Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN

KESEHATAN IBU DAN ANAK DI DINAS KESEHATAN PRIVINSI SUMATERA


UTARA

Oleh :

DINA ANGGRAINI 0801183503

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas karunia, rahmat
kesehatan dan keselamatan kepada penyusun sehingga mampu menyelesaikan laporan ini tepat
pada waktunya. Adapun judul dari laporan ini adalah “kesehatan Ibu dan Anak di Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara” Pada kesempatan ini, penyusun juga berterima kasih kepada
dinas kesehatan provinsi sumatera utara dan semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyusunan makalah ini.

Tak ada gading yang tak retak, penyusun sadar bahwa laporan ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu penyusun menghargai dan berterima kasih atas saran dan kritik dari semua pihak.
Kritik dan saran tersebut dengan tujuan memperbaiki dan melengkapi kekurangan yang ada
untuk proses penyusunan Laporanselanjutnya.

Medan, 25 Februari 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi
dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA
masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinik terkait
kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong,
yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat tranportasi
atau komunikasi (telepon genggam, telepon rumah), pendanaan, pendonor darah,
pencacatan pemantauan dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula
pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah
keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu
dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang
optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah menurunkan
angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian
neonatal 16 per 1000 kelahiran hidup. Namun sampai saat ini sasaran tersebut belum
tercapai.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas adapun rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimana kesehatan ibu dan anak di wilayah kerja dinas kesehatan
Provinsi Sumatera Utara.

C. Tujuan Penelitian
untuk mengetahui kesehatan ibu dan anak di wilayah kerja dinas kesehatan
Provinsi Sumatera Utara.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai penambah pengetahuan bagi Puskesmas khususnya dalam upaya
2. meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
3. Sebagai bahan masukan dalam menyusun perencanaan manajemen sumber daya
manusia khususnya petugas KIA sehingga dapat meningkatkan kualitas kinerja
petugas KIA di Puskesmas wilayah kerja dinas kesehatan provinsi sumatera utara.
4. Sebagai informasi, rujukan dan masukan kepada peneliti selanjutnya.
5. Sebagai bahan informasi dalam pengambilan keputusan pada bidang
ketenagakerjaan, baik promosi, mutasi, maupun kegiatan ketenagakerjaan
lainnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Upaya Kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi
dan anak balita serta anak prasekolah.
Dalam KIA keluarga mempunyai peran yang besar dalam mempengaruhi
kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya, dan
yang paling berperan sebagai pendidik anak-anaknya adalah ibu. Peran seorang ibu
dalam keluarga terutama anak adalah mendidik dan menjaga anak-anaknya dari usia
bayi sehingga dewasa, karena anak tidak jauh dari pengamatan orang tua terutaa
ibunya. (Asfryati, 2003).

B. Tujuan Program KIA


Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu
dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang
optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :
1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat
guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga,
Posyandu dan sebagainya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara
mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan
Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu
meneteki, bayi dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.

C. Prinsip Pengelolaan Program KIA


Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan KIA
diutamakan pada kegiatan pokok :
1. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu yang
baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
2. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan
pertolongan oleh tenaga professional secara berangsur.
3. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan
maupun di masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan
pengamatannya secara terus menerus.
4. Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan) dengan mutu
yang baik dan jangkauan yang setinggi tingginya.

D. Pelayanan dan Jenis Indikator KIA


1. Pelayanan antenatal :
Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa
kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal. Standar minimal “5 T “
untuk pelayanan antenatal terdiri dari :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b. Ukur Tekanan darah
c. Pemberian Imunisasi TT lengkap
d. Ukur Tinggi fundus uteri
e. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan dengan
ketentuan waktu minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada
triwulan kedua, dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
2. Pertolongan Persalinan
Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat :
a. Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,
pembantu bidan dan perawat.
b. Dukun bayi :
Terlatih ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan tenaga
kesehatan yang dinyatakan lulus.
Tidak terlatih ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga
kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.
c. Deteksi dini ibu hamil berisiko :
Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah :
1) Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun .
2) Anak lebih dari 4
3) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun atau
lebih dari 10 tahun
4) Tinggi badan kurang dari 145 cm
5) Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5
cm
6) Riwayat keluarga mendeita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
kengenital.
7) Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul.
Risiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dan
normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu
maupun bayi .
Risiko tinggi pada kehamilan meliputi :
1) Hb kurang dari 8 gram %
2) Tekanan darah tinggi yaitu sistole lebih dari 140 mmHg dan diastole lebih
dari 90 mmHg
3) Oedema yang nyata
4) Eklampsia
5) Perdarahan pervaginam
6) Ketuban pecah dini
7) Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.
8) Letak sungsang pada primigravida
9) Infeksi berat atau sepsis
10) Persalinan premature
11) Kehamilan ganda
12) Janin yang besar
13) Penyakit kronis pada ibu antara lain Jantung, paru, ginjal.
14) Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan.
Risiko tinggi pada neonatal meliputi :
1) BBLR atau berat lahir kurang dari 2500 gram
2) Bayi dengan tetanus neonatorum
3) Bayi baru lahir dengan asfiksia
4) Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 hari setelah
lahir
5) Bayi baru lahir dengan sepsis
6) Bayi lahir dengan berat lebih dari 4000 gram
7) Bayi preterm dan post term
8) Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang
9) Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan.
d. Indikator pelayanan kesehatan ibu dan bayi
Terdapat 6 indikator kinerja penilaian standar pelayanan minimal atau
SPM untuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang wajib dilaksanakan yaitu :
Cakupan Kunjungan ibu hamil K4
1) Pengertian
Kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang kontak dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai dengan standar 5T
dengan frekuenasi kunjungan minimal 4 kali selama hamil, dengan syarat
trimester 1 minimal 1 kali, trimester II minimal 1 kali dan trimester III
minimal 2 kali . Standar 5 T yang dimaksud adalah :
a) Pemeriksaaan atau pengukuran tinggi dan berat badan
b) Pemeriksaaan atau pengukuran tekanan darah
c) Pemeriksaan atau pengukuran tinggi fundus
d) Pemberian imunisasi TT
e) Pemberian tablet besi
2) Definisi operasional
Perbandingan antara jumlah ibu hamil yang telah memperoleh ANC
sesuai standar K4 disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan
penduduk sasaran ibu hamil
3) Cara perhitungan
Pembilang : Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC
sesuai standar K 4 disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
4) Sumber data :
a) Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai
standar K4 diperoleh dari catatan register kohort ibu dan laporan PWS
KIA.
b) Perkiraan penduduk sasaran ibu hamil diperoleh dari Badan Pusat
Statistik atau BPS kabupaten atau propinsi jawa timur.
5) Kegunaan
a) Mengukur mutu pelayanan ibu hamil
b) Mengukur tingkat keberhasilan perlindungan ibu hamil melalui
pelayanan standar dan paripurna. Jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan ANC sesuai standar K4 Perkiraan penduduk
c) Mengukur kinerja petugas kesehatan dalam penyelenggaraan
pelayanan ibu hamil

E. Manajemen Kegiatan KIA


Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemamtauan Wilayah
setempat-KIA (PWS-KIA) dengan batasan :
Pemamtauan Wilayah Setempat KIA adalah alat untuk pengelolaaan kegiatan KIA
serta alat untuk motivasi dan komunikasi kepada sector lain yang terikat dan
dipergunakan untuk pemamtauan program KIA secara teknis maupun non teknis.
Melalui PWS-KIA dikembangkan indikator-indikator pemantauan teknis dan non
teknis, yaitu :
1. Indikator Pemantauan Teknis : Indikator ini digunakan oleh para pengelola
program dalam lingkungan kesehatan yang terdiri dari :
a. Indikator Akses
b. Indikator Cakupan Ibu Hamil
c. Indikator Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
d. Indicator penjaringan Dini Faktor Resiko oleh Masyarakat
e. Indikator Penjaringan Faktor resiko oleh Tenaga Kesehatan
f. Indikator Neonatal
2. Indikator Pemamtauan Non teknis :
Indikator ini dimasksudnya untuk motivasi dan komunikasi kemajuan
maupun masalah operasional kegiatan KIA kepada para penguasa di wilayah,
sehingga di mengerti dan mendapatkan bantuan sesuai keperluan. Indikator-
indikator ini dipergunakan dalam berbagai tingkat administradi, yaitu :
a. Indikator pemerataan pelayanan KIA
Untuk ini dipilih AKSES (jangkauan) dalam pemamtauan secara teknis
memodifikasinya menjadi indicator pemerataan pelayanan yang lebih
dimengerti oleh para penguasa wilayah.
b. Indikator efektivitas pelayanan KIA :
Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemamtauan secara
teknnis dengan memodifikasinya menjadi indicator efektivitas program
yang lebih dimengerti oleh para penguasa wilayah.
Kedua indicator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan, perdesa serta
dipergunakan dalam pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk menunjukkan
desa-desamana yang masih ketinggalan.
Pemantauan secara lintas sektoral ini harus diikuti dengan suatu tindak
lanjut yang jelas dari para penguasa wilayah perihal : peningkatan
penggerakan masyarakat serta penggalian sumber daya setempat yang
diperlukan.

