Disusun oleh:
1. Lutfi Nuraini (15.401.20.004)
2. Nur Umamah (15.401.20.005)
3. Zolan Prananda (15.401.20.006)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Konsep
Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak Di Masyarakat”. Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah “Asuhan Kebidanan
Komunitas”.
Makalah ini kami susun dengan menggunakan metode pustaka dengan sumber
berupa buku dan dari internet. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik dari segi susunan maupun isinya. Oleh karena itu, kami
mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
penulisan makalah ini yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................4
1.3. Tujuan........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................6
3.1. Simpulan....................................................................................................23
3.2 Saran...........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
2. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang Tujuan dari
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak.
3. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang Prinsip Pengelolaan
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak.
4. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang cara Pengembangan
Wahana/Forum PSM.
v
BAB II
PEMBAHASAN
vi
atau menikah dengan orang lain. Seorang ibu tetap berperan dalam kehidupanan
anaknya.
vii
1. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu
yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
2. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan
pertolongan oleh tenaga professional secara berangsur.
3. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan
maupun di masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan
pengamatannya secara terus menerus.
4. Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1 bulan) dengan
mutu yang baik dan jangkauan yang setinggi tingginya.
2.4 Pengembangan Wahana/Forum PSM
a. Desa Siaga
1. Pengertian Desa Siaga
Desa siaga merupakan strategi baru pembangunan kesehatan. Desa siaga
lahir sebagai respon pemerintah terhadap masalah kesehatan di Indonesia
yang tak kunjung selesai. Tingginya angka kematian ibu dan bayi,
munculnya kembali berbagai penyakit lama seperti tuberkulosis paru,
merebaknya berbagai penyakit baru yang bersifat pandemik seperti SARS,
HIV/AIDS dan flu burung serta belum hilangnya penyakit endemis seperti
diare dan demam berdarah merupakan masalah utama kesehatan di
Indonesia. Bencana alam yang sering menimpa bangsa Indonesia seperti
gunung meletus, tsunami, gempa bumi, banjir, tanah longsor dan
kecelakaan massal menambah kompleksitas masalah kesehatan di
Indonesia.
2. Prinsip pengembangan desa siaga yaitu :
a) Desa siaga adalah titik temu antara pelayanan kesehatan dan program
kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah dengan upaya
masyarakat yang terorganisir.
b) Desa siaga mengandung makna “kesiapan” dan “kesiagaan” Kesiagaan
masyarakat dapat didorong dengan memberi informasi yang akurat dan
cepat tentang situasi dan masalah-masalah yang mereka hadapi. Prinsip
viii
respons segera. Begitu masyarakat mengetahui adanya suatu masalah,
mereka melalui desa siaga, akan melakukan langkah-langkah yang perlu
dan apabila langkah tersebut tidak cukup, sistem kesehatan akan
memberikan bantuan (termasuk pustu, puskesmas, Dinkes, dan RSUD).
c) Desa siaga adalah “wadah” bagi masyarakat dan sistem pelayanan
kesehatan untuk menyelenggarakan berbagai program kesehatan.
3. Secara umum, tujuan pengembangan desa siaga adalah terwujudnya
masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan
kesehatan di wilayahnya. Selanjutnya, secara khusus, tujuan
pengembangan desa siaga adalah :
a) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang
pentingnya kesehatan.
b) Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa.
c) Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup
bersih dan sehat.
d) Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.
b. Polindes dan Posyandu
Polindes
1. Pengertian
Polindes merupakan salah satu bentuk UKBM( Usaha Kesehatan Bagi
Masyarakat ) yang didirkan masyarakat oleh masyarakat atas dasar
musyawarah, sebagai kelengkapan dari pembangunan masyarakat desa, untuk
memberikan pelayanan KIA – KB serta pelayanan kesehatan lainnya sesuai
dengan kemampuan Bidan.
