MAKALAH
Disusun Oleh :
FAKULTAS ILMUADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
DESEMBER 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tata Laksana Ekspor”
dengan tepat waktu dan sesuai dengan ketentuan penulisan makalah.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok untuk mata
kuliah Kepabeanan dan Cukai. Dalam melakukan penulisan dan penyusunan makalah ini,
penulis seringkali menghadapi berbagai tantangan serta hambatan. Namun, berkat bantuan
dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sangat baik. Maka
dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Astri Warih Anjarwi, SE., MSA,Ak.
selaku dosen pengampu untuk mata kuliah Kepabeanan dan Cukai.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini dan sebagai acuan bagi penulis untuk dapat melangkah lebih
maju lagi di masa depan. Akhir kata, penulis sangat berharap dengan adanya makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.3. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB II PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2.1. Definisi Ekspor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2.2. Kategori Ekspor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2.3. Pemberitahuan Ekspor Barang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
2.4. Pemeriksaan Pabean Terhadap Barang Ekspor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
2.5. Konsep Bea Keluar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
2.6. Pengecualian Pengenaan Bea Keluar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Bagaimanakah prosedur pemeriksaan pabean terhadap barang ekspor?
5. Bagaimanakah penjelasan mengenai konsep Bea Keluar?
6. Apa saja barang ekspor yang dikecualikan dari bea keluar?
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dari ekspor.
2. Untuk mengetahui berbagai jenis kategori dalam ekspor.
3. Untuk mengetahui definisi dari Pemberitahuan Ekspor Barang.
4. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemeriksaan pabean terhadap Barang
Ekspor.
5. Untuk mengetahui tentang konsep Bea Keluar.
6. Untuk mengetahui jenis barang ekspor yang dikecualikan dari Bea Keluar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
butanol, dan lain sebagainya.
d. Produk Pertambangan: Intan, timah, dan emas.
Jenis barang yang termasuk dalam kategori dilarang ekspor adalah sebagai berikut:
4
a. Produk Perikanan: Anak ikan dan ikan Arwana (Scleropages formasus
dan Scleropages jardinii), benih ikan sidat dibawah ukuran 5 mm, ikan hias
air tawar jenis Botia macracanthus ukuran 15 cm keatas, udang galah
dibawah ukuran 8 cm, dan udang penaidae (induk dan calon induk).
b. Produk Kehutanan: Kayu bulat, bahan baku serpih, bantalan kereta api
atau trem dari kayu dan kayu gergajian.
c. Produk Pertambangan: Bijih timah dan konsentratnya, abu dan residu
yang mengandung arsenik, logam atau senyawanya dan lainnya, terutama
yang mengandung timah dan batu mulia
d. Produk Perkebunan: Karet bongkah (karet spesifikasi teknis yang tidak
memenuhi standar mutu SIR), dan bahan-bahan remalling dan rumah asap.
e. Produk Peternakan: Binatang liar dan tumbuhan alam yang dilindungi
danatau termasuk dalam Appendix I and III CITES, dalam keadaan hidup,
mati, bagian-bagian dari padanya, hasil-hasil dari padanya ataupun dalam
bentuk barang yang dibuat dari padanya.
f. Produk Industri: Sisa dan skrap fero, ingot hasil peleburan kembali besi
atau baja (kecuali yang berasal dari wilayah pulau Batam).
g. Barang Budaya: Barang kuno yang bernilai kebudayaan.
5
Kepabeanan di Bidang Ekspor. Bunyi dari pasal tersebut dalah sebagai berikut:
a. Pasal 2
(1) Barang yang akan diekspor wajib diberitahukan ke Kantor Pabean dengan
menggunakan Pemberitahuan Pabean Ekspor.
(1a) Kewajiban untuk memberitahukan ke Kantor Pabean dengan menggunakan
Pemberitahuan Pabean Ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku juga
terhadap ekspor:
a. barang yang pada saat impornya telah diberitahukan sebagai barang impor
sementara;
b. barang yang akan diimpor kembali sehingga pada saat impornya dapat
diperlakukan sebagai barang impor kembali; atau
c. barang yang dikenakan Bea Keluar melebihi batas pengecualian pengenaan
Bea Keluar sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Pemberitahuan Pabean Ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
oleh Eksportir atau kuasanya ke Kantor Pabean pemuatan paling cepat 7 (tujuh)
hari sebelum tanggal perkiraan ekspor dan paling lambat sebelum barang
dimasukkan ke Kawasan Pabean di tempat pemuatan.
(3) Atas ekspor barang curah dan kendaraan bermotor dalam bentuk jadi (Completely
Built Up) tanpa peti kemas, Pemberitahuan Pabean Ekspor dapat disampaikan
paling lambat sebelum keberangkatan sarana pengangkut.
(4) Dihapus
(4a) Dihapus
(5) Pemberitahuan Pabean Ekspor disampaikan dalam bentuk tulisan di atas formulir
atau data elektronik.
b. Pasal 3
Eksportir wajib mengisi pemberitahuan pabean ekspor dengan lengkap dan benar, dan
bertanggung jawab atas kebenaran data yang diberitahukan dalam pemberitahuan
pabean ekspor.
c. Pasal 4
Barang yang diberitahukan dengan pemberitahuan pabean ekspor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), dan telah dimuat ke sarana pengangkut yang akan
berangkat ke luar daerah pabean, dianggap telah diekspor dan diperlakukan sebagai
barang ekspor.
d. Pasal 5
6
Pemberitahuan pabean ekspor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) tidak
wajib atas ekspor:
a. barang pribadi penumpang;
b. barang awak sarana pengangkut;
c. barang pelintas batas; atau
d. barang kiriman melalui PT (Persero) Pos Indonesia dengan berat tidak melebihi
100 (seratus) kilogram.
e. Pasal 6
(1) Sebelum barang ekspor dimuat kedalam sarana pengangkut, eksportir atau
konsolidator dapat melakukan konsolidasi terhadap barang ekspor.
(2) Konsolidasi terhadap barang ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
di luar kawasan pabean.
(3) Barang ekspor hasil konsolidasi, pada saat pemasukannya ke kawasan pabean,
wajib diberitahukan oleh konsolidator atau eksportir ke kantor pabean dengan
menggunakan PKBE.
(4) Dalam hal konsolidasi terhadap barang ekspor dilakukan oleh beberapa eksportir
dalam satu kelompok perusahaan, PKBE disampaikan oleh salah satu eksportir.
7
berupa invoice, packing list dan dokumen pelengkap lainnya yang diwajibkan
sebagai pemenuhan ketentuan umum di bidang ekspor.
(5) Bukti pelunasan Bea Keluar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c adalah
berupa bukti bayar Bea Keluar.
b. Pasal 8
(1) Dalam hal tertentu, Pejabat Bea dan Cukai melakukan pemeriksaan fisik atas
Barang Ekspor.
(2) Pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan terhadap Barang
Ekspor dengan kriteria sebagai berikut:
a. Barang Ekspor yang akan diimpor kembali;
b. Barang Ekspor yang pada saat impornya ditujukan untuk diekspor kembali;
c. Barang Ekspor yang pada saat impornya ditujukan untuk diolah, dirakit, atau
dipasang pada barang lain dengan mendapatkan fasilitas pembebasan atau
pengembalian bea masuk;
d. Barang Ekspor yang dikenai Bea Keluar;
e. Barang Ekspor yang berdasarkan informasi dari Direktorat Jenderal Pajak
menunjukkan adanya indikasi yang kuat akan terjadi pelanggaran atau telah
terjadi pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan di bidang
perpajakan; atau
f. Barang Ekspor yang berdasarkan hasil analisis atas informasi yang diperoleh
dari sumber-sumber lainnya menunjukkan adanya indikasi yang kuat akan
terjadi pelanggaran atau telah terjadi pelanggaran terhadap ketentuan
perundang-undangan.
(3) Dihapus
(4) Pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilaksanakan di
Kawasan Pabean, gudang Eksportir, atau tempat lain yang digunakan Eksportir
untuk menyimpan Barang Ekspor.
c. Pasal 9
(1) Pemeriksaan fisik atas Barang Ekspor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(1) dilakukan secara selektif terhadap:
a. Barang Ekspor yang pada saat impornya ditujukan untuk diolah, dirakit, atau
dipasang pada barang lain dengan mendapatkan fasilitas pembebasan atau
pengembalian bea masuk; atau
b. Barang Ekspor yang dikenai Bea Keluar.
8
(1a) Terhadap Barang Ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diekspor oleh
Eksportir tertentu tidak dilakukan pemeriksaan fisik.
(2) Eksportir tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) ditetapkan oleh Direktur
Jenderal atau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk, dengan memperhatikan
reputasi Eksportir yaitu:
a. tidak pernah melanggar ketentuan kepabeanan dan cukai yang dikenai sanksi
administrasi dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir;
b. tidak mempunyai tunggakan utang bea masuk, Bea Keluar, cukai, dan pajak
dalam rangka impor; dan
c. telah menyelenggarakan pembukuan sesuai Undang-Undang Kepabeanan.
(3) Terhadap Eksportir yang berstatus sebagai importir jalur prioritas atau importir lain
yang mendapat status dipersamakan dengan importir jalur prioritas, diperlakukan
sebagai Eksportir tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1a).
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (1a), dan ayat (1b), tidak
berlaku bagi Eksportir dalam hal terdapat indikasi yang kuat akan terjadi
pelanggaran atau telah terjadi pelanggaran ketentuan perundang-undangan.
9
Gambar 1. Prosedur Pemberitahuan Ekspor Barang
10
Dalam konteks peraturan domestik, export duty disebut dengan Bea Keluar. Konsep Bea
Keluar di Indonesia diperkenalkan dalam UU Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan.
Berdasarkan Pasal 1 angka 15a, Bea Keluar didefinisikan sebagai pungutan negara
berdasarkan undang-undang yang dikenakan terhadap barang ekspor. Selanjutnya pada
Pasal 2A ayat (1) dijelaskan bahwa bea keluar dapat dikenakan terhadap barang ekspor.
Jika dilihat pada Pasal 2A ayat (1), terdapat kata “dapat” mengenai penjabaran dari bea
keluar. Kata “dapat” dalam pasal tersebut menunjukkan bahwa tidak semua barang yang
diekspor dikenakan bea keluar, karena bea keluar hanya dikenakan dengan tujuan tertentu
sesuai undang-undang.
Mengacu Pasal 2A ayat (2) UU Nomor 17 Tahun 2006 terdapat 4 tujuan dari pengenaan
bea keluar terhadap barang ekspor. Pertama, menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam
negeri. Kedua, melindungi kelestarian sumber daya alam. Ketiga, mengantisipasi kenaikan
harga yang cukup drastis dari komoditas ekspor tertentu di pasaran internasional. Keempat,
menjaga stabilitas harga komoditas tertentu di dalam negeri. Berdasarkan penjelasan Pasal
2A, pada dasarnya pengenaan bea keluar dalam pasal ini dimaksudkan untuk melindungi
kepentingan nasional. Dengan demikian, pengenaan bea keluar tidak dimaksudkan untuk
membebani daya saing komoditas ekspor di pasar internasional.
11
h. barang ekspor yang akan diimpor kembali.
12
kelebihan Nilai Pabean Ekspor dipungut Bea Keluar.
(6) Pengecualian pengenaan Bea Keluar terhadap barang asal impor yang kemudian
diekspor kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf g, diberikan
dengan ketentuan barang ekspor yang bersangkutan:
a. berasal dari barang impor yang pada saat impornya nyata-nyata akan diekspor
kembali;
b. berasal dari barang impor yang belum keluar dari Kawasan Pabean atau tempat
lain yang diperlakukan sama dengan Tempat Penimbunan Sementara (TPS);
atau
c. dapat diyakini bahwa Barang Ekspor tersebut adalah benar-benar barang asal
impor.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dalam kegiatan ekspor, ada sebuah konsep yang dikenal sebagai Bea Keluar.
Dalam konteks perdagangan internasional dikenal dengan istilah export duty, yang
didefinisikan sebagai pajak atas ekspor barang (basic commodities) yang masuk ke
perdagangan dunia. Tujuan dari export duty adalah untuk mencegah perusahaan
berkonsentrasi pada ekspor barang yang belum diproses dan untuk mendorong
industrialisasi lokal untuk memproses barang-barang tersebut. Dalam konteks
perdagangan domestik dalam UU Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan, Bea
Keluar didefinisikan sebagai pungutan negara berdasarkan undang-undang yang
dikenakan terhadap barang ekspor. Barang-barang yang akan diekspor tidak semua
dipungut oleh Bea Keluar, hal ini telah termuat dalam Pasal 2 ayat (2) PMK Nomor
146/PMK.04/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
214/PMK.04/2008 tentang Pemungutan Bea Keluar yang menjelaskan mengenai jenis
barang yang dikecualikan dari Bea Keluar.
14
3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah ditulis, maka penulis dapat memberikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi Dosen
Diharapkan bagi para dosen untuk dapat memberikan penjelasan mengenai tata
laksana ekspor di Indonesia sehingga dapat memantik para mahasiswa untuk
memahami serta berdiskusi mengenai materi tata laksana ekspor di Indonesia.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan para mahasiswa untuk dapat mencari referensi lain yang relevan
yang dapat mendukung pembelajaran khususnya terkait tata laksana ekspor di
Indonesia agar siswa memahami seperti bagaimana tata laksana ekspor yang
berlaku saat ini serta relevansinya terhadap kehidupan sehari-hari.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan bagi masyarakat, khususnya yang bergerak pada kegiatan
perdagangan internasional, dapat memahami seputar kegiatan ekspor dan tata
laksana ekspor yang berlaku saat ini agar menciptakan kondisi perdagangan
yang baik dan mematuhi aturan kepabeanan yang berlaku saat ini.
4. Bagi Penulis Berikutnya
Diharapkan bagi para penulis berikutnya untuk dapat mengembangkan
pemikiran serta penjelasan secara mendalam mengenai tata laksana ekspor di
Indonesia pada penulisan makalah berikutnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Asmarani, Nora Galuh Candra. 2021. Apa Itu Bea Keluar?. Diakses pada
https://news.ddtc.co.id/apa-itu-bea-keluar-29096, tanggal 24 November 2021 pukul
00:03 WIB.
Badan Pusat Statistik. 2021. Berita Resmi Statistik 15 Juli 2021 [Bahan Tayang]. Diakses
melalui https://www.bps.go.id/website/materi_ind/materiBrsInd-
20210715130541.pdf.
Ismail, Ibnu. 2020. Pengertian Ekspor dan Impor: Tujuan, Manfaat, dan Komoditasnya.
Diakses melalui https://accurate.id/ekonomi-keuangan/pengertian-ekspor-dan-
impor/, tanggal 28 November 2021 pukul 22:30 WIB.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 145/PMK.04/2007 tentang
Ketentuan Kepabeanan di Bidang Ekspor
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 146/PMK.04/2014 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.04/2008 tentang
Pemungutan Bea Keluar.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 21/PMK.04/2019 tentang
Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.04/2007
Tentang Ketentuan Kepabeanan Di Bidang Ekspor
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 01/M-DAG/PER/1/2007
tentang Perubahan Atas Lampiran Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Nomor 558/MPP/Kep/12/1998 tentang Ketentuan Umum Dibidang
Ekspor Sebagaimana Telah Diubah Beberapa Kali Terakhir Dengan Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 07/M-DAG/PER/4/2005
Putro, Yudhistira. 2020. 6 Hambatan Ekspor Indonesia. Diakses melalui
https://kumparan.com/yudhistira-nurresi/6-hambatan-ekspor-indonesia-
1sysbQ1ssEh/full, tanggal 30 November 2021, pukul 17:43 WIB.
Totoaminoto. 2019. Klasifikasi Barang Ekspor. Diakses melalui
https://www.lspeii.co.id/2019/05/16/klasifikasi-barang-ekspor/, tanggal 27
November 2021, pukul 20:42 WIB.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
16