F. Persyaratan Dan Mekanisme Kartu Insentif Anak (KIA)


1. Ketentuan Kartu Insentif Anak (KIA).
a. Sebagai Kartu Insentif Anak yang berdomisili di Kota Surakarta.
b. Memberikan fasilitas tertentu pada berbagai bidang sesuai kebutuhan anak.
c. KIA bisa digunakan pula sebagai Kartu Identitas Anak sebelum anak memiliki
Identitas Resmi (KTP)
d. Waktu penyelesaian KIA untuk perseorangan 7 (tujuh) hari kerja dan untuk
kolektif 14 (empatbelas) hari kerja.
e. Pembuatan KIA tidak dipungut biaya (gratis).
f. KIA dapat diperoleh dengan menunjukan Akta Kelahiran, hal ini dimaksudkan
agar:
1) Orang tua memiliki kesadaran yang tinggi terhadap anaknya untuk
mencarikan akta kelahiran.
2) Mendukung RENSTRANAS tahun 2011, bahwa semua anak Indonesia
tercatat kelahirannya.
3) Mendukung RENSTRA Kota Surakarta Tahun 2011, bahwa semua anak
Surakarta tercatat kelahirannya.
4) Mendukung Program Kota Surakarta sebagai Kota Layak Anak.
5) Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak untuk menjamin
kehidupan, pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar baik
jasmani , rohani maupun sosial.
2. Persyaratan
a. Mengisiformulirpermohonan KIA.
b. Foto copy Akta Kelahiran Anak.
c. Foto copy Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga Orang Tua.
d. Pas foto anakberwarnaukuran 2 X 3 (2 lembar).
3. Mekanisme.
a. Penduduk atau yang mewakili (membawa kuasa) melapor ke Dinas.
b. Penduduk atau yang mewakili (membawa kuasa)mengisi dan menandatangani
formulir permohonan KIA
c. Petugas Dinas melakukan verifikasi dan validasi berkas permohonan.
d. Petugas melakukan perekaman data ke dalam data base KIA.
e. Dinas menerbitkan KIA dengan diberikan kepada pemohon.

G. Target Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


1. Target program adalah meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat pada tahun 2014 dalam program
gizi serta kesehatan ibu dan anak yaitu :
2. Ibu hamil mendapat pelayanan Ante Natal Care (K1) sebesar 100%.
3. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih sebesar 90%.
4. Cakupan peserta KB aktif sebesar 65%.
5. Pelayanan kesehatan bayi sehingga kunjungan neonatal pertama (KN1) sebesar
90% dan KN Lengkap (KN1, KN2, dan KN3) sebesar 88%.
6. Pelayanan kesehatan anak Balita sebesar 85%.
7. Balita ditimbang berat badannya (jumlah balita ditimbang/balita seluruhnya (D/S)
sebesar 85%).
8. ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sebesar 80%.
9. Rumah Tangga yang mengonsumsi Garam Beryodium sebesar 90%.
10. Ibu hamil mendapat 90 Tablet Tambah Darah sebesar 85% dan Balita usia 6-59
bulan mendapatkan Kapsul Vitamin A sebanyak 85%.
11. Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap kepada bayi 0-11 bulan sebesar 90 %.
12. Penguatan Imunisasi Rutin melalui Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional
(GAIN) UCI, sehingga desa dan kelurahan dapat mencapai Universal Child
Immunization (UCI) sebanyak 100%.
13. Pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam mendukung
terwujudnya Desa dan Kelurahan Siaga aktif sebesar 80%

H. Strategi Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


Strategi Promosi Peningkatan KIA serta percepatan penurunan AKI dan AKB
adalah melalui Advokasi, Bina Suasana dan Pemberdayaan Masyarakat yang
didukung oleh Kemitraan.
1. Advokasi
Advokasi merupakan upaya strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari para pengambil keputusan dan pihak terkait
(stakeholders) dalam pelayanan KIA.
2. Bina Suasana
Bina Suasana merupakan upaya menciptakan opini publik atau lingkungan
sosial, baik fisik maupun non fisik, yang mendorong individu, keluarga dan
kelompok untuk mau melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait
dengan upaya peningkatan KIA serta mempercepat penurunan AKI dan AKB.
Bina suasana salah satunya dapat dilakukan melalui sosialisasi kepada kelompok-
kelompok potensial, seperti organisasi kemasyarakatan, kelompok opini dan
media massa. Bina suasana perlu dilakukan untuk mendukung pencapaian target
program KIA.
3. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya menumbuhkan kesadaran,
kemauan, kemampuan masyarakat dalam mencegah dan mengatasi masalah KIA.
Melalui kegiatan ini, masyarakat diharapkan mampu berperilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) dan berperan serta dalam pemberdayaan masyarakat di bidang KIA.
4. Kemitraan
Kemitraan dalam penanganan masalah KIA adalah kerjasama formal antara
individu-individu, kelompok-kelompok peduli KIA atau organisasi-organisasi
kemasyarakatan, media massa dan swasta/dunia usaha untuk berperan aktif dalam
upaya peningkatan KIA di masyarakat.

I. Pranikah
Pernikahan adalah bersatunya dua orang ke dalam suatu ikatan yang
didalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumah tangga dan
meneruskan keturunan. Menurut Duvall dan Miller, perkawinan merupakan suatu
hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan yang diakui secara sosial,
menyediakan hubungan seksual dan pengasuhan anak yang sah, dan didalamnya
terjadi pembagian hubungan kerja yang jelas bagi masing-masing pihak baik suami
maupun istri.
Menurut Olson and Fower, perkawinan adalah sebuah komitmen legal dengan
ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan
emosional, berbagi tanggung jawab dan sumber pendapatan. Berdasarkan Kompilasi
Hukum Islam, perkawinan menurut hukum islam adalah pernikahan, yaitu akad yang
sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah. Pranikah adalah masa sebelum adanya
perjanjian antara laki-laki dan perempuan, tujuannya untuk bersuami istri dengan
resmi berdasarkan undang-undang perkawinan, agama maupun pemerintah.
Menurut Syubandono, bimbingan pranikah ialah suatu proses pelayanan
sosial berupa suatu bimbingan penasehatan, pertolongan yang diberikan kepada
calon suami istri, sebelum melaksanakan pernikahan, agar mereka memperoleh
kesejahteraan dan kebahagiaan dalam perkawinan dan kehidupan kekeluargaan.
Nasehat perkawinan (marriage counseling) ialah suatu proses pertolongan
yang diberikan kepada calon suami dan istri sebelum atau sesudah kawin untuk
membantu mereka memperoleh kebahagiaan dalam perkawinan dan rumah
tangganya. Menurut Aunur Rahim Faqih, bimbingan pernikahan dan keluarga islami
adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam menjalankan
pernikahan dan kehidupan berumah tangganya bisa selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
J. Ibu Hamil
Pengertian Ibu hamil
Ibu hamil adalah orang yang sedang dalam proses pembuahan untuk melanjutkan
keturunan. Di dalam tubuh seorang wanita hamil terdapatjanin yang tumbuh di
dalamrahim. Kehamilanmerupakanmasakehidupan yang penting.Seorang ibu hamil harus
mempersiapkan diri sebaik- baiknya agar tidak menimbulkan permasalahan pada
kesehatan ibu, bayi, dan saat proses kelahiran. Salah satu faktor yang mempengaruhi
kesehatan ibu adalah keadaan gizi (Waryana,2010).
Tanda – tanda seorang wanita yang hamil :
1) Ibu berhenti haid
2) Payudara mulai membesar dan mengeras.
3) Pada pagihariibu seringmuntah – muntah, pusing, dan mudah letih.
4) Semakin hari perut seorang wanita hamil akan membesar dan pada saat usia
kehamilan 6 bulan puncak rahim setinggi sekitar pusat.
5) Sifatibuberubah – ubah, misalnyaibulebihsukamakan yang asam – asam, rujak, mudah
tersinggung dan sebagainyaa dalah normal.

