Anda di halaman 1dari 22

KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA)

OLEH :

ULFIANA

K2021011017
D1

PROGRAM STUDI SI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur kehadirat tuhan Yang Maha Esa


atas rahmat nya berupa kesehatan, kesempatan dan ilmu, sehingga “Laporan
Kesehatan Ibu Dan Anak” saya ini dapat terselesaikan dalam waktu yang telah
ditentukan.

Semoga tugas yang telah saya selesaikan ini dapat dengan mudah dipahamai
oleh siapa saja yang membacanya. Jika ada kesalahan kata atau kalimat yang kurang
berkenan, saya mohon maaf sebelumnya. Dan Jangan lupa, kami juga berharap
komentar dan kritik yang membangun akan membuat karya tulis menjadi lebih
baik.

Penulis

Daftar Isi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................2
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis...........................................................................................3
B. Tinjauan Empiris ..........................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN
A. Penyakit Yang Dapat Ditimbulkan Pada Kesehatan Ibu Dan Anak .............5
B. Pelayanan yang di berikan pada ibu dan anak ........................................ 10
C. Aplikasi Kesehatan ibu dan anak .............................................................15
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN ..........................................................................................16
B. SARAN ......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era informasi sekarang ini, Indonesia sedang giat-giatnya
melaksanakan pembangunan disegala bidang. Adapun tujuan pembangunan di
negara kita, seperti yang dipaparkan oleh Dian Sinaga (2005:9), yaitu diarahkan
untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan
spiritualnya berdasarkan landasan Idiil Pancasila dan Landasan Konstitusional
Undang-undang Dasar 1945. Hal ini misalnya dituangkan dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara 1978: “Pembangunan nasional bertujuan untuk
mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan
spiritualnya berdasarkan pancasila dalam wadah negara kesatuan Republik
Indonesia yang merdeka”. Salah satu aspek yang turut menunjang lajunya
pembangunan tersebut adalah bidang kesehatan. Berdasarkan rumusan dari
Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan RI (2017): “Pembangunan kesehatan adalah investasi utama bagi
pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Pembangunan kesehatan pada
dasarnya adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, serta
kemampuan setiap orang untuk dapat berperilaku hidup yang sehat untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.Untuk
mewujudkan hal tersebut, perlu perencanaan pembangunan kesehatan yang
sistematis, terarah, terpadu dan menyeluruh, serta dibutuhkan keterlibatan
berbagai sektor dan seluruh komponen bangsa dalam pelaksanaannya”.
Melancarkan program pembangunan kesehatan tersebut, tentu saja diawali
dari keluarga yang sehat. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Presiden Joko Widodo dalam pidatonya dalam Konferensi Internasional
Keluarga Berencana (International Conference on Family Planning/ICFP) di
Nusa Dua, Bali 25 Januari 2016 menegaskan bahwa generasi yang berkualitas,
yang berkarakter, yang berbudi pekerti luhur, yang cinta sesama manusia hanya
dapat dilahirkan oleh ibu yang sehat, anak yang sehat dan berasal dari keluarga
yang sehat dan sejahtera. Keluarga yang sehat merupakan keluarga yang
optimal dimana setiap anggota keluarganya berada dalam kondisi sehat baik
sehat jasmani, sehat rohani, dan sosial.
Pada umumnya, seorang perempuan khususnya seorang ibu, memegang
peranan yang sangat penting dalam keluarga. Hal ini terjadi karena seorang ibu
cenderung memiliki perhatian yang lebih besar terhadap kondisi kesehatan
keluarganya. Perhatian ibu sangatlah beragam, mulai dari menerapkan gaya
hidup sehat, menyediakan bahan makanan yang sehat dan segar, memasak
makanan yang bergizi, mencuci pakaian, membersihkan rumah dan banyak hal
lainnya yang selalu dikerjakan oleh seorang ibu. Terutama hal yang berkaitan
dengan kegiatan kerja domestik keluarga. Dengan begitu banyaknya tanggung
jawab dan kegiatan seorang ibu untuk menjaga kesehatan keluarga, terkadang
membuatnya lupa akan kesehatannya sendiri. Padahal kesehatan seorang ibu
sangatlah penting dalam menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan
keluarganya.
