Anda di halaman 1dari 5

Korelasi Perilaku Individu Terhadap Pencapaian Tujuan Organisasi

Rama Semida Nehemia Makatita / 195030401111001

A. Pendahuluan
1. Pentingnya Topik
Di dalam organisasi terdapat anggota-anggota dan kelompok-kelompok yang memiliki
tugas dan tanggung jawab untuk menggerakan organisasi dalam mencapai tujuan
organisasi. Tentunya setiap anggota dan kelompok memiliki perbedaan karakter dan
perilaku yang menjadi ciri khasnya. Dinamika perbedaan karakter dan perilaku inilah
yang sering menjadi masalah dalam organisasi dalam mencapai tujuan organisasi,
padahal perbedaan inilah yang menjadi potensi besar bagi sebuah organisasi untuk
senantiasa berkembang ke arah yang lebih baik. Tentunya perilaku setiap individu
dalam organisasi memiliki sebuah hubungan yang dapat membawa organisasi di tengah
perubahan yang bersifat dinamis dan kompleks. Jadi sebelum kita mengetahui
hubungan antara perilaku dengan pencapaian tujuan organisasi maka perlu memahami
terlebih dulu konsep perilaku organisasi serta dasar-dasar perilaku individual agar kita
dapat mengetahui apakah ada keterkaitan antara perilaku dan pencapaian tujuan
tersebut. Dari hal tersebut, maka penulis pada kesempatan ini akan mengangkat topik
Korelasi Perilaku Indivdu Terhadap Pencapaian Tujuan Organisasi.

2. Tujuan Tulisan
Adapun tujuan dari tulisan ini adalah mengetahui secara mendalam mengenai
Orientasi Konsep Perilaku Organisasi dan Dasar-Dasar Perilaku Individual, serta
hubungan perilaku terhadap pencapaian tujuan organisasi.

3. Cakupan Tulisan
Pada tulisan ini mencakup tentang dua subtopik, yang pertama mengenai Orientasi
Konsep Perilaku Organisasi dan yang kedua mengenai Dasar-Dasar Perilaku Individual.
Pada subtopik pertama membahas tentang pengertian Perilaku Organisasi, pendekatan
Perilaku Organisasi, tingkatan analisis, kaitan dengan disiplin ilmu lain, dan tujuan
memahami Perilaku Organisasi. Sedangkan pada subtopik kedua membahas tentang
karakteristik biografis, kemampuan, kepribadian dan pembelajaran, serta Perilaku
Organisasi positif.

B. Isi
1. Orientasi Konsep Perilaku Organisasi
Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) adalah sebuah studi yang mempelajari
dampak dari perilaku individu, kelompok, dan struktur terhadap organisasi dengan
tujuan menerapkan pengetahuan untuk meningkatkan efektivitas organisasi (Robbins &
Jugde, 2011). Perilaku Organisasi memiliki 3 tingkatan analisis yaitu tingkat individu,
tingkat kelompok, dan tingkat organisasi. Analisis pada tingkat individu merupakan kejad
ian yang terjadi dalam organisasi dianalisis dalam hubungannya dengan perilaku seseor
ang dan interaksi kepribadian dalam suatu situasi. Masing-masing orang dalam organisa
si memiliki sikap, kepribadian, nilai dan pengalaman yang berbeda-beda yang mempeng
aruhinya dalam berperilaku. Analisis pada tingkat kelompok merupakan perilaku yang
dipengaruhi oleh aturan dan nilai yang berlaku di dalam suatu kelompok. Analisis pada
tingkat organisasi merupakan posisi seseorang dalam kerangka struktur organisasi yang
akan berpengaruh terhadap setiap tindakan dalam berinteraksi secara sosial terhadap
organisasi yang terkait.

Di dalam Perilaku Organisasi, terdapat beberapa pendekatan yang perlu diperhatikan


dalam hal ini. Yang pertama adalah pendekatan Sumber Daya Manusia, pendekatan ini
didasarkan pada sifat sumber daya yang melekat pada diri individu itu sendiri sehingga
akan memunculkan ide bagaimana mengelola SDM tersebut dalam rangka peningkatan
kinerja staf yang ideal. Yang kedua adalah pendekatan Kontingensi, pendekatan ini
menolak konsep universalitas karena tidak ada konsep atau kondisi yang dapat
digeneralisasikan. Yang ketiga adalah pendekatan Produktivitas, yang menekankan
esensi produktivitas dapat digunakan dalam usaha untuk meningkatkan keuntungan
organisasi. Yang keempat adalah pendekatan Sistem, dimana pendekatan ini melihat
organisasi adalah suatu kesatuan yang utuh, dan dalam suatu sistem tersebut terdapat
banyak sekali subsistem yang saling berkaitan untuk mendukung keberlangsungan dari
sistem tersebut.

Perilaku Organisasi dapat ditinjau hubungannya dengan disiplin ilmu lain, contohnya
adalah Psikologi, Sosiologi, Antropologi, Ilmu Politik, dan Psikologi Perilaku. Psikologi
merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu. Secara spesifik,
psikologi memberikan sumbangan terhadap bidang Perilaku Organisasi yang berkenaan
dengan masalah-masalah antara lain: kebosanan, kelelahan, persepsi, pelatihan, dsb.
Selanjutnya yaitu Sosiologi, yaitu merupakan cabang ilmu yang mempelajari sistem
sosial dimana individu-individu mengisi peran mereka masing-masing. Dalam kaitannya
dengan bidang Perilaku Organisasi, Sosiologi membahas tentang permasalahan
perilaku individu yang berkaitan dengan hubungan sosial seperti dinamika kelompok,
birokrasi, desain tim kerja, budaya organisasi, dsb. Selanjutnya yaitu Antropologi, yaitu
sebuah studi yang berusaha menjelaskan tentang berbagai macam bentuk perbedaan
dan persamaan dalam aneka ragam kebudayaan manusia. Contohnya adalah
perbedaan-perbedaan fundamental dalam nilai, pemahaman dalam bidang budaya
organisasi, lingkungan organisasi dan budaya nasional, dsb. Berikutnya adalah Ilmu
Politik, yaitu studi yang mempelajari masalah kekuasaan dalam masyarakat, sifat
hakekatnya, luas lingkupnya, dasar landasannya, serta hasil akibatnya. Ada kaitannya
Ilmu Politik dan Perilaku Organisasi, contohnya adalah penstrukturan konflik, alokasi
kekuasaan, dan bagaimana orang memanipulasi kekuasaan untuk kepentingan diri
sendiri. Yang terakhir yaitu Psikologi Sosial, yaitu bidang ilmu terapan yang mempelajari
pengaruh hubungan individualis terhadap perilaku dan fungsi mental manusia secara
ilmiah. Dalam kaitannya dengan Perilaku Organisasi, Psikologi Sosial menerangkan
bagaimana menerapkan perubahan dan mengurangi hambatan agar suatu perubahan
dapat diterima, mengukur dan memahami serta mengubah sikap, pola komunikasi dan
cara-cara bagaimana kegiatan kelompok memengaruhi kebutuhan individu.

Ada beberapa tujuan memahami perilaku organisasi, yang pertama adalah Perilaku
Organisasi dapat menjelaskan kajian perilaku organisasi yang berupaya mengetahui
faktor-faktor penyebab perilaku seseorang atau kelompok. Yang kedua adalah Perilaku
Organisasi dapat memprediksi kejadian dalam organisasi di masa mendatang. Yang
ketiga adalah Perilaku Organisasi dapat menawarkan strategi dalam mengarahkan
berbagai perilaku individu atau kelompok.
2. Dasar-Dasar Perilaku Individual
Pada dasarnya, dasar-dasar perilaku setiap individu dapat diketahui melalui
karakteristik biografisnya. Ada beberapa karakteristik biografis yang perlu kita pahami
yaitu usia, jenis kelamin, status kawin, banyaknya tanggungan, dan masa kerja.
Karakteristik usia memiliki pengaruh bahwa bertambahnya usia memperkecil
kemungkinan karyawan untuk berhenti dari pekerjaan, karena makin kecil pekerjaan
alternative serta gaji yang ditawarkan juga tinggi, selain itu usia juga berpengaruh pada
kehadiran karyawan. Selanjutnya yaitu jenis kelamin, berdasarkan kajian psikologis
menyebutkan bahwa wanita lebih bersedia mematuhi otoritas sementara pria lebih
agresif terhadap pengharapan sukses, selain itu tidak ada bukti ilmiah yang
menunjukkan jenis kelamin dapat memengaruhi kepuasan kerja. Berikutnya yaitu status
kawin, karyawan dengan status kawin cenderung mengalami penurunan pada tingkat
absensi dan keluaran organisasi, sedangkan untuk kepuasan kerja cenderung
meningkat. Kemudian banyaknya tanggungan, menurut sejumlah penelitian ada
hubungan antara jumlah anak yang dimiliki oleh karyawan terhadap tingkat absensi dan
kepuasan kerjanya. Yang terakhir yaitu masa kerja, karakteristik ini menjadi peramal
yang ampuh terhadap keluar masuknya karyawan di waktu mendatang, artinya semakin
lama seorang karyawan bekerja pada suatu organisasi maka kecil kemungkinan untuk
keluar dari organisasi.

Perilaku Individual dapat dibedakan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya, yaitu


kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah
kemampuan yang merujuk pada suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai
tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan intelektual berarti kemampuan yang
diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental. Selanjutnya yaitu kemampuan fisik,
memiliki arti yaitu kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas yang
menuntut stamina, kekuatan, kecepatan, dan keterampilan serupa.

Dalam konteks Perilaku Organisasi, tentunya terdapat kepribadian individu yang


dapat diartikan sebagai pengorganisasian secara dinamis dari sistem-sistem psikofisik di
dalam diri setiap individu yang menentukan penyesuaian terhadap lingkungan di
sekitarnya (Robbins; 2001). Kepribadian ini dapat diketahui ciri-cirinya, contohnya
dengan menggunakan Myers-Briggs Type Indicators (MBTI) yang menggunakan empat
karakteristik dan membagi individu menjadi 1 sampai 16 tipe kepribadian. Kepribadian
bisa diidentifikasi dengan menggunakan Model Lima Besar, Machiavellianisme,
Keyakinan Diri (Self Esteem), Kepribadian Tipe A, Teori Kecocokan Individu dengan
Pekerjaan, serta Teori Kecocokan antara Organisasi dengan Individu. Kepribadian yang
dikembangkan kepada seseorang jauh sebelum seseorang itu menjadi anggota suatu
organisasi dipengaruhi oleh sifat-sifat keturunan, determinan budaya dan sosial.
Walaupun kepribadian dibentuk di luar organisasi tetapi karena individu tersebut pada
saatnya berada dalam suatu organisasi, maka kepribadian awal yang dibawa oleh
anggota-anggota atau individu-individu organisasi itu dianggap sebagai faktor penting
dalam perilaku di tempat kerja.

Dasar dari perilaku positif adalah perwakilan dari cara berpikir, orientasi nilai, dan
bentuk penelitian organisasi. Perilaku Organisasi Positif ini berfokus pada dinamika
organisasi yang memimpin pada perkembangan kekuatan manusia, memacu vitalitas
perkembangan dari karyawan/anggota organisasi yang memungkinkan ketahanan dan
restorasi, serta mengelola kinerja individu dan organisasi secara luar biasa. Di dalam
Perilaku Organisasi Positif terdapat Psikologi Positif, yang berarti mengubah penekanan
dari hal yang tidak berharga dalam hidup menjadi sebuah pembelajaran terbaik dalam
hidup. Psikologi positif sendiri memiliki tujuan untuk menggunakan metode ilmiah untuk
menemukan dan mempromosikan faktor-faktor yang menyebabkan individu, kelompok,
organisasi, dan komunitas, dapat berkembang. Contoh perilaku organisasi positif
diantaranya adalah semangat, percaya diri, optimisme, kecerdasan emosi, dll.

3. Hubungan Perilaku Terhadap Pencapaian Tujuan Organisasi


Sebagai anggota suatu organisasi, individu atau kelompok memegang peranan yang
sangat penting di dalam organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Layaknya
sebuah sistem, di dalam organisasi terdapat banyak sekali subsistem yang memiliki
berbagai macam fungsi dan peran yang saling berkaitan untuk menyokong organisasi.
Adanya perbedaan kepentingan yang terjadi di dalam organisasi, antara kepentingan
pemilik organisasi dan kepentingan para anggota organisasi seringkali menghambat
pencapaian tujuan dan kinerja organisasi.

