Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I”

OLEH :
WAHYU WULANDARI
P00320022123

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya haturkan puja & puji syukur kehadirat Tuhan YME. Yang telah
mellimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah tentang
”Keperawatan Medikal Bedah I”.

Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika
tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Saya berharap semoga makalah yang saya susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

Kendari, 11 Februari 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...…….3

BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
1. Konsep dan perspektif keperawatan medikal bedah.............................................................6
A. Definisi keperawatan medikal bedah................................................................................6
B. Peran dan fungsi perawat dalam keperawatan medikal bedah..........................................7
C. Lingkup keperawatan medikal bedah...............................................................................8
D. Komponen keperawatan medikal bedah.........................................................................10
E. Trend dan issue keperawatan medikal bedah..................................................................12
2. Peran perawat medikal bedah dalam kebijakan pelayanan kesehatan (nasional dan
internasional)..............................................................................................................................18
A. Definisi............................................................................................................................18
B. Peran dan fungsi perawat................................................................................................18
C. Sistem pelayanan kesehatan kepada masyarakat............................................................20
D. Lingkup praktik keperawatan dalam pelayanan Kesehatan............................................22
BAB III..........................................................................................................................................23
PENUTUP.....................................................................................................................................23
A. Kesimpulan.........................................................................................................................23
B. Saran...................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan medis bedah merupakan bagian dari persekutuan, dimana keterlibatan


itu sendiri adalah : Bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprihensif
ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanannya berupa bantuan yang
diberikan dengan alasan kelemahan fisik, mental, masalah psikososial, keterbatasan
pengetahuan, dan ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri
akibat gangguan patofisiologis.
Keperawatan medikal bedah membahas tentang masalah kesehatan yang lazim
terjadi pada usia dewasa baik yang bersifat akut maupun kronis dengan atau tanpa
tindakan operatif yang meliputi gangguan fungsi tubuh pada sistem kardiovaskular,
penginderaan (mata, tht), pencernaan, dan urologi oleh karena berbagai penyebab
patologis seperti infeksi atau peradangan, kongenital, trauma neoplasma, dan degeneratif.
Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai
kepedulian wujudnya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam
tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka kita
dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap
saat.
Keperawatan medis bedah sebagai cabang ilmu perkumpulan juga tidak terlepas dari
adanya berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis
penyakit dan teknik intervensi. Adanya berbagai perubahan yang terjadi akan
menimbulkan berbagai trend dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan
keperawatan.

4
B. Rumusan Masalah

1. apa konsep dan perspektif keperawatan medical bedah?


2. Bagaimana peran perawat medical bedah dalam kebijakan pelayanan kesehatan
(nasional dan internasional)?

C. Tujuan

1. Dapat mengetahui dan mengidentifikasi tentang kemajuan medis bedah,yang dapat


digunakan sebagai penunjang proses belajar dan mengajar khususnya untuk
mahasiswa jurusan keperawatan.
2. Dapat mengetahui dan memahami konsep dan perspektif layanan medis bedah.
3. Dapat mengetahui dan memahami peran perawat medical bedah dalam kebijakan
pelayanan kesehatan (nasional dan internasional).

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep dan perspektif keperawatan medikal bedah

D. Definisi keperawatan medikal bedah

Keperawatan medical bedah adalah pelayanan professional yang berdasarkan


pada ilmu keperawatan medical bedah dan teknik keperawatan medical bedah berbentuk
pelayanan Bio-psiko-sosio-spiritual, peran utma perawat adalah memberikan asuhan
keperawatan kepada manusia (sebagai objek utama pengkajian filsafat ilmu
keperawatan : ontologis). (Nusalam, 2008: hal 14). Pengertian keperawatan medical
bedah menurut (Raymond H. & Simamora, 2009: hal 20) mengandung 3 hal ialah :

1. Mengembangkan diri secara terus-menerus untuk meningkatkan kemampuan


professional dalam medikal bedah dengan cara:
a. Menerapkan konsep-konsep keperawatan dalam melaksanakan kegiatan
keperawatan.
b. Melaksanakan kegiatan keperawatan dalam menggunakan pendekatan ilmiah.
c. Berperan sebagai pembaru dalam setiap kegiatan keperawatan pada berbagai
tatanan pelayanan keperawatan.
d. Mengikuti perkembangan IPTEK secara terus-menerus melalui kegiatan yang
menunjang.
e. Mengembangkan IPTEK keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dan perkembangan ilmu.
f. Berperan aktif dalam setiap kegiatan ilmiah yang relevan dengan keperawatan.

2. Melaksanakan kegiatan penelitian rangaka pengembangan ilmu keperawatan medikal


bedah dengan cara:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dengan menganlisis, menyintesis informasi
yang relevan dari berbagai sumber dan memerhatikan perspektif lintas budaya.