Program Kesehatan Ibu Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan, dan bayi neonatal. Salah
satu tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit pada
ibu dan anak melalui peningkatan mutu pelayanan dan menjaga kesinambungan
pelayanan kesehatan ibu dan perinatal di tingkat pelayanan dasar dan pelayanan
rujukan primer.
Strategi KIA antara lain pemberdayaan perempuan/suami dan keluarga,
pemberdayaan masyarakat, adanya kerjasama lintas sektor/ mitra lain termasuk
pemerintah daerah dan lembaga legislatif dan yang terakhir adalah peningkatan
cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak secara terpadu dengan
komponen kesehatan reproduksi yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja penyakit yang dapat timbul pada kesehatan ibu dan anak.?
2. Apa saja pelayanan yang diberikan pada ibu dan anak.?
3. Apa aplikasi yang digunakan untuk program KIA.?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyakit yang dapat ditimbulkan pada Kesehatan ibu dan
anak
2. Untuk mengetahui pelayanan apa saja yang diberikan pada ibu dan anak
3. Untuk mengetahui aplikasi untuk KIA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Definisi Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA)
Menurut Kementerian Kesehatan, pelayanan kesehatan ibu dan anak
merupakan suatu upaya kesehatan yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi, dan anak
balita serta anak pra sekolah. Dalam penerapan KIA, peran keluarga
sangatlah besar dalam memengaruhi kehidupan seorang anak, terutama
pada tahap awal maupun tahap-tahap krisis. Peran yang paling besar
sebagai pendidik anak-anaknya adalah ibu. Seorang ibu dalam keluarga
terutama bagi anaknya berperan dalam mendidik dan menjaga anak-
anaknya, mulai dari usia bayi sampai dewasa. Untuk itu maka anak tidak
jauh dari pengamatan orang tua terutama ibunya.
Melalui pelaksanaan program KIA diharapkan dapat tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang
optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak
untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan
landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
2. Upaya Peningkatan Status Kesehatan Ibu Dan Anak
Di Indonesia upaya peningkatan status kesehatan ibu dan anak
merupakan salah satu program prioritas. Hal ini dikarenakan, masalah
kesehatan ibu dan anak masih menjadi salah satu permasalahan utama
di bidang kesehatan. Menurut UNICEF, setiap tiga menit, di suatu
tempat di Indonesia, anak di bawah usia lima tahun meninggal. Selain
itu setiap jam seorang perempuan meninggal karena melahirkan atau
sebab-sebab yang berkaitan dengan kehamilan.
Menurut WHO, upaya peningkatan status kesehatan ibu dan anak,
ditargetkan untuk menurunkan angka kematian dan kejadian sakit pada
ibu dan anak. Untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
anak tersebut dilakukan melalui upaya peningkatan mutu pelayanan dan
menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan pelayanan
rujukan. Selama ini, berbagai program terkait penanggulangan masalah
kesehatan ibu dan anak sudah diupayakan. Program-program tersebut
menitikberatkan pada upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Indikator yang digunakan untuk menilai program Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) antara lain kunjungan ibu hamil pertama (K1), cakupan
kunjungan keempat ibu hamil (K4), cakupan buku KIA, deteksi dini
kehamilan berisiko oleh tenaga kesehatan, persalinan oleh tenaga
kesehatan, penanganan komplikasi obstentrik, pelayanan nifas,
pelayanan neonatal, penanganan komplikasi neonatal, pelayanan
kesehatan anak balita, pelayanan kesehatan anak balita sakit.
3. Penyebab Kematian Pada Anak
Angka Kematian Bayi (AKB) atau selama masa neonatal pada tahun
2015 target capaiannya tetap yaitu 19 per 1000 kelahiran hidup,
sedangkan Angka Kematian Pasca Neonatal (AKPN) terjadi penurunan
dari 15 per 1000 kelahiran hidup menjadi 13 per 1000 kelahiran hidup
(usia 2-11 bulan) dan angka kematian balita (usia 1-5 tahun) sebanyak
10 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian anak di Indonesia
umumnya disebabkan oleh infeksi dan penyakit anak-anak lainnya
seperti diare. Seiring dengan meningkatnya pendidikan ibu, kebersihan
rumah tangga dan lingkungan, pendapatan, serta akses ke fasilitas
pelayanan kesehatan, angka kematian pada anak menjadi menurun.
