Disusun Oleh:
Syamsiar Ainunjaya
216100802046
Pembimbing:
Tri Widodo, SKM., MPH
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
NIM : 216100802046
Syamsiar Ainunjaya
216100802006
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, penyusunan referat yang berjudul “Stunting Di Indonesia
Ditinjau Dari Aspek Kesehatan Masyarakat” dapat diselesaikan dengan baik.
Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Kedokteran Komunitas. Penulis menyadari bahwa dalam proses
penulisan referat ini banyak mengalami kendala, namun berkat dan bantuan,
bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak sehingga kendala-kendala yang
dihadapi tersebut dapat diatasi.
Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada bapak Tri
Widodo, SKM., MPH yang telah membantu membimbing dan memberikan
arahan kepada saya dalam penyusunan referat ini hingga selesai. Serta kepada
beberapa pihak yang telah membantu memberikan dukungan emotional sehingga
referat ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Kiranya referat ini dapat berguna
dan membantu dokter-dokter muda selanjutnya maupun mahasiswa jurusan
kesehatan lain yang sedang menempuh pendidikan. Referat ini berguna sebagai
referensi dan sumber bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan.
Syamsiar Ainunjaya
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN REFERAT.........................................................................................i
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN.............................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN........................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR SINGKATAN....................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................3
1.3. Tujuan Penulisan...........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1. Stunting.........................................................................................................4
2.1.1. Definisi..................................................................................................4
2.1.2. Metode pengukuran Stunting.................................................................4
2.1.3. Prevalensi Stunting................................................................................6
2.2. Tatalaksana Penanganan Stunting.................................................................9
2.3. Faktor Penyebab Stunting...........................................................................10
2.4. Peran Berbagai Aspek Dalam Mengatasi Stunting.....................................15
2.4.1. Peran Keluarga.....................................................................................15
2.4.2. Peran Masyarakat.................................................................................16
2.4.3. Peranan Metode Pendidikan dan Media..............................................18
2.4.4. Peran Gizi Ibu Hamil...........................................................................19
2.5. Program Penanganan Stunting....................................................................20
2.6. Upaya Pencegahan Stunting........................................................................21
v
BAB III PENUTUP..............................................................................................27
3.1. Kesimpulan.................................................................................................27
3.2. Saran............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR SINGKATAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Malnutrisi masih menjadi permasalahan utama pada bayi dan anak di bawah
lima tahun (balita) secara global. Data World Health Organization (WHO) tahun
2020 menunjukkan 5,7% balita di dunia mengalami gizi lebih, 6,7% mengalami
gizi kurang dan gizi buruk, serta 22,2% atau 149,2 juta menderita stunting
(malnutrisi kronik). Prevalensi stunting secara global tersebut tergolong kategori
tinggi karena berada antara 20% - <30%.1,2
susu sapi; bayi berat badan lahir sangat rendah; kelainan metabolisme bawaan;
infeksi kronik yang disebabkan kebersihan personal dan lingkungan yang buruk
(diare kronis); dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah oleh imunisasi
(tuberkulosis/TBC, difteri, pertusis dan campak). Anak stunting berisiko tinggi
terinfeksi dan sakit TBC karena berkaitan dengan penurunan sistem kekebalan
tubuh. Sebuah studi di 22 negara dengan beban TBC yang tinggi mendapatkan
26% kasus TBC terkait dengan malnutrisi. Studi di Indonesia menunjukkan
bahwa prevalensi TBC pada anak stunting cukup besar yakni 38,1%.1
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari
kekurangan gizi yang terjadi secara kronis sehingga anak menjadi terlalu pendek
untuk usianya. Kekurangan gizi dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan dan
pada masa awal setelah anak lahir, tetapi baru nampak setelah anak berusia 2
tahun, di mana keadaan gizi ibu dan anak merupakan faktor penting dari
pertumbuhan anak. 1,6
4
5
juga memiliki jarum petunjuk tinggi dan ada papan tempat kaki. Stick pada
petunjuk kepala disertai dengan skala dalam cm yang digantung di dinding
dengan petunjuk kepala yang dapat digerakkan secara horizontal. Alat ukur baby
length board diletakkan ditempat yang datar dengan petunjuk pada kaki yang
digerakkan secara vertikal. 7
Gambar 2.2 Alat ukur dan cara penggunaan baby length board 1
6
Gambar 2.3 Prevalensi Balita Stunting menurut Riskesdas 2007, 2013 dan 2018.
Menurut SSGBI tahun 2019 dan 20219
Gambar 2.4 Prevalensi Balita Stunting Berdasarkan Provinsi, SSGI tahun 20219
8
Gambar 2.6 Prevalensi Balita Stunting Berdasarkan Provinsi, SSGI tahun 2022 10
9
Pada bayi prematur dan bayi kurang masa kehamilan (KMK) dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) memiliki risiko lebih tinggi mengalami stunting akibat
oromotor yang belum matang, adanya penyulit masuknya nutrisi enteral atau
komposisi asi yang tidak dapat memenuhi kebutuhan protein untuk tumbuh kejar
bayi. Bayi prematur, khususnya bayi sangat prematur (usia gestasi <32 minggu)
dan bayi berat lahir sangat rendah (<1500 gram) juga membutuhkan PKMK yang
dapat meningkatkan kandungan protein dan mineral ASI yang disebut Human
Milk Fortifier (HMF) dan susu formula prematur.1
Selain pemberian nutrisi beberapa hal yang perlu dilakukan pada anak
stunting yaitu pemberian imunisasi sangat diwajibkan karena anak dengan
10
C. Status Ekonomi
Sebagian besar anak stunting berasal dari latar belakang ekonomi
yang kurang mampu. Status ekonomi yang rendah mempengaruhi
kemungkinan terjadinya insufisiensi dan kualitas pangan akibat
rendahnya daya beli masyarakat. Kondisi ekonomi yang demikian
membuat anak stunting sulit mendapatkan asupan gizi yang cukup,
sehingga tidak dapat mengejar ketertinggalan dengan baik.2 Status
ekonomi kurang dapat diartikan daya beli juga rendah sehingga
kemampuan membeli bahan makanan yang baik juga rendah. Kualitas
dan kuantitas makanan yang kurang menyebabkan kebutuhan zat gizi
anak tidak terpenuhi, padahal anak memerlukan zat gizi yang lengkap
untuk pertumbuhan dan perkembangannya.11
E. Faktor Pendidikan
Pendidikan memiliki peran penting dalam mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan karena berkaitan dengan kemampuan
keluarga dalam memahami konsumsi makanan melalui berbagai sistem
pangan pada balita. Ibu yang memiliki pendidikan tinggi diyakini
mampu memperbaiki pemberian nutrisi yang sesuai dengan usia
anak.11,2
dan kebiasaan makan yang baik. Dukungan keluarga yang dapat diterima adalah
1. Menyiapkan makanan bergizi untuk ibu menyusui. 2. Dorongan bagi ibu
menyusui yang mengalami kesulitan menyusui. 3. Memberikan suasana tenang
dan nyaman untuk meningkatkan rasa percaya diri ibu dalam menyusui. 4.
Dapatkan konseling atau baca tentang perawatan bayi dan menyusui. 5. Tidak
mudah mempercayai informasi yang beredar secara lokal. Kebenaran informasi
yang mendukung atau menghambat menyusui ibu harus diverifikasi. 6. Keluarga
dan lingkungan harus bijak memilih tradisi yang dapat mendukung tumbuh
kembang balita untuk mencegah stunting.2
prioritas Nasional. Pendekatan multisektor juga terus dilakukan melalui acara gizi
sensitif yang dilaksanakan secara simultan termasuk pembelajaran berdasarkan
aneka macam acara sebelumnya yang sangat berhasil misalnya Posyandu, PKH,
PNPM Generasi, Pamsimas. Langkah lainnyai merupakan mengupayakan
pembiayaan berbasis hasil, yaitu Dana Alokasi Khusus (DAK) berbasis kinerja
pada sektor kesehatan dan pendidikan menggunakan memakai indikator-indikator
gizi, mendorong penerapan pembayaran kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN), buat memperbaiki layanan gizi, dan mendorong Dana Desa buat
merevitalisasi acara gizi rakyat. Selain itu jua melakukan advokasi buat penguatan
kepemimpinan dan pencerahan buat mengatasi perkara harta benda nutrisi,
kapasitas buat merencanakan, melaksanakan, dan memantau acara gizi
multisektor secara terpadu, dan penegakan Standar Pelayanan Minimum yang
terkait menggunakan layanan gizi lebih baik.2
Pendidikan yang baik memungkinkan orang tua dapat menerima segala informasi
dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, menjaga kesehatan
anak, dan pendidikan.7
B. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan oleh dokter di fasilitas kesehatan
tingkat pertama. Dokter melakukan konfirmasi pengukuran
antropometrik sebelumnya dan penelusuran penyebab potensial
stunting. Anak dengan berat badan rendah, weight faltering atau gizi
kurang namun tidak berperawakan pendek (PB/U atau TB/U ≥-2 SD)
dapat diberikan Pangan untuk Keperluan Diet Khusus (PDK) sesuai
indikasi dan/atau pangan padat energi yang mempunyai komposisi gizi
yang memenuhi persyaratan PDK serta terbukti secara ilmiah mengatasi
gizi kurang secara efektif. Tindakan ini juga bertujuan untuk mencegah
agar anak-anak dengan gangguan gizi tersebut tidak berlanjut menjadi
stunting. Pangan olahan yang termasuk dalam PKGK adalah susu
formula standar untuk usia 0-12 bulan dan susu pertumbuhan untuk usia
1-3 tahun. Pemberian PDK diresepkan dan dipantau penggunaannya
oleh dokter di FKTP.1
23
2. Pendidikan Gizi
Masyarakat Indonesia memperoleh Informasi tentang kesehatan
dan gizi dari media massa, bukan dari sekolah. Informasi dari media
massa apalagi media sosial sering menyesatkan dan tidak berdasarkan
bukti-bukti ilmiah. Pendidikan kesehatan dan gizi seharusnya diberikan
sejak dini. Pendidikan dasar yang berisi informasi umum tentang
kesehatan dan gizi selain diberikan dalam bentuk mata pelajaran juga
harus diaplikasikan dalam kehidupan sekolah sehari-hari sehingga
siswa mempunyai pengetahuan dan kebiasaan hidup sehat baik di
rumah maupun di sekolah. Pendidikan Gizi Non formal dapat
digunakan antara lain melalui penyuluhan, konseling secara langsung
kepada masyarakat atau melalui media komunikasi seperti media cetak,
media elektronik dan media sosial di internet.11
3.1. Kesimpulan
27
28
3.2. Saran
Dalam menghadapi sesuatu yang tidak diharapkan seperti Stunting, kita
selaku petugas kesehatan harus mampu memahami dengan cermat dan memberi
solusi penanganan yang paling efektif, terhadap musibah yang terjadi. Oleh sebab
itu saran yang dapat penulis sampaikan adalah selalu memahami dengan cermat
setiap hal yang sudah ditetapkan sebagai langkah-langkah menangani dan upaya
pencegahan stunting agar tidak terjadi atau meminimalkan banyaknya kerugian
yang akan dialami bila terjadi peningkatan angka kejadian stunting.
DAFTAR PUSTAKA
29
30
10. Annur CM. Daftar Prevalensi Balita Stunting di Indonesia pada 2022
[Internet]. Databooks. 2022. Available from:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/02/02/daftar-prevalensi-
balita-stunting-di-indonesia-pada-2022-provinsi-mana-teratas
11. Candra A. Pencegahan dan Penanggulangan Stunting [Internet]. I.
Epidemiologi Stunting. Semarang; 2020. 1–53 p. Available from:
https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awrxw_53QaJhPmUA3w_LQwx.;_ylu=Y
29sbwNzZzMEcG9zAzQEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/
RE=1638052344/RO=10/RU=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id
%2F80670%2F1%2FBuku_EPIDEMIOLOGI_STUNTING_KOMPLIT.pd
f/RK=2/RS=BFSY8aq0Lx1bha7MtII8PgwQwYU-
12. Toliu SNK, Malonda NS., Kapantow NH. Hubungan Antara Tinggi Badan
Orang Tua Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 24-59 Bulan Di
Kecamatan Pasan Kabupaten Minahasa Tenggara. J KESMAS.
2018;7(5):5–9.
13. Rufaida FD, Raharjo AM, Handoko A. The Correlation of Family and
Household Factors on The Incidence of Stunting on Toddlers in Three
Villages Sumberbaru Health Center Work Area of Jember. J Agromedicine
Med Sci. 2020;6(1):1.
14. Candra A. Hubungan underlying factors dengan kejadian stuntingpada anak
1-2 th. J Nutr Heal. 2013;1(1).
15. Fitriani, Barangkau, Masrah Hasan, Ruslang, Eka Hardianti, Khaeria, et al.
Cegah Stunting Itu Penting! J Pengabdi Kpd Masy Sosiosaintifik.
2022;4(2):63–7.