Kebutuhan gizi masa hamil


Selama hamil metabolisme energi dan zat gizi lain dalam tubuh meningkat.
Peningkatan kebutuhan energi dan zat gizi lain dibutuhkan untuk pertumbuhan janin di
dalam kandungan, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan
metabolisme tubuh ibu. Defisiensikebutuhan zat gizi selama hamil dapat mengakibatkan
pertumbuhan janin yang tidak sempurna (Waryana, 2010).
World Health Organization (WHO)menganjurkan jumlah tambahanenergi untuk ibu
hamil trimester I adalah 150 kkaldalamsatuhari, untukibuhamil trimester II dan III ibu
hamil memerlukan tambahan energi sebesar 350 kkal dalam satu hari. Selain kebutuhan
energi, kebutuhan protein selama hamil juga meningkat hingga 68% dari sebelum
hamil.Oleh karena itu, Negara Indonesiamelalui Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi
(WNPG) tahun1998 menganjurkan penambahan protein 12 g/hari selama masa kehamilan
(Kristiyanasari, 2010).
Seorang wanita hamil akan mengalami peningkatan volume darah, hal ini
menyebabkan kebutuhan akan zat besijuga meningkat. Jumlah zat besi yang dibutuhkan
selama hamil sekitar 800-1000 mg diantaranya untuk mencukupi kebutuhan peningkatan
sel darah merah yang membutuhkan zat besi 300-400 mg zat besi hingga usmur kehamilan
32 minggu, untuk memenuhi kebutuhan janin sekitar 100-200 mg zat besi dan untuk
memenuhi pertumbuhan plasenta sekitar 100-200 mg zat besi. Zat besi akan hilang sekitar
190 mg saat melahirkan (Ibrahim, 2010).Di Indonesia melalui Widya Karya Nasional
Pangan dan Gizi (WNPG) tahun 1998 mengemukakan jika seorang wanita hamil
membutuhkan tambahan zat besi rata – rata 20 mg/hari (Kristiyanasari, 2010).

Pelayanan ANC
Pelayanan antenatal adalah pelayanan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa
kehamilannya, dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam
Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) (Kementrian Kesehatan, 2012). Pelayanan antenatal
adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik
pada ibu hamil untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan
memuaskan. Tujuan antenatal adalah untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan,
persalinan dan nifas serta menjaga agar bayi yang dilahirkan sehat, memantau
kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan dan merencanakan penatalaksanaan yang
optimal terhadap kehamilan risiko tinggi serta menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu
dan janin perinatal (Klara, 2014).
Pelayanan antenatal meliputi pendaftaran, pelayanan kesehatan (anamnese, pelayanan
fisik maupun laboratorium, penyuluhan perorangan atau konseling, pelayanan obat dan
rujukan). Standar pelayanan Antenatal :
A. Identifikasi ibu hamil
Pemeriksaan dan pemantauan antenatal Memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan
antenatal selama masa hamil
B. Palpasi abdominal
Melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk
memprediksi usia kehamilan, memeriksa posisi bayi, bagian terndah janin dan
masuknya janin ke dalam rongga panggul, mencari kelainan serta melakukan rujukan
tepat waktu (IBI, 2006).
3) Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Melakukan tindakan penceghan, penemuan, penanganan atau rujukan semua kasus
anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (IBI, 2006).
4) Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Petugas KIA menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan
dan mengenal tanda-tanda serta gejala pre-eklampsia lainnya, serta mengambil tindakan
yang tepat dan merujuknya (IBI, 2006).
5) Persiapan Persalinan
Petugas KIA memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya
pada trimester ketiga untuk memastikan bahwa persalinan yang bersih dan aman serta
suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik (IBI, 2006).

Kebijakan Pelayanan Antenatal


Kebijakan program pelayanan antenatal yaitu kunjungan antenatal sebaiknya
dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan, satu kali pada triwulan pertama, satu
kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga. Penerapan operasional dikenal
dengan Standar Minimal 7T yang terdiri dari :
1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
2) Mengukur tekanan darah
3) Mengukur tinggi fundus uteri
4) Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap
5) Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan
6) Tes terhadap penyakit menular seksual
7) Penyuluhan dan konseling dilakukan setiap kunjungan antenatal.

Tablet besi
Tablet besi adalah hasil suplementasi antara zat besi dan asam folat yang diberikan
pada ibu hamil untuk mencegah kejadian anemia gizi besi selama kehamilan (Dinas
Kesehatan DIY, 2015).

Hemafort
Hemafort adalah jenis tablet besi yang diberikan petugas KIA pada ibu hamil yang
memeriksakan kehamilnnya di Puskesmas Godean II. Tablet besi ini diproduksi oleh PT.
Phapros TBK. Indikasi hemafort untuk kekurangan darah karena kekurngan zat besi,
perdarahan, anak dalam masa pertumbuhan, haid, waktu hamil, baru sembuh dari suatu
penyakit, sesudah operasi, anemia makrositik hiperkromik, anemia karena kurang gizi dan
pencegahan anemia setelah donor darah.
Satu tablet besi memiliki komposisi besi (III) fumarat 300 mg, mangan sulfat 0.4 mg,
tembaga sulfat 0.4 mg, vitamin C 100 mg, asam folat 2 mg, vitamin B12 15 mcg, dan
faktor intrinsik 25 mg. Dosis pemberian untuk dewasa 1x sehari 1 tablet sewaktu atau
sesudah makan, atau menurut petunjuk petugas kesehatan. Keterangan pada umumnya
preparat yang mengandung besi menyebabkn tinja berwarna hitam. Dalam satu kemasan
berisi 10 strip.

Sasaran pemberian tablet besi :


