Anda di halaman 1dari 51

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT REFERAT

DAN KEDOTERAN KOMUNITAS Desember 2023


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN


DI PUSKESMAS RANOMEETO

Oleh :
Wa Ode Chesaria Fachnawati Aliry, S. Ked
K1B1 22 005

Pembimbing:
Dr. dr. I Putu Sudayasa, M. Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


LABORATORIUM/ BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Wa Ode Chesaria Fachnawati Aliry, S. Ked


Stambuk : K1B1 22 005
Judul : Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Di Puskesmas
Ranomeeto
Program Studi : Profesi Dokter
Fakultas : Kedokteran

Telah menyelesaikan tugas referat dengan judul “Penyelenggaraan


Upaya Kesehatan Di Puskesmas Ranomeeto” dalam rangka kepaniteraan
klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo pada bulan
Desember 2023.

Kendari, 2023
Mengetahui,
Pembimbing

Dr. dr. I Putu Sudayasa, M.Kes

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Referat

dengan judul Penyelenggaraan Upaya Kesehatan di Puskesmas Ranomeeto

sebagai tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan

Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Penulis menyadari dalam proses pembuatan referat ini masih terdapat

banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran dari semua

pihak yang sifatnya membangun demi penyempurnaan penulisan berikutnya

sangat penulis harapkan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. I Putu Sudayasa, M.Kes

atas bimbingan dan arahannya sehingga berbagai masalah dan kendala dalam

proses penyusunan referat ini dapat teratasi dan terselesaikan dengan baik.

Penulis berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi penulis pada

khususnya dan para pembaca pada umunya serta dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya. Atas segala bantuan dan perhatian baik berupa tenaga, pikiran dan

materi pada semua pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian referat ini

penulis ucapakan terima kasih.

Kendari, Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………..

Halaman Pengesahan………………………………………………………… i

Kata Pengantar……………………………………………………………..... ii

Daftar Isi……………………………………………………………………… iii

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………… 1

A. Latar Belakang……………………………………………………...... 1

B. Tujuan………………………………………………………………... 3

C. Manfaat……………………………………………………………..... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………..…………………………... 5

A. Sistem Kesehatan Nasional………………………………………….. 5

1. Pengertian Sistem Kesehatan Nasional…………………………. 5

2. Landasan Sistem Kesehatan Nasional…………………………… 6

3. Tujuan Sistem Kesehatan Nasional…………………………….. 7

4. Subsistem Sistem Kesehatan Nasional…………………………. 7

B. Upaya Kesehatan …………………………………………………….. 11

1. Definisi Upaya Kesehatan……………………………………….. 11

2. Tujuan Penyelenggaraan Subsistem Upaya Kesehatan…………. 11

3. Unsur Unsur Upaya Kesehatan………………………………..… 12

4. Prinsip Upaya Kesehatan………..………………………………. 13

5. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan…………..…………………. 15

C. Kondisi Pusat Kesehatan Masyarakat di Indonesia……………….…. 25

D. Situasi Upaya Kesehatan Puskesmas Ranomeeto..…….……………. 28

iii
1. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensisal.…….………………….. 28

2. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan.…….……………. 37

3. Upaya Kesehatan Perseorangan dan Penunjang.…….………….. 40

E. Distribusi Masalah Upaya Kesehatan di PKM Ranomeeto.…….…. 41

BAB III PENUTUP………………………………………………………… 42

A. Kesimpulan………………………………………………………….. 42

B. Saran ………………………………………………………………… 44

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 45

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penguatan sistem kesehatan nasional pada dasarnya telah diamanahkan

sebagai salah satu strategi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(RPJMN) 2020-2024 untuk mengatasi permasalahan pembangunan

kesehatan. Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada

tantangan disparitas capaian status dan akses terhadap pelayanan kesehatan

(Ali P.B. dkk, 2022).

Kesehatan adalah salah satu hak asasi bagi setiap orang. Hal ini dibahas

sejak lama secara global dan terdokumentasi dalam beberapa

dokumen/perjanjian internasional yang berkaitan dengan jaminan hak atas

kesehatan seseorang. Universal Declaration of Human Rights (UDHR) Pasal

25 menjelaskan bahwa “setiap orang berhak atas taraf hidup yang menjamin

kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya”. (Rismawan, 2018)

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam

memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh

pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Undang-undang no

36 Tahun 2009 tentang Upaya Kesehatan pada pasal 47 menyatakan bahwa

“Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative yang dilaksanakan secara

terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. Yang dilaksanakan melalui

1
kegiatan: a) Pelayanan kesehatan, b) Pelayanan kesehatan tradisional, c)

Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, d) Penyembuhan penyakit

dan pemulihan kesehatan, e) Kesehatan reproduksi, f) Keluarga berencana,

g) Kesehatan sekolah, h) Kesehatan olahraga, i) Pelayanan kesehatan pada

bencana, j) Pelayanan darah, k) Kesehatan gigi dan mulut, l) Penanggulangan

gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran, m) Kesehatan matra,

n) Pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan,

o) Pengamanan makanan dan minuman, p) Pengamanan zat adiktif; dan/atau,

q) Bedah mayat”. (Kepmenkes. 2009)

Pemberdayaan masyarakat bidang Kesehatan sesuai dengan Peraturan

Menteri Kesehatan RI Nomor 8 Tahun 2019 adalah proses untuk

meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan individu, keluarga

serta masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya kesehatan yang

dilaksanakan dengan cara fasilitasi proses pemecahan masalah melalui

pendekatan edukatif dan partisipatif serta memperhatikan kebutuhan, potensi

dan sosial budaya setempat. (Kementrian Kesehatan RI 2022)

Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2019 menyebutkan bahwa

Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) sebagai wahana

pemberdayaan masyarakat yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat

yang dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan

dari petugas puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya untuk

melaksanakan kegiatan masyarakat untuk mewujudkan masyarakat yang

2
sehat dan mandiri dalam bidang Kesehatan (UU Nomor 36 Tahun 2009).

Peraturan tersebut memposisikan masyarakat tidak hanya sebagai obyek

pembangunan melainkan yang lebih penting sebagai subyek pembangunan

Kesehatan yang dapat mengambil keputusan dalam mengadopsi inovasi di

bidang Kesehatan. Penyelenggaraan Pemberdayaan Masyarakat dilakukan

dengan tahap: a). pengenalan kondisi desa/kelurahan; b). survei mawas diri;

c). musyawarah di desa/kelurahan; d). perencanaan partisipatif; e).

pelaksanaan kegiatan; dan f). pembinaan kelestarian. Penyelenggaraan

pemberdayaan masyarakat didampingi oleh Tenaga Pendamping yang berasal

dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, lembaga kemasyarakatan,

organisasi kemasyarakatan, swasta, perguruan tinggi, dan/atau anggota

masyarakat. Tenaga Pendamping dimaksud harus memiliki kemampuan

sebagai Tenaga Pendamping yang didapat melalui pelatihan. Pada bab II ini,

UKBM yang akan diulas adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) dan

Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular

(Kementrian Kesehatan RI 2022).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tentang Upaya Kesehatan sebagai subsistem Sistem

Kesehatan Nasional (SKN)

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui apa itu Sistem Kesehatan Nasional

b. Untuk mengetahui Definisi Upaya Kesehatan

3
c. Untuk mengetahui Tujuan Penyelenggaraan Upaya Kesehatan

d. Untuk mengetahui Unsur-Unsur Upaya Kesehatan

e. Untuk mengetahui Prinsip Upaya Kesehatan

f. Untuk mengetahui Penyelenggaraan Upaya Kesehatan

g. Untuk mengetahui Upaya Kesehatan yang dilakukan di Puskesmas

Ranomeeto

h. Untuk mengetahui distribusi masalah Upaya Kesehatan di Puskesmas

Ranomeeto

C. Manfaat

1. Manfaat Teoretis

Dapat menambah wawasan mengenai Upaya Kesehatan

2. Manfaat Aplikatif

Dapat memberikan masukkan kepada pusat layanan kesehatan

mengenai Upaya Kesehatan.

3. Manfaat Metodologis

Menjadi salah satu referensi atau salah satu data pendukung

khususnya untuk memahami Upaya Kesehatan

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Kesehatan Nasional

1. Pengertian Sistem Kesehatan Nasional

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara

penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai

upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin

tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan

kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Dasar 1945 (Kepmenkes, 2009).

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh

semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan pada: 1)

Perikemanusiaan, 2) Pemberdayaan dan kemandirian, 3) Adil dan merata,

serta 4) Pengutamaan dan manfaat (Kepmenkes, 2009).

Sistem Kesehatan Nasional perlu dilaksanakan dalam konteks

Pembangunan Kesehatan secara keseluruhan dengan mempertimbangkan

determinan sosial, seperti: kondisi kehidupan sehari-hari, tingkat

pendidikan, pendapatan keluarga, distribusi kewenangan, keamanan,

sumber daya, kesadaran masyarakat, serta kemampuan tenaga kesehatan

dalam mengatasi masalah-masalah tersebut (Kepmenkes, 2009).

5
2. Landasan Sistem Kesehatan Nasional

Landasan Sistem Kesehatan Nasional meliputi (Kepmenkes, 2009):

a. Landasan Ideal, yaitu Pancasila

b. Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya: Pasal 28 A,

setip orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup

dan kehidupannya; Pasal 28 H ayat (1), setiap orang berhak hidup

sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, mendapatkan lingkungan

hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan dan ayat (3), setiap orang berhak atas jaminan sosial yang

memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia

yang bermartabat; serta Pasal 34 ayat (2), Negara mengembangkan

sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan

masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat

kemanusian dan ayat (3), Negara bertanggung-jawab atas penyediaan

fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang

layak; Pasal 28 B ayat (2), setiap anak berhak atas kelangsungan

hidup, tumbuh, dan berkembang; Pasal 28 C ayat (1), setiap orang

berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,

berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu

pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan

kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

6
c. Landasan Operasional meliputi seluruh ketentuan peraturan

perundangan yang berkaitan dengan penyelenggaraan SKN dan

pembangunan kesehatan. Beberapa peraturan perundangan tersebut

terdapat dalam Lampiran-1 dari RPJP-K Tahun 2005-2025.

3. Tujuan Sistem Kesehatan Nasional

Tujuan Sistem Kesehatan Nasional adalah terselenggaranya

pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat,

swasta, maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya

guna, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya (Kepmenkes, 2009)

4. Subsistem Sistem Kesehatan Nasional

a. Subsistem Upaya Kesehatan

Untuk dapat mencapai derahat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan

dengan menghimpun seluruh potensi bangsa Indonesia. Upaya

kesehatan diselenggarakan dengan upaya peningkatan, pencegahan,

pengobatan, dan pemulihan (Kepmenkes, 2009).

b. Subsistem Pembiayaan Kesehatan

Pembiayaan kesehatan bersumber dari berbagai sumber, yakni:

Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, organisasi masyarakat, dan

masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, pembiayaan kesehatan yang

adekuat, terintegrasi, stabil, dan berkesinambungan memegang peran

yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam

7
rangka mencapai berbagai tujuan pembangunan kesehatan.

Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan public

good yang menjadi tanggung-jawab pemerintah, sedangkan untuk

pelayanan kesehatan perorangan pembiayaannya bersifat private,

kecuali pembiayaan untuk masyarakat miskin dan tidak mampu

menjadi tanggung-jawab pemerintah. (Kepmenkes, 2009)

Pembiayaan pelayanan kesehatan perorangan diselenggarakan

melalui jaminan pemeliharaan kesehatan dengan mekanisme

asuransi sosial yang pada waktunya diharapkan akan mencapai

universal coverage sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) (Kepmenkes, 2009)

c. Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan

Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya

manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan

kualitasnya, serta terdistribusi secara adil dan merata, sesuai tuntutan

kebutuhan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, SKN juga

memberikan fokus penting pada pengembangan dan pemberdayaan

SDM Kesehatan guna menjamin ketersediaan dan pendistribusian

sumber daya manusia kesehatan. Pengembangan dan pemberdayaan

SDM Kesehatan meliputi: 1) perencanaan kebutuhan sumber daya

manusia yang diperlukan, 2) pengadaan yang meliputi pendidikan

tenaga kesehatan dan pelatihan SDM Kesehatan, 3) pendayagunaan

8
SDM Kesehatan, termasuk peningkatan kesejahteraannya, dan 4)

pembinaan serta pengawasan SDM Kesehatan (Kepmenkes, 2009).

d. Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan

Subsistem kesehatan ini meliputi berbagai kegiatan untuk

menjamin: aspek keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu sediaan

farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang beredar; ketersediaan,

pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial;

perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan

penyalahgunaan obat; penggunaan obat yang rasional; serta upaya

kemandirian di bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber

daya dalam negeri (Kepmenkes, 2009)

e. Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan

Subsistem ini meliputi: kebijakan kesehatan, administrasi

kesehatan, hukum kesehatan, dan informasi kesehatan. Untuk

menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan

berdaya guna, diperlukan manajemen kesehatan. Peranan

manajemen kesehatan adalah koordinasi, integrasi, sinkronisasi, serta

peneyrasian berbagai subsistem SKN dan efektif, efisien, serta

transparansi dari penyelenggaraan SKN tersebut. Dalam kaitan ini

peranan informasi kesehatan sangat penting. Dari segi pengadaan

data dan informasi dapat dikelompokkan kegiatannya sebagai

berikut:

9
1) Pengumpulan, validasi, analisa, dan diseminasi data dan

informasi, 2) Manajemen sistem informasi, 3) Dukungan kegiatan

dan sumber daya untuk unit-unit yang memerlukan, dan 4)

Penegmbangan untuk pengingkatan mutu sistem informasi kesehatan

(Kepmenkes, 2009).

f. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat

Sistem Kesehatan Nasionalakan berfungsi optimal apabila

ditunjang oleh pemberdayaan masyarakat. Masyarakat termasuk

swasta bukan semata-mata sebagai sasaran pembangunan kesehatan,

melainkan juga sebagai subjek atau penyelenggara dan pelaku

pembangunan kesehatan. Oleh karenannya pemberdayaan

masyarakat menjadi sangat penting, agar masyarakat termasuk

swasta dapat mampu dan mau berperan sebagai pelaku

pembangunan kesehatan. Dalam pemberdayaan masyarakat meliputi

upaya peningkatan lingkungan sehat oleh masyarakat sendiri. Upaya

pemberdayaan masyarakat akan berhasil pada hakekatnya bila

kebutuhan dasar masyarakat sudah terpenuhi. Pemberdayaan

masyarakat dan upaya kesehatan pada hakekatnya merupakan fokus

dari pembangunan kesehatan (Kepmenkes, 2009).

10
Subsistem sumber daya manusia kesehatan diselenggarakan

guna menghasilkan tenaga kesehatan yang bermutu dalam jumlah

dan jenis yang mencukupi, terdistribusi secara adil, dan

termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna serta

dikembangkan, sehingga upaya kesehatan dapat diselenggarakan

sesuai dengan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat. Tersedianya

tenaga kesehatan yang mencukupi dan berkualitas juga akan

menunjang terselenggaranya subsistem upaya kesehatan, subsistem

penelitian dan pengembangan kesehatan, subsistem pembiayaan

kesehatan, subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan,

subsistem manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan, serta

subsistem pemberdayaan masyarakat. (Perpres, 2012)

B. Upaya Kesehatan

1. Definisi Upaya Kesehatan

Subsistem Upaya Kesehatan adalah bentuk dan cara

penyelenggaraan upaya kesehatan yang paripurna, terpadu, dan

berkualitas, meliputi upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan

pemulihan, yang diselenggarakan guna menjamin tercapainya derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. (Kepmenkes,2009)

2. Tujuan Penyelenggaraan Subsistem Upaya Kesehatan

Tujuan dari penyelenggaraan subsistem Upaya Kesehatan adalah

terselenggaranya upaya kesehatan yang adil, merata, terjangkau, dan

11
bermutu untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

(Kepmenkes, 2009)

3. Unsur – Unsur Upaya Kesehatan

a. Upaya Kesehatan

Pelayanan kesehatan meliputi peningkatan, pencegahan,

pengobatan, dan pemulihan, baik pelayanan kesehatan konvensional

maupun pelayanan kesehatan yang terdiri dari pengobatan tradisional

dan komplementer melalui pendidikan dan pelatihan dengan selalu

mengutamakan keamanan dan efektifitas yang tinggi. Upaya

kesehatan diutamakan pada berbagai upaya yang mempunyai daya

ungkit tinggi dalam pencapaian sasaran pembangunan kesehatan

utamanya penduduk rentan, antara lain: Ibu, bayi, anak, manusia usia

lanjut, dan masyarakat miskin. (Kepmenkes, 2009)

b. Sumber Daya Upaya Kesehatan

Sumber daya upaya kesehatan tediri dari SDM Kesehatan,

biaya, sarana dan prasarana, termasuk fasilitas pelayanan kesehatan,

sediaan farmasi dan alat kesehatan, serta manajemen dan sistem

informasi kesehatan yang memadai guna terselenggaranya upaya

kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan merupayan alat dan atau

tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan

kesehatan, baik peningkatan, pencegahan, pengobatan, maupun

12
pemulihan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat,

termaksud swasta. (Kepmenkes, 2009)

c. Pembinaan dan Pengawasan Upaya Kesehatan

Pelayanan kesehatan harus diberikan berdasarkan standard

pelayanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan

mempertimbangkann masukan dari organisasi profesi. Pembinaan

dan pengawasan upaya kesehatan dilakukan secara berjenjang

melalui standarisasi, serifikasi, lisensi, akreditasi, dan penegakan

hokum yang dilakukan oleh pemerintah bersama dengan organisasi

profesi dan masyarakat. (Kepmenkes, 2009)

d. Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan

Penelitian dan pengembangan dilakukan utamanya untuk

mendukung peningkatan mutu upaya kesehatan yang berhasil guna

dan berdaya guna. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan

didasarkan pada masalah kesehatan prioritas, sumber daya

kesehatan, serta aspek terkait lainnya dengan memanfaatkan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang sesuai. (Kepmenkes, 2009)

4. Prinsip Upaya Kesehatan

a. Berkesinambungan dan Paripurna

Upaya kesehatan bagi masyarakat diselenggarakan secara

berkesinambungan dan paripurna meliputi upaya peningkatan,

pencegahan, pengobatan hingga pemulihan, serta rujukan antar

tingkatan upaya. (Kepmenkes, 2009)

13
b. Bermutu, Aman, dan Sesuai Kebutuhan

Pelayanan kesehatan bagi masyarakat harus berkualitas,

terjamin keamanannya bagi penerima dan pemberi upaya, dapat

diterima masyarakat, efektif dan sesuai, serta mampu menghadapi

tantangan global dan regional. (Kepmenkes, 2009)

c. Adil dan Merata

Pemerintah wajib menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan

yang berkeadilan dan merata untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

di bidang kesehatan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) dan di luar negeri dalam kondisi tertentu.

(Kepmenkes, 2009)

d. Non Diskriminatif

Setiap penduduk harus mendapatkan pelayanan kesehatan

sesuai kebutuhan medis, bukan status sosial ekonomi dan tidak

membeda-bedakan suku/ras, budaya dan agama, dengan tetap

memperhatikan pengarus-utamaan gender. (Kepmenkes, 2009)

e. Terjangkau

Ketersediaan dan pembiayaan pelayanan kesehatan yang

bermutu harus terjangkau oleh seluruh masyarakat. (Kepmenkes,

2009)

f. Teknologi Tepat Guna

Upaya kesehatan menggunakan teknologi tepat guna yang

berbasis bukti. Teknologi tepat guna berasas pada kesesuaian

14
kebutuhan dan tidak bertentangan dengan etika, moral, dan nilai

agama. (Kepmenkes, 2009)

g. Bekerja dalam Tim secara Cepat dan Tepat

Upaya kesehatan dilakukan secara kerjasama tim, melibatkan

semua pihak yang kompeten, dilakukan secara cepat dengan

ketepatan/presisi yang tinggi.

5. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan

a. Upaya Kesehatan

Upaya kesehatan mencakup kesehatan fisik, mental, termaksud

intelegensia dan social. Upaya kesehatan dilaksanakan dalam

tingkatan upaya sesuai dengan kebutuhan medik dan kesehatan.

Terdapat tiga tingkatan upaya, yaitu upaya kesehatan primer, upaya

kesehatan sekunder, dan upaya kesehatan tersier. Upaya kesehatan

diselenggarakan secara berkesinambungan, terpadu, dan paripurna

melalui sitem rujukan. (Kepmenkes, 2009)

Rujukan upaya kesehatan adalah pelimpahan wewenang dan

tanggung jawab secara timbal balik, baik horizontal dan vertical

maupun struktural dan fungsional terhadao kasus penyakit atau

masalah penyakit atau permasalahanan kesehatan. Rujukan dibagi

dalam rujukan medic yang berkaitan dengan pengobatan dan

pemulihan berupa pengiriman pasien (kasus), specimen, dan

pengetahuan tentang penyakit; sedang rujukan kesehatan dikaitkan

15
dengan upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan berupa sarana,

teknologi, dan operasional. (Kepmenkes, 2009)

Upaya kesehatan primer adalah upaya kesehatan dimana

terjadi kontak pertama secara perorangan atau masyarakat dengan

pelayanan kesehatan melalui mekanisme rujukan timbal-balik,

termaksud penanggulangan bencana dan pelayanan gawat darurat.

Upaya kesehatan sekunder dan tersier adalah upaya kesehatan

tingkat rujukan maupun rujukan tingkat lanjut. (Kepmenkes, 2009)

1) Upaya Kesehatan Primer

Upaya kesehatan primer terdiri dari pelayanan kesehatan

perorangan primer dan pelayanan kesehatan masyarakat primer.

(Kepmenkes, 2009)

a) Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer (PKPP)

Pelayanan kesehatan perorangan primer adalah

pelayanan kesehatan dimana terjadi kontak pertama secara

perorangan sebagai proses awal pelayanan kesehatan.

Pelayanan kesehatan perorangan primer memberikan

penekanan pada pelayanan pengobatan, pemulihan tanpa

mengabaikan upaya peningkatan dan pencegahan, termaksud

di dalamnya pelayanan kebugaran dan gaya hidup sehat

(healthy life style). (Kepmenkes, 2009)

Pelayanan kesehatan perorangan primer

diselenggarakan oleh tenaga kesehatan yang di butuhkan dan

16
mempunyai kompetensi seperti yang ditetapkan sesuai

ketentuan berlaku serta dapat dilaksanakan dirumah, tempat

kerja, maupun fasilitas kesehatan perorangan primer baik

puskesmas dan jaringannya, serta fasilitas kesehatan lainnya

milik pemerintah, masyarakat, maupun swasta. Dilaksanakan

dengan dukungan pelayanan kesehatan perorangan sekunder

dalam system rujukan yang timbal balik. (Kepmenkes, 2009)

Pelayanan kesehatan perorangan primer dapat

diselenggarakan sebagai pelayanan yang bergerak

(ambulatory) atau menetap; dapat dikaitkan dengan tempat

kerja, seperti klinik, perusahan; dan dapat disesuaikan dengan

lingkungan atau kondisi tertentu (kesehatan matra, seperti:

kesehatan haji, kesehatan kelautan, kesehatan penerbangan,

kesehatan wisata). Pemerintah wajib menyediakan pelayanan

kesehatan perorangan primer di seluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia sesuai kebutuhan, terutama

bagi masyarakat miskin, daerah terpencil, perbatasan, pulau-

pulau terluar dan terdepan, serta yang tidak diminati swasta.

(Kepmenkes, 2009)

Pembiayaan pelayanan kesehatan perorangan primer

untuk penduduk miskin dibiayai oleh pemerintah, sedangkan

golongan ekonomi lainnya dibiayai oleh system pembiayaan

yang diatur oleh pemerintah. Dalam pelayanan kesehatan

17
perorangan termaksud pula pelayanan kesehatan berbasis

masyarakat dalam bentuk seperti Pos Kesehatan Desa

(Polkesdes) dan pengobatan tradisional serta pengobatan

alternative yang secara ilmiah telah terbukti terjamin

keamanan dan khasiatnya. (Kepmenkes, 2009)

b) Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP)

Pelayanan kesehatan masyarakat primer adalah

pelayanan peningkatan dan pencegahan tanpa mengabaikan

pengobatan dan pemulihan sebagai sasaran keluarga,

kelompok, dan masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan

kesehatan masyarakat primer menjadi tanggung-jawab Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota yang pelaksanaan operasionalnya

dapat didelegasikan kepada Puskesmas. Masyarakat

termaksud swasta dapat menyelenggarakan pelayanan

kesehatan masyarakat primer sesuai peraturan yang berlaku

dan bekerjasama dengan pemerintah. (Kepmenkes, 2009)

Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat primer

ditanggung oleh pemerintah bersama masyarakat, termaksud

swasta. Pemerintah wajib melaksanakan dan membiayai

pelayanan kesehatan masyarakat primer yang berhubungan

dengan prioritas pembangunan kesehatan melaui kegiatan

perbaikan lingkungan, peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit dan kematian serta paliatif. Pelaksanaan pelayanan

18
kesehatan masyarakat primer didukung kegiatan lainnya,

seperti surverlans, pencatatan, dan pelaporan. Pemerintah

dapat membentuk fasilitas kesehatan yang secara khusus

ditugaskan untuk melaksanakan upaya kesehatan masyarakat

sesuai keperluan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan

masyarakat primer mendukung upaya kesehatan berbasis

masyarakat dan didukung oleh pelayanan kesehatan

masyarakat sekunder. (Kepmenkes, 2009)

2) Upaya Kesehatan Sekunder

Upaya Kesehatan Sekunder adalah upaya kesehatan rujukan

lanjutan, yang terdiri dari pelayanan kesehatan perorangan

sekunder dan pelayanan kesehatan masyarakat sekunder.

(Kepmenkes, 2009)

a) Pelayanan Kesehatan Perorangan Sekunder (PKPS)

Pelayanan kesehatan perorangan sekunder adalah

pelayanan kesehatan spesialistik yang menerima rujukan dari

pelayanan kesehatan perorangan primer, yang meliputi

rujukan kasus, spesimen, dan ilmu pengetahuan serta wajib

merujuk kembali ke fasilitas kesehatan yang merujuk.

Pelayanan kesehatan perorangan sekunder dilaksanakan oleh

dokter spesialis atau dokter yang sudah mendapatkan

pendidikan khusus dan mempunyai ijin praktik serta di

dukung tenaga kesehatan lainnya yang di perlukan. Pelayanan

19
kesehatan perorangan sekunder dilaksanakan ditempat kerja

maupun fasilitas kesehatan perorangan sekunder baik Rumah

Sakit setara kelas C serta fasilitas kesehatan lainnya milik

pemerintah, masyarakat, maupun swasta. (Kepmenkes, 2009)

Pelayanan kesehatan perorangan sekunder harus

memberikan pelayanan kesahatan yang aman, sesuai, efektif,

efisien dan berbasis bukti (evidence based medicine) serta

didukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

kesehatan. Pelayanan kesehatan perorangan sekunder yang

bersifat tradisional dan komplemnter dilaksanakan dengan

berafiliasi dengan atau dirumah sakit pendidikan. Pelayan

kesehatan perorangan sekunder dapat dijadikan wahana

pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan sesuai dengan

kebutuhan pendidikan dan pelatihan. (Kepmenkes, 2009)

b) Pelayanan Kesehatan Masyarakat Sekunder (PKMS)

Pelayanan kesehatan masyarakat sekunder menerima

rujukan kesehatan dari pelayanan kesehatan masyarakat

primer dan memberikan fasilitas dalam bentuk sarana,

teknologi, dan sumber daya manusia kesehatan serta

didukung oleh pelayanan kesehatan masyarakat tersier.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat sekunder

menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

dan atau Provinsi sebagai fungsi teknisnya, yakni

20
melaksanakan pelayanan kesehatan masyarakat yang tidak

sanggup atau tidak memadai dilakukan pada pelayanan

kesehatan masyarakat primer. (Kepmenkes, 2009)

Dalam penanggulangan penyakit menular yang tidak

terbatas pada suatu administrasi pemerintahan (lintas

kabupaten/kota), maka tingkat yang lebih tinggi (provinsi)

yang harus menanganinya. Fasilitas kesehatan penyelenggara

pelayanan kesehatan masyarakat sekunder dibangun sesuai

dengan standard. Bagi fasilitas pelayanan kesehatan

masyarakat milik swasta harus mempunyai izin sesuai

peraturan yang berlaku serta dapat bekerjasama dengan unit

kerja Pemerintahan Daerah, seperti laboratorium kesehatan,

Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL), Balai

Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK), dan lain-lain.

3) Upaya Kesehatan Tersier

Upaya Kesehatan Tersier adalah upaya kesehatan rujukan

unggulan yang terdiri dari pelayanan kesehatan perorangan

tersier dan pelayanan kesehatan masyarakat tersier.

a) Pelayanan Kesehatan Perorangan Tersier (PKPT)

Pelayanan kesehatan perorangan tersier menerima

rujukan sub-spesialistik dari pelayanan kesehatan

dibawahnya, dan wajib merujuk kembali ke fasilitas

kesehatan yang merujuk. Pelaksana PKPT adalah dokter sub-

21
spesialis atau dokter spesialis yang telah mendapatkan

pendidikan khusus atau pelatihan dan mempunyai izin praktik

dan didukung oleh tenaga kesehatan lainnya yang di

perlukan. (Kepmenkes, 2009)

Pelayanan kesehatan perorangan tersier dilaksanakan di

Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus setara kelas A dan

B, baik milik pemerintah maupun swasta yang mampu

memberikan pelayanan kesehatan sub-spesialistik dan juga

termaksud klinik khusus, seperti pusat radioterapi.

Pemerintah mengembangkan berbagai pusat pelayanan

unggulan nasional yang berstandar internasional untuk

memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan dan menghadapi

persaingan global dan regional. Fasilitas pelayanan kesehatan

tersier dapat didirikan melalui modal patungan dengan pihak

asing sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang berlaku.

(Kepmenkes, 2009)

Pelayanan kesehatan perorangan tersier wajib

melaksanakan penelitian dan pengembangan dasar maupun

terapan dan dapat dijadikan sebagai pusat pendidikan dan

pelatihan tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan.

(Kepmenkes, 2009)

22
b) Pelayanan Kesehatan Masyarakat Tersier (PKMT)

Pelayanan kesehatan masyarakat tersier menerima

rujukan kesehatan dari pelayanan kesehatan masyarakat

sekunder dan memberikan fasilitasi dalam bentuk sarana,

teknologi, sumber daya manusia kesehatan, dan rujukan

operasional. Pelaksanan PKMT adalah Dinas Kesehatan

Provinsi, Unit kerja terkait di tingkat Provinsi, Departemen

Kesehatan, dan Unit kerja terkait di tingkat nasional.

(Kepmenkes, 2009)

b. Pembinaan dan Pengawasan

1) Pembinaan Upaya Kesehatan

Pembianaan upaya kesehatan ditujukan untuk menjamin

mutu pelayanan kesehatan, harus didukung dengan standard

pelayanan yang selalu dikaji dalam periode tertentu sesuai

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan.

Pemerintah menetapkan kebijakan dan NSPK upaya kesehatan

dengan memperhatikan masukan dari Pemerintah Daerah,

Organisasi Profesi, dan masyarakat. (Kepmenkes, 2009)

Perizinan fasilitas upaya kesehatan menurut tingkatnya

ditetapkan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan

Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya yang

diatur dalam peraturan perundangan. Pemerintah, Pemerintah

Provinsi, dan Pemerintahan Kabupaten/Kota sebagai

23
penanggung-jawab pelaksanaan pembangunan kesehatan di

wilayahnya, berkewajiban melakukan pembinaan terhadap semua

fasilitas pelayanan kesehatan termaksud swasta, sehingga semua

fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan laporan

kegiatannya. Pembinaan upaya kesehatan dilakukan oleh

pemerintah bersama dengan organisasi profesi dan masyarakat

termaksud swasta. (Kepmenkes, 2009)

2) Pengawasan Upaya Kesehatan

Pengawasan ditujukan untuk menjamin konsistensi

penyelenggaraan upaya kesehatan dan dilakukan secara intensi,

baik internal maupun eksternal dan juga dapat melibatkan

masyarakat dan swasta. Hasil pengawasan digunakan untuk

perlindungan terhadap masyarakat dan tenaga kesehatan selaku

penyelanggara upaya kesehatan. (Kepmenkes, 2009)

c. Peneliti dan Pengembangan

Pengembangan dan pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi (Iptek) yang memadai ditujukan untuk meningkatkan

mutu upaya kesehatan. Sesuai dengan perkembangan dan

keperluannya, pengembangan dan pemanfaatan Iptek perlu diperluas

untuk mendukung pembangunan kesehatan secara keeluruhan.

(Kepmenkes, 2009)

Pengembangan dan pemanfaatan Iptek, Meliputi :

24
1) Ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dihasilkan dari

penelitian dan pengembangan kesehatan yang diselenggarakan

oleh pusat-pusat penelitian dan pengembangan milik masyarakat,

swasta, dan pemerintah. Pemerintah melaksanakan penelitian

data dasar kesehatan, seperti Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

secara berkala dan penelitian pengembangan upaya kesehatan.

Penelitian yang dilaksanakan oleh badan asing dan atau individu

Warga Negara Asing (WNA) harus atas izin dan diawasi

Pemerintah. (Kepmenkes, 2009)

2) Pemanfaatan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan dan

teknologi kesehatan diatur oleh Pemerintah dengan dukungan

organisasi profesi, dilakukan dengan membentuk pusat-pusat

penelitian dan pengembangan unggulan, jaringan informasi, dan

dokumentasi Iptek kesehatan. (Kepmenkes, 2009)

C. Kondisi Pusat Kesehatan Masyarakat di Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas

menyebutkan bahwa puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif

dan preventif di wilayah kerjanya. Total jumlah puskesmas di Indonesia

sampai dengan Desember 2021 adalah 10.292 puskesmas, yang terdiri dari

4.201 puskesmas rawat inap dan 6.091 puskesmas non rawat inap. Jumlah ini

meningkat dibandingkan tahun 2020 yaitu sebanyak 10.205, dengan jumlah

25
puskesmas rawat inap sebanyak 4.119 puskesmas dan puskesmas non rawat

inap sebanyak 6.086 puskesmas. (Profil Kesehatan Indonesia 2021)

Gambar 1. Jumlah Puskesmas di Indonesia Tahun 2016-2021

Perkembangan jumlah puskesmas sejak tahun 2016, dimana jumlahnya

semakin meningkat, dari 9.767 unit menjadi 10.292 puskesmas pada tahun

2021. Peningkatan jumlah puskesmas tersebut menggambarkan upaya

pemerintah dalam pemenuhan akses terhadap pelayanan kesehatan primer.

Pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan primer dapat dilihat secara umum

dari rasio puskesmas terhadap kecamatan. Rasio puskesmas terhadap

kecamatan pada tahun 2021 sebesar 1,4. Hal ini menggambarkan bahwa rasio

ideal puskesmas terhadap kecamatan yaitu minimal 1 puskesmas di 1

kecamatan, secara nasional sudah terpenuhi, tetapi perlu diperhatikan

distribusi dari puskesmas tersebut di seluruh kecamatan. (Profil Kesehatan

Indonesia, 2021)

26
Gambar 2. Rasio Puskesmas per kecamatan di Indonesia

Rasio puskesmas per kecamatan tersebut dapat menggambarkan kondisi

aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan primer. Selain

ketersediaan minimal 1 puskesmas di setiap kecamatan, aksesibilitas

masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya kondisi geografis,

luas wilayah, ketersediaan sarana dan prasarana dasar, sosial ekonomi dan

kemajuan suatu daerah. Sebagai contoh, provinsi dengan rasio terendah di

Provinsi Papua Barat. Hal ini menggambarkan bahwa akses masyarakat di

provinsi tersebut terhadap fasilitas pelayanan kesehatan primer masih belum

ideal. Rasio di bawah 1 menunjukkan bahwa belum semua kecamatan

27
memiliki puskesmas dan adanya kondisi geografis yang sulit dan rata-rata

tingkat sosial ekonomi masyarakat yang rendah di daerah tersebut

menunjukkan bahwa akses terhadap pelayanan kesehatan masih perlu

ditingkatkan lagi. (Profil Kesehatan Indonesia, 2021)

D. Kegiatan Upaya Kesehatan Puskesmas Ranomeeto

1. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan

menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga,

kelompok, dan masyarakat. UKM meliputi UKM esensial dan UKM

pengembangan. (Permenkes No. 43 2019)

Adapun Upaya-Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

esensial/wajib yang di laksanakan di Puskesmas Ranomeeto adalah

sebagai berikut:

a. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang

kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil,

ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak

prasekolah Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya

memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan

masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek

non klinis terkait kehamilan dan persalinan yang di berikan di semua

jenis fasilitas pelayanan kesehatan, dari posyandu, puskesmas,

28
Rumah Sakit Pemerintah maupun fasilitas pelayanan kesehatan

swasta.

Pelayananan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) pada puskesmas

ranomeeto periode Januari – Oktober memiliki beberapa Indikator

program yakni Akses Pelayanan Antenatal (K1) dengan cakupan

70,3% ; Pelayanan ibu hamil (K4) dengan cakupan 62,4% ;

Kunjungan Ibu Hamil (K6) dengan cakupan 18,8% ; Persalinan di

Fasyankes dengan cakupan 60,2% ; Pelayanan Ibu Nifas KF1 dengan

cakupan 59,4% ; Pelayanan neonates pertama (KN1) dengan cakupan

62% ; Pelayanan Kesehatan Neonatus 8-28 Hari (KN Lengkap ) dengan

cakupan 61,5% ; Pelayanan Kesehatan Bayi dengan cakupan 61,5% ;

Imunisasi Campak /Rubeolla pada bayi dengan cakupan 64,2% ;

Pelayanan Kesehatan Bayi 29 hari- 12 Bulan (Kunjungan Bayi ) dengan

cakupan 39,6% ; Imunisasi Lengkap pada bayi dengan cakupan 58,5%

b. Pelayanan Imunisasi

Imunisasi adalah program pencegahan penyakit menular yang

diterapkan dengan memberikan vaksin sehingga orang tersbut imun

atau resisten terhadap penyakit tersebut. Program imunisasi dimulai

sejak usia bayi hinggan masuk usia sekolah. Melalui program ini,

anak akan diberikan vaksin yang berisi jenis bakteri atau virus

tertentu yang sudah dilemahkan atau dinonaktifkan guna merangsang

sistem imun dan membentuk antibodi di dalam tubuh mereka.

Antibodi yang terbentuk setelah imunisasi bermanfaat untuk

29
melindungi tubuh dari serangan bakteri dan virus tersebut di masa

yang akan datang.

Dalam upaya menurunkan angka kesakitan, kematian dan

kecacatan bayi dan anak balita dilaksanakan program imunisasi

untuk penyakit – penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

(PD31) yaitu penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B,

Polio dan Campak. Setiap bayi wajib mendapatkan imunisasi dasar

yaitu HB 0, 1 kali ; BCG 1 kali ; DPT-HB 3 kali, Polio 4 kali ; dan

Campak 1 kali.

c. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)

Upaya pencegahan penyakit di dukung dengan kegiatan

Promosi Kesehatan dan surveilans kesehatan, yang dapat

diselenggarakan melalui kegiatan yang meliputi : (Permenkes, 2015)

1) Pengendalian Faktor risiko;

Pengendalian faktor risiko dilakukan terhadap perilaku

masyarakat dan lingkungan untuk memutus rantai penularan atau

mencegah terjadinya penyakit, dengan cara :

- Perbaikan kualitas media lingkungan;

- Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit;

- Rekayasa lingkungan;

- Peningkatan daya tahan tubuh; dan perubahan perilaku

masyarakat

30
2) Deteksi dini;

Deteksi dini dilakukan untuk menemukan faktor risiko dan

penyakit sedini mungkin pada individu dan/atau kelompok

masyarakat secara rutin melalui wawancara, pengukuran, dan

pemeriksaan.

3) Pemberian kekebalan atau imunisasi; dan/atau

Pemberian kekebalan atau imunisasi dilakukan untuk

menimbulkan/meningkatkan kekebalan secara aktif terhadap

suatu penyakit melalui imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan

imunisasi khusus.

4) Pemberian obat pencegahan secara masal

Pemberian obat pencegahan secara massal dilakukan

terhadap penyakit yang dikategorikan sebagai penyakit tropik

yang terabaikan (Neglected Tropical Disease/NTD) dengan

memperhatikan tingkat endemisitas wilayah untuk mematikan

sumber/agen penular penyakit dan memutus rantai penularan.

d. Kesehatan Lingkungan (KESLING)

1) Keluarga yang Memiliki Akses terhadap Air Bersih

Terdapat beberapa persyaratan yang mesti dipenuhi agar air

yang dikonsumsi terscbut benar-benar layak dan aman. Syarat

dasarnya adalah harus terbebas dari bakteri dan kuman serta

terhindar dari kontaminasi zat-zat yang berbahaya. Sebanyak

90% dari kasus penyakit diare yang menimpa masyarakat,

31
terutama pada balita dan ibu hamil di negara berkembang salah

satunya terjadi karena sumber air minum yang tidak berkualitas.

Pada Kecamatan Ranomeeto terdapat dua sumber air yaitu

bukan jaringan perpipaan dan jaringan perpipaan. Bukan jaringan

perpipaan dapat di golongkan menjadi 5 golongan sumber air

yaitu sumur gali terlindung, sumur gali dengan pompa, sumur

Bor dengan pompa, mata air terlindung, dan penampungan air

hujan. Sedangkan sumber perpipaan berasal dari PDAM.

Pada saat ini akses air minum seluruh kecamatan

ranomeeto berjumlah 1.365 sarana air minum dan yang mendapat

pengawasan sebanyak 1.365 atau sebanyak 100 %.

2) Pemantauan Sarana Sanitasi Dasar Keluarga

Sanitasi dasar adalah syarat kesehatan lingkungan minimal

yang harus dipunyai oleh setiap keluarga untuk memenuhi

keperluan sehari- hari. Ruang lingkup sanitasi dasar yakni sarana

penyediaan air bersih, sarana jamban keluarga, sarana

pembuangan sampah, dan sarana pembuangan air limbah.

Saat ini jumlah KK dengan akses fasilitas jamban sehat

permanen rata semua desa belum mencapai 100%. Namun

beberapa desa sudah mencapai lebih dari 77,9%. Capaian rata

rata tingkat puskesmas adalah 65%.

32
3) Kelurahan/Desa yang melaksanakan STBM

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah pendekatan untuk

mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan

masyarakat dengan cara pemicuan.

Pendekatan partisipatif ini mengajak masyarakat untuk

mengalisa kondisi sanitasi melalui proses pemicuan yang

menyerang/menimbulkan rasa ngeri dan malu kepada

masyarakat tentang pencemaran lingkungan akibat BABS.

Data yang didapatkan bahwa saat ini desa yang

melaksanakan STBM sebanyak 12 desa (100%) dari Total 12

desa yang ada di Kecamatan Ranomeeto. Dari 12 Desa yang

melaksanakan STBM tersebut baru pilar 1 Stop Buang Air

Besar Sembarangan yang telah

mencapai 100 untuk sanitasi total di komunitas dengan

pendekatan 5 Pilar STBM dan juga telah dilaksaanakan di desa

Langgea, Desa Laikaaha dan Desa Boro-Boro , yaitu ;

a) Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS);

b) Cuci Tangan Pakai Sabun (CPTS);

c) Pengelolaan Makanan dan Minuman Runuh Tangen

(PAM-RT).

d) Pengamanan Samyal Rumah Tangga (PS-RT; serta

e) Pengamanan Iimbah cair rumah tangga (PLCRT)

33
e. Promosi kesehatan

Promosi kesehatan adalah proses utuk memberdayakan

masyarakat melalui kegiatan menginformasikan, mempengaruhi dan

membantu masyarakat agar berperan aktif untuk mendukung

perubahan perilaku dan lingkungan serta menjaga dan meningkatkan

kesehatan menuju derajat kesehatan yang optimal.

Pelayanan promosi kesehatan Puskesmas Ranoometo Periode

Januari – Oktober 2023 Mencakup 100% dengan indikator

Penerapan Kebijakan Gernas. Sedangkan pada Pembinaan Posyandu

Aktif mencakup 91,66% , dan Kunjungan Posyandu Remaja

mencakup 73,61%.

f. Posyandu

Posyandu merupakan salah satu upaya kesehatan bersumber

daya masyarakat (UKBM). Keberadaan posyandu sampai saat ini

masih memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya pada

golongan balita. Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat

terpadu, hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan

keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat

dapat memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang

sama.

34
Strata Posyandu di kelompokkan menjadi 4 yaitu :

1) Posyandu Pratama

Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum

mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader

aktifnya terbatas.

2) Posyandu Madya

Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan

kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader

tugas 5 orang atau lebih.

3) Posyandu Purnama

Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang

frekuensinya lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader

tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya (KB,

KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%.

4) Posyandu Mandiri

Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara

teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program

tambahan dan Dana Sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK.

Tingkat perkembangan posyandu di Wilayah Puskesmas

Ranomeeto Tahun 2023 periode Januari-September yaitu strata

posyandu pratama berjumlah 1 posyandu(5,88%), strata posyandu

madya berjumah 0 (0 %) posyandu, strata posyandu purnama

35
berjumlah 16 (94,11%) posyandu, dan strata posyandu mandiri

berjumlah 0 (0%) dari total 17 posyandu.

g. Posbindu

Pos Binaan Terpadu (POSBINDU) adalah kegiatan monitoring

dan deteksi dini faktor resiko penyakit tidak menular terintegrasi

serta gangguan akibat kecelakaan dan tindakan kekerasan dalam

rumah tangga yang dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan

terpadu.Tujuan utama kegiatan Posbindu

PTM adalah untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam

pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM. Oleh karena itu

sasaran Posbindu PTM cukup luas mencakup semua masyarakat usia

15 tahun ke atas baik itu dengan kondisi sehat, masyarakat beresiko

maupun masyarakat dengan kasus PTM.

Di Kecamatan Ranomeeto, semua desa sudah

menyelenggarakan kegiatan Posbindu yang tempat kegiatannya juga

menggunakan fasilitas Sarana Posyandu yang ada dimasing-masing

desa. Pelayanan Posbindu diselenggarakan setiap bulan dengan

dikelola oleh 5 orang kader.

Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dlm

kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini faktor resiko

Penyakit Tidak Menular secara mandiri dan berkesinambungan.

Posbindu PTM menjadi salah satu bentuk upaya kesehatan

masyarakat (UKM) yang selanjutnya berkembang menjadi upaya

36
kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM). Pemeriksaan

Hipertensi dan Diaetes Militus rutin dilaksanakan setiap bulan di

Posbindu ini. Pada tahun 2022 total penderita yang mengalami

hipertensi yang mendapatkan pelayanan hanya 494 penderita,

sedangkan pada tahun 2023 meningkat menjadi 534 penderita.

2. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Pengembangan

Merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya bersifat

inovatif dan/atau disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan,

kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di

Puskesmas.

Adapun upaya-upaya kesehatan masyarakat (UKM) Pengembangan

yang dilaksanakan di Puskesmas Ranomeeto adalah sebagai berikut :

a. Pelayanan Kesehatan Jiwa

Kesehatan Jiwa disingkat Keswa adalah kondisi dimana

seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,

dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,

dapat mengatasi tekanan stress, dapat bekerja secara produktif dan

mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. (Kemenkes

2020)

Menurut Undang-undang nomor 18 tahun 2014 tentang

Kesehatan Jiwa menyebutkan bahwa upaya kesehatan jiwa

diselenggarakan melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan

37
berkesinambungan bersama-sama dengan lintas program dan lintas

sektor terkait. (Kemenkes, 2020)

Salah satu upaya prevensi primer adalah dengan berorientasi

pada kelompok masyarakat yang belum mengalami masalah maupun

gangguan jiwa. Dalam upaya melakukan program prevensi ini maka

diperlukan pedoman terkini layanan Pendahuluan kesehatan jiwa di

pelayanan kesehatan tingkat primer. Upaya promotif dan preventif

kesehatan jiwa saat ini lebih diutamakan melalui pendekatan siklus

kehidupan dimulai dari saat pra nikah dan konsepsi hingga

pendekatan di masa tumbuh kembang anak remaja sehingga menjadi

sangat penting upaya mengenali faktor resiko masalah kejiwaan,

pencegahan secara eksplisit, memperbaiki konsekuensi akibat

kesulitan dan kerentanan kesehatan jiwa sejak dini yang diharapkan

dapat mencegah morbiditas dan mortalitas akibat gangguan jiwa.

Cakupan pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas Ranomeeto

pada periode Januari – Oktober Tahun 2023 mencapai 96% dengan

target 100%

b. Pelayanan PKPR

PKPR adalah singkatan dari Pelayanan Kesehatan Peduli

Remaja yang memberikan layanan promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif.

Beberapa program PKPR Puskesmas Ranomeeto yakni

pemberian obat tablet tambah darah untuk siswa sekolah/remaja

38
dengan cakupan puskesmas 100% ; pembinaan lingkungan sehat

dengan cakupan 97% ; dan menerapkan cuci tangan pakai sabun

dengan cakupan 100% .

c. Pelayanan Kesehatan Lansia

Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60

(enam puluh) tahun ke atas dengan multi penyakit dan/ atau

gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi

dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara

terpadu dengan pendekatan multidisiplin yang bekerja secara

interdisiplin. (Permenkes, 2015)

Menurut Pasal 138 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan menetapkan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan

bagi lanjut usia ditujukan untuk menjaga agar para lanjut usia tetap

sehat dan produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk itu

pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan

kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk tetap dapat

hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis.

(Permenkes, 2015)

Program kesehatan lansia di puskesmas Ranomeeto meliputi

pemeriksaan rutin PTM dan PM untuk lansia dengan cakupan

puskesmas 80% ; sosialisasi peningkatan mutu lansia dan konseling

penyakit dengan cakupan 100% ; pembinaan kesehatan pre-lansia

dengan cakupan 80%.

39
d. Pelayanan Kesehatan Jasmani dan Olahraga

Program kesehatan jasmani dan olahraga di Puskesmas

Ranomeeto meliputi Senam sehat dengan cakupan puskesmas 80% ;

dan pemeriksaan kesehatan pegawai puskesmas dengan cakupan

100%.

3. Upaya Kesehatan Perseorangan dan Penunjang

Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) adalah suatu kegiatan

dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk

peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan

penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.

(Permenkes No. 43 2019).

Adapun upaya-upaya kesehatan Perseorangan (UKP) dan penunjang

yang dilaksanakan di Puskesmas Ranomeeto adalah sebagai berikut :

a. Rawat jalan

Jumlah kunjungan rawat jalan tahun 2022 di Puskesmas

Ranomeeto adalah 6.644 pengunjung rawat jalan dengan jumlah

laki-laki 3.018 orang dan jumlah perempuan 3.626 orang.

b. Rawat inap

Jumah pasien rawat inap selama satu tahun terakhir 2022 yang

mendapatkan pelayanan berjumlah 78 pasien dengan jumlah laki-laki

27 dan jumlah perempuan 51 pasien. Kunjungan ini tidak mencakup

rawat inap pasien persalinan di klinik bidan yang ada di wilayah

kerja Puskesmas Ranomeeto.

40
c. Unit Gawat Darurat (UGD)

d. Laboratorium

e. Kefarmasian

E. Distribusi Masalah Upaya Kesehatan Di Puskesmas Ranomeeto

No. Masalah Upaya Kesehatan Penangananya

1. Meningkatnya angka kejadian hipertensi Melakukan promosi

pada masyarakat di wilayah kerja PKM kesehatan mengenai pola

ranomeeto hidup yang sehat pada

masyarakat di wilayah

kerja PKM Ranomeeto

41
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara

penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai

upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin

tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan

kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Dasar 1945.

2. Subsistem Upaya Kesehatan adalah bentuk dan cara penyelenggaraan

upaya kesehatan yang paripurna, terpadu, dan berkualitas, meliputi upaya

peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan, yang

diselenggarakan guna menjamin tercapainya derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya.

3. Tujuan dari penyelenggaraan subsistem Upaya Kesehatan adalah

terselenggaranya upaya kesehatan yang adil, merata, terjangkau, dan

bermutu untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

4. Unsur-unsur upaya kesehatan antara lain Upaya Kesehatan; Sumber

Daya Upaya Kesehatan; Pembinaan dan Pengawasan Upaya Kesehatan;

Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan

42
5. Prinsip upaya kesehatan antara lain Berkesinambungan dan Paripurna;

Bermutu, Aman, dan Sesuai Kebutuhan; Adil dan Merata ;Non

Diskriminatif; Terjangkau; Teknologi Tepat Guna; Bekerja dalam Tim

secara Cepat dan Tepat.

6. Penyelenggaraan upaya kesehatan terdiri dari Upaya kesehatan primer,

sekunder dan tersier; Pembinaan dan pengawasan; Peneliti dan

pengembangan.

7. Upaya kesehatan yang dilakukan di Puskesmas Ranomeeto Upaya

Kesehatan Masyarakat (UKM) Esensial : Pelayanan Kesehatan Ibu

dan Anak (KIA); Pelayanan Imunisasi; Pemberantasan Penyakit (P2).;

Kesehatan Lingkungan (KESLING); POSYANDU; Posbindu; Promosi

Kesehatan. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Pengembangan :

Pelayanan Kesehatan Jiwa; Pelaynana PKPR; Pelayanan Kesehatan

Lansia (USILA); Pelayanan Kesehatan Jasmani dan Olahraga. Upaya

Kesehatan Perseorangan dan Penunjang Adapun upaya-upaya

kesehatan Perseorangan (UKP) dan penunjangyang dilaksanakan di

Puskesmas Ranomeeto adalah sebagai berikut Rawat jalan, Rawat Inap,

Unit Gawat Darurat (UGD), Laboratorium,

8. Masalah yang ditemukan pada upaya kesehatan di Puskesmas Ranomeeto

adalah meningkatnya angka kejadian hipertensi pada masyarakat di

wilayah kerja PKM Ranomeeto. Sehingga penanganannya yakni

melakukan promosi kesehatan mengenai pola hidup yang sehat kepada

masyarakat di wilayah kerja PKM Ranomeeto.

43
B. Saran

1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan mampu memahami mengenai Upaya

keshatan sebagai bekal dalam menjalankan pelayanan kesehatan

khususnya pelayanan kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan kepada seluruh petugas kesehatan agar memahami

mengenai pentingya Upaya kesehatan dan juga memahami pentingnya

pennyebaran Upaya kesehatan sampai ke desa desa terpencil agar semua

lapisan masyarakat terjamah dengan petugas kesehatan.

44
DAFTAR PUSTAKA

Ali PB., dkk. 2022. Buku Putih Reformasi Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.
Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas)
Kementerian Kesehatan RI (2022). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021.
Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan RI (2020). Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Jiwa di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Kepmenkes. (2009). Kepmenkes, 2009. Keputusan Menteri Kesehatan.
Https://Www.Kebijakankesehatanindonesia.Net/Images/Gambar/Kepmenke
s%202009%20skn.Pdf
Permenkes (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
Permenkes (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
Tahun 2015 Tentang Upaya Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan
Penyakit
Permenkes (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67
Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di
Pusat Kesehatan Masyarakat.
Perpres (2012) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012
Tentang Sistem Kesehatan Nasional.
Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Https://Infeksiemerging.Kemkes.Go.Id/Download/Uu_36_2009_Kesehatan.
Pdf
Profil Kesehatan Indonesia. (2021). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
2021. Jakarta
Profil Puskesmas Ranomeeto Tahun 2022.
https://puskesmasranomeeto.com/sample-page/

45
46

Anda mungkin juga menyukai