2. Tujuan
a) Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA – KB termasuk
pertolongan dan penanganan pada kasus gagal.
b) Meningkatkan pembinaan dukun bayi dan kader kesehatan
c) Meningkatkan kesempatan untuk memberikan penyuluhan dan
konseling kesehatan bagi ibu dan keluarganya
ix
d) Meningkatkan pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kesenangan
bidan
3. Fungsi
a) Sebagai tempat pelayanan KIA – KB dan pelayanan kesehatan lainnya
b) Sebagai tempat untuk melakukan kegiatan pembinaan, penyuluhan dan
konseling KIA
c) Pusat kegiatan pemberdayan masyarakat
4. Indikator Polindes
a) Fisik
Bangunan polindes tampak bersih, tedak ada sampah berserakan,
lingkungan yang sehat, polindes jauh dari kandang ternak, mempunyai
ruangan yang cukup untuk pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
KIA, mempunyai ruangan untuk pertolongan persalinan, tempat yang
bersih dengan aliran udara/ventilasi yang baik dan terjamin,
mempunyai perabotan dan alat-alat yang memadai untuk pelaksaan
pelayanan.
b) Tempat tinggal bidan di desa
Keberadaan bidan secara terus menerus/menetap menentukan
efektivitas pelayanan, termasuk efektifitas polindes, jarak tempat
tinggal bidan yang menetap di desa dengan polindes akan berpengaruh
terhadap kualitas pelayanan di polindes, bidan yang tidak tinggal di
desa dianggap tidak mungkin melaksanakan pelayanan pertolongan
persalinan di desa.
c) Pengelolahan polindes
Pengelolahan polindes yang baik akan menentukan kualitas pelayanan
sekaligus pemanfaatan pelayanan oleh masyarakat. Criteria
pengelolaan polindes yang baik adalah keterlibatan masyarakat
melalui wadah kemudian dalam menuntukan tariff pelayanan maka
tariff yang ditetapkan secara bersama, diharapkan memberikan
kemudahan kepada masyarakat untuk memnfaatkan polindes sehingga
x
dapat meningkatkan cakupan dan sekaligus dapat memuaskan semua
pihak.
d) Cakupan persalinan
Pemanfaatan pertolongan persalinan merupakan salah satu mata rantai
upaya penigkatan keamanan persalinan, tinggi rendahnya cakupan
persalinan dipengaruhi banyak factor, diantaranya ketersediaan
sumber dana kesehatan termasuk di dalamnya keberadaan polindes
beserta tenaga profesionalnya yaitu bidan di desa, dihitung secara
komulatif selama setahun, meningkatkan cakupan persalinan yang
ditolong di polindes selain berpengaruh terhadap kualitas pelayanan
ibu hamil sekaligus mencerminkan kemampuan bidan itu sendiri baik
di dalam kemampuan teknis medis maupun di dalam menjalin
hubungan dengan masyarakat.
e) Sarana air bersih
Polindes dianggap baik apabila telah tersedia air bersih yang
dilengkapi dengan MCK, tersedia sumber air PDAM dan dilengkapi
pula dengan SPAL.
f) Kemitraan bidan dan dukun bayi
Merupakan hal yang dianjurkan dalam pelayanan pertolongan
persalinan di polindes, dihitung secara komulatif selama setahun.
g) Dana sehat
Sebagai wahana memandirikan masyarakat untuk hidup sehat yang
pada gilirannya diharapkan akan mampu melestarikan berbagai jenis
upaya kesehatan bersumber daya masyarakat setempat untuk itu perlu
dikembangkan ke seluruh wilayah/kelompok sehingga semua
penduduk terliput dana sehat.
5. Kegiatan – Kegiatan Polindes
a) Memeriksa bumil dan komplikasinya
b) Menolong persalinan normal dan persalinan dengan resiko sedang
c) Memberikan pelayanan kesehatan bufas dan ibu menyusui
xi
d) Memberikan pelayan kesehatan neonatal, bayi, balita, anak pra
sekolah dan imunisasi dasar pada bayi
e) Memberikan pelayanan KB
f) Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan dan
persalinan yang berisiko tinggi baik ibu maupun bayinya
g) Menampung rujukan dari dukun bayi dan dari kader
h) Merujuk kelainan ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu
i) Melatih dan membina dukun bayi maupun kader
j) Memberi penyuluhan kesehatan tentang gizi bumildan anak serta
peningkatan penggunaan ASI dan KB
k) Mencatat serta melaporkan kegiatan yang dilaksanakan kepada
puskesmas setempat.
Posyandu
merupakan upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan dasar dan peningkatan
status gizi masyarakat ( Rita Yulifah, 2010, Asuhan Kebidanan Komunitas).
Tujuan Posyandu
a) Menurunkan angka kematian ibu dan anak
b) Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR
c) Mempercepat penerimaan NKKBS
d) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan menunjang peningkatan hidup sehat
e) Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
sehingga tercapai peningkatan cakupan palayanan.
f) Meningkatkan dan membina peran serta masyarakat dalam rangka alih
teknologi untuk usaha kesehatan masyarakat.