1) Ibu hamil sampai nifas
Ibu hamil merupakan prioritas utama pemberian tablet besi karena prevalensi anemia
pada kelompok ini tertinggi yaitu 63,5%. Ibu hamil merupakan kelompok yang paling
rentan, karena anemia dapat membahayakan kesehatan ibu dan bayi.
2) Balita (6 – 60 bulan)
Balita memerlukan zat besi untuk proses tumbuh kembang.
3) Anak usia sekolah (6-12 tahun)
Anak usia sekolah mempunyai aktivitas fisik yang cukup tinggi dan masih dalam
proses belajar. Agar kondisi anak tetap prima dan prestasi belajar meningkat kadar
hemoglobin harus normal. Untuk menjaga konsidi hemoglobin tetap normal maka
dibutuhkan tablet besi.
4) Remaja putri (12 – 18 tahun) dan wanita usia subur (WUS)
Kelompok WUS merupakan kelompok umur yang mendekati masa perkawinannya.
Pemberian tablet besi pada kelompok ini bermanfaat untuk mepersiapkan diri sebelum
masa kehamilannya dan dapat meningkatkan kapasitas kerjanya. Pemberian tablet besi
pada remaja putri dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
.
Karakteristik Ibu Hamil
Menurut Mubarak, dkk (2007) pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman
adalah faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu hamil. Menurut Skinner
pengetahuan mempengaruhi seseorang dalam bertingkah laku, jika dibuat dalam diagram
alur pengetahuan akan mempengaruhi sikap seseorang, sikap akan mempengaruhi perilaku
seseorang dalam bertindak.
Dalam hal ini pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku ibu
hamil dalam bertindak. Pendidikan dapat diukur dari jenjang sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Tingkatan pendidikan pada ibu hamil mempengaruhi dirinya dalam
berperilaku. Kedua adalah pekerjaan, dunia pekerjaan menjadikan ibu hamil mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman, semakin banyak pengetahuan dan pengalaman semakin
mempengaruhi dirinya dalam berperilaku termasuk dalam hal kesehatan, yang ketiga
adalah umur semakin bertambahnya umur maka ibu hamil akan mengalami kematangan
secara fisik maupun psikologis. Pada aspek psikologis atau mental semakin bertambah
umur ibu hamil maka akan semakin dewasa dalam berpikir dan berperilaku termasuk
menentukan perilaku yang baik dan tidak baik untuk dirinya. Keempat adalah minat atau
kecenderungan tinggi terhadap sesuatu. Hal ini sangat mempengaruhi pengetahuan ibu
hamil. Semakin ibu hamil minat atau suka dengan suatu hal, maka semakin paham ibu
hamil tersebut dengan apa yang dia minati. Terakhir adalah pengalaman, paritas dapat
dikatakan sebagai sebuah pengalaman ibu hamil mengalami proses kehamilan,
melahirkan, mempunyai anak, mengasuh, membimbing anak serta memberikan kasih
sayang. Semakin sering seorang wanita hamil dan melahirkan maka semakin paham
dirinya dengan apa yang harus dilakukan termasuk dalam hal perilaku upaya kesehatan
(Kholid, 2013).

K. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai
pemulihan kembali alat-alat reproduksi seperti keadaan semula sebelum hamil yang
berlangsung 6 minggu (40 hari) (Nurliana, 2014 ).
Masa nifas adalah masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi
minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak
hamil yang normal (Nugroho, 2014).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari pemulihan
kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
prahamil (Sofian, 2011).

Pengertian Menyusui
Menyusui adalah suatu proses belajar. Bayi belajar menghisap keluar air susu dari
payudara dengan seefisien mungkin dan ibu belajar cara menyusui dengan senyaman
mungkin (Nugroho, 2014). Menyusui adalah suatu proses alamiah, berjuta-juta ibu di
seluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI.
Bahkan ibu yang buta huruf sekalipun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun
demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah
tidaklah selalu mudah.
Seiring dengan perubahan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedemikian pesat, pengetahuan lama yang mendasar seperti menyusui
justru terkadang terlupakan. Padahal, kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti
kehilangan besar, karena menyusui adalah pengetahuan yang selama berjuta-juta tahun
mempunyai peran penting dalam mempertahankan kehidupan manusia (Roesli, 2002).

Faktor Fisik yang Mempengaruhi Masa Nifas dan Menyusui


Kelelahan fisik karena aktifitas mengasuh bayi, menyusui, memandikan, mengganti
popok, dan menimang sepanjang hari bahkan tidak jarang di malam buta sangatlah
menguras tenaga. Apalagi jika tidak ada bantuan dari suami atau anggota keluarga yang
lain. Setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental selama 2 minggu
pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan kelahiran pertama
merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis setelah melahirkan dan
periode laten selama dua hari diantara kelahiran. Perubahan ini sangat berpengaruh pada
keseimbangan.progesteron naik dan estrogen yang menurun secara cepat setelah
melahirkan merupakan faktor penyebab.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pada ibu nifas dan menyusui, antara
lain:
1. Rahim
Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan meremas) untuk merapatkan
dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan, kontraksi inilah yang menimbulkan
rasa mulas pada perut ibu. Berangsur angsur rahim akan mengecil seperti sebelum
hamil.
2. Jalan lahir (servik, vulva dan vagina)
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, sehingga penyebabkan mengendurnya organ ini bahkan robekan yang
memerlukan penjahitan, namun akan pulih setelah 2-3 pekan (tergantung elastis tidak
atau seberapa sering melahirkan). Jaga kebersihan daerah kewanitaan agar tidak timbul
infeksi (tanda infeksi jalan lahir bau busuk, rasa perih, panas, merah dan terdapat
nanah).
3. Darah nifas (Lochea)
Darah nifas hingga hari ke dua terdiri dari darah segar bercampur sisa ketuban,
berikutnya berupa darah dan lendir, setelah satu pekan darah berangsur-angsur berubah
menjadi berwarna kuning kecoklatan lalu lendir keruh sampai keluar cairan bening di
akhir masa nifas.
4. Payudara
Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar puting susu, ini menandakan
dimulainya proses menyusui. Segera menyusui bayi sesaat setelah lahir (walaupun ASI
belum keluar). Pada hari ke 2 hingga ke 3 akan diproduksi kolostrum atau susu jolong
yaitu ASI berwarna kuning keruh yang kaya akan anti body, dan protein.
5. Sistem perkemihan
Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil, selain khawatir nyeri
jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat penekanan kepala bayi saat
proses melahirkan. Namun usahakan tetap kencing secara teratur, buang rasa takut dan
khawatir, karena kandung kencing yang terlalu penuh dapat menghambat kontraksi
rahim yang berakibat terjadi perdarahan.
6. Sistem pencernaan
Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh yang kurang menyebabkan menurunnya
fungsi usus, sehingga ibu tidak merasa ingin atau sulit BAB (buang air besar).
Terkadang muncul wasir atau ambein pada ibu setelah melahirkan, ini kemungkinan
karena kesalahan cara mengejan saat bersalin juga karena sembelit berkepanjangan
sebelum dan setelah melahirkan.
7. Peredaran darah
Sel darah putih akan meningkat dan sel darah merah serta hemoglobin (keping darah)
akan berkurang, ini akan normal kembali setelah 1 minggu. Tekanan dan jumlah darah
ke jantung akan lebih tinggi dan kembali normal hingga 2 pekan.
8. Penurunan berat badan
Setelah melahirkan ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badannya yang berasal dari bayi,
ari-ari, air ketuban dan perdarahan persalinan, 2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai
usaha tubuh untuk mengeluarkan timbunan cairan waktu hamil.
9. Suhu badan
Suhu badan setelah melahirkan biasanya agak meningkat dan setelah 12 jam akan
kembali normal. Waspadai jika sampai terjadi panas tinggi, karena dikhawatirkan
sebagai salah satu tanda infeksi atau tanda bahaya lain.
Faktor Psikologi yang Mempengaruhi Masa Nifas dan Menyusui
Berkurangnya perhatian keluarga, terutama suami karena semua perhatian tertuju
pada anak yang baru lahir. Padahal usai persalinan si ibu yang merasa lelah dan sakit pasca
persalinan membuat ibu membutuhkan perhatian. Kecewa terhadap penampilan fisik bayi
karena tidaksesuai dengan harapannya juga bisa memicu baby blues. Pada masa ini, ibu nifas
menjadi sangat sensitive, sehingga diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga terdekat.
Peran bidan sangat berpengaruh dalam hal memberi pengarahan pada keluarga tentang
kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu nifas agar tidak terjadi
perubahan psikologis yang patologis.

Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Masa Nifas dan Menyusui


Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu hamil,
bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan di samping faktor-faktor
lainnya. Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal-hal yang mempengaruhi status
kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan/adat-istiadat
yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bersalin dan nifas. lingkungan akan
terus berubah selama kita hidup Jika memasuki suatu fase kehidupan yang baru, akan selalu
terjadi proses penyusuain dengan lingkungan.stuasi ini dapat mempengaruhi ibu dalam
melakukan perawatan diri pada masa nifas (Stevens, 2000).
Sarana prasarana tersedia di dalam lingkungan guna mendukung dan mempromosikan
prilaku kesehatan. Jasa konsultan dan spesialis dari petugas kesehatan lain seperti ahli nutrisi,
dokter ahli, dan perkerja sosial harus ada sebagai usaha dalam membantu pasien
mendapatkan keterampilan yang di perlukan untuk mencapai atau menjaga kesehatan dan
kesejahteraan agar tetap optimal. Organisasi berbasis masyarakat sering kali merupakan
sarana yang sagat baik untuk menyebarkan informasi (Gomez dan Gomez, 1984 dalam
Bastable, 2002).
Selain itu, keluarga juga berperan sebagai sistem pendukung yang kuat bagi anggota-
aggotanya, khususnya dalam penaganan masalah kesehatan keluarga.seperti ibu nifas, maka
anggota keluarga yang lain akan berusaha untuk membantu memulihkan kondisi
kesehatannya ke kondisi semula. Fungsi keluarga dalam masalah kesehatan meliputi
reproduksi, upaya membesarkan anak, nutrisi, memelihara kesehatan dan rekreasi (Bobak,
2004).

Faktor Sosial yang Mempengaruhi Masa Nifas dan Menyusui


Ibu merasa sulit menyesuaikan dengan peran baru sebagai ibu. Apalagi kini gaya hidupnya
akan berubah drastis. Ibu merasa dijauhi oleh lingkungan dan merasa akan terasa terikat terus
pada si kecil. Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan ibu post partum
blues. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku,
emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama dengan melibatkan
lingkungannya, yaitu suami, keluarga dan teman dekatnya.
Faktor sosial di pengaruhi oleh:
1. Faktor usia
Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang perempuan
untuk melahirkan pada usia antara 20–30 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode
yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang
bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental
perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.
2. Faktor pengalaman
Berdasarkan beberapa penelitian Paykel dan Inwood (Regina dkk, 2001) mengatakan
bahwa depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara,
mengingat bahwa peran seorang ibu dan semua yang berkaitan dengan bayinya merupakan
situasi baru bagi dirinya yang dapat menimbulkan stres. Berdasarkan pendapat Le
Masters yang melibatkan suami istri muda dari kelas sosial menengah mengajukan
hipotesis bahwa 83% dari mereka mengalami krisis setelah kelahiran bayi pertama.
3. Faktor pendidikan
Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran,
antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan
aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua
dari anak–anak mereka (Kartono, 2011).
4. Faktor selama proses persalinan
Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama
proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat
persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan
perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pascasalin.
5. Faktor dukungan sosial
Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan pascasalin, beban
seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.
Faktor Budaya yang Mempengaruhi Masa Nifas dan Menyusui
Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan.
Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan, ada
pula yang merugikan. Banyak sekali pengaruh atau yang menyebabkan berbagai aspek
kesehatan di negara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai atau
kurangnya perhatian dari instansi kesehatan, antara lain masih adanya pengaruh adat budaya
yang turun temurun masih dianut sampai saat ini.
Contoh budaya pada saat masa nifas:
1. Masa nifas dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong,daun
lembayung, buah pare, nenas, gula merah, dan makanan yang berminyak.
Dampak positif: tidak ada
Dampak negative: merugikan karena masa nifas memerlukan makanan yang bergizi
seimbang agar ibu dan bayi sehat.
2. Setelah melahirkan atau setelah operasi hanya boleh makan tahu dan tempe tanpa garam,
ngayep dilarang banyak makan dan minum, makanan harus disangan/dibakar.
Dampak positif: tidak ada
Dampak negative: merugikan karena makanan yang sehat akan mempercepat
penyembuhan luka.

Faktor Ekonomi yang Mempengaruhi Masa Nifas dan Menyusui


Status ekonomi merupakan simbol status sosial di masyarakat. Pendapatan yang
tinggi menunjukan kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang
memenuhi faedah zat gizi untuk ibu hamil. Sedangkan kondisi ekonomi keluarga yang
rendah mendorong ibu nifas untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan kesehatan.
BAB III
ANALISIS

A. Gambaran Lokasi
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara terletak di jalan Prof. HM Yamin, SH, No.
41 Medan.
Secara administrative, Sumatera Utara pada tahun 2015 memiliki 33
Kabupaten/Kota yang terdiri dari 8 kota yaitu Sibolga, Tanjung balai, Pematang
Siantar, Tebing tinggi, Medan, Binjai, Padangsidempuan, dan Gunung Sitoli, serta 25
Kabupaten yaitu Nias Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli
Utara, Toba Samosir, Labuhan Batu, Asahan, Simalungun, Dairi, Karo, Deli Serdang,
Langkat, Nias Selatan, Humbang Hasundutan, Pakphak Barat, Samosir, Serdang
Bedagai, Batu Bara, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Labuhan Batu Selatan,
Labuhan Batu Utara, Nias Utara, dan Nias Barat dengan total Kecamatan sebanyak
440 Kecamatan serta 6. 112 Desa/Kelurahan.

B. Struktur Organisasi
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dipimpin oleh Kepala Dinas
kesehatan Sumatera Utara drg Ismail Lubis M.M yang terdiri dari 4 bidang yakni
bidang Kesehatan Masyarakat (Heri Valona B. Ambarita, S Kep, M.Kes), bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Teguh Supriyadi, SKM, MPH), bidang
Pelayanan Kesehatan (dr Nelly Fitriani, M.Kes), dan bidang Sumber Daya Kesehatan
(Sri Suryani Purnawati, S.Si, Apt, M.Kes).
Bidang Kesehatan Masyarakat membawahi 3 seksi yaitu Kesehatan
Lingkungan dan Kesehatan Kerja, Seksi Promosi dan Pemberdayaan, dan Seksi
Kesehatan Keluarga dan Gizi. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi dikepalai oleh Sri
Agustina Sembiring Keloko, SKM, M.Si0 yang terdiri dari Program Gizi, Program
Kesehatan Ibu dan Anak, Program Lansia, Tatausaha/anggaran.
Susunan dalam Program Gizi adalah Sebagai Berikut:
1. Urusan peningkatan mutu dan kecukupan gizi
2. Penanggulangan masalah gizi makro dan gizi mikro
3. Urusan kewaspadaan gizi terdiri dari Surveilans gizi dan Ketahanan gizi
4. Urusan pengelolaan konsumsi gizi umum dan gizi khusus
drg Ismail Lubis M.M

KA. DINKES PROVSU

Dr. H. Aris Yudhariansyah,


MM

Sekertariat

Fahrial Mirwan Hsb,


Ardi Taufik S, SE,
Irmayanti
SKM, M.KM, M.Med.SC M.SP
Daulay, SE, Ak
KA. Sub. Bagian Program, KA. Sub. Bagian
Akuntabilitas dan KA. Sub. Bagian
Umum dan
Informasi Publik Keuangan
Kepegawaian

Teguh Supriyadi, SKM, Sri Suryani Purnawati, S.Si,


Hery Valona B. Ambarita, dr. Nelly Fitriani, M.Kes
MPH Apt, M.Kes
S Kep, M.Kes
KA. Bidang Pencegahan
KA Bidang Pelayanan Kesehatan KA. Bidang Sumber Daya
KA. Bidang Kesehatan dan Pengendalian Kesehatan
Masyarakat Penyakit
Dr. Syarifah Zakia, M.Kes Nelly Murni, S.Si, Apt
Sri Agustina Sembiring Keloko,
KA. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer
SKM. M.Si KA. Seksi Surveilans dan Tradisional
KA. Seksi Kefarmasian
KA. Seksi Kesehatan Keluarga dan Imunisasi
dan Gizi
Bambang Suprayitno, SKM
Dr, Muhammad Emirsyah Harvian
Meidriani Ayu Siregar, S.Psi, Dr. Yulia Maryani, M.Kes Harahap KA. Seksi Alat Kesehatan dan
M.Kes Perbekalan Kesehatan Rumah
KA. Seksi Pencegahan dan KA. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan
Tangga (PKRT)
KA. Seksi Promosi dan Pengendalian Penyakit
Pemberdayaan Masyarakat Menular
drg. Sumihar Arta Julietti Yetty Syahriani S, SKM,
Syofwin Hamdani Daulay, M.Kes
Rusdin Pinem, SKM, M.Si KA. Seksi Akreditasi Fasilitas
SKM
Pelayanan Kesehatan dan Jaminan KA. Seksi Sumber Daya
KA. Seksi Kesehatan
KA. Seksi Pencegahan dan Kesehatan Manusia Kesehatan
Lingkungan dan Kesehatan
Pengendalian tidak
Kerja
Penyakit Menular

Prog

Kelompok Jabatan Fungsional UPTD


C. Tugas Pokok dan Fungsi Program Kerja
Dengan adanya program-program Puskesmas melalui program kesehatan
keluarga seperti Antenatal Care (ANC) kepada seluruh ibu hamil didesa. Maka
perawat mampu mengawasi kesehatan ibu hamil beserta anaknya. Dengan adanya
program ini perawat mampu memprogramkan apa yang harus disiapkan dan
dilakukan apabila seorang ibu hamil akan melahirkan, seperti mempersiapkan
kendaraan ambulan desa, mengontrol kesehatan ibu hamil, dan menyiapkan alat untuk
situasi gawat darurat.
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu
dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang
optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :
1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku), dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat
guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga,
Posyandu dan sebagainya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara
mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan
Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu
meneteki, bayi dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya
BAB IV
PENELITIAN

A. RPJMD PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2OI9-2023


RPJMD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019 2023 merupakan tahap keempat dari
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005 - 2025 yaitu tahap
pemantapan "Tingkat kemandirian yang tinggi, makmur, berkeadilan dan muju, melului
percepatem pembangunan semua bidang yang didukung struhur ekonomi yang tangguh"
menuju pencapaian "Masyarakat Sumatera Utara yang Beriman, Maju, Mandiri, Mapan dun
Berkeadilan didalam ke Bhinnekaan vang didukung oleh Tata Pemerintahan yang Baik". Visi
Pembangunan jangka Menengah Provinsi Sumatera Utara tahw 2019-2023 merupakan
penjabaran dari visi Gubemur dan Wakil Gubemur terpilih serta menjadi dasar perumusan
prioritas pembangunan Provinsi Sumatera Utara, pernyataan visi ini menjadi arah bagi
pembangunan sampai dengar 5 (lima) tahun mendatang, berbagai kebijakan pembangunan
hingga tahun 2023 difokuskan untuk mewujudkan visi dengan mempertimbangkan kondisi,
permasalahan, potensi kekuatan dan peluang, hambatan dan tantangan yang te{adi di
Sumatera Utara. Adapun visi Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2019 2023 yaitu: "Sumatera Utara yang Maju, Aman, dan Bermartabat" Makna yang
terkandung dalam visi tersebut dijabarkan sebagai berikut: Sumatera Utara, bermakna seluruh
wilayah dan komponer/lapisan masyarakat yang berdiam di Sumatera Utara, yang berasal
dari berbagai ragam adat budaya, etnis, agama dan golongan yang memiliki hak dan
kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dan menikmati hasil pembangunan; Maju,
bermakna wilayah Sumatera Utara yang kondusif untuk terjadinya proses nilai tambah atas
potensi yang dimiliki serta penduduk dengan kualitas kesehatan dan pendidikan yang baik
serta berpikiran ke depan, sehingga Sumatera Utara menjadi wilayah terdepan di Sumatera.
Aman, bermakna wilayah dan penduduk Sumatera Utara bebas dari bahaya gangguan
dan terlindungi dari berbagai macam marabahaya dalam melaksanakan aktivitas keseharian.
Bermartabat, bermakna wilayah dan penduduk Sumatera Utara yang agamis dan menjunjung
tinggi etika dan norma dalam kehidupan berbangsa dan bemegar4 menjunjung tinggi adat
istiadat dalam kehidupan bermasyarakat, dan menjunjung tinggi supremasi hukum dalam
segala aspek. Dalam rangka pencapaian visi pembangunan jangka menengah maka ditetapkan
5 (lima) misi pembangunan jangka menengah Provinsi Sumatera Utara tahun 2019 2023
sebagai berikut :
o Misi Pertama : Mewujudkan masyarakrt Sumatera Utara yang bermartabat dalam
kehidupan karena memiliki iman dan taqwa, tersedianya sandang pangan yang cukup, rumah
yang layak, kesehatan yang prima, mata pencaharian yang menyenangkan, sertaharga-harga
yang teiangkau.
o Misi Kedua : Mewujudkan Sumatera Utara yang bermartabat dalam politik dengan adanya
pemerintahan yang b€rsih dan dicintai, tata kelola pemerintah yang baik, adil, terpercaya,
politik yang beretika, masyarakat yang berwawasan kebangsaan, dan memiliki kohesisosial
yang kuat serta harmonis.
o Misi Ketiga Mewujudkan Sumatera Utara yang bermertabat dalam pendidikan karena
masyarakatnya yang terpelajar, berkarakter, cerdas, kolaboratif, berdaya saing, dan mandiri.
o Misi Keempat Mewujudkan Sumatera Utara yang bermartabat dalam pergaulan karena
terbebas dari judi, narkoba, prostitusi, dan penyeludupan, sehingga menjadi teladan di Asia
Tenggara dan Dunia.
o Misi Kelima Mewujudkan Sumatera Utara yang bermartabat dalam lingkungan karena
ekologinya yang tenaga, alamnya yang bersih dan indah, penduduknya yang ramah,
berbudaya, berperikemanusiaan, dan beradab
Dalam mewujudkan visi melalui pelaksanaan misi yang telah ditetapkan tersebut
diatas, maka perlu adanya kerangka yangjelas pada setiap misi menyangkut fujuan dan
sasaran yang akan dicapai. Tujuan dan sasaran pada setiap misi akan memberikan arahan bagi
pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan
dalam mendukung pelaksanaan misi dimaksud. Keberhasilan dari setiap misi ditunjukan oleh
indikator kinerja sasaran dengan target terukur. Pembangunan Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2019 - 2023 diprioritaskan kepada:
1. Peningkatan kesempatan keqja dan berusaha melalui penyediaan lapangan ke{a;
2. Peningkatan dan pemenuhan akses pendidikan;
3. Pembangunan infrastruktur yang baik dan berwawasan lingkungan;
4. Penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas;
5. Peningkatan daya saing melalui sektor agraris dan pariwisata
Dan 5 (lima) prioritas pembangunan Sumatera Utara terdapat satu prioritas yang
terkait dengan tugas dan fungsi OPD Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara yaitu nomor
4) Penyediaan Layanan Kesehatan yang Berkualitas Visi, Misi, Tujrran, Sasaran dan Prioritas
tersebut akan dicapai berdasarkan norna-norma kehidupan, nilai-nilai agama dan budaya
daerah, serta dengan menerapkan prinsipprinsip penyelenggaraan pemerintahan, sebagai
berikut:
Good Governance (tata kelola kepemerintahan) yang baik, yaitu pengelolaan pemerintahan
bebas Korup,si, Kolusi dan Nepotisme (KKN) untuk menciptakan penyelenggaraan
Pemerintah Daerah yang seimbang, bertanggung jawab, efektif dan efisien, dengan menjaga
keserasian interaksi yang konstruktif di antara pemerintah, swasta dan masyarakat;
1. Integrity (integritas), yaitu suatu kesatuan perilaku yang melekat pada prinsipprinsip
moral dan etika, terutama mengenai karalrter moral dan kejuj uran, yang dihasilkan dari
suatu sistem nilai yang konsisten;
2. Quality and Accountability (mutu dan akuntabilitas), yaitu suatu tingkatan kesempurnaan
karakterisfik pribadi yang mampu memberikan hasil melebihi kebutuhan ataupun
harapan, dan sebuah bentuk tanggung jawab untuk suatu tindakan, keputusan dan
kebijakan yang telah mempertimbangkan mengenai aturan, pemerintahan dan
implementasinya, dalam pandangan hukum dan tata kelola yang transparan;
3. Pemerataan pembangunan yang berkeadilan, yaitu upaya mewujudkan peningkatan
kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat untuk mengurangi tingkat kemiskinan,
kesenjangan antar wilayah, dan kesenjangan sosial antar kelompok masyarakat, melalui
pemenuhan kebutuhan akses pelayanan sosial dasar termasuk perumahan beserta sarana
dan prasarananya, serta memberikan kesempatan berusaha bagi seluruh lapisan
masyarakat untuk menanggulangi pengangguran dengan menyeimbangkan
pengembangan ekonomi skala kecil, menengah, dan besar

