Anda di halaman 1dari 27

DETERMINAN PEMNFAATAN JAMINAN KESEHATAN

NASONAL (JKN) TAHUN 2021 PADA MAHASISWA/I UIN


SUMATERA UTARA
Diajukan sebagai tugas Laporan Hasil Penelitian

Dosen Pengampu :Fitriani Pramita Gurning, S.KM, M.Kes

DISUSUN
OLEH:

ERISHTA KHOFIFAH BARUS 0801183482


HAFIZHAH ANANDA 0801182254
IKA HERAWATI SIREGAR 0801182193
KHAIRUNISA 0801183505

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian kami
yang berjudul “Determinan Pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional” ini dapat terselesaikan
dengan baik.Laporan hasil penelitian ini disusun untuk melengkapi tugas dalam mengikuti
pembelajaran di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara fakultas kesehatan masyarakat.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan hasil penelitian ini masih
banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman yang penulis miliki.Oleh karena itu kritik dan saran serta bimbingan sangat
diharapkan demi kesempurnaannya.
Penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak, semoga bantuan yang diberikan
mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.Semoga laporan hasil penelitian ini dapat
berguna bagi kita semua.Aamiin.

Medan,Juli2021
Penulis

KELOMPOK

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………... i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang Masalah ………………………………………. 1
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………… 2
1.3. Tujuan Penelitian………………………………………………. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………… 3
2.1. Jaminan Kesehatan Nasional …………………………………... 3
2.2. Pemanfaatan pelayanan kesehatan.....………………………….. 7
2.3. Pengetahuan…………………………………………………….. 10
2.4. Tingkat Pendidikan…………………………….……………….. 11
2.5. Pekerjaan…………………………….……………….................. 12
2.6. Fasilitas Kesehatan…………………………….……………….. 13
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………… 14
3.1. Jenis Penelitian…………………………….………………....... 14
3.2. Lokasi dan Jenis Penelitian…………………………….……… 14
3.3. Populasi dan Sampel…………………………………………… 14
3.4. Jenis Data……………………………………………................. 15
3.5. Variabel Terikat (Dependent) …………………………………. 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………. 16
4.1. Hasil Penelitian…………………………………….................... 16
4.2. Pengaruh Faktor Konsumen Terhadap Pemanfaatan Jaminan
Kesehatan Nasional di Wilayah UINSU…………………….. 16
4.3. Pengaruh Faktor Provider Terhadap Pemanfaatan Jaminan
Kesehatan Nasional di Wilayah UINSU…………………….. 19
BAB V PENUTUP ……………………………………................................. 22
5.1. Kesimpulan…………………………………………………….. 22
5.2. Saran …………………………………………………………… 22
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia dan merupakan investasi berharga
dalam membangun bangsa.Peningkatan derajat kesehatan masyarakat membutuhkan komitmen
yang kuat dari pemerintah terkait sistem kesehatan nasional. Salah satu bukti nyata yang
dilakukan pemerintah sebagai upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yakni dengan
meluncurkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Dalam rangka mewujudkan Universal Health Coverange (UHC) bagi seluruh penduduk,
maka pemerintah Indonesia berinisiatif membentuk suatu sistem jaminan kesehatan masyarakat
melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan perorangan.Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang
diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial.
Menurut teori Anderson pemanfataan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga kategori
utama, yaitu karakteristik predisposisi yang berkaitan dengan karakteristik peserta itu sendiri,
seperti ciri-ciri demografi, struktur sosial, dan manfaat-manfaat kesehatan.Karakteristik
pedukung yaitu berupa ketersediaan fasilitas, sumber daya keluarga dan sumber daya
masyarakat, dan karakteristik kebutuhan, yaitu keluhan penyakit dan diagnosa klinis.Hal ini
berkaitan dengan tingkatan kesakitan peserta yang memperlihatkan penyebab paling langsung
terhadap pemanfaatan layanan kesehatan.
Mahasiswa merupakan salah satu kelompok masyarakat yang dikenal sebagai kelompok
intelektual. Selain itu mahasiswa merupakan agent of change (agen perubahan) yang diharapkan
mampu meningkatkan kesejahteraan bangsa di masa yang akan datang. Sebagai salah satu
kelompok masyarakat, mahasiswa juga memiliki kewajiban untuk menjadi peserta JKN.Tidak
hanya itu, mahasiswa berperan penting dalam menyukseskan program JKN mengingat mereka
adalah generasi penerus bangsa. Dalam mewujudkan universal health coverange, BPJS
Kesehatan melakukan kerja sama dengan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
sebagai upaya perluasan cakupan kepesertaan (BPJS Kesehatan, 2017).
1
Hal tersebut menunjukkanbahwa terdapat harapan besar pemerintah kepada mahasiswa dalam
mencapai kesuksesan program JKN. Pemanfaatan program JKN terhadap Mahasiswa saat ini
akan memengaruhi keberlanjutan program JKN di waktu yang akan datang. Termasuk juga pada
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Untuk mengetahui pemanfaatan JKN pada Mahasiswa UINSU perlu adanya analisis tentang
faktor yang menentukan pemanfaatan JKN tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh faktor konsumen dan faktor provider dengan pemanfaatan kartu JKN pada Mahasiswa
UINSU. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Determinan Pemanfaatan JKN Pada Mahasiswa UINSU.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui faktor
yang menentukan Pemanfaatan JKN Pada Mahasiswa UINSU Tahun 2021.

