Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

DENGAN DASAR KOMUNIKASI

Dosen Pembimbing :
MISKIYAH,SKM,M.BMd

Disusun Oleh :
Karina Rahayu ( PO7124322061 )
Afiatun Ekrimah ( PO7124322062 )
Lidya kusuma putri ( PO7124322063 )
Emma Septianti (PO7124322064 )
Bunga Indah (PO7124322065 )
Maya Oktaviani (PO7124322066 )
Rayhani Zharapova (PO7124322067 )
Anis Nabila (PO7124322068 )

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
PRODI DIII KEBIDANAN MUARA ENIM
TAHUN AJARAN 2024/2025
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan hidayah-
Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Pelayanan KB dan Kesehatan
Reproduksi yang berjudul “asuhan kebidanan komunitas dengan dasar komunikasi”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih
terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan serta jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang kita
harapkan. Oleh karena itu, dengan senang hati kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini di kemudian hari. Demikianlah
makalah ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga jerih payah kita
mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, Amin.

Muara Enim , 1 Maret 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar .......................................................................................................................... 2


Daftar isi ................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang ......................................................................................................................4
2. Rumusan masalah ................................................................................................................6
3. Tujuan penulisan ..................................................................................................................6

BAB II TINJAUAN TEORI


1. Pengertian Kebidanan Komunitas.........................................................................................7
2. Riwayat Kebidanan Komunitas Di Indonesia Dan Beberapa Negara Lain..................................
3. Tujuan Dari Kebidanan Komunitas.........................................................................................
4. Karakteristik Kebidanan Komunitas.......................................................................................
5. Pekerjaan Kebidanan Di Komunitas......................................................................................
BAB lll PENUTUP
1. Kesimpulan .........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Para ahli mendefinisikan komunitas atau masyarakat dari sudut pandang yang berbeda.
WHO mendefinisikan komunitas sebagai kelompok social yang ditentukan oleh batas – batas
wilayah, nilai – nilai keyakinan dan minat yang sama, serta adanya saling mengenal dan
berinteraksi Antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan dalam melayani keluarga dan
masyarakat di wilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah bidan yang melayani keluarga dan
masyarakat di luar rumah sakit. Di dalam konsep tersebut tercakup berbagai unsur. Unsur –
unsur tersebut adalah bidan sebagai pelaksana pelayanan, pelayanan kebidanan, dan
komunitas sebagai sarana pelayanan, ilmu dan teknologi kebidanan, serta factor yang
mempengaruhi seperti lingkungan, masing-masing usnur memiliki karekteristik.
Pendekatan baru mengenai kualitas pelayanan menuntut pergeseran titik tekan pelayanan
kesehatan terutama kebidanan dari yang berorientasi target peencapaian menjadi berorientasi
penjagaan mutu pelayanan. Pendekatan semacam ini mengharuskan pihak pengelola program
untuk mengoordinasi semua kegiatan yang berbasis klinik seperti rumah sakit, puskesmas,
klinik, swasta atau yanh berbasis pada masyarakat seperti posyanddu, polindes, bidan di desa,
petugas penyalur kontrasepsi (CBD), dan lainnya.
Praktik bidan adalah suatu perwujudan dari kewenangan bidan dalam melakukan tugasnya
melayani pasien. Pratik bidan adalah salah satu kegiatan kebidanan komunitas, kegiatan praktik
kerja dikelola oleh bidan sendiri sesuai dengan kewenangannya. Dala kegiatan praktik ini, bidan
dapat dibantu oleh tenaga kesehatan atau tenaga lainnya yang kuallifikasi pendidikannay lebih
rendah.
Bidan yang bekerja di desa mempunyai wilayah kerja atau wilayah pelayanan. Masyarakat
yang berada di dekat tempat aktivitas bidan merupakan sasaran utama pelayanan kebidanan
komunitas mendorong bidan bekerja aktif, tidak menunggu pasien dating ketempat kerjanya.
Bidan harus aktif memberi pelayanan terhadap ibu dan anak balita baik di dalam maupun di
luar unit kerjanya. Untuk itu bidan harus mengetahui perkembangan kesehatan masyarakat
dari waktu ke waktu. Pemantauan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya harus dilakukan
oleh bidan komunitas.
Konsep kebidanan terdiri dari beberapa kompenen yang membentuk suatu konsep
kebidanan komunitas . unsur- unsur yang tercakup dalam keidanan komunitas adalah bidan,
pelayanan kebidanan, sasaran pelayanan, lingkungan dan pengetahuan, serta teknologi.
Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis. Populasi dapat
kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah kepala keluarga, jumlah laki-laki, jumlah
neonates, jumlah balita) dalam area yang dapat ditentukan sendiri oleh bidan. Analisis situasi
merupakan proses sistematis untuk melihat fakta, data atau kondisi yang ada dalam suatu
lingkup wilayah.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebidanan komunitas?
2. Bagaiamana riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan beberapa Negara lain?
3. Apa saja tujuan dari kebidanan komunitas?
4. Bagaimana karakteristik kebidanan komunitas?
5. Bagaimanakah bekerja kebidanan di komunitas?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kebidanan komunitas.
2. Bagaimana riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan beberapa Negara lain.
3. Untuk mengetahui tujuan dari kegiatan kebidanan komunitas.
4. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik kebidanan komunitas.
5. Untuk mengetahui bagaiamana bekerja di kebidanan komunitas.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian kebidanan komunitas


Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional yang ditujukan kepada
masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi
pelayanan kebidanan. Kebidanan komunitas adalah bidang yang mencakup pelayanan
kebidanan pada ibu dan anak yang berada dalam masyarakat. Ini melibatkan upaya pencegahan
penyakit, pemeliharaan kesehatan, penyembuhan, dan pemulihan kesehatan ¹.
Kebidanan komunitas memberi perhatian terhadap pengaruh factor lingkungan meliputi fisik,
biologis, psikologis, social, kultural, dan spiritual terhadap kesehatan masyarakat dan memberi
prioritas pada strategi pencegahan, peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
Kebidanan komunitas didasarkan pada asumsi berikut.
1. System pelayanan kesehatan bersifat kompleks.
2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier merupakan komponen system
pelayanan kesehatan.
3. Kebidanan merupakan subsistem pelayanan kesehatan, hasil pendidikan dan
penelitian yang melandasi praktik.
4. Focus utama adalah pelayanan kesehatan primer sehingga kebidanan komunitas
perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan utama.
Kebidanan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan dasar yang
melibatkan komunitas secara aktif dans sesuai keyakinan komunitas. Beberapa keyakinan yang
mendasari praktik kebidanan komunintas adalah sebagai berikut.
1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau, dan dapat diterima semua
orang.
2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan, dalam hal ini
komunitas.
3. Bidan sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan perlu menjalin
kerja sama yang baik.
4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas, baik yang mendukung maupun
mengahambat sehingga hal ini perlu diantisipasi.
5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan.
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang.
Tujuan umum kebidanan komunitas adalah meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat
menjalankan fungsinya secara optimal. Tujuan khusus kebidanan komunitas sebagai berkut.
1. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam
pemahaman tentang pengertian sehat dan sakit.
2. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatan.
3. Menciptakan dukungan bagi individu yang terkait.
4. Mengendalikan lingkungan fisik dan social untuk menuju keadaan sehat yang optimal.
5. Mengembangkan ilmu dan melaksanakan kebidanan kesehatan masyarakat.
Kebidanan komunitas merupakan bentuk pelayanan/asuhan langsung yang berfokus pada
kebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan dengan kebiasaan atau pola perilaku masyarakat
yang tidak sehat, ketidakmampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan internal
dan eksternal. Intervensi kebidanan yang dilakukan mencakup pendidikan kesehatan,
mendemonstrasikan keterampilan dasar yang dapat dilakukan oleh komunitas, melalui
intervensi kebidanan yang memerlukan keahlian bidan (konseling pasangan yang akan menikah,
melakukan kerja sama lintas-program dan lintas-sektoral) untuk mengatasi masalah komunitas
serta melakukan rujukan kebidanan dan non kebidanan jika perlu.
Intervensi kebidanan tersebut difokuskan pada tiga level pencegahan yaitu sebagai berikut.
1. Prenvensi primer. Prevensi primer adalah pencegahan dalam arti yang sebenarnya,
ketika teridentifikasi factor risiko di masyarakat. Pencegahan primer mencakup
peningktan kesehatan pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit,
health promotion, health education, specific protection dan environmental protection.
Contoh kegiatan di bidang prevensi primer, seperti imunisasi, penyuluhan tentang gizi,
dan penyuluhan untuk mencegah keracunan.
2. Prevensi sekunder. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosis dini dan
intervensi yang tepat untuk menghambat proses patologis sehingga memperpendek
waktu sait dan tingkat keparahan/keseriusan penyakit, contoh: mengkaji
keterbelakangan tumbuh kembang seorang anak/belita atau memotivasi keluarga untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan berkala termasuk pemeriksaan gigi dan mata secara
berkala.
3. Prevensi sekunder. Pencegahan tersier dilakukan pada kasus kecacatan atau
ketidakmampuan atau tidak dapat diperbaiki. Rehabilitasi sebagai tujuan pencegahan
primer lebih dari upaya menghambat proses penyakitnya sendiri, yaitu mengembalikan
individu pada tingkat berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya. Contoh: bidan
mengajarkan kepada keluarga untuk melakukan perawatan anak dengan kolostomi di
rumah atau membantu keluarga yang mempunyai anak dengan kelumpuhan anggota
gerak untuk latihan secara teratur di rumah.