3. Sasaran
a) Bayi < 1 tahun
b) Anak balita 1 – 5 tahun
c) Ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas
d) WUS ( Wanita Usia Subur )
xii
e) kegiatan posyandu
a. Kesehatan Ibu dan Anak KIA
b. Keluarga Berencana KB
c. Imunisasi
d. Peningkatan Gizi
e. Penanggulangan Diare
f. Sanitas Dasar
g. Penyediaan Obat Essensial
h. Pembentukan Posyandu
5. Pembentukan posyandu
a) Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti pos penimbangan
balita, pos imunisasi, pos keluarga berencana, pos kesehatan, pos lainnya yang
berbentuk baru.
b) Persyaratan posyandu
1). Penduduk RW tersebut paling sedikit terdapat 100 orang balita
2). Terdiri dari 120 kepala keluarga
3). Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa )
4). Jarak antara kelompok rumah, jumlah KK dalam 1 kelompok tidak terlalu
jauh.
c) Alasan pendirian posyandu
1). Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam upaya
pencegahan penyakit dan pertolongan pertama pada kecelakaan sekaligus
dengan pelayanan KB
2). Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat
sehingga menimbulkan rasa memiliki masayarakat terhadap upaya dalam
bidang kesehatan dan keluarga berencana.
6. Penyelenggara posyandu
a) Pelaksana kegiatan adalah anggota masyarakat yang telah dilatih
menjadi kader kesehatan setempat di bawah bimbingan puskesmas
xiii
b) Pengelola posyandu adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW
yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal
serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut.
7. Lokasi posyandu
a) Berada ditempat yang mudah didatangi masyarakat
b) Ditentukan oleh msyarakat itu sendiri
c) Dapat merupakan lokal tersendiri
d) Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk,
balai rakyat, pos RT/RW atau poslainnya.
8. Pelayanan posyandu
a) Pelayanan kesehatan yang dijalankan
1) Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita
2) Penimbangan bulanan
3) PMT yang berat badannya kurang
4) Imunisasi bayi 3 – 14 bulan
5) Pemberian oralit yang menanggulangi diare
6) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
b) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia
subur
1). Pemeriksaan kesehatan umum
2). Pemeriksaan kehamilan dan nifas
3). Pelayanan peniongkaatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil
penambah darah
4). Imunisasi TT unyk ibu hamil
5). Penyuluhan kesehatan dan KB
6). Pemberian alat kontrasepsi KB
7). Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare
8). Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
9). Pertolongan pertama pada kecelakaan
9. Sistem Informasi Di Posyandu ( Sistem Lima Meja )
xiv
a) Meja I adalah layanan pendaftaran
b) Meja II adalah layanan penimbangan
c) Meja III adalah tempat kader melakukan pencatatan pada buku KIA
setelah ibu dan balita mendaftar dan di timbang
d) Meja IV adalah tempat diketahuinya BB anak yang naik atau yang
turun, bumil dengan resiko tinggi, PUS yang belum mengikuti KB,
penyuluhan kesehatan, Vit. A dll.
e) Meja V adalah tempat pemberian makanan tambahan pada bayi dan
balita yang datang di posyandu
xv
Tabulin adalah tabungan social yang dilakukan oleh calon pengantin, ibu
hamil dan ibu yang akan hamil maupun oleh masyarakat untuk biaya
pemeriksaankehamilan dan persalinan serta pemeliharaan kesehatan selama
nifas. Penyetoran tabulin dilakukan sekali untuk satu masa kehamilan dan
persalinan ke dalam rekening tabulin.
Tidak semua ibu hamil dapat melahirkan dengan normal. Ibu hamil harus
selalu mewaspadai kemungkinan terjadinya komplikasi pada saat kehamilan
dan melahirkan. Keluarga ibu hamil perlu menyisihkan sebagian dari
pendapatan untuk pembiayaan selama kehamilan dan kelahiran, salah satu
cara adalah dengan adanya tabungan ibu bersalin ( tabulin ).
Para ibu hamil diberi kotak tabungan yang dikunci dan disimpan oleh bidan.
Tujuan dari Tabulin adalah supaya ibu hamil rajin menabung dan disiplin
memeriksakan diri kebidan. Pada saat ibu hamil periksa kandungan,kotak
tabungan dapat dibukan dan dihitung jumlahnya kemudian dicatat di dalam
buku sesuai dengan jumlah uang yang di simpan.
2. Tujuan
a) Meningkatkan pemahaman, pengetahuan, pengelola dan masyarakat
tentang tabulin
b) Meningkatkan kemampuan para pengelola dan masyarakat dalam
mengenali masalahpotensi yang ada dan menemukan alternative
pemecahan masalah yang berkaitan dengan ibu hamil dan nifas
c) Meningkatkan kesadaran, kepedulian pengelola dan masyarakat dalam
menggerakkan ibu hamil untuk ANC, persalinan dengan tenaga
kesehatan, PNC, serta penghimpunan dana masyarakat untuk ibu
hamil, bersalin, dan ambulan desa.
d. Kelas Postpartum
1. Pengertian
Kelas ibu nifas merupakan diskusi kelas yang berguna dalam menfasilitasi
diskusidalam kelompok pasca kelahiran. Kelas ibu nifas ini berkaitan dengan
peningkatan pengetahuan pada ibu nifas, ketika pengetahuan baik maka ibu
xvi
nifasakan memenuhi gizi maksimal. Gizi sangat diperlukan oleh ibu nifas
karena gizidapat mempengaruhi produksi ASI, pemulihan masa nifas, serta
pengaruh lainnyaterhadap keberlangsungan ibu nifas tersebut.
2. Tujuan Kelas Post Partum
a) Terjadinya interaksi dan berbagai pengalaman antar peserta(ibu nifas
dengan ibu nifas) dan antara ibu nifasdenganpetugas kesehatan/bidan.
b) Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibunifastentang masa
nifas, perubahan tubuh dan keluhan(apakahkehamilan tubuh,
perubahan tubuh selamamasanifas,keluhan umum saat masa nifas dan
mengatasinya, apasajayang perlu dilakukan ibu masa nifas dan
pengaturan gizi).
c) Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang
perawatan nifas (apa sajayang dilakukan ibu nifas agar dapat
menyusui ekslusif, bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas,tanda-
tanda bahaya dan penyakit ibu nifas).
d) Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu nifas tentang KB
pasca persalinan.
e) Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu masa nifas tentang
mitos kepercataan/adatistiadat setempat yang berkaitan dengan
kesehatan ibu dan anak.
f) Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang
perawatan payudara, manfaatsenam nifas, dan asi Eksklusif pada ibu
nifasg. Meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya
yangkemungkinan terjadi pada ibu masa postpartum (masa nifas)
e. Kelas Ibu Balita
1. Pengertian Kelas Ibu Balita
Kelas Ibu Balita adalah kelas dimana para ibu yang mempunyai anak berusia
antara 0 sampai 5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar
pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi
xvii
pertumbuhan dan perkembangannya dibimbing oleh fasilitator, dalam hal ini
digunakan Buku KIA.
2. Tujuan Kelas Ibu Balita
Tujuan Umum:
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan
menggunakan Buku KIA dalam mewujudkan tumbuh kembang Balita
yang optimal.
Tujuan Khusus :
1) Meningkatkan kesadaran pemberian ASI secara eksklusif
2) Meningkatkan pengetahuan ibu akan pentingnya Imunisasi pada bayi
3) Meningkatkan keterampilan ibu dalam pemberian MP-ASI dan gizi seimbang
kepada Balita
4) Meningkatkan kemampuan ibu memantau pertumbuhan dan melaksanakan
stimulasi perkembangan Balita
5) Meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara perawatan gigi Balita dan mencuci
tangan yang benar
6) Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyakit terbanyak, cara pencegahan
dan perawatan Balita Kelas Ibu Balita diselenggarakan secara partisipatif: artinya
para ibu tidak diposisikan hanya menerima informasi karena posisi pasif
cenderung
tidak efektif dalam merubah prilaku. Oleh sebab itu Kelas Ibu Balita dirancang
dengan metode belajar partisipatoris dimana para ibu tidak dipandang sebagai
murid, melainkan sebagai warga belajar. Dalam prakteknya para ibu didorong
untuk belajar dari pengalaman sesama, sementara fasilitator berperan sebagai
pengarah kepada pengetahuan yang benar. Fasilitator bukanlah guru atau dosen
yang mengajari, namun dalam lingkup terbatas ia dapat menjadi sumber belajar.
3. Kegiatan Kelas Ibu Balita
A. Persiapan Kegiatan
Kelas Ibu Balita dirancang untuk dilaksanakan di seluruh wilayah Provinsi.