Namun demikian, kematian bayi baru lahir (neonatal) merupakan
hambatan utama dalam menurunkan kematian anak lebih lanjut. Padahal
sebagian besar penyebab kematian neonatal tersebut dapat
ditanggulangi.
B. Tinjauan Teori Variabel Bebas
Program Kesehatan Ibu Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas
utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung
jawab terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan, dan
bayi neonatal. Salah satu tujuan program ini adalah menurunkan kematian
dan kejadian sakit pada ibu dan anak melalui peningkatan mutu pelayanan
dan menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan perinatal di
tingkat pelayanan dasar dan pelayanan rujukan primer.
Strategi KIA antara lain pemberdayaan perempuan/suami dan
keluarga, pemberdayaan masyarakat, adanya kerjasama lintas sektor/ mitra
lain termasuk pemerintah daerah dan lembaga legislatif dan yang terakhir
adalah peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak
secara terpadu dengan komponen kesehatan reproduksi yang lain.
Menurut Kementerian Kesehatan, pelayanan kesehatan ibu dan anak
merupakan suatu upaya kesehatan yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi, dan anak balita
serta anak pra sekolah. Dalam penerapan KIA, peran keluarga sangatlah
besar dalam memengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap
awal maupun tahap-tahap krisis. Peran yang paling besar sebagai pendidik
anak-anaknya adalah ibu. Seorang ibu dalam keluarga terutama bagi
anaknya berperan dalam mendidik dan menjaga anak-anaknya, mulai dari
usia bayi sampai dewasa. Untuk itu maka anak tidak jauh dari pengamatan
orang tua terutama ibunya.
Melalui pelaksanaan program KIA diharapkan dapat tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang
optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak
untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan
bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Adapun secara khusus program KIA ditujukan untuk:
a. Meningkatkankemampuanibu(pengetahuan,
b. sikap dan perilaku), dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya
dalam menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan
kesehatan keluarga, paguyuban keluarga, posyandu dan sebagainya.
c. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah
secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban keluarga,
posyandu, dan karang balita serta di sekolah taman kanak-kanak (TK).
d. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu menyusui.
e. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas,
ibu menyusui, bayi, dan anak balita.
f. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama elalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Penyakit Yang Dapat Ditimbulkan Pada Kesehatan Ibu Dan Anak
1. Faktor resiko infeksi dalam kehamilan
Infeksi TORCH merupakan organisme penyebab toksopasma
gondii, virus rubella, cytomegalovirus, HSV 1 dan 2, HIV, Virus Sifilis,
Hepatitis B, Parvovirus dan Varicellas. Penularan infeksi tersebut dapat
melalui darah nmaupun secret vagiona.
Faktor resiko penyakit infeksi di masa kehamilan meliputi beberapa
hal seprti Riwayat imunisasi, infeksi menular seksual, serta paparan
hewan saat kehamilan. Infeksi maternal dapat menyababkan dampak
yang besar dalam kehamilan, persalinan, hingga nifas.
a. Riwayat imunisasi
Ibu yang tidak mendapatkan imunisasi dapat meningkatkan
resiko terhadap penyakit infeksi semasa hamil. Infeksi rubella dan
varicella dapat dicegah dengan imunisasi ibu yang benar.
Selain itu pentingnya mendapatkan imunisasi dasar saat
bayi, serta imunisasi lanjutan/anjuran, dapat mencegah
terjangkitnya infeksi virus, bakteri, serta parasit. Ibu yang telah
mendapatkan imunisasi lengkap sejak bayi hingga dewasa dan saat
hamil, meminimalkan resiko terkena infeksi pada masa
kehamilannya.
b. Infeksi menular seksual
Infeksi menular seksual (IMS) dapat ditularkan melalui
hubungan seksual kepada ibu yang rentan. IMS juga disebut
penyakit kelamin. Hubungan seksual melalui vagina, oral, ataupun
dubur dapat menyebabkan penularan penyakit kelamin. Penyebab
IMS antara lain bakteri (pada penyakit sipilis, gonorhoe), jamur,
virus (pada herpes, HIV, CMV) dan parasite (kutu pada daerah
kelamin).
Ibu hamil yang memiliki IMS, memberi sumbangsih besar untuk
menularkannya ke janin. Infeksi sipilis, rubella, CMV, HIV dapat
ditularkan ke janin melalui transplasenta ataupun saat inpartu. Ibu
hamil yang baru terinfeksi, tingkat penularan ke janin sebanyak
80%.
Ibu hamil yang mengidap IMS akan berdampak pada kehamilan,
bayi yang akan dilahirkan hingga masa nifas. Dampak IMS dalam
kehamilan yaitu:
1. Kehamilan ektopik
2. Abortus
3. Kematian janin dalam Rahim (KDJR)
4. Kelainan kongenital
5. Intra uterine growth restriction
6. Berat badan lahir rendah (BBLR)
7. Infeksi neonatal
8. Infeksi puerperaklis
c. Paparan hewan
Toksoplasmosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh
toksoplasma gondi yang merupakan parasite jenis protozoa. Saat
hamil, ibu sangat rentan terhadap infeksi parasite ini.
Faktor resiko infeksi toksoplasmosis didapatkan dari beberapa
penyebab:
1. Paparan hewan (kucing) liar
2. Mengkonsumsi makanan yang tidak diolah dengan benar, seperti
mengkonsumsi daging dan sayuran mentah atau tidak matang
3. Produksi susu yang tidak dipasteurisasi
4. Tidak menggunakan alas kaki saat diluar rumah serta memiliki
peliharaan hewan burung.
Penularan infeksi toksoplasmosis yaitu dengan menelan atau
menghirup jaringan tinja yang terinfeksi, kebanyakan berasal dari
kotoran kucing liar. Infeksi ini menyebabkan toksoplasmosis
kongenital sebab penularan terjadi secara transplasental.
Transmisi infeksi toksoplasmosis dari ibu ke janin hanya terjadi
jika infeksi tersebut pertama kali terjadi selama hamil. Infeksi
maternal memiliki gejala seperti demam ringan yang singkat, sakit
kepala, myalgia, nyeri tenggorokan, limfadenopati dan
hepatomegali. Infeksi kongintel sering tidak dapat dikenali saat
lahir, sehingga infeksi berkembang dikemudian hari.
Infeksi toksoplasmosis saat hamil dapat menyebabkan beberapa
hal terhadap kehamilan, yaitu:
1. Abortus
2. Janin lahir mati
3. Kematian janin dalam Rahim
4. Hidrosefalus
5. Mikrosefali.
Sedangkan lahir dengan autism, epilepsy, kelainan kongenital,
merupakan dampak infeksi toksoplasmosis yang mempengaruhi
pada bayi baru lahir dan kehidupannya setelahnya. Kelainan
kongenital dapat menyerang seluruh jaringan dan organ tubuh yang
mengakibatkan gangguan sistem kardiovaskular, penglihatan,
pendengaran, dan metabolisme tubuh.
2. Faktor resiko infeksi dalam masa nifas
Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis merupakan infeksi saluran
kelamin yang terjadi saat dan setelah persalinan hingga 42 hari
setelahnya. Infeksi masa nifas merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas ibu seluruh dunia, serta 94% kematian ibu terjadi
dinegara penghasilan rendah dan menengah.
Infeksi masa nifas umumnya disebabkan oleh bakteri seperti
streptococcus, E. Coli, clostrium tetani, chlamydia, gonococcus. Infeksi
masa nifas ditandai dengan tanda dan gejala klinis senagai berikut:
1. Demam >38oC
2. Nyeri panggul
3. Keputihan berbau
4. Pengeluaran cairan berbau busuk/abnormal
5. Keterlambatan involusio uterus
Faktor resiko infeksi masa nifas dapat dibagi menjadi 2, yaitu
penyebab langsung dan penyebab tidak langsung:
a. Penyebab langsung
1. Penyebab sectio Cesario
Sectio Cesario (SC) merupakan pembedahan pada abdomen
dan uterus untuk melahirkan bayi. Jenis persalinan SC dilakukan
berdasarkan indikasi medis. Luka bekas oprasi SC dapat menjadi
media terjadinya infeksi silang yang meningkatkan infeksi masa
nifas. Pesalinan dengan metode SC memiliki resiko infeksi 3 kali
lebih besar daripada persalinan normal.