B. RENCANA STRATEGIS 2OI9-2023


Rencana Stralegis (Renstra) OPD Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2019
2023 merupakan perencanaan jangka menengah OPD Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara yang berisi tentang gambaran sasaran atau kondisi hasil yang akan dicapai dalam kurun
waktu lima tahun oleh OPD Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara beserta strategi yang
akan dilakukan untuk mencapai sasaran sesuai dengan tugas, fungsi dan peran yang
diamanahkan. Tuj uan jangka menengah adalah suatu kondisi yang akan dicapai atau
dihasilkan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun, dan sasaran jangka menengah adalah rumusan
kondisi yang menggambarkan tercapainya tujuan, berupa hasil pembangunan Perangkat
Daerah yang diperoleh dari pencapaian outcome program Perangkat Daerah. Tujuan dan
sasaran jangka menengah Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara merupakan suatu kondisi
yang akan dicapai dengan mengoperasionalisasikan Visi.
Salah satu indikator yang menunjukkan perbaikan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) adalah meningkatnya Umur Harapan Hidup (UtlH). Umur Harapan Hidup (UHH)
merupakan indikator utama dalam menilai kine{a kesehatan oleh pemerintah. Umur Harapan
Hidup juga merupakan alat untuk mengevaluasi kine{a pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk pada umumnya dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
pada khususnya. Untuk meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat maka kualitas
Kesehatan masyarakat harus ditingkatkan. "Meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat"
menjadi tujuan jangka menengah Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara yang tertuang
dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019 - 2023. Saat
ini kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat dari waktu ke wallq hal ini dapat dilihat
dari indikator tujuan yang ditetapkan yaitu Umur Harapan Hidup, yang dikemukakan sebagai
berikut : Selama periode 2010 hingga 2021, Sumatera Utara telah berhasil meningkatkan
Umur Harapan Hidup saat lahir sebesar 1,77 tahun. Selama periode tersebut, secara rata-rata
peningkatan Umur Harapan Hidup penduduk sebesar 0,1 5 tahun setiap tahunnya. Pada tahun
2010, Umur Harapan Hidup saat lahir di Provinsi Sumatera Utara sebesar 67,46 tahun dan
pada tahun 2021 telah mencapai 69,23 tahun. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
capaian Umur Harapan Hidup jika dibandingkan dengan UHH Tahun 2020 yakni 69,10
tahun. Apabila dibandingkan dengan UHH Indonesia tahun 2021 yutu 71,57 tahun, maka
UHH Provinsi Sumatera Utara masih lebih rendah. Meskipun masih di bawah UHH Nasional
namun bila dibandingkan dengan target yang ditetapkan yakni 69,22 tahun maka UHH
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2021 sudah mencapai target. Peningkatan Umur Harapan
Hidup per kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2018 - 202 | dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Dari tabel di atas dapat dilihat, bahwa UHH di 33 kabupaten/kota mengalami
peningkatan dari tahun 2018 sampai tahun 2021. Sebanyak 17 kabupaten/kota sudah melebihi
UHH Provinsi Sumatera Utara dan 16 kabupater/kota masih berada di bawah UHH Provinsi
Sumatera Utara. UHH tertinggi dan bahkan melebihi UHH Nasional tahun 2021 (71,57
tahun) dicapai oleh Kota Pematang Stanlat (73,77 tahun), Kota Medan (73,23 tahun), Kota
Binjai (72,45 tahun), Kabupaten Deli Serdang (71,77 tah\n), dan Kabupaten Karo (71,58
tahun). Untuk capaian UHH terendah tahun 2021 adalah Kabupaten Mandailing Natal (62,65
tahun), Kota Tanj ung Balai (63,44 tahun), Kabupaten Tapanuli Selatan (64,97 tahun), dan
Kabupaten Pakpak Bharat (65,96). Peningkatan Umur Harapan Hidup penduduk Sumatera
Utara dari tahun ke tahun dapat dilihat sebagai berikut : 69,23 tahun pada tahun 2021; 69,10
tahun pada tahun 2020; 68,95 tahun pada tahun 2019; 68,61 tahun pada tahun 2018; 68,37
tahun pada tahun 2017;68,33 tahun pada tahun 2016; 68,29 tahun pada tahun 2015;68,04
tahun pada tahun 2014 dan 67,46 tzhwr pada tahun 2010. Peningkatan Umur Harapan Hidup
penduduk Indonesia dan Provinsi Sumatera Utara selama satu decade lebih yaitu dari tahun
2010 - 2021, seperti terlihat pada grafik di bawah ini :
CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
Pengukuran tingkat capaian kinerja OPD Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
tahun 2021 dilakukan dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator
sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kine{a Tahun 2021 dengan realisasinya.
Tingkat capaian kine{a OPD Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2021
berdasarkan hasil pengukurannya dapat diilustrasikan dalam tabel sebagai berikut :
Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Sumatera Utara lahun 2021 sebanyak 248
kasus dari 278.100 sasaran lahir hidup, sehingga bila dikonversikan maka Angka Kematian
Ibu (AKI) di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2021 adalah sebesar 89,18 per 100.000
Kelahiran Hidup. Argka ini menunj ukkan peningkatan AKI jika dibandingkan dengan tahun
2020 yakni 62,50 per 100.000 Kelahiran Hidup (187 kasus dari 299.198 sasaran lahir hidup),
tahun 2019 yakni 66,76 per 100.000 Kelahiran Hidup (202 kasus dari 302.555 sasaran lahir
hidup), tahun 2018 yakni 60,8 per 100.000 Kelahiran Hidup (186 kasus dari 305.935 sasaran
lahir hidup) dan lahun 2017 yakni 59,93 per 100.000 Kelahiran Hidup (180 kasus dari
300.358 sasaran lahir hidup). Meskipun te{adi peningkatan AKI, namun apabila
dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2021 yaitu
93,49 per 100.000 Kelahiran Hidup, maka Angka Kematian Ibu di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2021 sudah mencapai target. Jumlah kasus kematian ibu di Sumatera Utara selama 8
(delapan) tahun terakhir menunjukkan trend fluktuatif. Pada tahun 2014 jumlah kasus
kematian ibu di Sumatera Utara sebanyak 187 kasus, menurun menjadi 176 kasus pada tahun
2015, di tahun 2016 terjadi peningkatan kasus kematian ibu menjadi 231 kasus, namun pada
tahun 2017 jumlah kasus kematian ibu menurun menjadi 180 kasus, pada tahun 2018 j umlah
kematian kembali meningkat menjadi 186 kasus, pada tahun 2019 meningkat menjadi 202
kasus dan mengalami penurunan pada tahun 2020 menjadi 187 kasus, kemudian tahun 2021
meningkat tajam menjadi 248 kasus, seperti terlihat pada grafik berikut ini
Grafik di atas menunjukkan adanya trend fluktuatif kasus kematian ibu dari tahun
2014 2015 mengalami penurunan, namun pada tahun 2016 mengalami peningkatan yang
cukup besar, lalu pada tahun 2017 dapat diturunkan tetapi pada tahun 2018 kasus kematian
ibu meningkat kembali menjadi 186 kasus, menjadi 202 kasus pada tahun 2019, lalu menurun
pada tahun 2020 menjadi 187 kasus dan tahun 2021 meningkat tajam menjadi 248 kasus.
Kasus Kematian Ibu di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2021 jika dilihat per kabupaten/kota
seperti pada grafik berikut ini
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa hanya ada satu kabupaten yang yang tidak
memiliki kasus kematian ibu di sepanjang tahun 2021 yaitu Kabupaten Pakpak Bharat.
Sedangkan untuk kasus kematian ibu tertinggi pada tahun 2021 adalah Kabupaten Deli
Serdang yakni 23 kasus, diikuti oleh Kabupaten Langkat, Kota Medan, dan Kabupaten
Simalungun (masing-masing 18 kasus), Kabupaten Asahan (15 Kasus), Kabupaten Labuhan
Batu (12 kasus) dan Kabupaten Dairi (10 Kasus). Untuk kasus kematian ibu terendah tahun
2021 adalah Kabupaten Nias Utara dan Kota Sibolga, masing-masing 1 kasus.
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Kasus Kematian Ibu menggambarkan status kesehatan/gizi ibu selama hamil yang
rendah, kondisi wanita pada umumnya, kondisi lingkungan dan masih belum memadainya
tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, melahirkan dan menyusui. Kematian
ibu menurut defenisi WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari
setelah berakhimya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh
kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan/cedera.
Untuk mendapatkan data Angka Kematian lbu harus dilakukan melalui survei, baik
yang dilakukan oleh BPS maupun lembaga-lembaga survei yang sudah diakui baik secara
nasional maupun internasional. Namun karena ketiadaan survey maka data yang diperoleh
adalah berdasarkan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) dan Laporan dari Kabupaten/Kota,
yakni dari jumlah kematian ibu dibagi jumlah kelahiran hidup (sasaran ibu hamil) dikali
100.000 Kelahiran Hidup.
Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Sumatera Utara lahun 2021 sebanyak 248
kasus dari 278.100 sasaran lahir hidup, sehingga bila dikonversikan maka Angka Kematian
Ibu (AKI) di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2021 adalah sebesar 89,18 per 100.000
Kelahiran Hidup. Argka ini menunj ukkan peningkatan AKI jika dibandingkan dengan tahun
2020 yakni 62,50 per 100.000 Kelahiran Hidup (187 kasus dari 299.198 sasaran lahir hidup),
tahun 2019 yakni 66,76 per 100.000 Kelahiran Hidup (202 kasus dari 302.555 sasaran lahir
hidup), tahun 2018 yakni 60,8 per 100.000 Kelahiran Hidup (186 kasus dari 305.935 sasaran
lahir hidup) dan lahun 2017 yakni 59,93 per 100.000 Kelahiran Hidup (180 kasus dari
300.358 sasaran lahir hidup). Meskipun teradi peningkatan AKI, namun apabila
dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kine{a Tahun 2021 yaitu
93,49 per 100.000 Kelahiran Hidup, maka Angka Kematian Ibu di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2021 sudah mencapai target.
penyebab kematian ibu di Provinsi Sumatera Utara tahun 2021 yang terbesar adalah
perdarahan sebanyak 59 kasus (23,79%), Covid-I9 sebanyak 55 kasus (22,18%), hipertensi
sebanyak 33 kasus (13,31%), infeksi dan jantung masing-masing 5 kasus (2,02%), gangguan
darah sebanyak 8 kasus (4,28%), infeksi sebanyak 3 kasus (1,60%), gangguan metabolik
sebanyak 2 kasus (0,81%), abortus I kasus (0,40%) dan sebab lainJain (partus macet, emboli
obstetri,dll) mencapai 80 kasus (32,26%).
Jika dibandingkan dengan tahun 2020 maka penyebab kematian ibu terbesar adalah
perdarahan sebanyak 67 kasus (35,83%), hipertensi sebanyak 51 kasus (27 ,27%), gangguan
darah sebanyak 8 kasus (4,28%), infeksi sebanyak 3 kasus (1,600/o), gangguan metabolik
sebanyak 1 kasus (0,53o/o), dan sebab lainJain (abortus, partus macet, emboli obstetri)
mencapai 57 kasus (30,48%). Tahun 2019, penyebab kematian ibu terbesar juga adalah akibat
perdarahan (30,69%), hipertensi (23,760/o), infeksi dan gangguan darah (masing-masing
3,47Vo), gangguan metabolik (1,49%) dan sebab lainJain (37 ,13%).
Tingginya kasus kematian ibu tahun 2021 ini disebabkan oleh beberapa hal antara
lain:
1. Banyaknya ibu hamil serta melahirkan yang terpapar Covid - 19 dan meninggal dunia.
Sepanjang tahun 2021 kasus kematian ibu akibat Covid l9 sebanyak 55 kasus atau
sebesar 22,l8 yo dari total penyebab kematian ibu dan menjadi penyebab kematian ibu
terbesar kedua setelah perdarahan.
2. Banyaknya ibu hamil merasa ragu untuk memeriksakan kehamilannya ke puskesmas
karena takut tertular Covid-I9 yang menyebabkan ibu hamil tidak mendapatkan
pelayanan kesehatan ibu hamil secara standar dan lengkap.
3. Keterbatasan AIat pelindung diri (APD) untuk pelayanan pemeriksaan kehamilan bagi
petugas di puskesmas dan masih ada petugas yang belum mengetahui pedoman
pelayanan pada masa pandemi Covid- 19.
4. Adanya pembatasan beberapa pelayanan berdasarkan pedoman pelayanan pada masa
pandemi Covid-l9 terutama pada ibu yang terinfeksi Covid- 19.
Keberhasilan pencapaian target kosus kematian ibu di Provinsi Sumatera Utara tahun
2021 didukung oleh berbagai faktor diantaranya terjadi upaya peningkatan pemahaman,
keterampilan dan kemampuan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan memalui
pembinaan, bimbingan teknis dan pelatihan-pelatihan yang telah dilaksanakan. Disamping itu
dalam 5 (lima) tahun terakhir, adanya pengucuran Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang
Kesehatan Non Fisik untuk program jampersal, rumah tunggu bagi ibu hamil, dan
pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kesehatan baik DAK Fisik maupun DAK
Non Fisik meliputi dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).
Permasalahan yang dihadapi dalam penunrnan kasus kematian ibu. Kematian ibu
disebabkan oleh faktor multi dimensi, bukan oleh akses dan kualitas pelayanan kesehatan
saja, tetapi kematian ibu juga dipengaruhi oleh adanya penyebab tidak langsung (lndirect
kauses), perilaku individu/keluarga serta kesetaraan gender dalam pendidikan, sosial, budaya
dan ekonomi. Diperlukan penguatan komitmen dari pemerintah daerah dalam mensukseskan
Program Kesehatan Maternal Neonatal, serta kedasama lintas program dan sektor untuk dapat
menurunkan kasus kematian itru.

