tenaga
kesehatan yanga da di dekat masyarakat terutama daerah pedesaan. Salah satu upaya
penting yang ditempuh dalam mempecepat penurunan AKI dan AKB adalah dengan
mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berarti menempatkan tenaga
kesehatan di tengah-tengah masyarakat
Pada tahun 1989 pemerintah membuat kebijakan melaksanakan “cash
program” secara nasional yang memperbolehkan lulusan sekolah pendidikan
kepeawatan (SPK) untuk langsung masuk ke Progran Pendidikan Bidan yang dikena
dengan Program bidan A (PBB A). lama pendidikan na 1 tahun dan lulusannya
langsung ditempatkan di desa-desa yang kemudian disebut sebagai bidan desa (BDD),
Namun selama bekerja didesa, tugas pokok BDD tidak hanya melaksanakan
pelayanan kebidanan, tetapi juga harus dapat melayani pengobatan umum.
Masyarakat menganggap BDD tidak hanya sebagai tenaga kesehatan yang menolong
persalinan tetapi juga sebagai tenaga promotif, preventif, dan kuratif yang sangat
diandalkan oleh masyarakat desa. Bidan di desa dianggap sebagai ujung tombak
peningkatan status kesehatan ibu dan anak di desa/masyarakat yang mempunyai peran
penting dalam pembangunan investasi dini, yaitu penanganan kesehatan ibu hamil dan
laktasi sebagai modal dasar pembangunan sumber daya manusia (SDM). Pada
awalnya BDD diangkat sebagai PNS, namun kemudian dalam perjalanannya BDD di
berikan status kontrak atau PTT sesuai dengan kemampuan daerah setempat.
Puskesmas memberi pelayanan didalam dan diluar gedung dalam wilayah
kerja. Bidan di puskesmas memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA)
termasuk keluarga berencana (KB). Diluar gedung pelayanan kesehatan kkeluarga dan
posyandu yang mencakup pemeriksaan kehamilan. KB, imunisasi, gizi dan kesehatan
lingkungan. Instruksi presiden secara llisan pada siding cabinet tahun 1992 tentang
perlunya mendidik bidan untuk ditempatkan diseluruh desa sebagai pelaksana KIA.
Tahun 1994 merupakn ttik tolak dan koferensi kependudukan dunia di kairo yang
menekankan pada reproduksi health memperluas garapan bidan Antara lain safe
6
motherhood, keluarga berencana, kesehatan reroduksi remaja, Penyakit Menular
Seksual (PMS) dan kesehatan reproduksi orang tua.
1. Mengorganisir masyarakat.
Dengan cara melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat, kunjungan atau
tatap muka untuk menjelaskan maksud dan tujuan dilakukan kegiatan asuhan
komunitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2. Mengajar masyarakat seperti perilaku hidup sehat.
Sebagai bidan yang berperan sebagi pendidik, seyogyanya menerapkan tindakan
preventif dan promotif, salah satunya adalah bagaimana menginformasikan
perilaku hidup sehat pada individu maupun kelompok. Sebagai contoh adalah
memberikan penyuluhan tentang pentingnya cuci tangan sebelum makan.
3. Membentuk jaringan kerja.
Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas antara lain Puskesmas, Polindes,
Posyandu, BPM, dasawisma, kunjungan rumah pasien (Syahlan, 1996). Di
masyarakat banyak tenaga kesehatan maupun non kesehatan, seperti PKK,
kelompok ibu-ibu pengajian, dukun beranak, kader kesehatan, perawat, PLKB,
dokter, pekerja sosial, dll. Untuk itu bekerjasama dalam tim menjadi sangat
penting. Dengan demikian bidan sebagai pimpinan tim diharapkan mampu sebagai
pengelola dan sekaligus pelaksana kegiatan kebidanan di komunitas, sehimgga
diperlukan kerjasama lintas program dan lintas sektor. Tujuannya adalah
7
meningkatkan koordinasi dan komunikasi serta meningkatkan kemampuan
bersama dalam menanggulangi masalah kesehatan dan memaksimalkan manfaat
semua pihak. Jaringan kerjasama yang dilaksanakan di dalam satu instansi
misalnya imunisasi, pemberian tablet FE, vitamin A, Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) dan sebagainya. Sedangkan kerjasama lintas sektor (yang
melibatkan intitusi luar) misalnya melalui BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah),
PAUD dan sebagainya.