2.2 Riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan di Negara lain.


Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda tahun 1807 pertolongan persalinan dilakukan
oleh dukun, tahun 1951 didirikan sekolah bidan bagi wanita pribumi di Batavia kemudian tahun
1953 kursus tambahan bidan (KTB) di masyarakat Yogyakarta dan berkembang di daerah lain.
Seiring dengan pelatihan ini dibukalah BKIA, bidan sebagai penanggung jawab, memberikan
pelayanan antenatal care, post natal care, pemeriksaan bayi dan gizi, intranatal di rumah,
kunjungan rumah pasca salin. Tahun 1952 diadakan pelatiihan secara formal untuk kualitas
persalinan, tahun 1967 kursus tambah bidan (ktb) ditutup, kemudian BKIA terintegrasi dengan
puskesmas. Munculnya gagasan kebidanan komunitas merupakan upaya tindak lanjut dari
konferensi internasional tentang Safe Motherhood di Nairobi tahun 1987, kemudian
dilaksanakan suatu Lokakarya Nasional tentang kesejahteraan ibu, yang menghasilkan
komitment lintas – sektoral unruk menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu) sebesar 50% dari 450
pada tahun 1986 menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2000.
Tingginya AKI di Indonesia ini dipengaruhi pula oleh belum memadainya cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan dan rendahnya cakupan penanganan kasus obstetric. Ada
korelasi yang jelas Antara cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan AKI.
Semakin tinggi cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan maka akan semakin
rendah AKI suatu Negara. Salah satu analisis yang melatarbelakangi keadaan tersebut adalah
tidak adanya atau kurangnya tenaga kesehatan yanga da di dekat masyarakat terutama daerah
pedesaan. Salah satu upaya penting yang ditempuh dalam mempecepat penurunan AKI dan
AKB adalah dengan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berarti
menempatkan tenaga kesehatan di tengah-tengah masyarakat
Pada tahun 1989 pemerintah membuat kebijakan melaksanakan “cash program” secara
nasional yang memperbolehkan lulusan sekolah pendidikan kepeawatan (SPK) untuk langsung
masuk ke Progran Pendidikan Bidan yang dikena dengan Program bidan A (PBB A). lama
pendidikan na 1 tahun dan lulusannya langsung ditempatkan di desa-desa yang kemudian
disebut sebagai bidan desa (BDD),
Namun selama bekerja didesa, tugas pokok BDD tidak hanya melaksanakan pelayanan
kebidanan, tetapi juga harus dapat melayani pengobatan umum. Masyarakat menganggap BDD
tidak hanya sebagai tenaga kesehatan yang menolong persalinan tetapi juga sebagai tenaga
promotif, preventif, dan kuratif yang sangat diandalkan oleh masyarakat desa. Bidan di desa
dianggap sebagai ujung tombak peningkatan status kesehatan ibu dan anak di desa/masyarakat
yang mempunyai peran penting dalam pembangunan investasi dini, yaitu penanganan
kesehatan ibu hamil dan laktasi sebagai modal dasar pembangunan sumber daya manusia
(SDM). Pada awalnya BDD diangkat sebagai PNS, namun kemudian dalam perjalanannya BDD di
berikan status kontrak atau PTT sesuai dengan kemampuan daerah setempat.
Puskesmas memberi pelayanan didalam dan diluar gedung dalam wilayah kerja. Bidan di
puskesmas memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) termasuk keluarga berencana