Mengingat luasnya wilayah cakupan, kegiatan ini perlu dipersiapkan sedemikian
xviii
rupa sebelum dilaksanakan di seluruh daerah. Langkah penting pertama adalah
menginformasikan tentang organisasi pelaksana yang menyangkut posisi
penanggungjawab, keterlibatan aparat pemerintah tingkat provinsi/kabupaten/kota
serta lintas program, lintas sektor dan masyarakat, sebagai berikut:
i. Kelas Ibu Balita bukanlah program baru, tetapi merupakan kegiatan lanjutan
untuk membahas Buku KIA pada ibu Balita. Kegiatan Kelas Ibu Balita
terintegrasi dengan kegiatan lainnya yang ada di lapangan seperti PAUD,
BKB, Posyandu dll.
ii. Tim provinsi/kabupaten/kota secara bersama-sama bertugas memproduksi
rancangan program, melaksanakan supervisi, monitoringevaluasi dan
merencanakan pengembangan.
iii. Keterlibatan lintas program, lintas sektor dan masyarakat lokal terlihat dari
adanya sinergi dengan program-program yang telah ada. Kelas Ibu Balita
dilaksanakan sejalan dengan kegiatan Posyandu, Puskesmas, PAUD dengan
melibatkan pemerintah desa/kelurahan dan kecamatan. Dengan demikian
Kelas Ibu Balita diposisikan sebagai kegiatan bersama untuk kepentingan
bersama.
Kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam Persiapan Kegiatan
adalah:
1. Pertemuan Persiapan
Pertemuan ini bertujuan untuk mensosialisasikan serta menyamakan persepsi
diantara para stakeholders (aparatur Dinas, Puskesmas, Posyandu, dan tokoh
masyarakat) tentang Kelas Ibu Balita, diakhiri dengan membuat kesepakatan-
kesepakatan, antara lain tentang kriteria sasaran/peserta, fasilitator/narasumber
dan sebagainya. Hasil dari pertemuan ini adalah kebijakan yang diberlakukan
ditingkat
provinsi.
a. Peserta
Peserta Kelas Ibu Balita adalah kelompok belajar ibu-ibu yang mempunyai anak
usia antara 0 – 5 tahun dengan pengelompokan 0-1 tahun, 1-2 tahun, 2-5 tahun.
xix
Peserta kelompok belajar terbatas, paling banyak 15 orang. Proses belajar dibantu
oleh seorangfasilitator yang memahami bagaimana teknis pelaksanaan Kelas Ibu
Balita.
b. Fasilitator dan narasumber
Fasilitator Kelas Ibu Balita adalah bidan/perawat/tenaga kesehatan lainnya yang
telah mendapat pelatihan fasilitator Kelas Ibu Balita atau melalui on the job
training. Dalam pelaksanaan Kelas Ibu Balita fasilitator bisa minta bantuan
narasumber untuk menyampaikan materi bidang tertentu. Narasumber adalah
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian bidang tertentu, misalnya dibidang
gizi, gigi, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), penyakit menular, dsb.
2. Pengkajian Kebutuhan/Data Dasar
Sebaiknya sebelum kelompok Kelas Ibu Balita dimulai terlebih dahulu
dilaksanakan musyawarah masyarakat untuk mengetahui masalah kesehatan
Balita.
4. Pelaksanaan Kelas Ibu Balita
1. Persiapan
Pelaksanaan Kelas Ibu Balita adalah kegiatan yang harus dipersiapkan sebaik
mungkin. Persiapan ini dilaksanakan dalam ruang lingkup yang lebih kecil
(kecamatan/desa/kelurahan) dengan melibatkan sejumlah unsur lokal seperti
Poskesdes/Polindes/Puskesmas, bidan, kader Posyandu, dan tokoh masyarakat,
PKK, Guru TK. Poin paling penting dari pertemuan awal adalah mendapatkan
dukungan penuh dari segenap pihak, terutama sekali camat, kepala desa dan lurah
berupa tenaga, fasilitas maupun finansial.