Ibu post SC yang memiliki berat badan berlebihan
(overweight) akan lebih memberi peluang besar untuk terjadinya
infeksi nifas. Kondisi overweight sangat mempengaruhi proses
penyembuhan luka post SC.
2. Riwayat ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban yang
terjadi masa kehamilan sebelum aterm. Ketuban pecah dini
terjadi dikarenakan berbagai hal yang menyebabkan infeksi dan
peradangan selaput korion sehingga selaput ketuban menjadi
pecah. KPD dapat berdampak serius sebab infeksi tersebut dapat
memudahkan bakteri masuk ke dalam uterus dan dapat
berkembangbiak hingga masa post partum, sehingga komplikasi
lanjutan dapat terjadi.
3. Pendarahan post partum
Pendarahan post partum dapat terjadi di 24 jam pertama
(primer) dan setelah 24 jam pertama (skunder). Penanganan
pendarahan post partum tersebut dapat menyebabkan
komplikasi berlanjut seperti trauma tindakan yang dapat
meningkatkan kejadian untuk infeksi lanjutan, serta
menyebabkan syok. Ibu dengan pendarahan post partum lebih
berisiko untuk terkena infeksi dibandingkan dengan ibu yang
tidak mengalami.
4. Anemia
Anemia pada masa nifas dapat terjadi akibat pendarahan
primer maupun pendarahan sekunder. Pendarahan masa nifas
membuat daya tahan tubuh ibu menurun serta dapat menjadi
faktor perdisposisi terjadinya infeksi.
b. Penybab tidak langsung
1. Tinkat Pendidikan dan ekonomi
Ibu dengan Pendidikan, pengetahuan, serta status ekonomi
yang kurang memiliki hubungan yang signifikan dengan
kejadian infeksi masa nifas hal ini dapat disebabkan karena
tingkat Pendidikan ibu mempengaruhi pengetahuan serta
kesadaran seseorang terhadap resiko suatu penyakit termasuk
infeksi. Ibu dengan tingkat Pendidikan rendah akan minim
pemeliharaan Kesehatan dan imunitasnya. Selain itu, kondisi
sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi kejadian infeksi. Hal
itu disebabkan karena kurang mampunya menyediakan makanan
yang bergizi dikarenakan rendahnya daya beli.
2. Lingkungan tempat tinggal
Tempat tinggal/lingkungan ibu hamil maupun ibu nifas
merupakan penyebab tidak langsung yang dapat mempengaruhi
terjadinya infeksi. Ibu yang tinggal didaerah
pedalaman/pedesaan serta lingkungan yang tidak bersih dan
tercemar dapat meningkatkan resiko 2,5 kali lebih besar
dibandingkan dengan ibu yang tinggal di perkotaan atau pada
daerah dengan lingkungan yang bersih.

B. Pelayanan Apa Saja Yang Diberikan Pada Ibu Dan Anak


Program pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan dalam beberapa
tahap yaitu pelayanan antenatal (selama masa kehamilan), pertolongan
persalinan, pelayanan kesehatan masa nifas (setelah persalinan), dan
pelayanan kesehatan neonatus.
1. Pelayanan antenatal
Dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan
dan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Tujuan dari pelayanan
antenatal adalah menjamin perlindungan kepada bumil yang berupa
deteksi dini, faktor risiko, pencegahan, dan penanganan komplikasi.
Standar minimal pelayanan antenatal terdiri dari 5T, yaitu: 1). timbang
berat badan dan ukut tinggi badan; 2). Ukur tekanan darah; 3).
Pemberian imunisasi tetanus toksoid lengkap; 4). Ukur tinggi fundus
uteri; dan 5). Pemberian tablet zat besi (minimal 90 tablet selama
kehamilan). Frekuensi pelayanan antenatal dilaksanakan minimal 4 kali
selama masa kehamilan dengan ketentuan waktu: minimal 1 kali pada
triwulan pertama, minimal 1 kali pada triwulan kedua, dan minimal 2
kali pada triwulan ketiga. Secara khusus dan dalam kondisi tertentu15
dapat juga dilakukan pemeriksaan laboraturium rutin yang mencakup
pemeriksaan golongan darah, hemoglobin (HB), protein urin dan gula
darah puasa. Untuk bumil yang berada di daerah prevalensi tinggi
dan/atau termasuk dalam kelompok risiko, dilakukan juga pemeriksaan
hepatitis B, HIV, sifilis, malaria, tuberculosis, kecacingan dan
thalassemia.
2. Pertolongan persalinan
Dilakukan secara aman oleh tenaga kesehatan yang kompeten di
fasilitas pelayanan kesehatan tertentu. Tenaga kesehatan yang
berkompeten memberikan pertolongan persalinan adalah dokter
spesialis kebidanan, dokter, dan bidan. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan pertolongan persalinan, yaitu: 1).
Pencegahan infeksi; 2). Metoda persalinan yang sesuai standar; 3).
Manajemen aktif kala III; 4). Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi; 5). Melaksanakan inisiasi
menyusui dini (IMD); dan 6). Memberikan injeksi vitamin K 1 dan
salep/tetes mata pada bayi baru lahir.
3. Pelayanan kesehatan masa nifas
Merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan kepada ibu mulai dari 6 jam sampai 42 hari setelah bersalin.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan masa
nifas ini adalah: dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan, dan perawat.
Tujuan dari pelayanan kesehatan ini adalah untuk deteksi dini
komplikasi pada ibu nifas. Pelaksanaan pemantauan dan pemeriksaan
masa nifas dilakukan berupa kunjungan nifas yang minimal dilakukan
sebanyak 3 kali, yaitu pada masa 6 jam sampai 3 hari setelah persalinan,
dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8-14 hari), dan dalam waktu
6 minggu setelah persalinan (36-42 hari). Pada saat kunjungan
pelayanan kesehatan masa nifas dilakukan pemeriksaan: 1). tanda-tanda
vital (tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan), 2). tinggi fundus uteri,
3). lokhia dan pengeluaran per vagina lainnya, 4). payudara dan anjuran
pemberian ASI ekslusif minimal 6 bulan, 5). pemberian kapsul vitamin
A 200.000 IU sebanyak 2 kali yaitu segera setelah melahirkan dan
setelah 24 jam pemberian kapsul vitamin A yang pertama, 6). Pelayanan
KB pasca bersalin.
4. Pelayanan kesehatan neonatus (KN)
Diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus
minimal 3 kali, yaitu pada kurun waktu 6-48jam setelah lahir (KN 1),
hari ke 3 sampai hari ke 7 setelah lahir (KN 2), dan hari ke 8 sampai
dengan hari ke 28 setelah lahir. Pelayanan kesehatan neonates perlu
dilakukan karena, bayi sampai usia kurang dari 1 bulan merupakan
golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi
dan berbagai masalah kesehatan dapat muncul. Sehingga jika tidak
dilakukan penanganan yang tepat, dapat berakibat fatal. Berapa upaya
yang dapat dilakukan untuk mengendalikan risiko pada kelompok ini,
diantaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan
oleh nakes di fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan
kesehatan sesuai standar. Pelayanan kesehatan neonatus ditujukan untuk
meningkatkan akses neonatus pada pelayanan kesehatan dasar,
mengetahui sedini mungkin jikaada kelainan/ masalah serta untuk
mengurangi risiko kematian pada periode neonatal yaitu usia 6-48 jam
setelah lahir yang biasa dikenal dengan istilah cakupan kunjungan
neonatal pertama (KN1). Pada kunjungan ini dilakukan konseling
perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian vitamin K1 injeksi
dan hepatitis B0injeksi (bila belum diberikan).