4. Memberdayakan pihak lain.
Pemberdayaan pihak lain adalah pemanfaatan fasilitas dan potensi yang ada di
masyarakat untuk diberdayakan, seperti potensi sumber daya alam, potensi desa,
dan sumber daya manusia atau kader kesehatan. Contohnya adalah bila di suatu
desa ditemukan lahan industri maka pabrik atau instansi terkait terlibat untuk
memberikan fasilitas kesehatan yang sifatnya umum yaitu didirikan tempat Mandi
Cuci Kakus (MCK) bagi warga yang tidak memiliki sumber air bersih dan
pembuangan hajat di rumahnya. 14 Asuhan Kebidanan Komunitas
5. Membicarakan masalah secara terbuka.
Melakukan dialog terbuka atau pertemuan secara formal kepada tokoh masyarakat
untuk menyampikan hasil pendataan tentang status kesehatan berdasarkan data
primer atau data seukunder. Hal ini bertujuan agar masyarakat dan tokoh terkait
mau tahu dan mampu mengatasi masalahnya sendiri secara swadaya dan gotong
royong. Contohnya adalah hasil pendataan tentang masih banyaknya remaja yang
putus sekolah pada usia sekolah.
1) Tujuan Umum
Asuhan kebidanan di komunitas harus mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat khususnya kesehatan perempuan di wilayah kerja bidan.
2) Tujuan Khusus
- Meningkatkan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan tanggung jawab
bidan.
- Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalnan, perawatan nifas
dam perinatal secara terpadu.
- Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko kehamilan,
persalinan, nifas dan perinatal.
8
- Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu dan anak.
- Membangun jejaring kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat
setempat atau terkait.
Prinsip pelayanan atau asuhan kebidanan komunitas.
1. Kebidanan komunitas sifatnya multidisiplin meliputi ilmu kesehatan
masyarkat, social, psikolgi, ilmu kebidanan, dan ilmu lainnya yang
mendukung peran bidan di komunitas.
2. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan
martabat kemanusiaan klien.
3. Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis.
Populasi bias berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah Kepala
keluarga, jumlah laki-laki, jumlah nonatus, jumlah perempuan usia subur
dalam1 RT atau 1 kelurahan kawasan perumahan/perkantoran.
4. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup sebagai target sasaran pelayanan,
namun perubahan pola pikir dan terjalinnya kemitraan seperti: PKK,
kelompok ibu-ibu pengajian dan kader kesehatan.
5. System pelaporan kebidanan komunitas, berbeda dengan kebidanan di klinik.
System pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah kerja
yang menjadi tanggung jawabnya.
B. Bekerja di Komunitas dan Jaringan Kerja Kebidanan Komunitas
Bidan yang bekrja di komunitas membutuhkan suatu kemitraan yang berguna
untuk pengambilan keputusan secara kolaboratif dalam rangka meningkatkan
kesehatan dan memecahkan masalah-masalah kesehatan ibu dan anak. Kemitraan
dibentuk dengan klien, keluarga, dan masyarakat. Keterlibatan komponen tersebut
sangat penting demi keberhasilan upaya-upaya kesehatan yang dilakukan
kebidanan.
Program kemitraan komunitas mencakup konsep pemberdayaan dan
pengembangan komunitas. Kemitraan adalah proses kompleks sebagai upaya
untuk mengarahkan para akademisi, pemuka masyarakat, dan pemberi pelayanan
kesehatan untuk bersama-sama mencapai perubahan. Unsur yang penting dalam
menjalin jaringan di komunitass adalah sensitivitas terhhadap aspek kultural, yang
berarti bahwa pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan presepsi masyarakat.
9
Ada 10 pelayanan kesehatan komunitas yang sangat penting dan dapat digunakan
untuk menjamin praktik kebidanan komunitas yang komperhensif.
1. Memantau status kesehatan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan melalui
pengkajian komunitas dengan menggunakan data statistk vital atau profil risiko.
2. Mendiagnosis dan menyelidiki masalah kesehatan komunitas dan hal-hal yang
dapat membahayakan kesehatan komunitas, contohnya pengawasan melekat di
komunitas.
3. Menginformasikan, mendidik, dan memberdayakan masyarakat mengenai issue.
4. Memobilisasi kemitraan komunitas dan tindakan untuk mengidentifikasi dan
memecahkan masalah kesehatan contoh, mendiskusikan dan memfasilitasi
kelompok komunitas untu promosi kesehatan.
5. Menyusun rencana dan kebijakan yang mendukung masalah kesehatan kounitas
individu.
6. Mendorong kepatuhan masyarakat terhadap undang-undang dan peraturan yang
melindungi dan menjamin keamanan.
7. Menghubungkan masyarakat kepada fasilitas pelayanan kesehatan personal yang
dibutuhkan dan memastikan penyediaan layanan kesehatan tersebut.
8. Memastikan kompetensi petugas pemberi layanan kesehatan masyarakat atau
individu.
9. Mengevaluasi efektivitas, keterjangkauan, dan kualitas layanan kesehatan
individu dan masyarakat.
10. Melakukan riset atau penelitian untuk mendapatkan wawasan baru dan solusi
terhadap masalah kesehatan masyarakat.
10
6. Memiliki kemampuan komunikasi yang bagus (komunikatif).
7. Memiliki kemampuan berorganisassi.
8. Memiliki kemampuan bekerjasama dengan orang lain.
1. Pencegahan penyakit
2. Skrinining atau deteksi dini untuk di rujuk.
3. Asuhan kegawatdaruratan ibu dan neonatal.
4. Pertolongan pertama pada penyakit akut untuk kemudian dirujuk.
5. Pengobatan ringan.
6. Asuhan pada kondisi kronik.
7. Memberikan pendidikan kesehatan.
8. Mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
11
1. Memberikan asuhan langsung kepada individu keluarga dan kelompok khusus.
2. Penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
3. Konsultasi dan pemecahan masalah.
4. Penemuan kasus
5. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan.
6. Melaksanakan asuhhan kesehatan komunitas melalui pengenalan masalah,
kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian
kegiatan.
7. Mengadakan koordinasi.
8. Mengadakan kerjasama lintas program dan sektoral.
12
2. Pelaksanaan P4K yang berkualitas
3. Membangun kemitraan bidan dan dukun
4. Implentasi pertolongan persalinan empat tangan di fasilitas kesehatan
5. Implentasi penempatan bidan di desa dan berdomisili di desa
6. Peningkatan fungsi PONED
7. Optimalisasi desa siaga
d. Peran bidan
1) Melakukan pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi serta
mengidentifikasi penyebab kematian ibu dan bayi dengan
melibatkan peran serta masyarakat
2) Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa
siaga yang meliputi pengaturan transportasi setempat yang siap
melakukan rujukan kedaruratan, mengadakan pengaturan biaya
bagi masyarakat yang tidak mampu atau dapat mengadakan
tabungan ibu bersalin pada ibu hamil sebagai persiapan untuk
biaya persalinannya nanti, melakukan pengorganisasian donor
darah berjalan serta mencari calon pendonor bagi ibu bersalin
nanti sebagai antisipasi jika dalam persalinan ibu terjadi
perdarahan sehingga tidak sampai terjadi kematian ibu.
3) Melakukan pelaksanaan pertemuan rutin GSI (gerakan sayang
ibu) dalam promosi “suami, bidan dan desa SIAGA”
2) Kehamilan Remaja
a. Pengertian
Di Indonesia rata-rata kehamilan remaja terjadi pada usia 14-19 tahun.
Hal ini didapatkan dari hasil survey knowledge, attitude, practice. Kehamilan
remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia 14-19 tahun baik
melalui proses pranikah atau nikah. Hal masa depanpun menjadi masalah
misalnya malu terhadap teman,lingkungan dan juga merasa remaja sudah
musnah. Selain itu ketidak stabilan emosi dan ekonomi juga sangat
mempengaruhi apalagi jika hal ini terjadi pada keluarga yang kurang mampu.
Maka akan terjadi penolakan terhadap anak yang nanti akan dilahirkan.
b. Hal yang mengakibatkan terjadinya kehamilan remaja antara lain :
1. Kurangnya peran orang tua dalam keluarga
Perhatian dan peran orang tua amat berpengaruh besar terhadap
perkembangan mental dan kejiwaan si anak. Anak yang tidak
merasakan ketentraman didalam keluarganya akan cenderung
mencari ketentraman di luar dengan berbagai cara, ada kalanya
mereka melakukan hal-hal yang banyak diantaranya yang cenderung
melakukan hal-hal negatif sebagai bentuk kekesalan mereka
terhadap orang tua.
2. Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan
mental yang kuat
Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah
untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai seks dan apabila
hal ini tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat maka
dapat membuat para remaja terjerumus ke arah pergaulan yang salah
dan sehingga terciptalah perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai
dengan norma dan agama yang berlaku
3. Kurangnya Pendidikan Seks dari Orang Tua dan Keluarga terhadap
Remaja
13
Berdasarkan penelitian yang didapat sejak September 2007 yang
dilakukan di 4 kota di Indonesia. Dengan mengambil 450 responden
dan dengan kisaran usia antara 15 – 24 tahun, kategori masyarakat
umum dan dengan kelas sosial menengah ke atas dan ke bawah.
Didapakan informasi bahwa sekitar 65% informasi tentang seks
didapat dari kawan 35% dari film porno. Dan hanya 5% yang
mendapatkan informasi tentang seks dari orang tua
c. Masalah yang timbul akibat kehamilan remaja
14
masyarakat sudah dapat menerima kehamilan sebagai hasil
hidup bersama
4. Dampak Kebidanan Kehamilan Remaja
1) Keguguran
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja.
misalnya : karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga
keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional
sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius
seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi
yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
2) Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan
kelainan bawaan
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat
reproduksi terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses
kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi
gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak
20 tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu
tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah,
pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu
kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena
keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal,
seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau
dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.
3) Mudah terjadi infeksi
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress
memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
4) Anemia kehamilan / kekurangan zat besi
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan
kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia
muda.karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami
anemia. tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah
merah janin dan plasenta.lama kelamaan seorang yang
kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.
5) Keracunan Kehamilan
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan
anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam
bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan
eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat
menyebabkan kematian
6) Kematian ibu yang tinggi
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena
perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena
gugur kandung juga cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan
oleh tenaga non profesional (dukun).
d. Pencegahan Kehamilan Remaja
1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
2. Kegiatan positif
3. Hindari perbuatan yang memberi dorongan negatif misalnya perilaku
sex.
15
4. Jangan terjebak pada rayuan gombal
5. Hindari pergi dengan orang yang tidak terkenal
6. Mendekatkan diri pada Tuhan
7. Penyuluhan meliputi Kesehatan Reproduksi Remaja,Keluarga
Berencana (alat kontrasepsi, kegagalan dan solusinya), kegiatan
rohani dengan tokoh agama.
8. Bagi pasangan menikah sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi
yang tingkat kegagalannya rendah, misalnya steril, AKBK, AKDR,
dan suntik.
3) UNSAFE ABORTION
Aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian kehamilan yang
dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan menggunakan sarana yang
tidak memadai, sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian.
(Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI).
Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana
pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur
standar yang aman sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa
pasien. (Behrman Kliegman, 2000:167).