6
b. Merencanakan dan melaksanakan penelitian dalam bidang keperawatan
keperawatan medikal bedah.
c. Menerapkan prinsip dan tekhnik penalaran yang tepat dalam berpikir secara
logis, kritis, dan mandiri.

3. Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, terbuka untuk


menerima perubahan, dan berorientasi pada masa depan dengan cara:
a. Menggali dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk membantu
meneyelesaikan masalah masyarakat yang terkait dengan keperawatan medikal
bedah.
b. Membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan dan
mengelola sumber yang tersedia

E. Peran dan fungsi perawat dalam keperawatan medikal bedah

1. Peran perawat
Peran perawat dalam keperawatan Medikal Bedah yaitu, memberikan bantuan
bantuan pada klien dewasa yang mengalami gangguan fisiologis karena adanya
penyakit, trauma atau kecacatan. Asuhan meliputi penanganan terhadap individu
untuk memperoleh kenyamanan, membantu individu dalam meningkatkan dan
mempertahankan kondisi sehatnya, melakukan pencegahan, deteksi dan mengatasi
kondisi yang berkaitan dengan penyakit, mengupayakan pemulihan sampai klien
dapat mencapai kapasitas produktif tertingginya, serta membantu klien menghadapi
kematian secara bermartabat.

2. Fungsi perawat
Fungsi perawat dalam keperawatan medical bedah adalah untuk meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan yang diberikan perawat kepada klien khususnya kepada
klien dengan gangguan pada sistem fisiologis tubuh.

7
F. Lingkup keperawatan medikal bedah

Praktek Lingkup Keperawatan Medikal Bedah merupakan bentuk asuhan


keterbelakangan pada klien dewasa yang mengalami gangguan fisiologis baik yang sudah
nyata atau terprediksi mengalami gangguan, baik karena adanya penyakit, trauma atau
kecacatan. Asuhan meliputi, Perlakuan terhadap individu untuk memperoleh
kenyamanan; Membantu individu dalam meningkatkan dan mempertahankan kondisi
kesehatannya, Melakukan pencegahan, deteksi dan mengatasi kondisi yang berkaitan
dengan penyakit; Mengupayakan pemulihan sampai klien dapat mencapai kapasitas
produktif tertingginya, serta membantu klien dalam menghadapi kematian secara
bermartabat.

Praktek keahlian medikal bedah menggunakan langkah-langkah ilmiah


pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi; dengan
memperhitungkan keterkaitan komponen-komponen, Biologis, Psikologis, dan Sosial
klien dalam merespon gangguan fisiologis sebagai akibat penyakit, trauma atau
kecacatan.

1. Lingkup Klien
Klien yang ditangani dalam praktek pengembangan medikal bedah adalah orang
dewasa, dengan pendekatan one to one basis. Kategori dewasa berimplikasi pada
pengembangan yang dijalani sesuai tahapannya. Perkembangan tugas-tugas ini dapat
berdampak pada perubahan peran dan respon psikososial selama klien mengalami
masalah kesehatan, dan hal ini perlu menjadi pertimbangan perawat dalam melakukan
pengkajian dan intervensi penyakit. Pendekatan pendekatan harus
mempertimbangkan tingkat kedewasaan klien yang ditangani, demikian pula
pemberdayaan klien dalam proses asuhan merupakan hal yang penting sesuai dengan
kondisinya, hal ini berkenaan dengan kepedulian terhadap diri sendiri.

2. Lingkup Garapan Keperawatan


Untuk membahas lingkup garapan industri medis bedah, kami perlu merujuk pada
fokus telaahan lingkup garapan dan basis intervensi periklanan. Fokus telaahan

8
pengungkapan adalah respon manusia dalam menghadapi masalah, baik aktual
maupun potensial. Dalam lingkup cakupan medikal bedah, masalah kesehatan ini
meliputi gangguan fisiologis nyata atau potensial sebagai akibat adanya penyakit,
terjadinya trauma maupun kecacatan berikut respon klien yang unik dari aspek-aspek
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.

Mengingat dasar telahahan respon klien bersumber dari gangguan fisiologis, maka
pemahaman akan patofisiologis atau mekanisme terjadinya gangguan dan potensi
manifestasi klinis dari gangguan tersebut sangat mendasari lingkup garapan dan
intervensi mengaktifkannya. Penyakit, trauma atau bencana sebagai masalah
kesehatan yang dihadapi klien dapat bersumber atau terjadi pada seluruh sistem tubuh
meliputi sistem-sistem persyarafan; Endokrin; Pernapasan; Kardiovaskuler;
Pencernaan; Perkemihan; muskuloskeletal; Integumen; Kekebalan Tubuh;
Pendengaran; Penglihatan serta Permasalahan – permasalahan yang dapat secara
umum menyertai seluruh gangguan sistem yaitu isu-isu yang berkaitan dengan
keganasan dan kondisi terminal.