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Determinan Pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional Pada
Mahasiswa UINSU Tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor konsumen terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional
Pada Mahasiswa UINSU.
b. Untuk mengetahui faktor provider terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional
Pada Mahasiswa UINSU.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. JAMINAN KESEHATAN NASIONAL


Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan
sosial.Berdasarkan Undang-Undang No. 40 tahun 2004, SJSN diselenggarakan oleh beberapa
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yaitu Perusahaan Perseroan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek), Perusahaan Perseroan Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Taspen),
Perusahaan Perseroan Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI), dan
Perusahaan Perseroan Asuransi Kesehatan Indonesia (Askes). Setelah Pembentukan BPJS
berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial,
maka keempat lembaga tersebut bertransformasi menjadi Badan Penyelenggaraan Jaminan
Sosial (BPJS) Undang-Undang ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang
mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Karena merupakan bagian
dari SJSN, maka JKN diselenggarakan bersifat wajib (Mandatory) hal ini berdasarkan Undang-
Undang No.40 Tahun 2004, yang bertujuan melindungi PendudukIndonesia dalam sistem
Asuransi sehingga dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat (Kemenkes, 2014).
Dampak positif dari program JKN telah dirasakan secara langsung oleh masyarakat.Lauranti
et al. (2018) menyatakan JKN telah meningkatkan pemenuhan hak dasar kesehatan seluruh
lapisan masyarakat, tidak terkecuali kelompok masyarakat miskin dan kurang mampu melalui
skema Penerima Bantuan Iuran (PBI).JKN juga secara langsung dapat mengurangi beban biaya
yang ditanggung oleh masyarakat untuk mengakses fasilitas kesehatan di Indonesia. Menurut
World Health Organization/WHO (2013), UHC meliputi 3 dimensi perlindungan. Pertama,
perlindungan mendapatkan layanan kesehatan esensial yang bermutu sesuai dengan
kebutuhan.Kedua, perlindungan terhindar dari pengeluaran kesehatan katastrofis (catastrophic
healthcare expenditure), yaitu pengeluaran kesehatan rumah tangga melebihi 40 persen dari
pendapatan yang tersisa setelah memenuhi kebutuhan hidup.Ketiga, perlindungan layanan
kesehatan untuk seluruh masyarakat.
3
2.1.1. Prinsip-Prinsip
Berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004, prinsip-prinsip JKN adalah sebagai
berikut:
a. Prinsip Gotong Royong, prinsip ini dapat diartikan bahwa peserta JKN saling membantu
dalam menanggung beban biaya jaminan, yang mampu membantu yang kurang mampu,
dan yang sehat membantu yang sakit atau yang beresiko tinggi. Hal ini dapat terwujud
karena kepersertaan JKN bersifat wajib bagi seluruh penduduk yang disesuaikan dengan
tingkat pendapatan peserta.
b. Prinsip Nirlaba, berarti tujuan utama BPJS adalah memenuhi kepentingan peserta BPJS
agar dapat memberikan manfaat bagi peserta, bukan untuk mencari laba/keuntungan.
c. Prinsip Keterbukaan, yang berati ada kemudahan dalam mengakses tentang informasi
BPJS. Informasi itu harus lengkap, benar, dan jeelas bagi peserta.
d. Prinsip Kehati-hatian, berkaitan dalam pengelolaan dana dilakukan dengan cermat, teliti,
aman, dan tertib.
e. Prinsip Akuntabilitas, berarti dalam melaksanakan program dan dalam pengelolaan dana
dilakukan dengan akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
f. Prinsip Portabilitas, jaminan bersifat berkelanjutan sekalipun peserta berpindah tempat
tinggal atau pekerjaan selama peserta tetap berada di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
g. Prinsip Kepesertaan Wajib, yaitu secara bertahap mengharuskan seluruh penduduk
Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi peserta.
h. Prinsip Dana Amanat, Sumber dana yang berasal dari iuran peserta merupakan titipan
yang akan kembali digunakan untuk kepentingan peserta.
i. Prinsip Hasil Pengelolaan Dana Jaminan Sosial, hasil yang berupa keuntungan digunakan
untuk pengembangan program dan kepentingan peserta.

2.1.2. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional


Manfaat JKN seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 adalah
pelayanan kesehatan perseorangan yang bukan hanya pelayanan kesehatan yang berupa kuratif
dan rehabilitatif, tetapi juga mencakup pelayanan promotif dan preventif, termasuk obat-obatan
dan bahan medis habis pakai yang diperlukan.
4
Pelayanan kesehehatan yang dimaksud di sini adalah pelayanan kesehatan yang terdiri atas
manfaat medis dan manfaat non medis.Yang dimaksud dengan manfaat medis berupa
penyuluhan kesehatan, pemeriksaan penunjang diagnostik, konsultasi, transfusi, tindakan medis
dan perawatan, bahan medis habis pakai, obat-obatan, rehabilitasi medis,pelayanan kedokteran
forensik, serta pelayanan jenasah.Manfaat medis yang diterima peserta JKN ini tidak dipengaruhi
oleh besaran iuran yang dibayar peserta.Sedangkan yang termasuk dalam manfaat non medis
adalah akomodasi layanan rawat inap dan ambulan yang digunakan untuk pasien
rujukan.Manfaat non medis ini berbeda tiap peserta, bergantung pada besaran iuran yang
dibayarkan peserta (Perpres No. 12 Tahun 2013).

2.1.3. Peserta Jaminan Kesehatan Nasional


Peserta JKN merupakan setiap orang termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
Masyarakat yang telah mendaftar dan membayar iuran, maka sudah secara otomatis menjadi
peserta JKN, namun apabila peserta tersebut tidak membayar iuran secara berturut-turut selama 6
(enam) bulan atau meninggal dunia, maka kepesertaannya secara otomatis pula telah berakhir.
Kecuali bagi peserta yang merupakan pekerja yang tidak mendapatkan pekerjaan setelah 6
(enam) bulan pasca Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan tidak mampu.Pasal 4 huruf g
Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial menyebutkan
bahwa kepesertaan dalam program JKN bersifat wajib, artinya seluruh warga masyarakat wajib
menjadi peserta JKN.
Peserta meliputi Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan PBI JKN dengan rincian
sebagai berikut :
1. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang
tidak mampu;
2. Peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak
mampu yang terdiri atas :
a. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu :
1) Pegawai Negeri Sipil;
2) Anggota TNI;

5
3) Anggota Polri;
4) Pejabat Negara;
5) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;
6) Pegawai Swasta;
7) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yangmenerima upah.
b. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu :
1) Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri dan Pekerja yang tidak
termasuk huruf a yang bukan penerima upah;
2) Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk warga negara
asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
c. Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas :
1) Investor;
2) Pemberi kerja;
3) Penerima pensiun;
4) Veteran;
5) Perintis kemerdekaan; dan
6) Bukan pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e yang mampu
membayar iuran.
d. Penerima pensiun terdiri atas :
1) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
2) Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;
3) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
4) Penerima Pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c;
5) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana dimaksud
pada huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat hak pensiun.

Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan tentunya memiliki hak dan kewajiban.
Setiap peserta berhak mendapatkan identitas peserta dan manfaat pelayanan kesehatan di
Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Kemudian berkewajiban untuk
membayar iuran dan melaporkan data kepesertaannya kepada BPJS Kesehatan, dengan
menunjukkan identitas peserta pada saat pindah domisili dan atau pindah kerja.
6
2.2. PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN
2.2.1. Pengertian
Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan suatu hasil dari proses pencarian pelayanan
kesehatan oleh individu maupun kelompok. Pengetahuan tentang faktor kunci mempelajari
pemanfaatan pelayanan kesehatan dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pencarian
pelayanan kesehatan berarti juga mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan
(Ilyas, 2006) Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa perilaku pencarian pengobatan
merupakan perilaku individu maupun kelompok untuk malakukan atau mencari
pengobatan.Perilaku pencarian pengobatan di masyarakat terutama di negara berkembang sangat
bervariasi.
2.2.2. Model Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Terdapat berbagai model penggunaan pelayanan kesehatan yang digunakan untuk
menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku pemanfaatan pelayan kesehatan
dalam hal ini pemanfaatan Jaminan Kesehatan.beberapa model-model tersebut antara lain:

a. Model Anderson
Menurut Anderson (1974) yang dikutip dari Notoatmodjo (2012) adalah model sistem
kesehtan (health system model) berupa model kepercayaan kesehatan.di dalam model Anderson
ini terdapat tiga kategori utama dalam pelayanan kesehatan yaitu:
1) Karakteristik predisposisi (Predisposing characteristics). Karakterisitik ini
menggambarkan bahwa kecenderungan suatu individu menggunakan pelayanan
kesehatan yang berbeda-beda disebabkan oleh adanya ciri-ciri individu, yang
digolongkan kedalam tiga kelompok.
a) Ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur
b) Struktur sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, suku, ras dan sebaginya.
c) Manfaat-manfaat kesehatan berupa keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat
menolong proses penyembuhan penyakit. Sehingga Anderson percaya bahwa:
a. Setiap individu yang mempunyai perbedaan karakteristik, tipe dan frekuensi
penyakit serta pola penggunaan pelayanan kesehatan.
b. Setiap individu yang mempunyai perbedaan struktur sosial dan gaya hidup
7
akhirnya akan mempunyai perbedaaan pola penggunaan pelayanan kesehatan.
c. Setiap individu percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan pelayanan
kesehatan.
2) Karasteristik Pendukung (Enabling characteristics).
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk
menggunakan pelayanan kesehatan tapi individu tersebut tidak memanfaatkanya karena
tidak adanya kemampuan dalam menggunakannya.Kemampuan penggunaanya
dipengaruhi oleh kemampuan untuk membayar dengan sumber daya yang ada dalam hal
ini sumber daya keluarga dan sumber daya masyarakat.
3) Karakteristik kebutuhan (Need characteristics).
Karakteristik kebutuhan disebut juga sebagai kesakitan karena mewakili kebutuhan akan
pelayanan kesehatan. Suatu tindakan akan terwujud apabila dirasakan ada kebutuhan
sehingga kebutuhan merupakan stimulan langsung dalam menggunakan pelayanan
kesehatan. kebutuhan (need) di sini dibagi menjadi dua kategori yaitu yang dirasakan
secara sujektif oleh individu dan berdasarkan penilaian klinis.
b. Model Andersen dan Anderson
Model penggunaan pelayanan kesehatan lain yang menjelaskan faktor-faktor penentu
penggunaan pelayanan kesehatan dikemukakan oleh (Andersen dan Anderson, 1979) dalam
Notoatmodjo (2012):
1) Model Demografi Pada model ini variabel yang digunakan berdasarkan umur, jenis
kelamin, status perkawinan dan besarnya keluarga. Variabel tersebut digunakan sebagai
indikator yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan. Karakteristik demografi
juga berhubungan dengan karakteristik sosial sperti perbedaan sosial dari jenis kelamin
yang berbeda mempunyai ciriciri sosial yang berbeda.
2) Model Struktur Sosial Pada model ini variabel yang digunakan adalah pendidikan,
pekerjaan dan kebangsaan. Variabel-variabel tersebut mencerminkan status sosial dari
individu atau keluarga di dalam masyarakat dan dapat pula menggambarkan gaya hidup
individu dan keluarga dari kedudukan sosial tertentu.
3) Model Sosial Psikologis Pada model ini variabel yang digunakan adalah ukuran sikap dan
keyakinan individu di dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.

8
Variabel tersebut mempengaruhi individu untuk mengambil keputusan dan bertindak
didalam menggunakan pelayanan kesehatan.
4) Model Sumber Daya Keluarga Pada model ini variabel yang digunakan adalah
pendapatan keluarga dan cakupan asuransi keluarga atau membiyai pelayanan kesehatan
keluarga dan sebagainya. Variabel tersebut dapat mengukur kesanggupan dari setiap
individu atau keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan.
5) Model Sumber Daya Masyarakat Pada model ini variabel yang digunakan adalah
penyediaan pelayanan kesehatan dan sumber-sumber di dalam masyarakat dan
ketercapaian dari pelayanan kesehatan yang tersedia. Model sumber daya ini kemudian
berfokus pada suplai ekonomi dalam ketersediaan sumber-sumber kesehatan pada
masyrakat.
6) Model Organisasi Pada model ini variabel yang digunakan adalah pencerminan
perbedaan bentuk-bentuk pelayanan kesehatan. Pada umumnya variabel yang biasa
digunakan adalah:
a. Gaya praktik pengobatan sendiri (sendiri, rekanan, kelompok)
b. Sifat alamiah dari pelayanan tersebut (pembayaran secara langsung atau tidak)
c. Lokasi dari pelayanan kesehatan (pribadi, rumah sakit atau klinik)
d. Petugas kesehatan yang pertama kali dihubungi oleh pasien (dokter, perawat atau
yang lainnya).
c. Model kepercayan kesehatan (The health belief models).
Model kepercayan kesehatan adalah model penjabaran dari model sosio-psikologis yang
oleh Becker (1974) dalam Notoatmodjo (2012) dimana ada 4 variabel kunci yang mempengaruhi
perilakuseseorang dalam bertindak untuk mencegah atau mengobati suatu penyakit, yaitu:
1) Kerentanan yang dirasa (Perceived susceptibility). Tindakan individu dalam mencari
pengobatan atau melakukan upaya pencegahan terhadap suatu penyakit yang didorong
oleh persepsi adanya kerentanan terhadap suatu penyakit.
2) Keseriusan yang dirasakan (Perceived seriousness). Tindakan individu dalam mencari
pengobatan dan pencegahan penyakit yang didorong oleh keseriusan penyakit itu sendiri.

9
3) Manfaat dan rintangan yang dirasakan (Perceived benefit and barriers). Tindakan yang
dilakukan akibat kerentanan dari suatu penyakit tergantung dari manfaat yang dirasakan
dan rintangan-rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut.
4) Isyarat atau tanda-tanda (Cues). Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar
tentang kerentanan, kegawatan dan keuntungan diperlukan isyarat berupa faktor-faktor
dari luar yang berupa pesan-pesan media massa, nasihat atau anjuran dari teman atau
anggota keluarga yang pernah mengalaminya.
d. Model Green
Teori lain yang digunakan untuk mencoba mengungkapkan determinan perilaku
pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal ini adalah Program Jaminan Kesehatan Nasional
adalah teori yang disampaikan oleh Green (1980) dalam Notoatmodjo (2012) bahwa
tindakanseseorang dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:
1) Faktor Predisposisi (Predisposing factors). Faktor-faktor ini mencakup mengenai
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan nilai-nilai dan sebagainya.
2) Faktor Pemungkin (Enabling factors). Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana
dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat.
3) Faktor Penguat (Reinforcing factors) Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap tokoh
masyarakat, tokoh agama, sikap para petugas termasuk petugas kesehatan, termasuk juga
disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah
yang terkait dengan kesehatan. Berdasarkan uraian tentang faktor-faktor apa saja yang
menentukan seseorang dan masyarakat dalam memanfaatkan program Jaminan
Kesehatan Nasional maka dalam penelitian ini akan dibahas lebihmendalam adalah
tingkat pengetahuandan fasilitas kesehatan.

2.3. PENGETAHUAN
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang didapat melalui proses pengindraan
terhadap suatu objek. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yanng terdiri dari indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba walaupun sebagian besar pengetahuan
diperoleh dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk suatu tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan yang
tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:
10
1. Tahu (Know) merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah karena hanyasebatas
mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Memahami (Comprehension) diartikan sebgai kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar
seperti mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya.
3. Analisis (Analysis), Kemampuan analisis dapat terlihat melalui kemampuan untuk
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan
suatu materi atau objek.
4. Sintesis (Synthesis) adalah kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada karena adanya kemapuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Kemampuan sistesis
terlihat dari kemampuan untuk menyusun, merencanakan, meringkaskan,
menyesuaikan sesuatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
5. Evaluasi (Evaluation) adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek berdasarkan penilaian yang ditentukan sendiri atau
menurut kriteria yang sudah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
metode wawancara atau menggunakan kuesioner yang menanyakan materi yang ingin
diukur dari subjek penelitian atau objek (Notoatmodjo, 2012).

2.4. TINGKAT PENDIDIKAN


Pendidikan adalah sebuah proses untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang
lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan
oleh pelaku pendidikan. Pendidikan formal yang ditempuh seseorang pada dasarnya adalah
merupakan suatu proses menuju kematangan intelektual, untuk itu pendidikan tidak dapat
terlepas dari proses belajar. Dengan belajar pada hakikatnya merupakan upaya penyempurnaan
potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan
manusia dengan luar dan hidup masyarakat.
11
Pendidikan merupakan upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang
kondusif (Notoatmdjo, 2003 ). Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia. Bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi suatu
proses pendidikan. Pendidikan telah ada sepanjang peradaban manusia (Gunawan, 2012).
Pendidikan berdasarkan cara mendapatkannya dapat dibagi menjadi 3 jalur pendidikan
(Gunawan, 2012) macam yaitu: pendidikan informal, pendidikan nonformal dan pendidikan
formal. Pendidikan informal adalah 32 kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri dan hasil pendidikan informal diakui sama
dengan pendidikan fomal setelah peserta didik berhasil lulus ujian sesuai dengan standar nasional
pendidikan. Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk masyarakat
yang memerlukan layanan pendidikan sebagai pengganti, penambah dan/atau pelengkap
pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan masyarakat sepanjang hayat (Gunawan,
2012).Pendidikan formal adalah pendidikan yang dilakukan di sekolah secara teratur, bertingkat,
dan mengikuti syarat-syarat tertentu yang sudah disahkan oleh undang-undang. Tingkat
pendidikan fomal dibagi atas 3 bagian:
1. Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan awal yang biasanya dilakukan selama 9
(sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan
menengah meliputi lulus Sekolah Dasar dan Taman Kanak-kanak.
2. Pendidikan menengah adalah jenjang pendidikan yang yang merupakan lanjutan
pendidikan dasar meliputi SMP-SMA atau yang dianggap sederajat
3. Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh
Perguruan Tinggi, Akademi, Sekolah Tinggi, Politeknik, dan Institut (Depdiknas, 2008).
2.5. PEKERJAAN
Pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Bekerja
adalah salah satu upaya untuk mendapatkan pamasukan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan
dan meningkatkan kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan yang baik dapat meningkatkan akses
seseorang ke layanan kesehatan untuk menjaga status kesehatannya agar tetap baik (Indriyani,
2012). Status pekerjaan dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam pemanfaatan pelayanan
kesehatan.
12
2.6. FASILITAS KESEHATAN
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013, fasilitas
pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan
oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
Fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2013 terdiri atas 3 tingkatan yaitu :
1. Fasilitas kesehatan tingkat pertama adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan dasar.
2. Fasilitas kesehatan tingkat kedua adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan spesialistik.
3. Fasilitas kesehatan tingkat ketiga adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan spesialisik dan pelayanan kesehatan sub
spesialistik.

13
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan desain Cross
Sectional dimana penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan identifikasi kepada variabel yang
akan diteliti agar dapat mengetahui Determinan dalam pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional
di Wilayah Kampus UIN SU 2021.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1. Lokasi penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kampus UIN SU, yang terdiri dari Mahasiswa.
Penelitian ini dilakukan karena ingin mengetahui apakah peserta sudah memanfaatkan Jaminan
Kesehatan Nasional dalam masalah kebutuhan kesehatan dasarnya serta belum dilakukan
penelitian sebelumnya di lokasi ini.
3.2.2. Waktu penelitian.
Penelitian ini dilakukan pada Juli 2021

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Jaminan Kesehatan Nasional yang berada di
wilayah UIN SU sebanyak 10 orang.
3.3.2. Sampel.
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional
yang berada di wilayah UIN SU. Pengambilan sampel dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner.Sampel diambil dengan tehnik simple random sampling yaitu suatu tehnik
pengambilan sampel dari anggota populasi yang dilakukan secara acak.

14
3.4. Jenis Data
3.4.1. Data primer.
Data Primer diperoleh dengan menggunakankuesioner.
3.4.2. Data sekunder.
Data sekunder penelitian ini diperoleh dari UIN SU, Dinas Kesehatan Kota Medan dan
Situs Instansi pemerintah yang berhubungan dengn penelitian ini.

3.5. Variabel terikat (dependent).


Variabel terkait dalam penelitian ini adalah pemanfaatan puskesmas oleh peserta Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yakni suatu perbuatan dan tindakan yang dilakukan oleh peserta
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk memanfaatkan atau tidak memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang tersedia.

15
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENELITIAN


Penelitian ini dilaksanakan di wilayah UIN SU yang berlangsung pada Juli 2021, tentang
Determinan dalam pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional di wilayah UIN SU dengan sampel
sebanyak 10 responden. Penelitian ini merupakan penelitian observasional bersifat analitik
dengan menggunakan desain crosssectional study.Untuk pengumpulan data dilakukan dengan
kuesioner yang hasilnya kemudian dipahami dan diolah.Hasil penelitian ditampilkan dalam
bentuk narasi.

4.2. Pengaruh Faktor Konsumen terhadap Pemanfaatan JKN di wilayah UIN SU


4.2.1. Pengaruh variabel jenis kelamin terhadap pemanfaatan JKN di wilayah UIN SU.
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 10 responden menunjukkan bahwa sebanyak 1
responden berjenis kelamin laki-laki dan 9 responden berjenis kelamin perempuan. Hasil yang
diperoleh antara jenis kelamin dengan pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional diperoleh
bahwa sebesar 10% yang berjenis kelamin laki-laki memanfaatkan Jaminan Kesehatan
Nasionaldan sebanyak 90% responden berjenis kelamin perempuan yang memanfaatkan Jaminan
Kesehatan Nasional.
Berdasarkan kuesioner yang dilakukan, bahwa jenis kelamin tidak menjadi salah satu
penghalang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan dan penyedia pelayanan kesehatan tidak
ada melakukan pembedaan jenis kelamin dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat yang artinya baik laki-laki ataupun perempuan sama-sama memanfaatkan pelayanan
kesehatan.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Logen (2015), yang menyatakan bahwa jenis
kelamin tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.

16
4.2.2. Pengaruh variabel pendidikan terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional
di wilayah UIN SU.
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 10responden menunjukkan bahwa sebanyak 10
responden yang termasuk dalam kategori pendidikan tinggi (PT). Hasil yang diperoleh dari
antara pendidikan dengan pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional diperoleh bahwa sebesar
100% yang termasuk dalam kategori pendidikan tinggi memanfaatkan Jaminan Kesehatan
Nasional. Berdasarkan Kuesioner yang dilakukan, hal ini disebabkan karena Mahasiswa sudah
paham dalam Jaminan Kesehatan Nasional serta baiknya informasi mengenai prosedur
penggunaan Jaminan Kesehatan Nasional.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Ambarita (2015), yang menyatakan bahwa
pendidikan tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.

4.2.3. Pengaruh variabel pekerjaan terhadap pemanfaatan JKN di wilayah UIN SU.
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 10 responden menunjukkan bahwa sebanyak
90% responden yang tidak bekerja memanfaatkan Jaminan Kesehatan Nasional dan sebanyak
10% responden yang bekerja memanfaatkan Jaminan Kesehatan Nasional.
Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang bekerja akan
memanfaatkan Jaminan Kesehatan Nasional apabila penyakit yang dideritanya sudah parah dan
tidak sembuh dengan penanganan obat-obat tradisional atau obat yang dibeli dari warung.
Dengan kata lain responden memanfaatkan Jaminan Kesehatan Nasional apabila kondisi
kesehatannya sudah tidak dapat lagi ditangani dengan obat yang dibeli di warung atau ramuan-
ramuan obat tradisional.
Dasi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 10% yang bekerja berada pada kelompok
yang tidak memanfaatkan Jaminan Kesehatan Nasional. Dari observasi mendalam dengan
responden diketahui bahwa alasan mengapa mereka tidak menggunakan Jaminan Kesehatan
Nasional karena mereka rata-rata bekerja dari pagi hingga sore hari.Menurut Anderson, salah
satu faktor struktur sosial yaitu pekerjaan akan berpengaruh pada pemanfaatan pelayanan
kesehatan. Pekerjaan seseorang dapat mencerminkan sedikit banyaknya informasi yang diterima.
Informasi tersebut akan membantu seseorang dalam mengambil keputusan untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan yangada.
17
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2014), yang menyebutkan
bahwa variabel pekerjaan tidak memiliki hubungan atau pengaruh terhadap pemanfaatan
Jaminan Kesehatan Nasional.

4.2.4. Pengaruh variabel persepsi tentang penyakit terhadap pemanfaatan Jaminan


Kesehatan Nasional di wilayah UIN SU.
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau perlakuan yang melibatkan
penafsiran melalui proses pemikiran tentang apa yang dilihat, didengar, dialami atau dibaca
sehingga persepsi sering mempengaruhi tingkah laku, percakapan serta perasaan seseorang.
Persepsi yang positif akan mempengaruhi rasa puas seseorang dalam bentuk sikap dan
perilakunya terhadap pelayanan kesehatan, begitu juga sebaliknya persepsi negatif akan
ditunjukkan melaluikinerjanya.Hal ini menunjukkan bahwa akan terjadi peningkatan
pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional apabila persepsi tentang penyakit semakin baik.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 10 responden dalam pemanfaatan
sarana pelayanan kesehatan, ada sebanyak 3 responden (30%) yang berpersepsi tidak baik.
Sebanyak 7 responden (70%) yang berpersepsi baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan
responden mengenai persepsi yang timbul dari sebagian besar peserta Penerima Bantuan Iuran
(PBI), bahwa menurut mereka jika belum sakit parah tidak perlu pergi berobat kepuskesmas
melainkan hanya membeli obat diwarung dan memakai obat hasil ramuan-ramuan tradisional.
Selain itu banyak dari masyarakat yang mengatakan saat mereka berobat ke puskesmas, obat
yang diterima dari puskesmas hanya obat biasa yang dapat dibeli diwarung, jadi mereka lebih
memilih membeli obat diwarung, daripada menghabiskan waktu kepuskesmas belum lagi
mengantrinya cukup lama, dan alurnya yang cukup rumit dan kursi untuk duduk saat mengantri
masih sangat minim, sehingga ada pasien yang harus berdiri diluar untuk menunggu antrian, hal
ini juga yang mempengaruhi sebagian masyarakat tidak memanfaatkan puskesmas untuk
mendapatkan pelayanankesehatan.Beberapa alasan mereka tidak menggunakan puskesmas
apabila sakit adalah akibat dari pengalaman pada masa lalu saat berada dipuskesmas tersebut
ketidakpuasan pasien peserta Penerima Bantuan Iuran/keluarganya terhadap pelayanan medis
yang diterima seperti sikap petugas yang tidak menangani pasien dengan baik yakni dokter yang
terlalu cepat dalam memeriksa pasien dan tidak memberikan kesempatan kepada pasien untuk
18
bertanya mengenai hasil pemeriksaannya, dokter cenderung langsung menuliskan resep obat
untuk pasien tanpa memberi kesempatan untuk bertanya dan apabila ada yang kurang jelas
pasien disuruh bertanya kepada perawat saja padahal perawat dan bidan sebagian besar kurang
ramah dan kurang cekatan dalam melayani pasien. Sebagian besar responden mengatakan bahwa
mereka tidak memanfaatkan puskesmas karena fasilitas kesehatannya masih belum memadai dan
sistem atau alur pelayanan lumayan rumit dan petugas dibagian informasi tidak teralu jelas
dalam menyampaikan bagaimana alur pelayanan kesehatan dipuskesmas tersebut.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2015),
yang menyebutkan bahwa variabel persepsi tentang penyakit mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional.

4.3. Pengaruh Faktor Providerterhadap Pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional


4.3.1. Pengaruh variabel pelayanan paramedis terhadap pemanfaatanJaminan Kesehatan
Nasional di wilayah UINSU.
Pelayanan paramedis menentukan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan, maka
petugas medis/paramedis yang secara langsung melayani masyarakat harus dipilih yang
berintegritas tinggi. Menurut Dever (1984) pelayanan paramedis meliputi perawat dan bidan
merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan provider yang dapat mempengaruhi
seseorang dalam menentukan utilisasi pelayanan kesehatan. Hasil analisis diketahui bahwa
sebanyak 70% responden yang menyatakan baikterhadap pelayanan yang diberikan oleh
paramedis serta memanfaatkan Jaminan Kesehatan Nasional, Sebanyak 30% yang menyatakan
bahwa pelayanan paramedis kurang baik tetapi memanfaatkan Jaminan Kesehatan Nasional.
Berdasarkan hasil observasi responden mengeluhkan kurangnya keramah-tamahan dari
paramedis, kurangnya kecekatan dan kesigapan dalam memberikan pelayanan, serta pasien tidak
lebih diprioritaskan karena tenaga kesehatan terlihat lebih sibuk dengan hal lain bahkan beberapa
responden mengatakan bahwa terkadang ada pembedaan pasien peserta Jaminan Kesehatan
Nasional dengan pasien umum, dan ada beberapa responden yang mengatakan bahwa saat
berkunjung ke fasilitas kesehatan medis tenaga kesehatan tidak berada di tempat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pernyataan yang banyak tidak setuju oleh
responden adalah pernyataan mengenai pelayanan paramedis di fasilitas kesehatan sikap
19
ramah dan memberikan perhatian dan kepedulian kepada pasien artinya lebih dari setengah
responden menyatakan bahwa pelayanan paramedis kurang ramah, kurang memberikan perhatian
dan kepedulian kepada pasien. Pada umumnya masyarakat membutuhkan pelayanan yang baik
dari paramedis, tanggap terhadap kebutuhan masyarakat, serta mau mendengarkan keluhan
masyarakat dan sigap/cekatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Magan (2016) bahwa
peran pelayanan paramedis berpengaruh langsung terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan
Nasional di wilayah UINSU.

4.3.2. Pengaruh variabel fasilitas kesehatan terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan


Nasional di wilayah UIN SU.
Fasilitas kesehatan adalah lengkap atau tidaknya alat dan tempat yang disediakan oleh
RS/Puskesmas guna menunjang kebutuhan medis dalam memberikan pelayanan kepada para
pasien.Fasilitas kesehatan meliputi fasilitas fisik serta perlengkapan.
Hal ini menunjukkan bahwa akanterjadi peningkatan pemanfaatan apabila fasilitas
kesehatan dilengkapi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 10 responden dalam
pemanfaatan fasilitas kesehatan, ada sebanyak 2 responden (20%) yang menyatakan bahwa
fasilitas kesehatan belum lengkap. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai
fasilitas ruangan sebagian besar responden menyatakan belum memadai, karena selama ini
seperti dilaboratorium gabung dengan ruangan TB karena ruangan yang belum
cukup.Berdasarkan hasil observasi responden mengenai fasilitas pengobatan (alat-alat
pemeriksaan kesehatan) sebagian besar responden menjawab sudah lengkap hanya saja sering
kali beberapa dari alatnya sudah tua sehingga kurang maksimal dalam pemakaian ketika
memeriksa pasien, sehingga seringkali hasil pemeriksaan kurangvalid.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai pelayanan laboratorium,
banyak dari responden yang mengatakan bahwa laboratorium kurang memenuhi kriteria,
beberapa peralatan dalam laboratorium masih kurang lengkap.
Berdasarkan hasil observasi dengan responden mengenai kebersihan dan kerapain kamar mandi
sebagian besar responden mengatakan bahwa kamar mandi ya tidak bersih dan kurang rapi,
sehingga yang berkunjung ke fasilitas kesehatan mengeluh dengan keadaan kamar mandinya.
20
Sedangkan mengenai ketersediaan obat-obatan diapotek sebagian besar responden menyatakan
sudah lengkap, karena hampir semua obat yang dibutuhkan oleh pasien sudah tersediadiapotek.

4.3.3. Pengaruh variabel kemudahan informasi terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan


Nasional di wilayah UIN SU.
Adanya kemudahan informasi yang didapatkan pasien baik mengenai pelayanan ataupun
aspek selain dapat mempegaruhi pemanfaatan pelayanan dapat juga mengukur kepuasan peserta
Jaminan Kesehatan Nasional.Kemudahan informasi menurut dever merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi seseorang menentukan utilisasi pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil sebanyak 10 responden, didapatkan hasil Sebanyak 80% responden
mengatakan kemudahan informasinya masuk kategori mudah dan responden ini memanfaatkan
Jaminan Kesehatan Nasional ketika sakit maupun anggota keluarganya. Sedangkan untuk
responden yang menyatakan bahwa kemudahan informasinya masuk kategori sulit sebanyak 2
responden 20% serta masuk kategori tidak memanfaatkan JKN dengan alasan sulit mendapatkan
informasinya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Anjela (2015),
tentang pengaruh variabel kemudahan informasi terhadap pemanfaatan Jaminan Kesehatan
Nasional, yang menyatakan bahwa variabel kemudahan informasi memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pemamfaatan JKN.

21
BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang hubungan atau pengaruh terhadap
pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional adalah persepsi, pelayanan kesehatan, fasilitas
kesehatan dan kemudahan informasi sedangkan faktor yang tidak berhubungan atau berpengaruh
adalah jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Mahasiswa diharapkan dapat berperan aktif
dalam memanfaatkan kartu JKN untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh,
tidak hanya untuk pengobatan saja, melainkan juga dapat digunakan untuk melakukan
pencegahan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatannya. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan para medis, persepsi jenis penyakit, serta
kemudahan informasi berpengaruh besar terhadap pemanfaatan JKN pada mahasiwa/i UINSU.
Terutama pada layanan para medis banyak yang mengeluhkan kurangnya keramahan dan
kesiapsiagaan team medis terhadap pasien yang menggunakan JKN di bandingkan dengan jalur
mandiri.
Selain itu responden juga mengeluhkan bahwa masih banyak alat kesehatan yang melayani
pasien JKN yang masih kurang lengkap, sehingga membuat pasien JKN tidak puas dengan
pemanfaatan jaminan tersebut.
5.2. SARAN
Dengan memerhatikan kesimpulan dan analisa, maka untuk dapat meningkatkan
pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional di wilayah kerja UIN SU, beberapa saran yang perlu
disampaikan adalah sebagai berikut;
1. Meningkatkan mutu pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional baik dengan meningkatkan
motivasi kerja maupun sikap seluruh tenaga kesehatan yang bekerja Jaminan Kesehatan
Nasional saat memberikan pelayanan kepada pasien peserta Jaminan Kesehatan Nasional
2. Diharapkan kepada petugas Jaminan Kesehatan Nasional supaya memberikan sosialisasi
kepada peserta Jaminan Kesehatan Nasional mengenai pentingnya kesehatan, serta
meningkatkan kepercayaan peserta Jaminan Kesehatan Nasional terhadap pelayanan sehingga
menimbulkan pemikiran positif dari peserta Jaminan Kesehatan Nasional terhadap
pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional.
22
Diharapkan supaya petugas Jaminan Kesehatan Nasional yang bertugas di lapangan
diberikan pelatihan mengenai pelayanan di lapangan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan tenaga kesehatan dalam mengubah persepsi masyarakat tentang penyakit khususnya
Jaminan Kesehatan Nasional. Sehingga peserta Jaminan Kesehatan Nasional memiliki persepsi
yang baik akan pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional.

23
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional.Jakarta:KemenkesRI;2014.

Notoatmodjo S.Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta;2012.


Pasal 19 Undang-Undang No. 40 Tahun 2004.

Pasal 4 huruf g Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial.

24

Anda mungkin juga menyukai