Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS

KOMUNITAS SEBAGAI KLIEN

OLEH

KELOMPOK 1

ARLIN YAKOBA BULU (22140277)

EDELBERTA YUNIATI KURDIN (221502722)

KELAS : ALIH JENJANG

SEMESTER : 1

PRODI : S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA KUPANG

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan berkat dan
rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah

ini dengan sebaik baiknya. Makalah yang berjudul “KOMUNITAS SEBAGAI KLIEN”
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konsep Keperawatan Komunitas.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Irlin Falde Riti,S.Kep.,Ns.M.Kes.
Selaku dosen pengampu mata kuliah Konsep Keperawatan Komunitas yang telah
memberikan arahan dan kesempatan untuk menulis makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang “KOMUNITAS SEBAGAI KLIEN” ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DFTAR ISI..........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................1


1.2 TUJUAN PENULISAN....................................................................................1

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS...........................................1


2.2 SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS................1
2.3 PRINSIP KEPERAWATAN KOMUNITAS.....................................................7
2.4 SASARAN KEPERAWATAN KOMUNITAS..................................................9
2.5 CIRI KEPERAWATAN KOMUNITAS............................................................10
2.6 PERAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.......................................................11
2.7 KEGIATAN POKOK KEPERAWATAN KOMUNITAS.................................11
2.8 TEORI DAN MODEL KONSEPTUAL.............................................................12

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN...................................................................................................13
3.2 SARAN...............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan serta
bertambahnya penduduk dan masyarakat maka perlu adanya perawat kesehatan
komunitas yang dapat melayani masyarakat dalam hal pencegahaan, pemeliharaan,
promosi kesehatan dan pemulihan penyakit, yang bukan saja ditujukan kepada individu,
keluarga tetapi dengan masyarakat.
Tujuan pembangunan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap individu, keluarga dan komunitas agar
terwujud derajat kesehatan yang optimal, untuk itu diperlukan upaya dari masyarakat,
swasta maupun pemerintah pusat dan daerah dalam penyelenggaraan upaya kesehatan.
Penyelenggaraan upaya kesehatan harus bersifat menyeluruh, terarah, terencana,
terpadu, berkelanjutan, terjangkau berjenjang, profesional dan bermutu. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga menekankan
penguatan subsistem upaya kesehatan dilakukan dengan menciptakan keseimbangan
pelaksanaan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat
(UKM) dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif. UKP dan UKM
dilakukan dengan berbasis pada komunitas.
Keperawatan komunitas atau biasa dikenal community health nursing atau public health
nursing merupakan bagian dari keperawatan yang berfokus kepada komunitas atau
populasi. Keperawatan komunitas bertujuan untuk mempertahankan kesehatan
komunitas dan populasi sekitarnya dengan berfokus pada promosi kesehatan dan
pemeliharaan kesehatan pada individu, keluarga dan kelompok di dalam masyarakat
(Nies and McEwen, 2019).
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Keperawatan Komunitas
2. Untuk mengetahui Sejarah perkembangan keperawatan komunitas
3. Untuk mengetahui Prinsip Keperawatan Komunitas

1
4. Untuk mengetahui Sasaran, Ciri, peran, setting, pokok kegiatan
5. Untuk mengetahui Teori dan Model Konseptual dalam Keperawatan Komunitas

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keperawatan Komunitas
Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu, memiliki nilai-
nilai keyakinan dan minat yang relatif sama, serta berinteraksi satu sama lain untuk
mencapai tujuan (Mubarak dan Chayatin, 2009).
Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan praktik
kesehatan masyarakat yang di terapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan
penduduk. Nies and McEwen (2019) menjelaskan bahwa keperawatan kesehatan
komunitas/masyarakat adalah perpaduan antara praktik keperawatan dan praktik kesehatan
masyarakat. American Nurses Association (ANA) mendefinisikan keperawatan kesehatan
komunitas atau keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintetis praktik keperawatan
klinis dan kesehatan masyarakat yang bersifat komprehensif , holistis dan berlangsung
secara terus menerus, dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan populasi
dengan fokus praktik pada upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan
rehabilitatif serta ditujukan pada masyarakat secara keseluruhan baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat (Nies and McEwen,2019).
Seorang perawat komunitas harus senantiasa berupaya memnerikan layanan keperawatan
dengan mutu yang terbaik kepada semua klien tanpa terkecuali. Pendekatan jaminan mutu
layanan keperawatan merupakan salah satu perangkat yang sangat berguna bagi mereka
yang mengelola atau merencanakan layanan keperawatan. Pendekatan tersebut juga
merupakan bagian dari keterampilan yang sangat mendasar bagi setiap pemberi (provider)
layanan kesehatan yang secara langsung melayani.
2.2 Sejarah perkembangan keperawatan komunitas
Sejarah Keperawatan Komunitas Di Dunia
Spradley (1985) membagi perkembangan keperawatan komunitas (CHN) menjadi 3
periode yaitu :
a. Tahun 1860-1900
Direct Nursing, fokusnya adalah orang sakit yang dalam hal ini ekonomi rendah
(miskin). Alasan dibentuknya direct nursing ini adalah karena lebih banyaknnya
klien yang menderita penyakit yang terminal dan banyaknya orang miskin yang