a. Lingkup garapan
Lingkup garapan rekayasa adalah kebutuhan dasar manusia,
penyimpangan dan intervensinya. Lingkup garapan kelompok medis bedah adalah
segala hambatan pemenuhan kebutuhan dasar yang terjadi karena perubahan
fisiologis pada satu atau berbagai sistem tubuh; serta modalitas dan berbagai
upaya untuk mengatasinya. Guna menentukan berbagai hambatan pemenuhan
kebutuhan dasar manusia dan modalitas yang tepat waktu untuk mengatasi
keterampilan berpikir logis dan kritis yang dibutuhkan dalam mengkaji secara
tepat kebutuhan dasar apa yang tidak dipenuhi, pada tingkat serta kemungkinan
penyebab apa (diagnosis klasifikasi). Hal ini akan menentukan perlakuan
(pengobatan) lingkup, dan modalitas yang sesuai. Disini dibutuhkan keterampilan
teknis dan telaah legal etis.

9
b. Basis intervensi
Basis intervensi intervensi medis adalah ketidakmampuan klien untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri (defisit perawatan diri). Ketidakmampuan
ini dapat terjadi karena kecocokan antara tuntutan kebutuhan (self-care demand)
dan kapasitas klien untuk memenuhinya (self-care ability) sebagai akibat
perubahan fisiologis pada satu atau berbagai sistem tubuh. Kondisi ini unik pada
setiap individu, karena kebutuhan akan perawatan diri (self-care requirement)
dapat berbeda-beda, sehingga dibutuhkan integrasi keterampilan-keterampilan
berpikir logis-kritis, teknis dan telaah legal etis untuk menentukan bentuk
intervensi keterlibatan mana yang sesuai, apakah bantuan total, parsial, atau
suportif-edukatif yang dibutuhkan klien.

3. Konsekuensi Profesional
Ada berbagai konsekuensi logis yang masih harus ditata sebagai acuan bagi
praktisi realisasi pada area terjadinya medikal bedah. Menyingkap kerumitan fokus
telaahan, cakupan garapan dan area intervensi dasar kompleksitas bedah medis dan
konsekuensi profesionalnya perlu dirumuskan :
 Standar kinerja untuk acuan kualitas layanan.
 Kategorikan kualifikasi perawat untuk menentukan kelayakannya sebagai praktisi.
 Sertifikasi dan lisensi keahlian yang selalu sederhana untuk memberikan jaminan
keamanan bagi pengguna jasa keperawatan.

G. Komponen keperawatan medikal bedah

Ada 5 objek utama dalam ilmu keterbelakangan: manusia, individu (yang mendapatkan
asuhan keperawatan), konsep sakit, aplikasi tindakan keperawatan.
1. Manusia
Penerima asuhan asuhan adalah manusia, individu, kelommpok, komunitas, atau
sosial. Masing-masing diperlakukan oleh perawat sebagai sistem adaptasi yang
holistik dan terbuka.
2. Keperawatan

10
Bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan
kepada individu yang sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis, dan
sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
3. Konsep Sehat-Sakit
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat
meningkatkan konsep sehat yang positif ;
A. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
B. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
C. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
Sakit adalah suatu kondisi dimana kesehatan tubuh lemah. (Kamus Collegiate
Baru Webster). Sakit adalah keadaan yang disebabkan oleh bermacam-macam hal,
bisa suatu kejadian, kelainan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap susunan
jaringan tubuh, dari fungsi jaringan itu sendiri maupun fungsi keseluruhan.
4. Konsep Lingkungan
Lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari internal dan ekternal, yang
mempengaruhi dan berakibat pada perkembangan dan prilaku seseorang dan
kelompok. Lingkungan dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima
individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman, sedangkan lingkungan internal
adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan
emosional, kepribadian) dan proses eksternal stressor biologi (sel maupun molekul)
yang berasal dari dalam tubuh individu.
5. Aplikasi asuhan Keperawatan
Proses pengelolaan ;
a. Pengakajian
b. Perumusan diagnosis terjadinya
c. Intervensi kerajaan
d. Pelaksanaan
e. evaluasi

11
H. Trend dan issue keperawatan medikal bedah

1. Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia


Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai
bidang yang meliputi:
a. Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)
Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh)
adalah upaya  penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan dalam bagian  pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik
yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Keuntungan
dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya kesehatan,  jangkauan tanpa batas akan
layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa hari rawat, meningkatkan
pelayanan pasien sakit kronis, mengembangkan model pendidikan keperawatan
berbasis multimedia (Britton, Keehner, Still & Walden 1999). Tetapi sistem ini
justru akan mengurangi intensitas interaksi antara perawat dan klien dalam
menjalin hubungan terapieutik sehingga konsep perawatan secara holistik akan
sedikit tersentuh oleh ners. Sistem ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di
Indonesia, seperti di Rumah Sakit Internasional. Hal ini disebabkan karena kurang
meratanya penguasaan teknik informasi oleh tenaga keperawatan serta sarana
prasarana yang masih belum memadai.

b. Prinsip Moisture Balance dalam Perawatan Luka


Trend perawatan luka yang digunakan saat ini adalah menjaga
kelembaban area luka. Luka yang lembab akan dapat mengaktivasi berbagai
growt factor yang berperan dalam proses  penutupan luka, antara lain TGF beta 1-
3, PDGF, TNF, FGF dan lain sebagainya. Yang perlu diperhatikan adalah durasi
waktu dalam memberikan kelembapan pada luka sehingga resiko terjadinya
infeksi dapat diminimalkan. Selain itu prinsip ini juga tidak menghambat aliran
oksigen, nitrogen dan unsur-unsur penting lainnya serta merupakan wadah terbaik
untuk selsel tubuh tetap hidup dan melakukan replikasi secara optimal, sehingga
dianggap prinsip ini sangat efektif untuk penyembuhan luka. Hal ini akan
berdampak pada layanan keperawatan, meningkatkan kepuasan pasien serta

12
memperpendek lama hari perawatan. Namun demikian,  prinsip ini belum
diterapkan di semua rumah sakit di seluruh Indonesia.

c. Pencegahan HIV-AIDS pada Remaja dengan Peer Group


Remaja merupakan masa dimana fungsi reproduksinya mulai berkembang,
hal ini akan  berdampak pada perilaku seksualnya. Salah satu perilaku seksual
yang rentan akan memberikan dampak terjadinya HIV-AIDS yaitu seks bebas.
Saat ini sedang dikembangkan model ”peer group” sebagai salah satu cara dalam
meningkatkan pemahaman dan  pengetahuan remaja akan kesehatan
reproduksinya dengan harapan suatu kelompok remaja akan dapat mempengaruhi
kelompok remaja yang lain. Metode ini telah diterapkan pada lembaga
pendidikan, baik oleh Depkes maupun lembaga swadaya masyarakat. Adapun
angka kejadian AIDS pada kelompok remaja hingga Juni 2008 adalah sebesar 429
orang dan 128 orang remaja mengidap AIDS/IDU. Hal ini akan sangat
mengancam masa depan bangsa dan negara ini. Diharapkan dengan metode Peer
Group dapat menurunkan angka kejadian, karena diyakini bahwa kelompok
remaja ini lebih mudah saling mempengaruhi.

d. Program sertifikasi perawat keahlian khusus


Bermacam-macam program sertifikasi saat ini mulai berkembang dalam
tatanan layanan keperawatan, khususnya pada bidang keperawatan medikal bedah
misalnya sertifikasi  perawat luka oleh INETNA, sertifikasi perawat anastesi,
perawat emergency, perawat hemodialisa, perawat ICU, perawat ICCU, perawat
instrument OK. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah standarisasi setiap
sertifikasi sudah sesuai dengan kompetensi perawat  profesional karena menurut
analisa kami program tersebut berjalan sendiri-sendiri tanpa arahan yang jelas dari
organisasi profesi dan terkesan hanya proyek dari lembaga-lembaga tertentu saja.

e. Hospice Home Care


Hospice home care adalah perawatan pasien terminal yang dilakukan di
rumah setelah dilakukan perawatan di rumah sakit, dimana pengobatan sudah

13
tidak perlu dilakukan lagi. Bidang garapnya meliputi aspek bio-psiko-sosio-
spiritual yang bertujuan dalam memberikan dukungan fisik dan psikis, dukungan
moral bagi pasien dan keluarganya, dan juga memberikan pelatihan perawatan
praktis. Di Indonesia, metode perawatan ini di bawah  pengelolaan Yayasan
Kanker Indonesia. Sedangkan di beberapa rumah sakit yang lain  program ini
sudah dikembangkan, namun belum dilakukan secara legal.

f. One Day Care


Merupakan sistem pelayanan kesehatan dimana pasien tidak memerlukan
perawatan lebih dari satu hari. Setelah menjalani operasi pembedahan dan
perawatan, pasien boleh pulang. Biasanya dilakukan pada kasus minimal.
Berdasarkan hasil analisis beberapa rumah sakit, di Indonesia didapatkan bahwa
metode one day care ini dapat mengurangi lama hari perawatan sehingga tidak
menimbulkan penumpukkan pasien pada rumah sakit tersebut dan dapat
mengurangi beban kerja perawat. Hal ini juga dapat berdampak pada pasien
dimana biaya  perawatan dapat ditekan seminimal mungkin.

g. Klinik HIV
Saat ini mulai berkembang klinik HIV di beberapa Rumah Sakit
pemerintah maupun swasta. Hal ini dilakukan dalam usaha mendeteksi dini akan
HIV dan mencegah penyebaran HIV di masyarakat. Target penderita adalah
kelompok masyarakat dengan resiko tinggi, misalnya  pekerja sex, penderita
HIV-AIDS, remaja, kelompok IDU (injection drug use). Klinik ini masih terbatas
dikembangkan dibeberapa rumah sakit saja. Hal ini disebabkan karena kurangnya
persiapan tenaga yang kompeten dalam bidang tersebut serta sarana dan prasar
ana yang masih minimal. Selain itu masyarakat masih belum siap untuk
memanfaatkan klinik ini, karena ada stigma dimasyarakat masih menganggap
bahwa penyakit ini adalah penyakit kutukan dan harus dikucilkan. Namun
demikian, dalam praktik nyata, telah ada wadah khusus dari Depkes RI untuk
menjaring pengidap HIV/AIDS oleh VCT (Voluntary Counselling and Testing).
Usaha ini telah berhasil menjaring sejumlah pengidap AIDS dimana hingga bulan

14
Juni 2008 telah terdeteksi 12.686 (Depkes, 2008). Dari sejumlah pasien ini,
apabila diibaratkan dengan fenomena gunung es, maka sebenarnya disekeliling
kita sudah terdapat banyak pasien dengan HIV/AIDS.

h. Klinik Rawat Luka


Saat ini mulai bermunculan klinik rawat luka yang dikelola oleh
sekelompok perawat yang minat dalam perawatan luka. Klinik ini tidak lepas dari
kolaborasi dokter-ners. Sifat layanannya dapat berupa home visit atau pasien
berkunjung ke klinik secara langsung.

i. Berdirinya organisasi profesi keperawatan kekhususan


Sejak diakuinya perawat sebagai profesi yang profesional, saat ini mulai
bermunculan organisasi profesi perawat kekhususan dalam keperawatan medikal
bedah, misalnya HIPKABI (Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia),
InETNA (Indonesia Enterostomal Therapy Nursing Association), IOA (Indonesia
Ostomy Association), dan sebagainya. Hal ini akan menjadi sarana bagi perawat
untuk mengembangkan dirinya menjadi lebih profesional dalam bidang garapan
tertentu, namun demikian akan timbul permasalahan karena jenis keperawatan
akan menjadi lebih bervariasi dan berdampak lebih luas pada organisasi
keperawatan lebih luas karena akan terkesan terpetak-petak. Selain itu standar
dari masingmasing kekhususnan belum jelas.  

j. Pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit


dalam Lingkup Keperawatan Medikal Bedah
Kegiatan-kegiatan penelitian diklinik akan mendukung kualitas pelayanan
keperawatan dalam mendukung sistem pelayanan kesehatan. Kegiatan tersebut
meliputi membentuk komite riset, menciptakan lingkungan kerja yang ilmiah,
kebijakan kegiatan riset dan  pemanfaatan hasilnya dan pendidikan berkelanjutan.
Akan tetapi pelaksanaan di Indonesia  belum maksimal. Hal ini dibuktikan dengan
minimnya kegiatan ilmiah keperawatan di rumah sakit, hasil penelitian jarang

15
didiseminasikan dan dimanfaatkan untuk pengembangan praktik klinis
keperawatan.

2. Issue Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia


a. Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka.
Beberapa klinisi menganjurkan pemakaian tap water untuk mencuci awal tepi
luka sebelum diberikan NaCl 0,9 %. Hal ini dilakukan agar kotoran-kotoran yang
menempel pada luka dapat terbawa oleh aliran air. Kemudian dibilas dengan
larutan povidoneiodine yang telah diencerkan dan dilanjutkan irigasi dengan NaCl
0,9%. Akan tetapi pemakaian prosedur ini masih menimbulkan beberapa
kontroversi karena kualitas tap water yang berbeda di beberapa tempat dan
keefektifan dalam pengenceran betadine.

b. Belum ada dokumentasi keperawatan yang baku


Sehingga setiap institusi rumah sakit mengunakan versi atau modelnya sendiri-
sendiri.

c. Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter


Ada bebeapa pendapat bahwa perawatan luka adalah kewenangan medis, akan
tetapi dalam kenyataannya yang melakukan adalah perawat sehingga dianggap
sebagai area abu-abu. Apabila ditinjau dari bebarapa literatur, perawat mempunyai
kewenangan mandiri sesuai dengan seni dan keilmuannya dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan kerusakan integritas kulit.

d. Euthanasia: suatu issue kontemporer dalam keperawatan.


Saat ini mulai terdengar istilah euthanasia, baik aktif maupun pasif. Euthanasia
aktif merupakan tindakan yang sengaja dilakukan untuk membuat seseorang
meninggal. Sedangkan euthanasia pasif adalah tindakan mengurangi ketepatan
dosis pengobatan,  penghilangan pengobatan sama sekali atau tindakan
pendukung lainnya yang dapat mempercepat kematian seseorang. Batas keduanya
kabur, bahkan merupakan sesuatu yang tidak relevan. Di Nederland euthanasia

16
sudah dalam proses untuk dilegalisasi. Dikatakan  bahwa 72% dari populasi lebih
cenderung untuk menjadi relawan euthanasia aktif. Dalam  praktik nyata,
masyarakat telah melegalkan euthanasia pasif terutama dalam proses aborsi.
Diyakini bahwa 30 tahun yang akan datang, euthanasia akan bergeser dari sesuatu
yang ”samar -samar” menjadi sesuatu yang legal. Dalam hal ini, perawat berada
dalam posisi yang sangat baik untuk mengkajinya secara lebih obyektif, sehingga
akan menjadi kesempatan terbaik bagi perawat untuk mengambil bagian terlibat
aktif dalam mengembangkan kebijakan-kebijakan terkait, khususnya pada kasus
keperawatan medikal bedah.

e. Pengaturan sistem tenaga kesehatan


Sistem tenaga kesehatan di Indonesia saat ini belum tertata dengan baik,
pemerintah belum  berfokus dalam memberikan keseimbangan hak dan
kewajibaan antar profesi kesehatan. Rasio penduduk dengan tenaga kesehatan
pada tahun 2003 menunjukkan perawat 108,53,  bidan 28,40 dan dokter 17,47 per
100.000 penduduk. Berdasarkan hasil penelitian dari DEPKES menyebutkan
bahwa puskesmas belum mempunyai sistem penghargaan bagi  perawat.

f. Lulusan D3 Keperawatan lebih banyak terserap di Rumah sakit pemerintah


dibandingkan S1
Dengan alasan tidak kuat menggaji lulusan S1 Keperawatan, banyak rumah sakit
pemerintah dan swasta yang menyerap lulusan D3 keperawatan. Dilihat dari
jumlah formasi seleksi CPNS, jumlah S1 sedikit dibutuhkan dibandingkan D3
keperawatan. Hal ini akan berdampak  pada kualitas layanan asuhan keperawatan
pada lingkup medikal bedah yang hanya  berorientasi vokasional tidak
profesional.

g. Peran dan tanggung jawab


Peran dan tangung jawab yang belum ditetapkan sesuai dengan jenjang
pendidikan sehingga implikasi di rs antara DIII, S1 dan Spesialis belum jelas
terlihat.

17
2. Peran perawat medikal bedah dalam kebijakan pelayanan kesehatan (nasional dan
internasional)

A. Definisi

Keperawatan medical bedah merupakan bagian dari keperawatan, dimana keperawatan


itu sendiri adalah : Bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprihensif
ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa bantuan
yang diberikan dengan alasan kelemahan fisik, mental, masalah psikososial, keterbatasan
pengetahuan, dan ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri
akibat gangguan patofisiologis.

B. Peran dan fungsi perawat

a. Peran perawat
Sebagaimana yang tercantum dalam Konsorsium Ilmu Keperawatan (1989), ada 7
peran penting perawat yang perlu diketahui yakni sebagai berikut.
1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan, dimana perawat dalam hal ini berperan
dalam menyesuaikan pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan tetap
memperhatikan kebutuhan dasar manusia.
2. Sebagai advokat pasien, di mana perawat dalam hal ini akan membantu proses
komunikasi dan pemberian informasi yang layak di antara pasien, keluarga, dan
tenaga kesehatan lainnya. Perawat juga akan membantu pasien dan keluarga
mendapatkan hak-haknya.
3. Sebagai edukator, di mana perawat dalam hal ini akan memberikan pengetahuan
mengenai kesehatan, gejala, hingga tindakan yang perlu diambil untuk menambah
perilaku hidup sehat pada pasien.
4. Sebagai koordinator, di mana perawat akan mengoordinasikan pelayanan kesehatan
yang terbaik untuk pasien.

18
5. Sebagai kolaborator, di mana perawat akan dapat mengolaborasikan berbagai
tindakan yang perlu diambil untuk dapat memberikan pelayanan terbaik pada
pasien, dengan para tenaga kesehatan lainnya.
6. Sebagai konsultan, di mana perawat dalam hal ini akan memberikan penjelasan
terbaik mengenai berbagai informasi yang berkaitan dengan pelayanan keperawatan
yang diberikan kepada pasien.
7. Sebagai pembaharu, yang akan melakukan perencanaan, kolaborasi, serta
perubahan yang sistematis demi mencapai tujuan pemberian pelayanan
keperawatan yang terbaik untuk pasien.

b. Fungsi perawat
Fungsi perawat terdiri dari 3 yaitu independen, dependen, dan interdependen. Fungsi
perawat ini dijalankan sesuai dengan perannya dalam memberikan pelayanan
keperawatan dan disesuaikan dengan kondisi riil dari pasien. Berikut ini penjelasan
mengenai fungsi perawat yang lebih detail.
1. Independen
Fungsi perawat yang pertama yaitu fungsi independen. Dalam hal ini perawat
memiliki hak independen dalam mengambil keputusan dan melakukan tindakan
yang terbaik yang didasarkan dari ilmu keperawatan. Tindakan independen yang
diambil ini haruslah berdasarkan pada ilmu keperawatan. Selain itu, keputusan
dan tindakan yang dilakukan oleh perawat akan menjadi tanggung jawab penuh
perawat tanpa melibatkan pihak lain.
2. Dependen
Fungsi perawat yang selanjutnya yaitu fungsi dependen yang membuat perawat
dapat menjalankan perintah dari dokter seperti pemasangan infus, pemberian obat,
pengambilan sampel darah, penyuntikan dan sebagainya. Berbeda dari fungsi
sebelumnya yang menjadi tanggung jawab penuh perawat, maka dalam fungsi ini
yang bertanggung jawab secara penuh adalah dokter.
3. Interdependen
Fungsi perawatan yang terakhir yaitu fungsi interdependen. Dalam fungsi ini,
perawat dapat melakukan kerja sama dengan berbagai pihak lain yang terlibat

19
dalam usaha memberikan pelayanan kesehatan terbaik, seperti dokter, ahli gizi,
fisioterapi, dan para ahli untuk memberikan tindakan keperawatan terhadap
pasien. Sebagai contoh, dalam menangani pasien yang menderita diabetes,
perawat akan bekerja sama dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan asupan
makanan sang pasien.

C. Sistem pelayanan kesehatan kepada masyarakat

Teori system menyebutkan bahwa system terbentuk dari sub system yang saling
berhubungan dan saling memengaruhi. Bagian tersebut terdiri sdari input, proses,
output, dampak, umpan balik dan lingkungan yang semuanya saling berhubungan dan
saling memengaruhi. Pelayanan Kesehatan sebagai suatu system terdiri dari sub system
pelayanan medik, pelayanan keperawatan, pelayanan rawat inap, rawat jalan dan
sebagainya. Kebarhasilan system pelayanan Kesehatan tergantung dari berbagai
komponen yang masuk dalam pelayanan Kesehatan diantaranya perawat, dokter, atau
tim Kesehatan lain yang satu dengan yang lain saling menunjang. System ini akan
memberikan kualitas pelayanan Kesehatan yang efektif dengan melihat nilai yang ada
dimasyarakat.
Bagian dalam system tersebut antara lain:
 Input ( masukan)
Merupakan sub system yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya
sebuah system, seperti system pelayanan Kesehatan, maka masukan dapat berupa
potensi masyarakat, tenaga Kesehatan, sarana Kesehatan dan lainnya.
 Proses
Suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah sebuah masukan untuk menjadikan
sebuah hasil yang diharapkan dari system tersebut, sebagaimana contoh dalam
system pelayanan Kesehatan, maka yang dimaksud dalam proses adalah berbagai
kegiatan dalam pelayanan kesahatan.
 Output (keluaran)
Hasil yang diperoleh dari sebuah proses, dalam system pelayan Kesehatan hasilnya
dapat berupa pelayanan Kesehatan yang berkualitas, efektif dan efisien, serte dapat

20
dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga pasien cepat sembuh dan
optimal.
 Dampak
Merupakan akibat yang dihasilkan oleh output (keluaran), yang terjadi relatif lama
waktunya. setelah hasil dicapai, sebagaimana dalam sistem pelayanan Kesehatan,
maka dampaknya akan menjadikan masyarkat sehat dan mengurangi angka
kesakitan dan kematian karena pelayanan terjangkau oleh masyarakat.
 Umpan balik
Merupakan usatu hasil yang sekaligus menjadikan masukan dan ini terjadi dari
sebuah sistem yang saling berhubungan dan saling memengaruhi. umpan balik
dalam sistem pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatan yang
juga dapat menjadikan input selalu meningkat.
 Lingkungan
Lingkungan disini adalah semua keadaan diluar system tetapi dapat memengaruhi
pelayanan Kesehatan sebagaimana dalam system pelayanan Kesehatan, lingkungan
yang dimaksud dapat berupa lingkungan strategis, atau situasi kondisi social yang
ada dimasyarakat seperti institusi diluar pelayanan masyarakat.

Lingkup sistem pelayanan Kesehatan:


1. Terticry health service : tenaga ahli/ sub spesialis (rumah sakit tipe A atau B)
2. Secondary health care : Rumah Sakit yang tersedia tenaga spesialis
3. Primary health care : Puskesmas, balai Kesehatan.
Sistem pelayanan kesehatan mencakup pelayanan kedokteran (medical services) dan
pelayanan l(esehatan masyarat (public health services). Pelavanan kesehatan
masyarakat sangat kompleks dan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah
sehingga dapat mengikutsertakan masyarakat dengan menggali potensi yang ada di
masyarakat, Menggalang potensi masyarakat melalui:
1. Potensi masvarakat dalam arti komunitas, misal: masyarakat RT, RW,
kelurahan. Partisipasi masyarakat mengadakan dana sehat, iuran PMT
(Pemberian Makanan Tambahan) untuk balita, kader kesehatan.

21
2. Menggalang potensi masyarakat melalui organisasi masyarakat seperti LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat). Pelayanan Kesehatan yang diselenggarakan
oleh LSM merupakan bentuk partisipasi masvarakat.
3. Menggalang potensi masyarakat melalui perusahaan swasta sehingga akan
membantu meringankan beban pelayanan kesehatan masyarakat.

D. Lingkup praktik keperawatan dalam pelayanan Kesehatan

Menurut Departemen Kesehatan RI (1999) ruang lingkup


pelayaanan Kesehatan keperawatan merupakan asuhan keperawatan yang
paripurna yang ditujukan kepada empat tingkat pengguna layanan
kesehatan yaitu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalm
berbagai tatanan layanan keperawatan tanpa memandang latar
belakang pendidikan, sosial ekonomi, jenis kelamin, suku bangsa,
agama, dan lain – lain, dan juga kondisi kesehatanya yang ditujukan
untuk promotif atau peningkatan kesehatan, preventif atau pencegahan
penyakit, kuratif atau pengobatan dan rehabilitative atau pemulihan
kesehatan yang bersifat komprehensif, terpadu dan berkesinambungan.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keperawatan Medical Bedah merupakan bentuk pelayanan profesional yang merupakan


bagian integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual
yang komprihensif ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun
sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Keperawatan medikal bedah
membahas tentang masalah kesehatan yang lazim terjadi pada usia dewasa baik yang
bersifat akut maupun kronik dengan atau tanpa tindakan operatif yang meliputi gangguan
fungsi tubuh pada sistem cardiovascular,  penginderaan (mata, tht), pencernaan, dan urologi
oleh karena berbagai penyebab patologis seperti infeksi atau peradangan, kongenital,
neoplasma trauma, dan degeneratif. Lingkup praktek Keperawatan Medikal Bedah
merupakan bentuk asuhan keperawatan pada klien dewasa yang mengalami gangguan
fisiologis baik yang sudah nyata atau terprediksi mengalami gangguan, baik adanya
penyakit, trauma atau kecacatan. Peran Keperawatan Medikal Bedah dalam pencapaian
MDGs yaitu: peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, peran perawat sebagai
advokat klien, perawat berperan sebagai edukator, peran perawat sebagai koordinator, peran
perawat sebagai kolaborator, peran perawat sebagai konsultan, dan peran perawat sebagai
peneliti dan  pembaharu.

B. Saran

Semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. saya selaku penulis
memohon adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Dengan mempelajari makalah ini diharapkan agar pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan dapat menerapkan peran-peran keperawatan medical bedah sesuai dengan
konsep dan perspektif keperawatan medical bedah.

23
DAFTAR PUSTAKA

Rachmawati, Dewi. 2021. “Mengenal Lebih Jauh Keperawatan Medikal Bedah”,


https://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/1706-mengenal-lebih-jauh-keperawatan-
medikal-bedah, diakses pada tanggal 10 februari 2023 pukul 14.29.

Putra, Hendrik. 2011. “Perspektif Keperawatan Medikal Bedah”,


https://www.scribd.com/doc/247906465/Perspektif-Keperawatan-New, diakses pada tanggal 10
februari 16.10.

Royarind, Hilda. 2014. “Peran Perawat Dalam Pencapaian Indikator MD Gs di Indonesia”.


http://www.kompasiana.com/hildaroyarind/peran-keperawatan-dalam-pencapaian-indikator-
mdgs-di-indonesia_54f73634a33311c86c8b468b, diakses pada tanggal 10 februari 19.21.

Ditjen, PPM dan PPL Depkes RI (2008). “Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia”,
http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf, diakses pada tanggal 10 februari 21.02

Saputra, Alfin. 2021. “Mengenal Peran dan Fungsi Perawat Yang Perlu Diketahui”,
https://aido.id/health-articles/mengenal-peran-dan-fungsi-perawat-yang-perlu-diketahui/detail,
diakses pada tanggal 11 februari 19.38.

Dewi, Niluh Puspita. 2020. Kebijakan & Manajemen PELAYANAN KESEHATAN. Jawa Barat :
Widina Bhakti Persada Bandung.

24

Anda mungkin juga menyukai