(KB). Diluar gedung pelayanan kesehatan kkeluarga dan posyandu yang mencakup pemeriksaan
kehamilan. KB, imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan. Instruksi presiden secara llisan pada
siding cabinet tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk ditempatkan diseluruh desa
sebagai pelaksana KIA. Tahun 1994 merupakn ttik tolak dan koferensi kependudukan dunia di
kairo yang menekankan pada reproduksi health memperluas garapan bidan Antara lain safe
motherhood, keluarga berencana, kesehatan reroduksi remaja, Penyakit Menular Seksual
(PMS) dan kesehatan reproduksi orang tua.
2.3 Tujuan dari Kebidanan Komunitas
Pemberian asuhann kebidanan di komunitas harus terarah atau mempunyai tujuanyang jelas,
adapun tujuan pemberian asuhan kebidanan dikomunitas sebagai berikut.
1) Tujuan Umum
Asuhan kebidanan di komunitas harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
khususnya kesehatan perempuan di wilayah kerja bidan.
2) Tujuan Khusus
- Meningkatkan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan tanggung jawab
bidan.
- Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalnan, perawatan nifas
dam perinatal secara terpadu.
- Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko kehamilan,
persalinan, nifas dan perinatal.
- Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu dan anak.
- Membangun jejaring kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat setempat
atau terkait.
Prinsip pelayanan atau asuhan kebidanan komunitas.
1. Kebidanan komunitas sifatnya multidisiplin meliputi ilmu kesehatan masyarkat,
social, psikolgi, ilmu kebidanan, dan ilmu lainnya yang mendukung peran bidan
di komunitas.
2. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan
martabat kemanusiaan klien.
3. Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis.
Populasi bias berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah Kepala
keluarga, jumlah laki-laki, jumlah nonatus, jumlah perempuan usia subur dalam1
RT atau 1 kelurahan kawasan perumahan/perkantoran.
4. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup sebagai target sasaran pelayanan,
namun perubahan pola pikir dan terjalinnya kemitraan seperti: PKK, kelompok
ibu-ibu pengajian dan kader kesehatan.
5. System pelaporan kebidanan komunitas, berbeda dengan kebidanan di klinik.
System pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah kerja yang
menjadi tanggung jawabnya.
Tujuan utamanya adalah memberikan pelayanan kebidanan yang berfokus pada masyarakat. Ini
mencakup asuhan antenatal, intranatal, dan postnatal.
2.5. Bekerja di Komunitas dan Jaringan Kerja Kebidanan Komunitas
Bidan yang bekrja di komunitas membutuhkan suatu kemitraan yang berguna untuk
pengambilan keputusan secara kolaboratif dalam rangka meningkatkan kesehatan dan
memecahkan masalah-masalah kesehatan ibu dan anak. Kemitraan dibentuk dengan klien,
keluarga, dan masyarakat. Keterlibatan komponen tersebut sangat penting demi keberhasilan
upaya-upaya kesehatan yang dilakukan kebidanan.
Program kemitraan komunitas mencakup konsep pemberdayaan dan pengembangan
komunitas. Kemitraan adalah proses kompleks sebagai upaya untuk mengarahkan para
akademisi, pemuka masyarakat, dan pemberi pelayanan kesehatan untuk bersama-sama
mencapai perubahan. Unsur yang penting dalam menjalin jaringan di komunitass adalah