C. Aplikasi Elektronik Kesehatan Ibu Dan Anak (e-KIA)
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah kegiatan kesehatan dasar
yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh
petugas kesehatan (Depkes, 2012). Posyandu merupakan perpanjangan
tangan dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Posyandu bertugas
melayani ibu hamil, bayi dan balita terdapat pelayanan kesehatan ibu dan
anak, keluarga berencana, imunisasi, gizi serta pencegahan dan
penanggulangan diare. Dalam melayani masyarakat Posyandu memiliki
buku pendukung untuk mencatat perkembangan bayi dari usia 0-5 tahun
yaitu buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Buku KIA ini diberikan kepada
ibu dan harus dibawa setiap melakukan kontrol ke Posyandu. Proses
pencatatan kesehatan anak yang nantinya akan disalin pada buku KIA
dibagian Kartu Menuju Sehat (KMS). Pada kegiatan posyandu pada bayi
dan anak, seluruh aktivitas pencatatan masih dilaksanakan secara manual
dengan menulis rekaman data kesehatan (berat badan, tinggi badan dan
lingkar kepala) melalui buku KIA tersebut. Sedangkan rekomendasi nutrisi
terhadap kondisi anak dilakukan secara langsung pada saat bertatap muka.
Pada kegiatan tersebut, terdapat resiko buku tertinggal oleh ibu serta
rekomendasi nutrisi yang terbatas. Aplikasi e-KIA dibangun untuk
membantu menyelesaikan masalah tersebut.
Aplikasi e-KIA adalah salah satu aplikasi dalam bidang kesehatan
yang berjalan pada perangkat bergerak Android. Aplikasi ini bertujuan
untuk memudahkan orang tua dalam memonitor pertumbuhan anak.
Parameter tumbuh kembang anak meliputi berat badan, tinggi badan, dan
lingkar kepala yang telah dimasukkan oleh bidan Posyandu dapat dipantau
oleh orangtua secara realtime melalui aplikasi ini. Selain itu e-KIA juga
dapat memberikan rekomendasi makanan berdasarkan kebutuhan kalori
ideal anak. Aplikasi ini merupakan adopsi dari Buku KIA yang disebut
sebagai KMS. Dengan adanya aplikasi ini diharapkan orangtua dapat lebih
mudah memantau kondisi anak dan dapat dengan mudah mendapatkan
rekomendasi-rekomendasi nutrisi untuk anak sehingga mendapatkan
kondisi kesehatan yang ideal.
Aplikasi e-KIA yang dikembangkan saat ini belum diketahui aspek
usability dari sisi pengguna. Pengujian usability penting untuk dilakukan
sebelum aplikasi digunakan oleh pengguna. Pengujian awal dapat menjadi
sebuah early warning untuk mendeteksi kemungkinan kesalahan yang
mungkin terjadi sebelum aplikasi benar-benar diberikan kepada user.
Pengujian awal pada aplikasi yang dibuat akan lebih menekan biaya dan
lebih mudah menyelesaikan masalah daripada melakukan pengujian ketika
aplikasi sudah diberikan kepada pengguna (Gould & Lewis, 1985).
Pengujian awal terbukti dapat menekan jumlah kesalahan aplikasi sampai
aplikasi tersebut digunakan oleh pemangku kepentingan (Hertzum, 2006).
Usability adalah suatu ukuran untuk mengukur tingkat dimana sebuah
sistem dapat digunakan oleh pengguna untuk mencapai tujuan tertentu
dengan lebih efektif, efisien serta memuaskan (ISO 9241 – 11, 1998).
Pada penelitian sebelumnya, evaluasi usability digunakan untuk
mengukur kepuasan dan kemudahan pengguna website Rumah Sakit
Siloam di Palembang. Metode yang digunakan dalam pengukuran kepuasan
tersebut menggunakan metode usability testing dan system usability scale.