Unsafe abortion adalah prosedur penghentian kehamilan oleh tenaga
kurang terampil (tenaga medis/non medis), alat tidak memadai, lingkungan tidak
memenuhi syarat kesehatan (WHO, 1998).
Dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa
dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan
atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Sedangkan pada ayat 2
tidak disebutkan bentuk dari tindakan medis tertentu itu, hanya disebutkan syarat
untuk melakukan tindakan medis tertentu.
Berdasarkan UU Kesehatan RI No. 36 Thn 2009, Pasal 75 bahwa setiap
orang dilarang melakukan aborsi dapat dikecualikan berdasarkan indikasi
kedaruratan media yang dideteksi sejak usia dini kehamilan dan aturan ini
diperkuat dengan Pasal 77 yang berisi pemerintah wajib melindungi dan
mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
mengenai tindakan aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung
jawab sera bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dengan demikian pengertian aborsi yang didefinisikan sebagai tindakan
tertentu untuk menyelamatkan ibu dan atau bayinya (pasal 15 UU Kesehatan)
adalah pengertian yang sangat rancu dan membingungkan masyarakat dan
kalangan medis.
16
1. Penyebab
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan
kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi
medis, seperti :
a. Alasan kesehatan, dimana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
b. Alasan psikososial, dimana ibu tidak sendiri tidak punya anak lagi.
c. Kehamilan di luar nikah.
d. Masalah ekonomi, menambah anak akan menambah beban ekonomi.
e. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan.
f. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.
g. Kegagalan pemakaian alat kontrasepsi.
2. Ciri – Ciri
a. Dilakukan oleh tenaga medis atau non medis
b. Kurangnya pengetahuan baik pelaku ataupun tenaga pelaksana
c. Kurangnya fasilitas dan sarana
d. Status illegal
3. Dampak
a. Dampak sosial
Biaya lebih banyak, dilakukan secara sembunyi - sembunyi.
b. Dampak kesehatan
Bahaya bagi ibu bisa terjadi perdarahan dan infeksi.
c. Dampak psikologis
Trauma
4. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi akibat tindakan-tindakan yang tidak
aman terhadap kehamilan yang tidak diinginkan misalnya dengan melakukan
abortus provokatus oleh dukun, dengan meminum jamu-jamuan, ramuan.
Pengakhiran kehamilan yang tidak aman menurut WHO yaitu
pengakhiran kehamilan yang tidak dikehendaki dengan cara yang mempunyai
resiko tinggi terhadap keselamatan jiwa perempuan tersebut sebab dilakukan
oleh individu yang tidak mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang
sangat diperlukan, serta memakai peralatan yang tidak memenuhi persyaratan
minimal bagi suatu tindakan medis tersebut.
Akibat dari tindakan yang tidak aman tersebut akan memberikan resiko
infeksi, perdarahan, sisa hasil konsepsi yang tertinggal di dalam rahim dan
perforasi yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian apabila tidak
mendapatkan pertolongan yang segera
Tingginya AKI mengindikasikan masih rendahnya tingkat
kesejahteraan penduduk dan secara tidak langsung mencerminkan kegagalan
pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi resiko kematian ibu.
Peningkatan kualitas perempuan merupakan salah satu syarat pembangunan
sumber daya manusia.
Strategi untuk menurunkan risiko kematian karena aborsi tidak aman
adalah dengan menurunkan ‘demand’ perempuan terhadap aborsi tidak aman.
17
Ini dapat dimungkinkan bila pemerintah mampu menyediakan fasilitas
keluarga berencana yang berkualitas dilengkapi dengan konseling.
Konseling keluarga berencana dimaksudkan untuk membimbing klien
melalui komunikasi dan pemberian informasi yang obyektif untuk membuat
keputusan tentang penggunaan salah satu metode kontrasepsi yang
memadukan aspek kesehatan dan keinginan klien, tanpa menghakimi. Bagi
remaja yang belum menikah, perlu dibekali dengan pendidikan seks sedini
mungkin sejak mereka mulai bertanya mengenai seks. Namun, perlu disadari
bahwa risiko terjadinya kehamilan selalu ada, sekalipun pasangan
menggunakan kontrasepsi. Bila akses terhadap pelayanan aborsi yang aman
tetap tidak tersedia, maka akan selalu ada ‘demand’ perempuan terhadap
aborsi tidak aman.
5. Hukum
Menurut KUHP orang yang dapat dihukum adalah orang yang
menggugurkan kandungan seorang wanita, juga wanita yang digugurkan
kandungannya. Sedangkan dalam praktek yang tidak dihukum adalah dokter
yang melakukan aborsi dengan indikasi medis, yaitu dengan tujuan untuk
menyelamatkan jiwa atau menjaga kesehatan wanita yang bersangkutan.
Persoalannya, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) kita
yang merupakan peninggalan masa kolonialisasi Belanda melarang keras
dilakukannya aborsi dengan alasan apapun sebagaimana diatur dalam pasal
283, 299 serta pasal 346 – 349. Bahkan pasal 299 intinya mengancam
hukuman pidana penjara maksimal empat tahun kepada siapa saja yang
memberi harapan kepada seorang perempuan bahwa kandungannya dapat
digugurkan.
6. Peran Bidan
a. Sex education
b. Bekerja sama dengan tokoh agama dalam pendidikan keagamaan
c. Peningkatan sumber daya manusia
d. Penyuluhan tentang abortus dan bahayanya
7. Kriteria Aborsi yang Aman
1. Dilakukan oleh pekerja kesehatan yang benar-benar terlatih dan
berpengalaman melakukan aborsi
2. Pelaksanaannya mempergunakan alat-alat kedokteran yang layak.
3. Dilakukan dalam kondisi bersih, apapun yang masuk dalam vagina atau
rahim harus steril atau tidak tercemar kuman dan bakteri.
4. Dilakukan kurang dari 3 bulan (12 minggu) sesudah pasien terakhir kali
mendapat haid.
4) BBLR
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat
adalah angka kematian bayi (AKB). AKB merupakan indikator yang lazim
digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tataran
provinsi maupun nasional. Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir
(neonatus) yang terbanyak di Indonesia diantaranya BBLR 29%, asfiksia 27%,
18
tetanus neonatorum 10%, masalah pemberian makanan 10%, gangguan
hematologik 6%, infeksi 5%, dan lain-lain 13%
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut WHO (2007)
diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan
lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah.
Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara
berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi
dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Data dari WHO (2009) menyebutkan
bahwa angka kejadian BBLR di Indonesia adalah 10,5%.
a. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain
karena ibu hamil anemia, kurang suplay gizi waktu dalam kandungan,
ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah
perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah
sekali mengalami hipotermi yang biasanya akan menjadi penyebab
kematian. (Depkes RI, 2006).
BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat lahir
(yang diukur dalam 1 jam setelah lahir) kurang dari 2500 gram, tanpa
memandang usia kehamilan. (Depkes RI, 1999)
Menurut Saifudin, dkk (2000), BBLR diklasifikasikan menjadi :
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu berat lahir 1500 – 2500 gram
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu berat lahir < 1500 gram
3. Bayi baru lahir ekstrem rendah (BBLER) yaitu berat lahir < 1000 gram
4. Bayi dengan berat badan lahir rendah, akan mengalami beberapa
masalah diantaranya: Asfiksia, Gangguan nafas, Hipotermi,
Hipoglikemi, Masalah pemberian ASI, Infeksi, Ikterus dan Masalah
perdarahan
b. Ciri-ciri BBLR
1. Berat < 2.500 gram
2. Panjang badan < 45 cm
3. Lingkar dada < 30 cm
4. Lingkar kepala < 33 cm
5. Usia kehamilan < 37 minggu
6. Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tegak
7. Kulit tipis, transparan, lemak kulit kurang, otot hipotonik- lemah.
8. Pernafasan tidak teratur, dll.
c. Penyebab BBLR
Menurut Depkes (1993) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
terjadinya BBLR, yaitu:
1. Faktor Ibu
a. Gizi ibu hamil yang kurang
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat memengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus,
bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada
bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan) lahir dengan
19
berat badan rendah (BBLR). Indikator lain untuk mengetahui status
gizi ibu hamil adalah dengan mengukur LILA. LILA adalah
Lingkar Lengan Atas. LLA kurang dari 23,5 cm merupakan
indikator kuat untuk status gizi yang kurang/ buruk. Ibu berisiko
untuk melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
b. Umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia
kurang dari 20 tahun. Remaja seringkali melahirkan bayi dengan
berat lebih rendah. Hal ini terjadi karena mereka belum matur dan
mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita
dewasa. Pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman,
tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun
sehingga dapat memengaruhi janin intra uterin dan dapat
menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor
utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak meningkat
pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun.
c. Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan
pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan
pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan
baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat
berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan
risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk
karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta
dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
d. Paritas ibu
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin
sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan
saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
2. Faktor Kehamilan
a. Hamil dengan polihidramnion
Polihidramnion adalah keadaan di mana banyaknya air ketuban
melebihi 2000 cc. Polihidramnion harus dianggap sebagai
kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat membahayakan ibu
dan anak.
b. Hamil ganda
Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram
lebih ringan daripada janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi
yang baru lahir umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500
gram. Suatu faktor penting dalam hal ini ialah kecenderungan
terjadinya partus prematurus.
c. Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan
diatas 22 minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi
dilahirkan. Komplikasi utama dari perdarahan antepartum adalah
perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok yang
menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang
20
menyebabkan gangguan ke plasenta yang mengakibatkan anemia
pada janin bahkan terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan
kematian janin intrauterine. Bila janin dapat diselamatkan, dapat
terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal napas dan
komplikasi asfiksia.
d. Preeklamsi dan eklampsi
Pre-eklampsia dan Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan
pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran
mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia/Eklampsia pada ibu
akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi
memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya
perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang
masuk ke janin berkurang.
e. Ketuban pecah dini
Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya
kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang
dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan normal
selaput ketuban biasanya pecah atau dipecahkan setelah pembukaan
lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang
penting dalam obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran
prematur dan terjadinya infeksi ibu.
3. Faktor Janin
a. Cacat bawaan / kelainan congenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan
struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan
dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil
untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan
kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal
dalam minggu pertama kehidupannya.
b. Infeksi dalam Rahim
Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan
fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme
tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau
berkurang. pengaruh infeksi hepatitis menyebabkan abortus atau
persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim. Wanita
hamil dengan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap janin.
Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan
dan kematian janin.
c. Penanganan
1. Pengaturan suhu lingkungan
Terapi inkubator, dengan pengaturan suhu
BB < 2 kg : 350C
BB 2 kg – 2,5 kg : 34 oC,
suhu inkubator diturunkan 1 oC setiap minggu, sampai bayi dapat
ditempatkan pada suhu lingkungan (24 – 27 oC).
2. Makanan bayi
21
Umumnya refleks menghisap belum sempurna. Kapasitas
lambung masih kecil dan daya enzim pencernaan (lipase) masih
kurang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori
110 Kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. ASI
merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI yang
paling dahulu diberikan. ASI dapat diperas dan di minumkan
perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/hari dan
terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/hari.
Pemberian makanan dilakukan menggunakan pipet sedikit
namun sering, perhatikan kemungkinan terjadinya pneumonia
aspirasi). (Wiknjosastro H, 2007)
d. Pencegahan
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan, upayakan ANC yang
berkualitas, segera lakukan rujukan apabila ditemukan kelainan
2. Meningkatkan gizi masyarakat
3. Tingkatkan penerimaan gerakan KB
4. Penyuluhan kesehatan
5. Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat
menyebabkan kehamilan dan persalinan preterm.
e. Peran bidan
1. Melakukan KIE pada waktu pemeriksaan kehamilan tentang
asupan nutirsi selama hamil dan meninjau ulang status pekerjaan
dan membantu membuat keputusan mengenai persalinan.
Mengkaji kesiapan ibu untuk kelahiran dan persalinan serta
kesiapan keluarga untuk bayi baru lahir.
2. Meningkatkan peran serta keluarga dan masyarakat agar mau
menerima pelayanan KIA sebagai upaya untuk mencegah
kejadian BBLR dan penangananya.
3. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa
siaga yang meliputi pengaturan transportasi setempat yang siap
melakukan rujukan kedaruratan, mengadakan pengaturan biaya
bagi masyarakat yang tidak mampu.
22
memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat dengan mempertimbangkan faktor
sosial, ekonomi dan budaya setempat.
Pada saat petugas kesehatan melaksanakan pendekatan edukatif dalam peran serta
masyarakat pastilah mempunyai tujuan. Tujuan pendekatan edukatif antara lain :
A. Mengembangkan provider.
Perlu adanya kesamaan persepsi dan sikap mental positif terhadap pendekatan
yang ditempuh serta sepakat untuk mensukseskan.
Langkah-langkah pengembangan provider :
1) Pendekatan terhadap pemuka atau pejabat masyarakat.
Bertujuan untuk mendapat dukungan, sehingga dapat menentukan
kebijakan nasional atau regional. Bentuknya pertemuan perorangan, dalam
kelompok kecil, pernyataan beberapa pejabat yang berpengaruh.
2) Pendekatan terhadap pelaksana dari sektor diberbagai tingkat administrasi
sampai dengan tingkat desa. Tujuan yang akan dicapai adalah adanya
kesepahaman, memberi dukungan dan merumuskan kebijakan serta pola
pelaksanaan secara makro. Berbentuk lokakarya, seminar, raker,
musyawarah.
3) Pengumpulan data oleh sektor kecamatan/desa. Merupakan pengenalan
situasi dan masalah menurut pandangan petugas/provider. Macam data
yang dikumpulkan meliputi data umum , data khusus dan data perilaku.
B. Pengembangan Masyarakat
23
berdasarkan atas sumber – sumber yang ada di masyarakat sendiri maupun berasal
dari luar secara gotong royong.
Komunikasi yang baik dapat menunjukkan rasa hormat kepada orang lain
dan memperlihatkan pandangan dan opini mereka dihargai. Selanjutnya hal ini
dapat membuat masyarakat mau mengambil keputusan sendiri dan mengusulkan
ide-idenya.
Bebrapa hal yang perlu diperhatikan seorang bidan dalam berkomunikasi kepada
masyarakat adalah sebagai berikut :
24
i. Usaha membantu manusia mengubah sikapnya
terhadap masyarakat, membantu menumbuhkan
kemampuan orang, berkomunikasi dan
menguasai lingkungan fisiknya.
ii. Pengembangan manusia yang tujuannya adalah
untuk mengembangkan potensi dan kemampuan
manusia mengontrol lingkungannya.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan
upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan, menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai
mitra dalam perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan.
Puskesmas memberi pelayanan didalam dan diluar gedung dalam wilayah
kerja. Bidan di puskesmas memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA)
termasuk keluarga berencana (KB).
B. Saran
Kami sebagai penulis bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan maka dari itu kami mengharapkan saran dan keritiknya, agar menjadi
lebih baik lagi, dan kami harap pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca dan pengetahuan wawasan yang lebih luas mengenai ”ASUHAN
KEBIDANAN KOMUNITAS”
26
DAFTAR PUSTAKA
Elly Dwi Wahyuni, S.ST., M.Keb.2018. Bahan Ajar Kebidanan Asuhan Kebidanan
Komunitas. Jakarta
Kusmiran, Eni.2011. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika.
Mochtar, Rustam.1998. Synopsis Obstetric. Jakarta : EGC.
Syafrudin, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, 2007. Buku acuan nasional pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta
Wong, donna,L. 2004 . Pedoman klinis Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.
http:www.vifinjangkeng.blogspot/kehamilan-remaja-html.
27