sensitivitas terhhadap aspek kultural, yang berarti bahwa pelayanan yang diberikan harus
sesuai dengan presepsi masyarakat.
Ada 10 pelayanan kesehatan komunitas yang sangat penting dan dapat digunakan untuk
menjamin praktik kebidanan komunitas yang komperhensif.
1. Memantau status kesehatan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan melalui
pengkajian komunitas dengan menggunakan data statistk vital atau profil risiko.
2. Mendiagnosis dan menyelidiki masalah kesehatan komunitas dan hal-hal yang dapat
membahayakan kesehatan komunitas, contohnya pengawasan melekat di komunitas.
3. Menginformasikan, mendidik, dan memberdayakan masyarakat mengenai issue.
4. Memobilisasi kemitraan komunitas dan tindakan untuk mengidentifikasi dan
memecahkan masalah kesehatan contoh, mendiskusikan dan memfasilitasi kelompok
komunitas untu promosi kesehatan.
5. Menyusun rencana dan kebijakan yang mendukung masalah kesehatan kounitas
individu.
6. Mendorong kepatuhan masyarakat terhadap undang-undang dan peraturan yang
melindungi dan menjamin keamanan.
7. Menghubungkan masyarakat kepada fasilitas pelayanan kesehatan personal yang
dibutuhkan dan memastikan penyediaan layanan kesehatan tersebut.
8. Memastikan kompetensi petugas pemberi layanan kesehatan masyarakat atau individu.
9. Mengevaluasi efektivitas, keterjangkauan, dan kualitas layanan kesehatan individu dan
masyarakat.
10. Melakukan riset atau penelitian untuk mendapatkan wawasan baru dan solusi terhadap
masalah kesehatan masyarakat.
Bekerja di komunitas juga tidaklah mudah, agar dapat diterima masyarakat setidaknya seorang
bidan harus memliki profil berikut:
1. Mempunyai kemampuan intelektual yang luas berkaitan dengan kebidanan, kesehatan
masyarkat dan pengetahuan social.
2. Terampil dalam teknik kebidanan.
3. Menguasai teknik pemecahan masalah kesehatan dan prioritas pemecahan masalah
kesehatan.
4. Mempunyai keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain (hubungan antar
manusia).
5. Luwes dan melakukan pendekatan kepada masyarakat.
6. Memiliki kemampuan komunikasi yang bagus (komunikatif).
7. Memiliki kemampuan berorganisassi.
8. Memiliki kemampuan bekerjasama dengan orang lain.
Bekerja di komunitas mempunyi keunikan tersendiri. Ada beberapa strategi umum dalam
melaksanakan asuhan kebidanan komunitas yaitu:
1. Pendekatan pada masyarakat
- Pengenalan masyarakat (dengan cara survey tentang keberadaan masyarakat yang
berkaitan dengan kesehatan ibu bayi, dan anak serta kesehatan reproduksi dengan
mengikutsertakan masyarakat).
- Bersama masyarakat menganalisis survey dan melihat masalah yang ada di
masyarakat.
- Bersama masyarakat menentukan proritas masalah kesehatan yang ada.
- Penanganan masalah kesehatan bersama dengan masyarakat.
2. Pemasaran social
3. Menginformasikan pelayanan kebidanan tingkat dasar dan rujukan.
4. Mengikutsertakan masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan serta pelaksanaan
program kesehatan di masyarakat.
Ruang lingkup kerja dikomunitas meliputi upaya peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), pemeliharaan atau pengobatan (kuratif), pemulihan embali
(rehabilitaif), serta mengembalikan serta memfungsikan kembali individu, keluarga, kelompok
masyarakat ke lingkungan social dan masyarakatnya (resosiantitatif). Bidan dapat melakukan
asuhan primer meliputi :
1. Pencegahan penyakit
2. Skrinining atau deteksi dini untuk di rujuk.
3. Asuhan kegawatdaruratan ibu dan neonatal.
4. Pertolongan pertama pada penyakit akut untuk kemudian dirujuk.
5. Pengobatan ringan.
6. Asuhan pada kondisi kronik.
7. Memberikan pendidikan kesehatan.
8. Mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Selain memberikan asuhan primer kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan bidan di
komunitas adalah sebagai berikut :
1. Memberikan asuhan langsung kepada individu keluarga dan kelompok khusus.
2. Penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
3. Konsultasi dan pemecahan masalah.
4. Penemuan kasus
5. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan.
6. Melaksanakan asuhhan kesehatan komunitas melalui pengenalan masalah, kesehatan
masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan.
7. Mengadakan koordinasi.
8. Mengadakan kerjasama lintas program dan sektoral.
Peran Serta Masyarakat : Bidan dalam kebidanan komunitas harus berperan aktif dalam
masyarakat. Ini melibatkan pendekatan kolaboratif dengan masyarakat, memahami kebutuhan
mereka, dan berkomunikasi secara efektif.
Manajemen Asuhan Kebidanan di Komunitas : Bidan harus memahami prinsip-prinsip
manajemen dalam memberikan asuhan kebidanan di komunitas. Ini termasuk melakukan
pemantauan setempat, pendokumentasian, dan sistem rujukan kesehatan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengertian Kebidanan Komunitas adalah Kebidanan komunitas adalah bidang yang
mencakup pelayanan kebidanan pada ibu dan anak yang berada dalam masyarakat. Ini
melibatkan upaya pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, penyembuhan, dan
pemulihan kesehatan. Tujuan utamanya adalah memberikan pelayanan kebidanan yang
berfokus pada masyarakat. Ini mencakup asuhan antenatal, intranatal, dan postnatal .
Peran Serta Masyarakat: Bidan dalam kebidanan komunitas harus berperan aktif dalam
masyarakat. Ini melibatkan pendekatan kolaboratif dengan masyarakat, memahami kebutuhan
mereka, dan berkomunikasi secara efektif . Manajemen Asuhan Kebidanan di Komunitas: Bidan
harus memahami prinsip-prinsip manajemen dalam memberikan asuhan kebidanan di
komunitas. Ini termasuk melakukan pemantauan setempat, pendokumentasian, dan sistem
rujukan kesehata
DAFTAR PUSTAKA

(1) ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS.


https://repository.penerbiteureka.com/media/publications/355764-asuhan-
kebidanan-komunitas-90c118c4.pdf.
(2) (PDF) BUKU AJAR KOMUNIKASI KESEHATAN - Academia.edu.
https://www.academia.edu/84129438/BUKU_AJAR_KOMUNIKASI_KESEHATAN.
(3) Modul Ajar Asuhan Kebidanan Komunitas - REPOSITORY.
https://library.poltekkesjakarta1.ac.id/repository/index.php?
p=show_detail&id=1646&keywords=.
(4) Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan | Umsida Press.
https://press.umsida.ac.id/index.php/umsidapress/article/view/978-623-7578-
06-2.
(5) ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS.
http://repo.poltekkes-maluku.ac.id/id/eprint/247/1/BUKU%20KOMUNITAS%20-
%20Kasmiati%20lpt.pdf.
https://www.academia.edu/35603223/Konsep_Dasar_Kebidanan_Komunitas

Anda mungkin juga menyukai