Keuangan Publik
Disusun Oleh :
Indhira Paramitasari / 195030400111043
Laila Nur Farida / 195030400111051
Rama Semida Nehemia M. / 195030401111001
Ayuningtyas Bunga H. / 195030401111021
Muh. Syahidil Mufid / 195030401111028
Filzah Farah Egalita / 195030401111040
FAKULTAS ILMUADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
APRIL 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan YME yang telah meberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Program
Pemberian Jaminan Kesehatan oleh Pemerintah di Indonesia” sesuai dengan ketentuan dan
waktu yang ditentukan.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok untuk mata
kuliah Keuangan Publik. Berbagai kendala seringkali penulis hadapi dalam penyusunan
makalah ini. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Latifah Hanum,
S.E., MSA., Ak. selaku dosen mata kuliah Keuangan Publik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah
ini dan sebagai acuan penulis untuk bisa melangkah lebih maju lagi di masa depan. Akhir
kata, penulis berharap dengan adanya makalah ini, dapat bermanfaat untuk semuanya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.3. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB II PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2.1. Jaminan Kesehatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2.2. Konsep Jaminan Kesehatan oleh Pemerintah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
2.3. Contoh Kasus Program Jaminan Kesehatan Pemerintah . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.4. Analisis Program Jaminan Kesehatan Pemerintah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3.Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan jaminan kesehatan.
2. Untuk mengetahui konsep jaminan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah.
3. Untuk mengetahui contoh kasus program pemberian jaminan kesehatan oleh
pemerintah di Indonesia.
4. Untuk mengetahui analisis program pemberian jaminan kesehatan yang diberikan
oleh pemerintah di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
(rehabilitatif) termasuk obat dan bahan medis dengan menggunakan
teknik layanan terkendali mutu dan biaya (managed care).
b. Iuran
Iuran berdasarkan persentase upah/penghasilan untuk peserta penerima upah
atau suatu jumlah nominal tertentu untuk peserta yang tidak menerima upah.
Iuran tambahan dikenakan kepada peserta yang mengikutsertakan anggota
keluarga lebih dari lima orang.
4
Dalam keadaan darurat, pelayanan kesehatan dapat diberikan pada fasilitas
kesehatan yang tidak menjalin kerja sama dengan badan penyelenggara
jaminan sosial.
Badan penyelenggara jaminan sosial wajib memberikan kompensasi untuk
memenuhi kebutuhan medis peserta yang berada di daerah yang belum
tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat. Kompensasi dapat
diberikan dalam bentuk uang tunai.
Layanan rawat inap di rumah sakit diberikan di kelas standar.
Besar pembayaran kepada fasilitas kesehatan untuk setiap wilayah
ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara badan penyelenggara jaminan
kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah tersebut.
Badan penyelenggara jaminan sosial wajib membayar fasilitas kesehatan
atas pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat 15 hari sejak
permintaan pembayaran diterima.
Badan penyelenggara jaminan sosial dapat memberikan anggaran di muka
kepada rumah sakit untuk melayani peserta, mencakup jasa medis, biaya
perawatan, biaya penunjang dan biaya obat-obatan yang penggunaannya
diatur sendiri oleh pemimpin rumah sakit (metoda pembayaran prospektif).
Badan penyelenggara jaminan sosial menjamin obat-obatan dan bahan
medis habis pakai dengan mempertimbangkan kebutuhan medis,
ketersediaan, efektifitas dan efisiensi obat atau bahan medis habis pakai
sesuai ketentuan peraturan perundangan.
Dalam pengembangan pelayanan kesehatan, badan penyelenggara jaminan
sosial menerapkan sistem kendali mutu, sistem kendali biaya dan sistem
pembayaran untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi jaminan kesehatan
serta untuk mencegah penyalahgunaan pelayanan kesehatan. Untuk jenis
pelayanan yang dapat menimbulkan penyalahgunaan pelayanan, peserta
dikenakan urun biaya.
5
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan
dan keadilan.
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat.
Atas dasar itu, maka diterbitkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang salah satu programnya adalah JKN,
yang pelaksanaannya diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan.
Terbitnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) mengamanatkan bahwa setiap orang atau warga negara berhak atas
jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan
meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang
sejahtera, adil dan makmur. Program jaminan sosial menurut Undang-Undang
tersebut meliputi: jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua,
jaminan pensiun dan jaminan kematian.
Selanjutnya, dasar hukum adanya Jaminan Kesehatan juga tertuang dalam
Undang-Undang Tahun 1945 Pasal 34 yaitu:
(1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
6
tidak menetapkan definisi atau pengertian JKN dalam salah satu ayat atau pasalnya.
Dengan merangkai beberapa pasal dan ayat yang mengatur tentang program jaminan
sosial, manfaat, tujuan dan tatalaksananya, dapat dirumuskan pengertian Program
Jaminan Kesehatan Nasional sebagai berikut:
7
Dengan demikian, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di
Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem
Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan
Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua
penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak.
Prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berikut:
a. Prinsip kegotongroyongan
Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu
peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau
yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit.
b. Prinsip nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Sebaliknya,
tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.
c. Prinsip portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan
yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau
tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Prinsip kepesertaan bersifat wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga
dapat terlindungi.
e. Prinsip dana amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-
badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka
mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
f. Prinsip hasil pengelolaan
Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program
dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
8
kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Selengkapnya, kelima strategi
utama untuk pencapaian tema prioritas pembangunan kesehatan, yaitu:
9
BPJS Kesehatan melaksanakan jadwal Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu
Indonesia Sehat (JKN-KIS). Terdapat berbagai manfaat yang didapatkan dari BPJS
Kesehatan yang tentunya sama dengan asuransi kesehatan swasta. Manfaat tersebut
diantaranya sebagai berikut:
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
Lewat BPJS Kesehatan, peserta individual dapat menemukan layanan
kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama, seumpama puskesmas,
praktik dokter mandiri, praktik dokter gigi mandiri, klinik umum, dan Rumah
Sakit Kelas D Pratama.
2. Rawat jalan tingkat pertama
Manfaat yang diterima, antara lain penyuluhan kesehatan individual dan
imunisasi rutin, keluarga berencana, pengecekan kesehatan, kenaikan
kesehatan bagi penderita penyakit kronis. Selanjutnya merupakan pelayanan
obat sampai investigasi dan pengobatan di pelayanan kesehatan gigi tingkat
pertama.
3. Rawat inap tingkat pertama
Manfaat yang ditanggung mulai dari kepraktisan rawat inap, pemeriksaan,
pengobatan, pelayanan kebidanan, persalinan, langkah-langkah medis,
sampai pelayanan obat.
4. Pelayanan kesehatan referensi tingkat lanjutan
Pelayanan kesehatan individual yang termasuk rawat jalan tingkat lanjutan,
rawat inap tingkat lanjutan, rawat inap di ruangan perawatan khusus yang
diberikan klinik utama, rumah sakit lazim pemerintah atau swasta, rumah
sakit khusus dan apotik, optik, dan laboratorium.
5. Rawat jalan tingkat lanjutan
Manfaat yang diterima peserta, mulai dari pemeriksaan, pengobatan dan
konsultasi medis di UGD, pelayanan obat dan alat kesehatan, rehabilitas
medis, pelayanan darah, rawat inap tingkat lanjutan, perawatan inap non
intensif atau intensif semisal ICU, ICCU, NICU, PICU.
10
JKN.
Penanganan gawat darurat gratis.
Penanganan operasi penyakit kritis gratis bagi peserta BPJS Kesehatan.
Konsultasi kesehatan gratis di puskesmas.
11
Meta, kerugian negara itu sebesar Rp 7,7 miliar.
Tindak kecurangan lainnya yang berpotensi dilakukan oleh peserta seperti membuat
pernyataan yang tidak benar dalam hal eligibilitas (memalsukan status kepesertaan) untuk
memperoleh pelayanan kesehatan; memanfaatkan haknya untuk pelayanan yang tidak
perlu dengan cara memalsukan kondisi kesehatan; memberikan gratifikasi kepada pemberi
pelayanan agar bersedia memberi pelayanan yang tidak sesuai/tidak ditanggung;
memanipulasi penghasilan agar tidak perlu membayar iuran terlalu besar; melakukan
kerjasama dengan pemberi pelayanan untuk mengajukan klaim palsu; dan memperoleh
obat dan/atau alat kesehatan yang diresepkan untuk dijual kembali. Potensi fraud oleh
penyedia obat dan alat kesehatan relatif sedikit yaitu tidak memenuhi kebutuhan obat
dan/atau alat kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan
melakukan kerjasama dengan pihak lain, mengubah obat dan/atau alat kesehatan yang
tercantum dalam e-catalog dengan harga tidak sesuai dengan e-catalog.
12
WHO, 2011).
Sistem Anti Fraud Layanan Kesehatan saat ini di Indonesia sudah terbit di dalam
Permenkes Nomor 36 tahun 2015 tentang Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sebagai
dasar hukum pengembangan sistem anti Fraud layanan kesehatan di Indonesia. Dalam
peraturan menteri ini, sudah mencakup kegiatan-kegiatan seperti membangun kesadaran,
pelaporan, deteksi, investigasi, dan pemberian sanksi. Kegiatan kegiatan ini sesuai dengan
rekomendasi European Comission tahun 2013. Komisi negara-negara Eropa ini juga
merekomendasikan bahwa kegiatan anti Fraud harus berjalan sesuai alur seperti skema
pada Gambar berikut:
13
program-program edukasi dan sosialisasi.
2. Pelaporan
Pihak yang mengetahui ada kejadian Fraud hendaknya dapat membuat
pelaporan. Permenkes Nomor 36 Tahun 2015 mengamanatkan bahwa pelaporan
dugaan Fraud minimalnya mencakup identitas pelapor, nama dan alamat instansi
yang diduga melakukan tindakan kecurangan JKN, serta alasan pelaporan. Lalu
laporan disampaikan kepada kepala fasilitas kesehatan maupun dinas kesehatan
kabupaten/kota.
3. Deteksi
Dalam Permenkes Nomor 36 Tahun 2015, deteksi potensi Fraud dapat
dilakukan dengan analisa data klaim yang dilakukan dengan pendekatan: mencari
anomali data, predictive modeling, dan penemuan kasus. Analisis data klaim dapat
dilakukan secara manual dan/atau dengan memanfaatkan aplikasi verifikasi klinis
yang terintegrasi dengan aplikasi INA-CBGs. Dalam melakukan Dalam
melakukan analisis data klaim tim pencegahan kecurangan JKN dapat
berkoordinasi dengan verifikator BPJS Kesehatan atau pihak lain yang diperlukan.
4. Investigasi
Dalam Permenkes Nomor 36 Tahun 2015 disebutkan bahwa investigasi
dilakukan oleh tim investigasi yang ditunjuk oleh oleh Tim Pencegahan
Kecurangan JKN dengan melibatkan unsur pakar, asosiasi rumah sakit/asosiasi
fasilitas kesehatan, dan organisasi profesi. Pelaporan hasil deteksi dan investigasi
dilakukan oleh Tim Pencegahan Kecurangan JKN dan paling sedikit memuat: ada
atau tidaknya kejadian Kecurangan JKN yang ditemukan; rekomendasi
pencegahan berulangnya kejadian serupa di kemudian hari; dan rekomendasi
sanksi administratif bagi pelaku Kecurangan JKN.
5. Pemberian Sanksi/Penindakan
Pemberian sanksi dilakukan untuk menindak pelaku Fraud. Berdasar
Permenkes 36 Tahun 2015, pihak yang berhak memberikan sanksi adalah Menteri,
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Sanksi yang direkomendasikan dalam Permenkes adalah sanksi administrasi dalam
bentuk: teguran lisan; teguran tertulis; dan/atau perintah pengembalian kerugian
akibat kecurangan JKN kepada pihak yang dirugikan.
Dalam hal tindakan kecurangan JKN dilakukan oleh pemberi pelayanan, sanksi
administrasi dapat ditambah dengan denda paling banyak sebesar 50% dari jumlah
14
pengembalian kerugian akibat tindakan kecurangan JKN. Bila tindakan
kecurangan JKN dilakukan oleh tenaga kesehatan, sanksi administrasi dapat
diikuti dengan pencabutan surat izin praktik. Selain sanksi administrasi, kasus
Fraud dapat juga dikenakan sanksi pidana yang diatur dalam Pasal 379 jo Pasal
379a jo Pasal 381 KUHP. Walaupun tidak disebut secara langsung dalam pasal-
pasal tersebut, namun Fraud dalam JKN dikategorikan sebagai penipuan.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran sebagai
berikut:
1. Bagi pemerintah, dalam memberikan program jaminan kesehatan bagi
masyarakat harus memegang teguh prinsip Jaminan Kesehatan Nasional serta
mengimplementasikan Sistem Anti Fraud Layanan Kesehatan agar jaminan
kesehatan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat dan pengelolaan jaminan
tersebut dilakukan secara bersih dan memastikan agar tidak terjadi
penyelewengan pemberian jaminan kesehatan.
2. Bagi mahasiswa, sangat perlu untuk memahami dan mempelajari mengenai
jaminan kesehatan serta konsep pemberian jaminan kesehatan pemerintah serta
16
menganalisis kebijakan pemerintah dalam pemberian jaminan sosial sesuai
dengan kaidah keilmuan yang ada.
3. Bagi masyarakat, sangat penting untuk mengawal kebijakan pemerintah
khususnya dalam bidang jaminan kesehatan agar semua masyarakat dapat
mendapat jaminan sosial yang layak sesuai yang diamanatkan dalam Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945.
17
DAFTAR PUSTAKA
Antara. 2019. Korupsi Dana BPJS 7,7 Miliar, 2 Pejabat RSUD Lembang Ditangkap.
Melaluihttps://bisnis.tempo.co/read/1232846/korupsi-dana-bpjs-77-miliar-2-
pejabat-rsud-lembang-ditangkap. Diakses pada 24 April 2021.
Idris Fachmi. 2015. Tindak Kecurangan Fraud BPJS Merugikan Negara. Melalui
https://persi.or.id/wp-content/uploads/2020/11/fraud_majalahbpjs.pdf. Diakses pada
24 April 2021.
18