Disusun oleh:
Kelompok 1
Atu (P.17124015041)
Rika Milana (P.17124015065)
Maudita Karima (P.17124015071)
Kelas/Semester :
III B/V
JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA I
TAHUN AJARAN 2017/2018
Page 1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT karena atas
ridho,taufik,dan hidayah-Nya.Penulis masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.Tak lupa shalawat
dan salam hendaknya penulis haturkan kepada nabi akhir zaman Rasulullah SAW beserta
keluarga dan sahabat yang telah membawa kita kezaman yang penuh rahmat.
Makalah yang berjudul “ASUHAN KOMUNITAS”. Makalah ini dibuat untuk membantu
mempermudah pemahaman dalam mendalami mata kuliah Asuhan komunitas Makalah
ini tersusun dengan dukungan dan bantuan beberapa pihak yang terkait . Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga pada semua pihak
yang telah membantu penyusunan makalah yang tidak dapat penulis sebutkan namanya
satu per satu. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna ,maka
penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di masa
mendatang. Akhirul kata,terimakasih dan
Wassalam.
Penyusun
Page 2
DAFTAR ISI
Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
Page 4
dari waktu ke waktu. Pemantauan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya harus dilakukan
oleh bidan komunitas.
Konsep kebidanan terdiri dari beberapa kompenen yang membentuk suatu konsep kebidanan
komunitas . unsur- unsur yang tercakup dalam keidanan komunitas adalah bidan, pelayanan
kebidanan, sasaran pelayanan, lingkungan dan pengetahuan, serta teknologi.
Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis. Populasi dapat
kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah kepala keluarga, jumlah laki-laki, jumlah
neonates, jumlah balita) dalam area yang dapat ditentukan sendiri oleh bidan. Analisis situasi
merupakan proses sistematis untuk melihat fakta, data atau kondisi yang ada dalam suatu
lingkup wilayah.
1.3. Tujuan
Page 5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau, dan dapat diterima semua
orang.
2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan, dalam hal ini
komunitas.
3. Bidan sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan perlu menjalin
kerja sama yang baik.
Page 6
4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas, baik yang mendukung maupun
mengahambat sehingga hal ini perlu diantisipasi.
5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan.
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang.
Tujuan umum kebidanan komunitas adalah meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat
menjalankan fungsinya secara optimal. Tujuan khusus kebidanan komunitas sebagai berkut.
Intervensi kebidanan tersebut difokuskan pada tiga level pencegahan yaitu sebagai berikut.
1. Prenvensi primer. Prevensi primer adalah pencegahan dalam arti yang sebenarnya, ketika
teridentifikasi factor risiko di masyarakat. Pencegahan primer mencakup peningktan
kesehatan pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit, health promotion,
health education, specific protection dan environmental protection. Contoh kegiatan di
bidang prevensi primer, seperti imunisasi, penyuluhan tentang gizi, dan penyuluhan
untuk mencegah keracunan.
Page 7
2. Prevensi sekunder. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosis dini dan intervensi
yang tepat untuk menghambat proses patologis sehingga memperpendek waktu sait dan
tingkat keparahan/keseriusan penyakit, contoh: mengkaji keterbelakangan tumbuh
kembang seorang anak/belita atau memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan berkala termasuk pemeriksaan gigi dan mata secara berkala.
3. Prevensi sekunder. Pencegahan tersier dilakukan pada kasus kecacatan atau
ketidakmampuan atau tidak dapat diperbaiki. Rehabilitasi sebagai tujuan pencegahan
primer lebih dari upaya menghambat proses penyakitnya sendiri, yaitu mengembalikan
individu pada tingkat berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya. Contoh: bidan
mengajarkan kepada keluarga untuk melakukan perawatan anak dengan kolostomi di
rumah atau membantu keluarga yang mempunyai anak dengan kelumpuhan anggota
gerak untuk latihan secara teratur di rumah.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda tahun 1807 pertolongan persalinan dilakukan oleh
dukun, tahun 1951 didirikan sekolah bidan bagi wanita pribumi di Batavia kemudian tahun 1953
kursus tambahan bidan (KTB) di masyarakat Yogyakarta dan berkembang di daerah lain. Seiring
dengan pelatihan ini dibukalah BKIA, bidan sebagai penanggung jawab, memberikan pelayanan
antenatal care, post natal care, pemeriksaan bayi dan gizi, intranatal di rumah, kunjungan rumah
pasca salin. Tahun 1952 diadakan pelatiihan secara formal untuk kualitas persalinan, tahun 1967
kursus tambah bidan (ktb) ditutup, kemudian BKIA terintegrasi dengan puskesmas.
Munculnya gagasan kebidanan komunitas merupakan upaya tindak lanjut dari konferensi
internasional tentang Safe Motherhood di Nairobi tahun 1987, kemudian dilaksanakan suatu
Lokakarya Nasional tentang kesejahteraan ibu, yang menghasilkan komitment lintas – sektoral
unruk menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu) sebesar 50% dari 450 pada tahun 1986 menjadi
225 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2000.
Tingginya AKI di Indonesia ini dipengaruhi pula oleh belum memadainya cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan dan rendahnya cakupan penanganan kasus obstetric. Ada
korelasi yang jelas Antara cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan AKI.
Page 8
Semakin tinggi cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan maka akan semakin
rendah AKI suatu Negara. Salah satu analisis yang melatarbelakangi keadaan tersebut adalah
tidak adanya atau kurangnya tenaga kesehatan yanga da di dekat masyarakat terutama daerah
pedesaan. Salah satu upaya penting yang ditempuh dalam mempecepat penurunan AKI dan AKB
adalah dengan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berarti menempatkan
tenaga kesehatan di tengah-tengah masyarakat
Pada tahun 1989 pemerintah membuat kebijakan melaksanakan “cash program” secara nasional
yang memperbolehkan lulusan sekolah pendidikan kepeawatan (SPK) untuk langsung masuk ke
Progran Pendidikan Bidan yang dikena dengan Program bidan A (PBB A). lama pendidikan na 1
tahun dan lulusannya langsung ditempatkan di desa-desa yang kemudian disebut sebagai bidan
desa (BDD),
Namun selama bekerja didesa, tugas pokok BDD tidak hanya melaksanakan pelayanan
kebidanan, tetapi juga harus dapat melayani pengobatan umum. Masyarakat menganggap BDD
tidak hanya sebagai tenaga kesehatan yang menolong persalinan tetapi juga sebagai tenaga
promotif, preventif, dan kuratif yang sangat diandalkan oleh masyarakat desa. Bidan di desa
dianggap sebagai ujung tombak peningkatan status kesehatan ibu dan anak di desa/masyarakat
yang mempunyai peran penting dalam pembangunan investasi dini, yaitu penanganan kesehatan
ibu hamil dan laktasi sebagai modal dasar pembangunan sumber daya manusia (SDM). Pada
awalnya BDD diangkat sebagai PNS, namun kemudian dalam perjalanannya BDD di berikan
status kontrak atau PTT sesuai dengan kemampuan daerah setempat.
Puskesmas memberi pelayanan didalam dan diluar gedung dalam wilayah kerja. Bidan di
puskesmas memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) termasuk keluarga berencana
(KB). Diluar gedung pelayanan kesehatan kkeluarga dan posyandu yang mencakup pemeriksaan
kehamilan. KB, imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan. Instruksi presiden secara llisan pada
siding cabinet tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk ditempatkan diseluruh desa
sebagai pelaksana KIA. Tahun 1994 merupakn ttik tolak dan koferensi kependudukan dunia di
kairo yang menekankan pada reproduksi health memperluas garapan bidan Antara lain safe
motherhood, keluarga berencana, kesehatan reroduksi remaja, Penyakit Menular Seksual (PMS)
dan kesehatan reproduksi orang tua.
Page 9
Pemberian asuhann kebidanan di komunitas harus terarah atau mempunyai tujuanyang jelas,
adapun tujuan pemberian asuhan kebidanan dikomunitas sebagai berikut.
1) Tujuan Umum
Asuhan kebidanan di komunitas harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
khususnya kesehatan perempuan di wilayah kerja bidan.
2) Tujuan Khusus
- Meningkatkan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan tanggung jawab bidan.
- Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalnan, perawatan nifas
dam perinatal secara terpadu.
- Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko kehamilan, persalinan,
nifas dan perinatal.
- Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu dan anak.
- Membangun jejaring kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat setempat
atau terkait.
Prinsip pelayanan atau asuhan kebidanan komunitas.
1. Kebidanan komunitas sifatnya multidisiplin meliputi ilmu kesehatan masyarkat,
social, psikolgi, ilmu kebidanan, dan ilmu lainnya yang mendukung peran bidan
di komunitas.
2. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan martabat
kemanusiaan klien.
3. Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis.
Populasi bias berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah Kepala
keluarga, jumlah laki-laki, jumlah nonatus, jumlah perempuan usia subur dalam1
RT atau 1 kelurahan kawasan perumahan/perkantoran.
4. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup sebagai target sasaran pelayanan,
namun perubahan pola pikir dan terjalinnya kemitraan seperti: PKK, kelompok
ibu-ibu pengajian dan kader kesehatan.
5. System pelaporan kebidanan komunitas, berbeda dengan kebidanan di klinik.
System pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah kerja yang
menjadi tanggung jawabnya.
Page 10
2.5. Bekerja di Komunitas dan Jaringan Kerja Kebidanan Komunitas
Bidan yang bekrja di komunitas membutuhkan suatu kemitraan yang berguna untuk
pengambilan keputusan secara kolaboratif dalam rangka meningkatkan kesehatan dan
memecahkan masalah-masalah kesehatan ibu dan anak. Kemitraan dibentuk dengan klien,
keluarga, dan masyarakat. Keterlibatan komponen tersebut sangat penting demi keberhasilan
upaya-upaya kesehatan yang dilakukan kebidanan.
Ada 10 pelayanan kesehatan komunitas yang sangat penting dan dapat digunakan untuk
menjamin praktik kebidanan komunitas yang komperhensif.
Page 11
9. Mengevaluasi efektivitas, keterjangkauan, dan kualitas layanan kesehatan individu dan
masyarakat.
10. Melakukan riset atau penelitian untuk mendapatkan wawasan baru dan solusi terhadap
masalah kesehatan masyarakat.
Bekerja di komunitas juga tidaklah mudah, agar dapat diterima masyarakat setidaknya
seorang bidan harus memliki profil berikut:
Bekerja di komunitas mempunyi keunikan tersendiri. Ada beberapa strategi umum dalam
melaksanakan asuhan kebidanan komunitas yaitu:
Page 12
4. Mengikutsertakan masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan serta pelaksanaan
program kesehatan di masyarakat.
1. Pencegahan penyakit
2. Skrinining atau deteksi dini untuk di rujuk.
3. Asuhan kegawatdaruratan ibu dan neonatal.
4. Pertolongan pertama pada penyakit akut untuk kemudian dirujuk.
5. Pengobatan ringan.
6. Asuhan pada kondisi kronik.
7. Memberikan pendidikan kesehatan.
8. Mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Page 13
BAB III
PENUTUP
Saran
Kami sebagai penulis bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka
dari itu kami mengharapkan saran dan keritiknya, agar menjadi lebih baik lagi, dan kami
harap pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan
pengetahuan wawasan yang lebih luas mengenai ”ASUHAN KEBIDANAN
KOMUNITAS”
Page 14