Persiapan pelaksanaan Kelas Ibu Balita meliputi:
a) Identifikasi sasaran
Penyelenggara Kelas Ibu Balita perlu mempunyai data sasaran jumlah
ibu yang mempunyai balita antara 0 sampai 5 tahun dan kemudian
mengelompokannya jadi kelompok usia 0-1 tahun, 1-2 tahun, dan 2-5
tahun. Data dapat diperoleh dari Sistem informasi Posyandu,
Puskesmas atau dikumpulkan atas kerjasama dengan Dasawisma.
xx
b) Mempersiapkan tempat dan sarana belajar
Tempat kegiatan adalah tempat yang disediakan oleh pemerintahan
setempat (camat/desa/lurah). Tempat belajar sebaiknya tidak terlalu
jauh dari rumah warga belajar. Sarana belajar mencakup kursi, tikar,
karpet, alat peraga dan alat-alat praktek/demo. Jika peralatan
membutuhkan listrik perlu diperhatikan apakah tempat belajar
mempunyai aliran listrik. Oleh karena ibu-ibu membutuhkan
konsentrasi untuk mengikuti setiap materi, gangguan yang ditimbulkan
bayi perlu diatasi dengan menyediakan ruangan untuk bayi bermain.
Sebaiknya ibu-ibu peserta dianjurkan datang dengan suami atau
kerabat yang dapat mengasuh bayi/anak saat ibu mengikuti kelas. Di
ruang bermain bayi perlu disediakan mainan sesuai usia. Hindarkan
penggunaan mainan yang menimbulkan bunyi supaya tidak
mengganggu kegiatan Kelas Ibu Balita.
c) Mempersiapkan materi
Persiapan materi mencakup pembuatan jadwal belajar yang terdiri dari
jam, topik/materi, nama fasilitator dan daftar alat bantu (flip
chart/lembar balik, kertas plano, spidol, kartu metaplan, dsb.) untuk
setiap materi.
d) Mengundang ibu yang mempunyai anak berusia antara 0 – 5 tahun
Undangan disampaikan secara lisan maupun tertulis. Pastikan apakah
undangan sudah sampai kepada sasaran.
e) Mempersiapkan tim fasilitator dan narasumber
Menyusun pembagian kerja diantara fasilitator dan narasumber.
Pembagian ini akan terlihat dalam jadwal belajar.
f) Menyusun rencana anggaran
Anggaran perlu ditata dengan baik, termasuk rancangan pelaporannya.
Perlu juga dipastikan apakah ada bantuan keuangan dari pihak ketiga.
f. P4K
1. Pengertian
xxi
P4K yaitu Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh bidan sebagai upaya
untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil, suami dan keluarga tentang
Kehamilan berisiko; Bahaya kehamilan; Ajakan pada ibu, suami dan keluarga
untuk merencanakan persalinan.
2. Tujuan P4K
Tujuan P4K antara lain Suami, keluarga dan masyarakat paham tentang
bahaya persalinan; Adanya rencana persalinan yang aman; Adanya rencana
kontrasepsi yang akan di pakai; Adanya dukungan masyarakat, Toma, kader,
dukung untuk ikut KB pasca persalinan; Adanya dukungan sukarela dalam
persiapan biaya, transportasi, donor darah; Memantapkan kerjasama antara
bidan, dukun bayi dan kader.
Penyebab utama kematian ibu adalah Perdarahan, Eklamsia dan Infeksi.
Angka Kematian Ibu di Indonesia berdasarkan SDKI 2002.
Faktor Risiko/ Bahaya di kategorikan menjadi 3 yaitu :
xxii
4. Keracunan Kehamilan
5. Hamil kembar
6. Kembar air
7. Janin mati dalam kandungan
8. Hamil lebih bulan
9. Letak sungsang,letak lintang
Faktor Risiko III/ Risiko Tinggi (Ada gawat darurat)
1. Perdarahan
2. Eklampsia (kejang).
BAB III
PENUTUP
3.3 Kesimpulan
Upaya/Pelayanan kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi
dan anak balita serta anak prasekolah. Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak
(KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan.
3.2 Saran
Mahasiswa kebidanan harus mengetahui tentang pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
yang ada di Masyarakat yang telah di cantumkan dalam makalah tersebut.
xxiii
DAFTAR PUSTAKA
Karwati, SST,dkk. 2010. Asuhan Kebidanan V ( Kebidanan Komunitas). Jakarta:
Trans Info Media.
Veradilla, Dkk. 2021. BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS. Banten:
Yayasan Pendidikan dan Sosial Indonesia Maju (YPSIM).
Fendy Goo: MAKALAH PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK (Diakses
pada tanggal 15 September 2022, Pukul 12.45 WIB).
xxiv