Pengukuran usability dilakukan untuk menilai apakah interaksi antara
pengguna dengan aplikasi dapat berjalan dengan baik (Huda, 2019). Hasil
dari penelitian tersebut adalah website RS Siloam Palembang telah
termasuk ke dalam penilaian baik dan dapat digunakan oleh seluruh
pengguna. Selain itu, pengujian usability juga pernah dilakukan untuk
mengukur kualitas kemudahan pengguna aplikasi mobile Jaminan
Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Mobile JKN
merupakan aplikasi platform android memerlukan pengujian apakah
aplikasi tersebut diterima oleh penggunanya dengan baik (Lubis dkk.,
2020). Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa aspek sistem
mencapai nilai rata-rata 4.18, aspek pengguna mencapai nilai rata-rata 3.8
dan aspek interaksi mencapai nilai 4.17. Sehingga dapat dikatakan aplikasi
mobile JKN tergolong baik dalam hal kemudahan dalam penggunaannya.
Evaluasi heuristik adalah salah satu metode untuk mengidentifikasi
permasalahan yang terkait dengan usability dalam desain interface
pengguna pada suatu aplikasi. Evaluasi heuristik melibatkan evaluator
untuk memeriksa antarmuka pengguna dan menilai keselarasannya dengan
prinsip-prinsip heuristik (Nielsen, 1994). Pada penelitian ini, evaluasi
heursitik melibatkan 6 orang evaluator yang merupakan pakar bidang ahli
gizi dan pemberian nutrisi pada ibu dan anak. Dengan melakukan evaluasi
heuristik diharapkan dapat menemukan masalah-masalah terkait usability
yang diamati pada desain antarmuka pengguna dengan mengacu pada
prinsip heuristik yang telah ditetapkan.
BAB IV
PENUTUP
A. Saran
Pemerintah daerah hendaknya dapat memperbaikan pelayanan
kebidanan dan neonatal di wilayahnya secara berkesinambungan melalui
penyediaan SDM yang kompeten, sistem rujukan yang efektif dengan
memperhatikan kondisi geografis dan sosial budaya.
Dinas kesehatan kabupaten/kota hendaknya dapat meningkatkan
monitoring dan evaluasi serta pendampingan pelaksanaan program KIA
agar cakupan indikator kesehatan ibu dan bayi yang belum mencapai target
dapat diperbaik.
B. Kesimpulan
Melalui pelaksanaan program KIA diharapkan dapat tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang
optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak
untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan
bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Keenam evaluator yang merupakan Subject Matter Expert dalam
bidang gizi Kesehatan memiliki kecenderungan dalam menemukan
permasalahan terkait atribut informasi dan visualisasi kondisi Kesehatan
anak berdasarkan KMS dan Buku KIA 2016. Untuk meningkatkan
keterikatan dan pengalaman pengguna yang baik, maka evaluator
menyarankan agar interaksi dan struktur menu aplikasi e-KIA mengikuti
standar Buku KIA 2016. Selanjutnya, ada beberapa fitur tambahan yang
dibutuhkan seperti menu lupa password, menu reminder penimbangan, serta
keterangan interpretasi kondisi kesehatan anak agar aplikasi e-KIA ini dapat
menjadi sarana edukasi bagi para ibu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bachtiar FA, Dkk. Evaluasi Usability Aplikasi Elektronik-
Kesehatan Ibu Dan Anak (e-KIA). Tahun 2021. Vol 8 No (6).
2. Perdana F, Hermawati H. Upaya Meningkatkan Kesehatan Ibu Dan
Anak Melalui Program Literasi Kesehatan Dan Hibah Buku Di Desa
Cintamulya Rw 05 Jatinangor. Tahun 2018. Vol 7, No (1).
3. Lestari Puji TR. Pencapaian Status Kesehatan Ibu Dan Bayi Sebagai
Salah Satu Perwujudan Keberhasilan Program Kesehatan Ibu Dan
Anak. Tahun 2020. Vol 25, No (1). Hal 75-89.
4. Pratiwi JD, Rokhman N. Pengembangan Input Sistem Informasi
Kesehatan Ibu Dan Anak Berbasis Web Di RSKIA Bhakti Ibu
Yokyakarta. Tahun 2017. Vol 1, No (2).
5. Sistiarani C, Gamelia E, Hariyadi B. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Tahun 2014. Vol 10, No (1).
6. Astuti AT, Dkk. Penyakit Infeksi Dalam Kehamilan Dan Nifas. Get
Press Indonesia. Tahun 2023. Pp 1-10.

Anda mungkin juga menyukai