3
sakit hanya dirawat di rumah saja. Orientasi direct nursing adalah keperawatan
individual.
b. Tahun 1900-1970
Public Health Nursing, fokusnya adalah masyarakat. Alasan dibentuknya public
health nursing ini adalah karena banyaknya keluarga miskin yang tidak mampu
membayar biaya pelayanan rumah sakit. Orientasi public health nursing adalah
keperawatan keluarga.
c. Tahun 1970-Sekarang
Community Health Nursing, fokusnya adalah seluruh komunitas. Alasan
dibentuknya community health nursing adalah karenan bukan hanya keluarga
miskin yang membutuhkan pelayanan kesehatan dikomunitas, tetapi seluruh
komunitas baik kaya maupun miskin. Orientasi CHN adalah keperawatan penduduk.

Sejarah Perkembangan Keperawatan komunitas di Indonesia Perkembangan kesehatan


masyarakat di Indonesia dimulai pada abad ke 16, yaitu dimulai dengan adanya upaya
pemberantasan penyakit cacat dan kolera yang sangat ditakuti oleh masyarakat. Penyakit
kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor.
Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui singapura dan mulai
berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah
belanda melakukan upaya upaya kesehatan masyarakat. Gubernur jendral deandels pada
tahun 1807 telah melakukan upaya pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya
ini dilakukan dalam rangka menurunkan tingkat kematian bayi yang tinggi. Namun, upaya
ini tidak bertahan lama akibat kangkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian
ditahun 1930, program ini dimulai lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai
penolong dan perawat persalinan. Pada tahun 1851 berdiri sekolah dokter jawa oleh
dokter bosch dan dokter bleeker kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer Indonesia.
Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada
tahun 1913, didirikan sekolah dokter kedua di Surabaya dengan nama NIAS. Pada tahun
1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

4
1. Periode Pertama (1882)

Dimulainya usaha kesehatan oleh Belanda, yaitu Millitair Geness Kundege Diest
(MDG) & Burgelyke Geness Kudige (BGD). Dengan tujuan untuk melancarkarkan
pengobatan kepada Belanda pada waktu para pekerja perkebunan terjangkit penyakit.
Keudian berkembang melayani para pekerja perkebunan tersebut. Selanjutnya
melayani masyarakat umum (saat berdiri Rockefeller Foundation).

2. Periode Kedua (Zaman Penjajahan Jepang)

Dikenal adanya dinas kesehatan masyarakat atau Dienst Van De Volks Genzonhei
(DVG). Sebagai pengganti, BGD bertugas melaksanakan usaha dibidang preventif dan
kuratif. Kedua usaha ini tidak ada hubungannya dan masing-masing berjalan sendiri.

3. Periode Ketiga

Dimulai setelah Indonesia merdeka (Bandung Plan) disusun suatu rencana kesehatan
masyarakat, bertujuan untuk menyatukan upaya kuratif dan preventif. Pelaksanaannya
diserahkan kepada inspektur kesehatan Jawa Barat, dipimpin oleh dr. H. A. Patah.
Selanjutnya menyusun pilot project usaha kesehatan masyarakat, yang kemudian
berkembang menjadi konsep Puskesmas.

Sejarah Keperawatan Komunitas di Indonesia

Sejarah keperawatan komunitas di Indonesia dibagi beberapa periode yaitu periode


sebelum 1963, periode 1963-1983, periode 1983-2013 dan periode 2013-sekarang.

1. Periode sebelum 1963

Perkembangan keperawatan komunitas di Indonesia dimulai pada abad ke 16 yaitu


dimulai dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang
sangat di takuti oleh masyarakat pada saat itu. Penyakit kolera masuk Indonesia
tahun1927, dan pada tahun 1937 terjadi wabah kolera. Selanjutnya 1948, penyakit
cacar masuk dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah
kolera tersebut pemerintah belanda melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat
dengan melatih materi cacar yakni pendidikan sekolah dasar di tambah pelatihan.
5
Gubernur jendral Deandles pada tahun 1807 telah melakukan upaya pelatihan
dalam praktek bersalin. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan angka
kematian bayi yang tinggi. Namun upaya ini tidak bertahan lama akibat
langkahnya pelatihan bidan. Baru kemudian ditahun 1930, progra ini dimulai lagi
dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan.

Selain itu perkembangan kesehatan masyarakat diIndonesia juga ditandai dengan


berdirinya pusat laboratorium dibandung tahun 1888, tahun 1938 laboratorium ini
berubah menjadi lembaga EKYMAN. Selanjutnya laboratorium laboratorium lain
juga didirikan di kota kota seperti semarang, medan, makassar, surabaya, dan
yogyakarta dalam rangka menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar
serta penyakit lainnya bahkan lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.

Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit
ini menjadi epidemis dibeberapa tempat terutama dipulau jawa. Pada tahun 1935
dilakukan program penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT
terhadap rumah rumah penduduk dan vaksinasi masal. Pada tahun 1925 Hydrich
seorang petugas kesehatan pemerintah belanda melakukan pengamatan terhadap
masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di banyumas dan purwokerto.
Dari hasil pengamatan dan analisisnya, disimpulkan bahwa tingginya angka
kematian dan kesakitan di kedua daerah tersebut dikarenakan buruknya kondisi
sanitasi lingkungan , masyarakat buang air besar disembarang tempat, dan
penggunaan air minum dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan yang
diperoleh adalah bahwa rendahnya sanitasi lingkungan dikarenakan perilaku
penduduk yang kurang baik, sehingga Hydrich memulai upaya kesehatan
masyarakat dengan mengembangkan daerah percontohan, yaitu dengan cara
melakukan promosi dengan mengenai pendidikan kesehatan. Sampai sekarang
usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di Indonesia
(Mubarak, cayatin dan santoso, 2013 dalam Mary A nies, McEwen Melanie,2017).

Memasuki zaman kemerdekaan salah satu tonggak perkembangan kesehatan


masyarakat diIndonesia adalah saat di perkenalkan konsep bandung 1951 oleh Dr.
Y. Leimena dan Dr. Patah yang selanjutnya dikenal dengan nama Patah Leimena.
6
Dalam konsep ini di perkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan keperawatan
kesehatan masyarakat, kedua aspek ini tidak dapat dipisahkan baik dirumah sakit
maupun puskesmas. Selanjutnya pada tahun 1956 di mulai kegiatan
pengembangan kesehatan masyarakat oleh Dr. Y. Suhanti dengan berdirinya
proyek bekasi sebagai proyek percontohan atau model pelayanan bagi
pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia dan sebagai pusat
pelatihan tenaga keseahatan. Proyek ini juga menekankan pada pendekatan tim
dala pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep
pelayanan terpadu ini, terpilih 8 desa diwilayah pengembangan masyarakat,
diantaranya sumatera utara :indrapura, lampung, jawa barat : bojongloa, jawa
tengah: sleman. Yogyakarta: godean, jawa timur: mojosari, bali: kesiman, dan
kalimantan selatan :barabat. Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal
sistem puskesmas sekarang ini. Pada tahun 1960 di dirikan sekolah perawat
kesehatan masyarakat untuk merespon kebijakan tersebut.

2. Periode 1963 -1983

Pada bulan November 1967, dilakukan seminar yang membahas program


kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan masyarakat
Indonesia yaitu mengenai konsep puskesmas yang dipaparkan oleh Dr. Ahmad
yang mengacu pada konsep bandung dan proyek bekasi. Dalam seminar ini telah
disimpulkan dan disepakati mengenai sistem puskesmas yang terdiri dari tipe
A,B,C akhirnya pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional dicetuskan
bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang
kemudian dikembangkan oleh pemerintah dalam hal ini departemen kesehatan RI,
menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat.

Pada tahun 1980 puskesmas disepakati sebagai unit pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan
mudah dijangkau dalam wilayah kerja kecamatan. Pada tahun 1969 sistem
puskesmas hanya disepakati 2 yaitu puskesmas tipe A yang dikelola oleh dokter
dan puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang perawat atau bidan. Sebuah
puskesmas terkadang hanya melayani 10.000 penduduk. Selain itu bagi sebagian
7
penduduk puskesmas terlalu jauh untuk dicapai. Perkembangan puskesmas ini
tidak terlepas dari peran keperawatan kesehatan komunitas.

3. Periode 1983-2013

Pada tahun 1984, tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan


berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana yang
mencakup kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi penangggulangan
penyakit diare dan imunisasi.

Pada tahun 1992-1996 digunakan proses keperawatan sebagai pendekatan, asuhan


keperawatan dilakukan terintegrasi dengan program lain dan sebagai jabatan
fungsional perawat di puskesmas.

Namun pada tahun 2006 dengan adanya restruktur puskesmas dengan


penyederhanaan program dari 17 program pokok puskesmas menjadi 6 program
pokok dan dapat pula dilaksanakan sebagai program pengembangan puskesmas.
Selanjutnya, kembali dilakukan rekstruktur puskesmas pada tahun 2014 dengan
dikeluarkan permenkes no. 75 tahun 2014 tentang puskesmas, sehingga puskesmas
di posisikan sebagai upaya yang harus dilaksanakan disetiap puskesmas untuk
terlaksananya program esensial.

Oleh karena itu pemerintah maupun berbagai pihak yang memiliki perhatian cukup
besar terhadap pembangunan kesehatan masyarakat termasuk perawat spesialis
komunitas, perlu mencari terobosan baru yang kreatif agar berbagai program
tersebut dapat dilaksanakan secara optimal dan berkesinambungan
(Mubarak,cayatin, dan santoso 2013).

Pada tahun 1992-1996, juga sebagai tindak lanjut lokakarya nasional keperawatan
tahun 1983 yang menyepakati keperawatan sebagai profesi dan proses
keperawatan digunakan sebagai pendekatan. Asuhan keperawatan menggunakan
proses keperawatan, dijadikan dasar untuk menilai kinerja perawat di puskesmas
dalam jabatan fungsional perawat/ners.

8
2.3 Prinsip Keperawatan Komunitas

Memberikan dukungan serta merawat, bukan hanya kepada individual, namun juga
keluarga. Dengan demikian, dilihat dari pengertian serta tujuan bisa disimpulkan
bahwa penekanan keperawatan komunitas terletak pada ‘health promotion, health
maintenance, disease, prevention and treatment of minor illments and restoration
of health and rehabilitation’(MN,2012).

a. Pelaksanaannya berdasarkan kebutuhan dan fungsi dalam program kesehatan


yang menyeluruh

b. Maksud dan tujuannya hendaknya jelas dalam pelayanan

c. Kelompok yang terorganisasi atau perwakilannya adalah bagian integral dari


program kesehatan komunitas

d. Keperawatan komunitas tersedia bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa


membedakan asal, sosialbudaya, ekonomi, umur, jenis kelamin, politik serta
bangsa

e. Keperawatan komunitas mengakui keluarga dan komunitas adalah bagian dari


unit pelayanan

f. Pendidikan kesehatan dan pelayanan konsultasi adalah bagian integral dari


keperawatan komunitas

g. Penerima jasa pelayanan kesehatan perlu diikut sertakan dalam perencanaan


terkait dengan tujuan bagi pemeliharaan kesehatan

h. Perawat komunitas harus kualified

i. Keperawatan komunitas harus dilandaskan pada kebutuhan kebutuhan pasien


dan kelangsungan pelayanan kepada pasien yang tepat

j. Evaluasi pelayanan kesehatan ini harus dikerjakan secara periodik dan


kontinyu

9
k. Perawat komunitas berfungsi sebagai bagian terpentign dari tim kesehatan

l. Perawat komunitas membantu mengarahkan pasien yang membutuhkan


dukungan finansial

m. Community health agency perlu menyediakan program kelangsungan


pendidikan bagi perawat (MN,2012).

2.4 Sasaran Keperawatan Komunitas

Sasaran yang dituju untuk keerawatan komunitas dibagi menjadi beberapa,


diantaranya :

a. Individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut


mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan
merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat
mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun
sosial.

b. Keluarga

Merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus


menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan
maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau
masyarakat secara keseluruhan (Ariani, Nuraeni, & Supriyono, 2015).

c. Kelompok Khusus

Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan


jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang
sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:

1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat


perkembangan dan pertumbuhannya, seperti;

10
a) Ibu hamil

b) Bayi baru lahir

c) Balita

d) Anak usia sekolah

e) Usia lanjut

2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan


dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:

a) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS,


penyakit kelamin lainnya.

b) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit


diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan
mental dan lain sebagainya.

3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:

a) Wanita tuna susila

b) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba

c) Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.

4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:

a) Panti werdha

b) Panti asuhan

c) Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)

d) Penitipan balita

2.1

11
2.2

2.3

2.4

2.5 Ciri-ciri Pelayanan Keperawatan Komunitas

Menurut Permenkes Republik Indonesia , 2006 ciri-ciri dari pelayanan keperawatan


komunitas adalah :

1. Menekankan pencegahan primer, sekunder, dan tersier daripada pengobatan

2. Merupakan gabungan pelayanan keperawatan dan kesehatan masyarakat

3. Adanya pelayanan yang berkelanjutan (continuity of care)

4. Terdapat kemitraan antara masyarakat dan perawat untuk meningkatkan


kemandirian klien

5. Adanya kolaborasi lintas sektor dan partisipasi dari masyarakat

6. Terdapat proses alih peran dari perawat ke klien (individu, kelompok, keluarga,
dan masyarakat) sehingga meningkatkan kemandirian klien.

2.6 Peran Keperawatan Komunitas

Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dan unit social (Robbins, 2002). Peran dipengaruhi
oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Banyak
peranan yang dapat di lakukan oleh perawat kesehatan masyarakat oleh perawat
kesehatan masyarakat diantaranya adalah :

a. Pemberi Asuhan Keperawatan (Care Provider)

b. Peran sebagai pendidik (Educator)

c. Peran sebagai konselor (Conselor)

12
d. Peran sebagai panutan (Role Mode)

e. Peran sebagai pembela (Advocate)

f. Peran sebagai manajer kasus (Case Manager)

g. Peran sebagai kolaborator

h. Peran sebagai penemu kasus (Case Finder)

2.7 Kegiatan Pokok Keperawatan Komunitas

1. Memberikan asuhan keperawatan individu, keluarga dan kelompok khusus melalui


home care

2. Penyuluhan kesehatan

3. Konsultasi dan problem solving

4. Melaksanakan rujukan

5. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit kesehatan

6. Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas

7. Kerjasama lintas program dan lintas sektoral

8. Ikut serta dalam penelitian

2.8 Teori dan Model Konseptual dalam Keperawatan Komunitas

Para pemimpin dan peneliti perawat melalui karya ilmiah dan kreatif menghasilkan
teori yang luas dan abstrak yang menjelaskan tentang keperawatan dan bagaimana
memengaruhi individu, keluarga atau komunitas. Teori ini disebut dengan grand
theory atau disebut dengan model konseptual, yang memberikan dasar untuk
membangun pengetahuan perawat. Model keperawatan merupakan sarana visual yang
bertujuan untuk mengatur hubungan antara perawat komunitas dengan klien seperti
keluarga, kelompok dan komunitas, perawat dengan lingkungan, atau faktor stres yang

13
dialami. Baik teori dan model telah dikembangkan untuk menjelaskan dan memandu
praktik keperawatan khususnya keperawatan kesehatan komunitas. Ada banyak teori
dan model keperawatan diantaranya tentang teoridan model keperawatan seperti teori
lingkungan menurut Nightingale, model self care menurut Dorothy Orem, the health
belief model (HBM) , health care system model (Betty Neuman), teori king dan model
promosi kesehatan menurut Pender.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan praktik
kesehatan masyarakat yang di terapkan untuk meningkatkan serta memelihara
kesehatan penduduk.
Sejarah Perkembangan Keperawatan komunitas di Indonesia Perkembangan kesehatan
masyarakat di Indonesia dimulai pada abad ke 16, sedangkan Sejarah keperawatan
komunitas di Indonesia dibagi beberapa periode yaitu periode sebelum 1963, periode
1963-1983, periode 1983-2013 dan periode 2013-sekarang.
Prinsip keperawatan memberikan dukungan serta merawat, bukan hanya kepada
individual, namun juga keluarga.

Model keperawatan merupakan sarana visual yang bertujuan untuk mengatur


hubungan antara perawat komunitas dengan klien seperti keluarga, kelompok dan
komunitas, perawat dengan lingkungan, atau faktor stres yang dialami. Baik teori dan
model telah dikembangkan untuk menjelaskan dan memandu praktik keperawatan
khususnya keperawatan kesehatan komunitas. Ada banyak teori dan model
keperawatan diantaranya tentang teoridan model keperawatan seperti teori lingkungan
menurut Nightingale, model self care menurut Dorothy Orem, the health belief model
(HBM) , health care system model (Betty Neuman), teori king dan model promosi
kesehatan menurut Pender.

3.2 SARAN

14
Demikian penyusunan makalah ”Komunitas Sebagai Klien”. Penulis sadar makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan penulis. Dengan
demikian kritik maupun saran sangat dibutuhkan demi kemajuan penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Iqbal, Mubarak, W. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta:Salemba Medika


Anderson
Elizabeth.2006.Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Edisi
3.EGC.Jakarta
Elvalini Warnelis Sinaga, dkk. 2020. Keperawatan Komunitas.Yayasan Kita Menulis.

15
16

Anda mungkin juga menyukai