Dalam kegiatan sebuah organisasi, perbedaan kepentingan tidak dapat dihindari


begitu saja, Menghilangkan kepentingan salah satu anggota berarti mengganggu
jalannya kegiatan organisasi dan menyebabkan satu atau beberapa pihak bisa menjadi
korban. Sebagai contoh, jika kepentingan pemilik organisasi terganggu atau dihilangkan
(ditandai dengan kinerja buruk organisasi) dan akhirnya tujuan pendirian organisasi tidak
tercapai, misalnya karena karyawan hanya memperkaya diri dan hanya menjadi
penumpang bebas (free riders), bukan tidak mungkin organisasi gagal untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Karyawan dan manajer sangat perlu untuk mengenali kejadian-kejadian yang terjadi
di dalam organisasi. Sebagai contoh adalah pembentukan komite kerja yang di
dalamnya terdiri dari pria dan wanita dengan kedudukan sama. Apabila usulan dari
wanita tersebut brilian, tetapi tidak dihiraukan atau ditolak oleh pria, maka bisa dikatakan
adanya bias gender dalam organisasi atau dengan kata lain ada ketidaksetaraan di
dalam organisasi. Demikian juga apabilakita mendapati bahwa sebuah kegiatan ternyata
lebih produktif jika dikerjakan secara berkelompok ketimbang dikerjakan secara
individual; dari hasil pengamatan tersebut kita bisa mengatakan bahwa mendorong
karyawan bersaing dengan sesama teman kerja merupakan upaya yang sia-sia.
Sebaliknya, mendorong mereka bekerja sama, dalam sebuah tim kerja, justru bisa
meningkatkan kinerja organisasi. Contoh-contoh ini mengindikasikan bahwa
mendeskripsikan apa yang sedang terjadi dalam organisasi sekaligus bisa digunakan
untuk mengidentifikasi masalah dan menjelaskan perilaku manusianya. Dengan
demikian, para manajer bisa mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.

Sebagaimana kita ketahui, organisasi umumnya didirikan bukan untuk jangka


pendek, melainkan untuk jangka panjang, bahkan kalau mungkin, untuk waktu yang
tidak terbatas. Oleh karena itu, dalam kehidupan organisasi tersebut,pasti terjadi suatu
pola aktivitas yang sifatnya ajeg. Artinya bahwa pola yang sama juga bisa terjadi dan
akan berlanjut di masa datang. Bagi para manajer, pemahaman seperti ini dirasa sangat
penting sebab dengan memahami apa yang sedang terjadi bisa digunakan untuk
mengantisipasi dan memprediksi hal-hal yang sama dan yang mungkin terjadi di masa
datang. Demikian pula dengan mengacu pada pola kejadian sebelumnya, kita bisa
mengambil keputusan-keputusan penting yang berguna bagi organisasi di masa
mendatang sehingga jalannya organisasi bisa semakin stabil dan organisasi bisa hidup
lebih lama.
Perlu kita sadari bahwa tidak semua perilaku manusia dalam organisasi selaras dan
cocok dengan kepentingan organisasi, mengingat berkumpulnya beberapa orang dalam
organisasi berasal dari beberapa latar belakang keluarga, pendidikan, dan karakter yang
berbeda. Disamping itu, mereka juga mempunyai kepentingan yang berbeda. Oleh
karena itu, perilaku manusia dalam organisasi harus dikendalikan dengan pengertian
perilaku yang disfungsional harus dihindarkan. Sebaliknya, perilaku yang diharapkan
perlu didorong dan ditumbuhkembangkan dalam rangka meningkatkan kinerja
organisasi. Dengan mengendalikan perilaku organisasi, diharapkan kinerja organisasi
dapat tercapai dan disisi lain karyawan juga mencapai tujuannya. Seringkali dalam
pengendalian perilaku ini manajer menghadapi kondisi-kondisi yang dilematis, dimana
setiap anggota organisasi memiliki hak-hak asasi yang perlu dijunjung. Oleh karena itu,
untuk mengendalikan perilaku karyawan perlu dilakukan secara hati-hati agar kedua
belah pihak tidak merasa dilanggar hak-haknya.

C. Kesimpulan
Pada dasarnya ada korelasi yang saling terikat antara Perilaku Organisasi dengan Perilaku
Individual. Setiap individu pada dasarnya memiliki sikap, kepribadian, nilai, dan pengalaman
yang berbeda-beda yang mempengaruhi interaksi antar individu maupun interaksi di dalam
kelompok suatu organisasi. Perilaku individu inilah yang dapat dipelajari di dalam organisasi
dengan disiplin bidang keilmuan lainnya sehingga dapat menciptakan suatu
keputusan/kebijakan yang diambil untuk menyikapi perbedaan perilaku dalam organisasi serta
tindakan pengendalian perilaku-perilaku yang terjadi di dalam organisasi. Dengan kita
memahami perilaku individu, kita dapat mengenali kejadian-kejadian yang dialami dalam
organisasi, meramalkan kejadian yang akan terjadi di dalam organisasi, serta melakukan
pengendalian perilaku organisasi sehingga dapat menciptakan kinerja baik dan tujuan
organisasi dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai