Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS PROGRAM PEMBERIAN JAMINAN KESEHATAN

OLEH PEMERINTAH DI INDONESIA


MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Keuangan Publik

yang diampu oleh Ibu Latifah Hanum, S.E., MSA., Ak.

Disusun Oleh :
Indhira Paramitasari / 195030400111043
Laila Nur Farida / 195030400111051
Rama Semida Nehemia M. / 195030401111001
Ayuningtyas Bunga H. / 195030401111021
Muh. Syahidil Mufid / 195030401111028
Filzah Farah Egalita / 195030401111040

PROGRAM STUDI PERPAJAKAN

FAKULTAS ILMUADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

APRIL 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan YME yang telah meberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Program
Pemberian Jaminan Kesehatan oleh Pemerintah di Indonesia” sesuai dengan ketentuan dan
waktu yang ditentukan.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok untuk mata
kuliah Keuangan Publik. Berbagai kendala seringkali penulis hadapi dalam penyusunan
makalah ini. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Latifah Hanum,
S.E., MSA., Ak. selaku dosen mata kuliah Keuangan Publik.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah
ini dan sebagai acuan penulis untuk bisa melangkah lebih maju lagi di masa depan. Akhir
kata, penulis berharap dengan adanya makalah ini, dapat bermanfaat untuk semuanya.

Malang, 24 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.3. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

BAB II PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2.1. Jaminan Kesehatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2.2. Konsep Jaminan Kesehatan oleh Pemerintah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
2.3. Contoh Kasus Program Jaminan Kesehatan Pemerintah . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.4. Analisis Program Jaminan Kesehatan Pemerintah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

BAB III PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16


3.1. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
3.2. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan sebuah sistem yang
diselenggarakan oleh pemerintah untuk memberikan jaminan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. SJSN sendiri telah diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2004 dan terdiri dari dua
bentuk jaminan sosial, salah satunya adalah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Dengan
adanya jaminan kesehatan tersebut, masyarakat memiliki hak untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang bersifat menyeluruh dan diberikan secara berjenjang, efektif, dan efisien
dengan menerapkan prinsip kendali mutu dan kendali biaya berdasarkan indikasi medis.
Pemberian jaminan sosial ini sebenarnya telah diatur terlebih dahulu dalam Pasal 28H dan
Pasal 34 UUD NKRI Tahun 1945. Pemberian jaminan kesehatan ini juga merupakan
implementasi dari Deklarasi PBB tentang HAM pada tahun 1945 yang menyatakan bahwa
setiap orang berhak untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak. Dalam
pelaksanaannya, jaminan kesehatan ini diselenggarakan oleh suatu badan yaitu Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Namun pada pelaksanaannya, masih banyak masyarakat yang belum memahami secara
benar apa itu jaminan kesehatan serta bagaimana jaminan kesehatan tersebut diberikan
kepada masyarakat. Selain itu, dengan pelayanan jaminan sosial yang belum prima
menyebabkan adanya penyelewengan pemberian jaminan kesehatan yang menyebabkan
pemerintah mengalami defisit keuangan. Mengenai permasalahan tersebut, maka penulis
mengangkat judul “Analisis Program Pemberian Jaminan Kesehatan oleh Pemerintah di
Indonesia” sesuai dengan masalah yang akan penulis bahas pada makalah kali ini.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis, maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan jaminan kesehatan?
2. Bagaimana konsep jaminan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah?
3. Bagaimana contoh kasus program pemberian jaminan kesehatan oleh pemerintah di
Indonesia?
4. Bagaimana analisis program pemberian jaminan kesehatan yang diberikan oleh
pemerintah di Indonesia?

1
1.3.Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan jaminan kesehatan.
2. Untuk mengetahui konsep jaminan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah.
3. Untuk mengetahui contoh kasus program pemberian jaminan kesehatan oleh
pemerintah di Indonesia.
4. Untuk mengetahui analisis program pemberian jaminan kesehatan yang diberikan
oleh pemerintah di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Jaminan Kesehatan


2.1.1 Pengertian Jaminan Kesehatan
Program Jaminan Kesehatan Nasional disingkat Program JKN adalah suatu
program pemerintah dan masyarakat/rakyat dengan tujuan memberikan kepastian
jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk
Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera.

2.1.2 Karakteristik Jaminan Kesehatan


Karakteristik Jaminan Kesehatan, antara lain:
1. Diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan
prinsip ekuitas. Prinsip asuransi sosial meliputi:
a. kegotongroyongan antara peserta kaya dan miskin, yang sehat dan
sakit, yang tua dan muda, serta yang beresiko tinggi dan rendah;
b. kepesertaan bersifat wajib dan tidak selektif;
c. iuran berdasarkan persentase upah/penghasilan untuk peserta
penerima upah atau suatu jumlah nominal tertentu untuk peserta
yang tidak menerima upah; dan
d. dikelola dengan prinsip nirlaba, artinya pengelolaan dana
digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta dan setiap
surplus akan disimpan sebagai dana cadangan dan untuk
peningkatan manfaat dan kualitas layanan.
Sedangkan prinsip ekuitas yaitu kesamaan dalam memperoleh pelayanan
sesuai dengan kebutuhan medis yang tidak terkait dengan besaran iuran
yang telah dibayarkan. Prinsip ini diwujudkan dengan pembayaran iuran
sebesar persentase tertentu dari upah bagi yang memiliki penghasilan dan
pemerintah membayarkan iuran bagi mereka yang tidak mampu
2. Tujuan penyelenggaraan adalah untuk memberikan manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan akan pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan.
3. Manfaat diberikan dalam bentuk pelayanan kesehatan perseorangan yang
komprehensif, mencakup pelayanan peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan

3
(rehabilitatif) termasuk obat dan bahan medis dengan menggunakan
teknik layanan terkendali mutu dan biaya (managed care).

2.1.3 Mekanisme Penyelenggaraan


1. Kepesertaan
 Peserta adalah setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya
dibayar oleh pemerintah.
 Penerima manfaat adalah peserta dan anggota keluarga (istri/suami yang sah,
anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah dan anak angkat yang sah)
sebanyak-banyaknya lima orang. Penerima manfaat dapat diperluas kepada
anak keempat dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua dengan membayar iuran
tambahan.
 Kepesertaan berkesinambungan sesuai prinsip portabilitas dengan
memberlakukan program di seluruh wilayah Indonesia dan menjamin
keberlangsungan manfaat bagi peserta dan keluarganya hingga enam bulan
pasca Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Selanjutnya, pekerja yang tidak
memiliki pekerjaan setelah enam bulan PHK atau mengalami cacat tetap
total dan tidak memiliki kemampuan ekonomi tetap menjadi peserta dan
iurannya dibayar oleh pemerintah. Kesinambungan kepesertaan bagi
pensiunan dan ahli warisnya akan dapat dipenuhi dengan melanjutkan
pembayaran iuran jaminan kesehatan dari manfaat jaminan pensiun.
 Kepesertaan mengacu pada konsep penduduk dengan mengizinkan warga
negara asing yang bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia untuk ikut
serta.

b. Iuran
 Iuran berdasarkan persentase upah/penghasilan untuk peserta penerima upah
atau suatu jumlah nominal tertentu untuk peserta yang tidak menerima upah.
 Iuran tambahan dikenakan kepada peserta yang mengikutsertakan anggota
keluarga lebih dari lima orang.

c. Manfaat dan Pemberian Manfaat


 Pelayanan kesehatan diberikan di fasilitas kesehatan milik pemerintah atau
swasta yang menjalin kerjasama dengan badan penyelenggara jaminan
sosial.

4
 Dalam keadaan darurat, pelayanan kesehatan dapat diberikan pada fasilitas
kesehatan yang tidak menjalin kerja sama dengan badan penyelenggara
jaminan sosial.
 Badan penyelenggara jaminan sosial wajib memberikan kompensasi untuk
memenuhi kebutuhan medis peserta yang berada di daerah yang belum
tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat. Kompensasi dapat
diberikan dalam bentuk uang tunai.
 Layanan rawat inap di rumah sakit diberikan di kelas standar.
 Besar pembayaran kepada fasilitas kesehatan untuk setiap wilayah
ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara badan penyelenggara jaminan
kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah tersebut.
 Badan penyelenggara jaminan sosial wajib membayar fasilitas kesehatan
atas pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat 15 hari sejak
permintaan pembayaran diterima.
 Badan penyelenggara jaminan sosial dapat memberikan anggaran di muka
kepada rumah sakit untuk melayani peserta, mencakup jasa medis, biaya
perawatan, biaya penunjang dan biaya obat-obatan yang penggunaannya
diatur sendiri oleh pemimpin rumah sakit (metoda pembayaran prospektif).
 Badan penyelenggara jaminan sosial menjamin obat-obatan dan bahan
medis habis pakai dengan mempertimbangkan kebutuhan medis,
ketersediaan, efektifitas dan efisiensi obat atau bahan medis habis pakai
sesuai ketentuan peraturan perundangan.
 Dalam pengembangan pelayanan kesehatan, badan penyelenggara jaminan
sosial menerapkan sistem kendali mutu, sistem kendali biaya dan sistem
pembayaran untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi jaminan kesehatan
serta untuk mencegah penyalahgunaan pelayanan kesehatan. Untuk jenis
pelayanan yang dapat menimbulkan penyalahgunaan pelayanan, peserta
dikenakan urun biaya.

2.2. Konsep Jaminan Kesehatan oleh Pemerintah


2.2.1. Dasar Hukum
Dasar hukum Jaminan Kesehatan, termaktub dalam Undang-Undang Tahun 1945
Pasal 28H yaitu:
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

5
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan
dan keadilan.
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat.

Atas dasar itu, maka diterbitkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang salah satu programnya adalah JKN,
yang pelaksanaannya diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan.
Terbitnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) mengamanatkan bahwa setiap orang atau warga negara berhak atas
jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan
meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang
sejahtera, adil dan makmur. Program jaminan sosial menurut Undang-Undang
tersebut meliputi: jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua,
jaminan pensiun dan jaminan kematian.
Selanjutnya, dasar hukum adanya Jaminan Kesehatan juga tertuang dalam
Undang-Undang Tahun 1945 Pasal 34 yaitu:
(1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.

Di dalam Naskah Akademik UU SJSN Tahun 2004 disebutkan bahwa Program


Jaminan Kesehatan Nasional, disingkat Program JKN, adalah suatu program
pemerintah dan masyarakat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan
yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup
sehat, produktif, dan sejahtera.
UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN)

6
tidak menetapkan definisi atau pengertian JKN dalam salah satu ayat atau pasalnya.
Dengan merangkai beberapa pasal dan ayat yang mengatur tentang program jaminan
sosial, manfaat, tujuan dan tatalaksananya, dapat dirumuskan pengertian Program
Jaminan Kesehatan Nasional sebagai berikut:

“Program jaminan sosial yang menjamin biaya pemeliharaan kesehatan serta


pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang diselenggarakan nasional secara
bergotong-royong wajib oleh seluruh penduduk Indonesia dengan membayar iuran
berkala atau iurannya dibayari oleh Pemerintah kepada badan penyelenggara
jaminan sosial kesehatan nirlaba - BPJS Kesehatan.”

Dua Peraturan Pelaksanaan UU SJSN, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 101


Tahun 2012 Tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan dan Peraturan
Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan menetapkan bahwa
yang dimaksud dengan:

“Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar


Peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang
telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.”

Manfaat yang dijamin oleh Program JKN berupa pelayanan kesehatan


perseorangan yang komprehensif, mencakup pelayanan peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitatif) termasuk obat dan bahan medis. Pemberian manfaat tersebut dengan
menggunakan teknik layanan terkendali mutu dan biaya (managed care).

2.2.2. Sistem Jaminan Kesehatan Nasional


Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat wajib
dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas risiko sosial
ekonomi yang menimpa mereka dan atau anggota keluarganya (UU SJSN Nomor 40
Tahun 2004). Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah tata cara
penyelenggaraan program Jaminan Sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial adalah bentuk
perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidupnya yang layak.

7
Dengan demikian, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di
Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem
Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan
Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua
penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak.
Prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berikut:
a. Prinsip kegotongroyongan
Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu
peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau
yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit.
b. Prinsip nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Sebaliknya,
tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.
c. Prinsip portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan
yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau
tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Prinsip kepesertaan bersifat wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga
dapat terlindungi.
e. Prinsip dana amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-
badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka
mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
f. Prinsip hasil pengelolaan
Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program
dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

JKN telah masuk dalam strategi utama program pembangunan kesehatan


Kementerian Kesehatan dengan dimulai dari penyelenggaraan program jaminan

8
kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Selengkapnya, kelima strategi
utama untuk pencapaian tema prioritas pembangunan kesehatan, yaitu:

(1) Program kesehatan masyarakat yang mencakup pelaksanaan program


kesehatan preventif terpadu dengan pemberian imunisasi dasar kepada balita,
penyediaan akses sumber air bersih, perluasan akses terhadap sanitasi dasar
berkualitas, penurunan tingkat kematian ibu saat melahirkan dan tingkat
kematian bayi.
(2) Peningkatan jangkauan dan kualitas Program Keluarga Berencana.
(3) Ketersediaan dan Kualitas Sarana Kesehatan.
(4) Pemberlakuan Daftar Obat Esensial Nasional sebagai dasar pengadaan obat
nasional dan pembatasan harga obat generik berlogo pada 2010.
(5) Penerapan asuransi kesehatan nasional bagi seluruh masyarakat miskin pada
tahun 2011 dan perluasannya secara bertahap pada tahun 2012-2014.

2.2.3. Jenis Jenis Jaminan Kesehatan di Indonesia


Sesuai dengan UU Nomor 40 Tahun 2004, Pemerintah memastikan Badan
Pengelolaan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan selaku
forum yang mengorganisir dana dan melayani seluruh kepentingan pesertanya dalam
upaya meraih kesejahteraan. BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya
berjulukan Asuransi Kesehatan Indonesia dan Jamsostek. Kemudian berganti nama
sesuai dengan UU Nomor 24 Tahun 2011.
BPJS Kesehatan
Sesuai dengan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS Kesehatan
menyelenggarakan jadwal jaminan kesehatan, berikut ini adalah tugas dan tanggung
jawab dari BPJS Kesehatan:
 Menerima pendaftaran
 Memungut dan menghimpun iuran dari peserta dan pemberi kerja
 Menerima proteksi iuran dari pemerintah
 Mengelola dana untuk kepentingan masyarakat
 Mengumpulkan dan mengorganisir data peserta program
 Membayarkan faedah dan atau membiayai pelayanan kesehatan
 Memberikan warta mengenai penyelenggara ke masyarakat

9
BPJS Kesehatan melaksanakan jadwal Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu
Indonesia Sehat (JKN-KIS). Terdapat berbagai manfaat yang didapatkan dari BPJS
Kesehatan yang tentunya sama dengan asuransi kesehatan swasta. Manfaat tersebut
diantaranya sebagai berikut:
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
Lewat BPJS Kesehatan, peserta individual dapat menemukan layanan
kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama, seumpama puskesmas,
praktik dokter mandiri, praktik dokter gigi mandiri, klinik umum, dan Rumah
Sakit Kelas D Pratama.
2. Rawat jalan tingkat pertama
Manfaat yang diterima, antara lain penyuluhan kesehatan individual dan
imunisasi rutin, keluarga berencana, pengecekan kesehatan, kenaikan
kesehatan bagi penderita penyakit kronis. Selanjutnya merupakan pelayanan
obat sampai investigasi dan pengobatan di pelayanan kesehatan gigi tingkat
pertama.
3. Rawat inap tingkat pertama
Manfaat yang ditanggung mulai dari kepraktisan rawat inap, pemeriksaan,
pengobatan, pelayanan kebidanan, persalinan, langkah-langkah medis,
sampai pelayanan obat.
4. Pelayanan kesehatan referensi tingkat lanjutan
Pelayanan kesehatan individual yang termasuk rawat jalan tingkat lanjutan,
rawat inap tingkat lanjutan, rawat inap di ruangan perawatan khusus yang
diberikan klinik utama, rumah sakit lazim pemerintah atau swasta, rumah
sakit khusus dan apotik, optik, dan laboratorium.
5. Rawat jalan tingkat lanjutan
Manfaat yang diterima peserta, mulai dari pemeriksaan, pengobatan dan
konsultasi medis di UGD, pelayanan obat dan alat kesehatan, rehabilitas
medis, pelayanan darah, rawat inap tingkat lanjutan, perawatan inap non
intensif atau intensif semisal ICU, ICCU, NICU, PICU.

2.2.4. Contoh Jaminan Kesehatan


Ada berbagai macam contoh jaminan sosial di bidang kesehatan, di antaranya adalah:
 Pemberian imunisasi gratis ke anak-anak.
 Pengobatan gratis di puskesmas bagi pemegang kartu BPJS Kesehatan atau

10
JKN.
 Penanganan gawat darurat gratis.
 Penanganan operasi penyakit kritis gratis bagi peserta BPJS Kesehatan.
 Konsultasi kesehatan gratis di puskesmas.

2.3. Contoh Kasus Program Jaminan Kesehatan di Indonesia


Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tak luput dari kecurangan atau fraud. Tindakan ini
dilakukan berbagai pihak yang berujung pada kerugian negara termasuk defisit BPJS
Kesehatan. Kecurangan (fraud) dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
merupakan kasus yang sungguh-sungguh terjadi di Indonesia. Namun, hingga tahun ke
tujuh pelaksanaan program, belum ada data riil yang menunjukkan besaran kasus dan nilai
kerugian yang ditimbulkan akibat fraud ini. Dalam laporan investigasi Majalah Tempo per
6 Juni 2020, disebutkan terdapat potensi fraud di rumah sakit namun dalam jumlah kecil.
Saat ini, Indonesia sudah memiliki regulasi dan pedoman anti fraud. Namun, regulasi yang
sudah ada dianggap belum kuat untuk mendorong berjalannya sistem anti fraud. Indonesia
juga belum sepenuhnya memiliki sistem pengendalian fraud JKN terpadu.
Tindakan fraud itu dilakukan oleh berbagai pihak mulai dari peserta JKN, petugas
BPJS Kesehatan, pemberi layanan atau rumah sakit, penyedia obat atau alat kesehatan, dan
pemangku kepentingan lainnya. Kecurangan ini dilakukan untuk mengeruk keuntungan
dari program JKN. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menemukan sejumlah
kecurangan atau fraud yang dilakukan rumah sakit atau faskes tingka lanjutan dalam
penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dijalankan BPJS
Kesehatan salah satunya pada RSUD Lembang. Korupsi ini dilakukan oleh mantan Kepala
RSUD Lembang dr Onnie Habie dan Bendaharanya yakni Meta Susanti. Kabid Humas
Polda Jawa Barat Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan kedua tersangka tersebut
sebagai pengelola RSUD Lembang pada periode 2017 hingga 2018 telah mengklaim dana
BPJS sebesar Rp 11,4 miliar. Sementara yang disetorkan ke Kas Daerah Kabupaten
Bandung Barat hanya sebesar Rp 3,7 miliar. Dalam penanganan kasus korupsi tersebut,
pihak kepolisian menyita dua tanah dan bangunan di Provinsi Jambi dan beberapa barang
mebel termasuk juga barang mewah milik tersangka. Keduanya telah dilakukan penahanan
di Rutan Mapolda Jawa Barat untuk proses penyidikan lebih lanjut. Wakil Dirreskrimsus
Polda Jabar AKBP Hari Brata mengatakan penggelapan dana yang juga termasuk ke dalam
korupsi tersebut menyebabkan kerugian negara. Sesuai yang digelapkan oleh Onnie dan

11
Meta, kerugian negara itu sebesar Rp 7,7 miliar.
Tindak kecurangan lainnya yang berpotensi dilakukan oleh peserta seperti membuat
pernyataan yang tidak benar dalam hal eligibilitas (memalsukan status kepesertaan) untuk
memperoleh pelayanan kesehatan; memanfaatkan haknya untuk pelayanan yang tidak
perlu dengan cara memalsukan kondisi kesehatan; memberikan gratifikasi kepada pemberi
pelayanan agar bersedia memberi pelayanan yang tidak sesuai/tidak ditanggung;
memanipulasi penghasilan agar tidak perlu membayar iuran terlalu besar; melakukan
kerjasama dengan pemberi pelayanan untuk mengajukan klaim palsu; dan memperoleh
obat dan/atau alat kesehatan yang diresepkan untuk dijual kembali. Potensi fraud oleh
penyedia obat dan alat kesehatan relatif sedikit yaitu tidak memenuhi kebutuhan obat
dan/atau alat kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan
melakukan kerjasama dengan pihak lain, mengubah obat dan/atau alat kesehatan yang
tercantum dalam e-catalog dengan harga tidak sesuai dengan e-catalog.

2.4. Analisis Program Jaminan Kesehatan di Indonesia


Secara umum, menurut Cressey (1973), terdapat 3 faktor yang pasti muncul bersamaan
ketika seseorang melakukan Fraud. Pertama adalah tekanan yang merupakan faktor
pertama yang memotivasi seseorang melakukan tindak kriminal Fraud. Kedua adalah
kesempatan yaitu situasi yang memungkinkan tindakan kriminal dilakukan. Ketiga adalah
rasionalisasi, yaitu pembenaran atas tindakan kriminal yang dilakukan. Dalam banyak
kasus, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Shahriari (2001), Fraud dalam layanan
kesehatan terjadi karena: (1) tenaga medis bergaji rendah, (2) adanya ketidakseimbangan
antara sistem layanan kesehatan dan beban layanan kesehatan, (3) penyedia layanan tidak
memberi insentif yang memadai, (4) kekurangan pasokan pelayanan medis, (5) Inefisiensi
dalam sistem, (6) kurangnya transparansi dalam fasilitas kesehatan, dan (7) faktor budaya.
Fraud dalam bidang kesehatan terbukti berpotensi menimbulkan kerugian finansial
negara dalam jumlah yang tidak sedikit. Sebagai contoh, pontesi kerugian akibat Fraud di
dunia adalah sebesar 7,29 % dari dana kesehatan yang dikelola tiap tahunnya. Data dari
FBI di AS menunjukkan bahwa potensi kerugian yang mungkin ditimbulkan akibat Fraud
layanan kesehatan adalah sebesar 3 - 10% dari dana yang dikelola. Data lain yang
bersumber dari penelitian University of Portsmouth menunjukkan bahwa potensi Fraud di
Inggris adalah sebesar 3-8 % dari dana yang dikelola. Fraud juga menimbulkan kerugian
sebesar 0,5-1 juta dollar Amerika di Afrika Selatan berdasar data dari Simanga Msane dan
Qhubeka Forensic dan Qhubeka Forensic Services (lembaga investigasi Fraud) (Bulletin

12
WHO, 2011).
Sistem Anti Fraud Layanan Kesehatan saat ini di Indonesia sudah terbit di dalam
Permenkes Nomor 36 tahun 2015 tentang Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sebagai
dasar hukum pengembangan sistem anti Fraud layanan kesehatan di Indonesia. Dalam
peraturan menteri ini, sudah mencakup kegiatan-kegiatan seperti membangun kesadaran,
pelaporan, deteksi, investigasi, dan pemberian sanksi. Kegiatan kegiatan ini sesuai dengan
rekomendasi European Comission tahun 2013. Komisi negara-negara Eropa ini juga
merekomendasikan bahwa kegiatan anti Fraud harus berjalan sesuai alur seperti skema
pada Gambar berikut:

Adapun berbagai kegiatan dalam impelementasi Sistem Anti Fraud Layanan


Kesehatan Detail kegiatan dalam siklus anti fraud adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan Kesadaran
Pembangunan kesadaran merupakan kunci untuk mencegah terjadinya atau
meluasnya Fraud layanan kesehatan (Bulletin WHO, 2011). Membangun
kesadaran tentang potensi Fraud dan bahayanya di rumah sakit merupakan salah
satu upaya pencegahan terjadi atau berkembangnya Fraud. Dalam Permenkes
Nomor 36 Tahun 2015, pembangunan kesadaran dapat dilakukan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota dengan pembinaan dan pengawasan dengan melalui

13
program-program edukasi dan sosialisasi.
2. Pelaporan
Pihak yang mengetahui ada kejadian Fraud hendaknya dapat membuat
pelaporan. Permenkes Nomor 36 Tahun 2015 mengamanatkan bahwa pelaporan
dugaan Fraud minimalnya mencakup identitas pelapor, nama dan alamat instansi
yang diduga melakukan tindakan kecurangan JKN, serta alasan pelaporan. Lalu
laporan disampaikan kepada kepala fasilitas kesehatan maupun dinas kesehatan
kabupaten/kota.
3. Deteksi
Dalam Permenkes Nomor 36 Tahun 2015, deteksi potensi Fraud dapat
dilakukan dengan analisa data klaim yang dilakukan dengan pendekatan: mencari
anomali data, predictive modeling, dan penemuan kasus. Analisis data klaim dapat
dilakukan secara manual dan/atau dengan memanfaatkan aplikasi verifikasi klinis
yang terintegrasi dengan aplikasi INA-CBGs. Dalam melakukan Dalam
melakukan analisis data klaim tim pencegahan kecurangan JKN dapat
berkoordinasi dengan verifikator BPJS Kesehatan atau pihak lain yang diperlukan.
4. Investigasi
Dalam Permenkes Nomor 36 Tahun 2015 disebutkan bahwa investigasi
dilakukan oleh tim investigasi yang ditunjuk oleh oleh Tim Pencegahan
Kecurangan JKN dengan melibatkan unsur pakar, asosiasi rumah sakit/asosiasi
fasilitas kesehatan, dan organisasi profesi. Pelaporan hasil deteksi dan investigasi
dilakukan oleh Tim Pencegahan Kecurangan JKN dan paling sedikit memuat: ada
atau tidaknya kejadian Kecurangan JKN yang ditemukan; rekomendasi
pencegahan berulangnya kejadian serupa di kemudian hari; dan rekomendasi
sanksi administratif bagi pelaku Kecurangan JKN.
5. Pemberian Sanksi/Penindakan
Pemberian sanksi dilakukan untuk menindak pelaku Fraud. Berdasar
Permenkes 36 Tahun 2015, pihak yang berhak memberikan sanksi adalah Menteri,
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Sanksi yang direkomendasikan dalam Permenkes adalah sanksi administrasi dalam
bentuk: teguran lisan; teguran tertulis; dan/atau perintah pengembalian kerugian
akibat kecurangan JKN kepada pihak yang dirugikan.
Dalam hal tindakan kecurangan JKN dilakukan oleh pemberi pelayanan, sanksi
administrasi dapat ditambah dengan denda paling banyak sebesar 50% dari jumlah

14
pengembalian kerugian akibat tindakan kecurangan JKN. Bila tindakan
kecurangan JKN dilakukan oleh tenaga kesehatan, sanksi administrasi dapat
diikuti dengan pencabutan surat izin praktik. Selain sanksi administrasi, kasus
Fraud dapat juga dikenakan sanksi pidana yang diatur dalam Pasal 379 jo Pasal
379a jo Pasal 381 KUHP. Walaupun tidak disebut secara langsung dalam pasal-
pasal tersebut, namun Fraud dalam JKN dikategorikan sebagai penipuan.

15
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Program Jaminan Kesehatan Nasional disingkat Program JKN adalah suatu


program pemerintah dan masyarakat/rakyat dengan tujuan memberikan kepastian
jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk
Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera. Jaminan Kesehatan Nasional
sebenarnya merupakan amanat dari Pasal 28H dan Pasal 34 UUD NKRI Tahun 1945,
yang kemudian mengenai jaminan kesehatan ini telah diundangkan ke dalam UU
Nomor 40 Tahun 2004. Dalam pelaksanaannya, Jaminan Kesehatan Nasional
memegang prinsip kegotongroyongan, prinsip nirlaba, prinsip portabilitas, prinsip
kepesertaan bersifat wajib, prinsip dana amanat, dan prinsip hasil pengelolaan.

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tak luput dari kecurangan atau fraud.
Tindakan ini dilakukan berbagai pihak yang berujung pada kerugian negara termasuk
defisit BPJS Kesehatan. Kecurangan (fraud) dalam program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) merupakan kasus yang sungguh-sungguh terjadi di Indonesia. Untuk
mengatasi kasus tersebut, pemerintah telah menerbitkan Sistem Anti Fraud Layanan
Kesehatan yang diterbitkan Permenkes Nomor 36 tahun 2015. Implementasi Sistem
Anti Fraud Layanan Kesehatan ini ada 5 tahapan yaitu pembangunan kesadaran,
pelaporan, deteksi, investigasi, dan pemberian sanksi/penindakan.

3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran sebagai
berikut:
1. Bagi pemerintah, dalam memberikan program jaminan kesehatan bagi
masyarakat harus memegang teguh prinsip Jaminan Kesehatan Nasional serta
mengimplementasikan Sistem Anti Fraud Layanan Kesehatan agar jaminan
kesehatan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat dan pengelolaan jaminan
tersebut dilakukan secara bersih dan memastikan agar tidak terjadi
penyelewengan pemberian jaminan kesehatan.
2. Bagi mahasiswa, sangat perlu untuk memahami dan mempelajari mengenai
jaminan kesehatan serta konsep pemberian jaminan kesehatan pemerintah serta

16
menganalisis kebijakan pemerintah dalam pemberian jaminan sosial sesuai
dengan kaidah keilmuan yang ada.
3. Bagi masyarakat, sangat penting untuk mengawal kebijakan pemerintah
khususnya dalam bidang jaminan kesehatan agar semua masyarakat dapat
mendapat jaminan sosial yang layak sesuai yang diamanatkan dalam Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hyman, David N. 2011. Public Finance. Canada: Cengange Learning

UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS Kesehatan

Roko. 2013. Jaminan Kesehatan. Melalui https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-


media/20131227/009480/dasar-hukum-jaminan-kesehatan/. Diakses pada 24 April
2021.

Jevt. 2021. Jaminan Sosial. Melalui https://jevtonline.org/jaminan-sosial-pengertian-jenis-


dan-contohnya-di-indonesia/. Diakses pada 24 April 2021.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.03.01/60/I/2010 Tentang Rencana Strategis


Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010-2014

Antara. 2019. Korupsi Dana BPJS 7,7 Miliar, 2 Pejabat RSUD Lembang Ditangkap.
Melaluihttps://bisnis.tempo.co/read/1232846/korupsi-dana-bpjs-77-miliar-2-
pejabat-rsud-lembang-ditangkap. Diakses pada 24 April 2021.

Idris Fachmi. 2015. Tindak Kecurangan Fraud BPJS Merugikan Negara. Melalui
https://persi.or.id/wp-content/uploads/2020/11/fraud_majalahbpjs.pdf. Diakses pada
24 April 2021.

18

Anda mungkin juga menyukai