Saran
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian maka sebagai saran penelitian
sebagai berikut:
1. Kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara hendaknya menempatkan petugas
KIA secara proporsional berdasarkan jumlah petugas KIA dan berdasarkan keragaman
masa kerja sehingga ada pemerataan distribusi petugas KIA.
2. Diharapkan kepada Petugas KIA di semua Puskesmas Provinsi Sumatera Utara untuk
meningkatkan kemauan dan motivasi agar lebih giat memberikan pelayanan KIA sesuai
standar guna pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
3. Pimpinan Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara senantiasa meningkatkan kemampuan
petugas dengan cara memberi refreshing, on the job training serta kesempatan mengikuti
pelatihan, seminar-seminar tentang Program KIA atau memberi kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga petugas KIA dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
4. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara menginstruksikan kepada petugas KIA
Dinas Kesehatan supaya melakukan supervisi secara rutin kepada kepala puskesmas dan
hasilnya dievaluasi bersama-sama.
DAFTAR PUSTAKA

Notoadmodjo, S. 2008. Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Rineka Cipta.


Mubarak, dkk. 2007. Kesehatan Ibu dan Anak KIA. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kementerian Kesehatan RI. Rencana Operasional Promosi Kesehatan Ibu dan Anak.
(www.promkes.depkes.go.id accesed 19 November 2014)
Ulfatmi, Keluarga Sakinah dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kementerian Agama
RI, 2011), Cet. 1, hlm. 6.
Anggia Kargenti Evanurul Marretih, Psikologi Perkawinan dan Keluarga,
(Pekanbaru : Al-Mujtahadah Press, 2016), hlm. 3.
Dinaas Kesehatan Sumatera Utara, 2021
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai