Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS PROGRAM PEMBERIAN JAMINAN SOSIAL OLEH

PEMERINTAH DI INDONESIA
MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Keuangan Publik

yang diampu oleh Ibu Latifah Hanum, S.E., MSA., Ak.

Disusun Oleh :
Indhira Paramitasari / 195030400111043
Laila Nur Farida / 195030400111051
Rama Semida Nehemia M. / 195030401111001
Ayuningtyas Bunga H. / 195030401111021
Muh. Syahidil Mufid / 195030401111028
Filzah Farah Egalita / 195030401111040

PROGRAM STUDI PERPAJAKAN

FAKULTAS ILMUADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

APRIL 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan YME yang telah meberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Program
Pemberian Jaminan Sosial oleh Pemerintah di Indonesia” sesuai dengan ketentuan dan
waktu yang ditentukan.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok untuk mata
kuliah Keuangan Publik. Berbagai kendala seringkali penulis hadapi dalam penyusunan
makalah ini. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Latifah Hanum,
S.E., MSA., Ak. selaku dosen mata kuliah Keuangan Publik.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah
ini dan sebagai acuan penulis untuk bisa melangkah lebih maju lagi di masa depan. Akhir
kata, penulis berharap dengan adanya makalah ini, dapat bermanfaat untuk semuanya.

Malang, 16 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.3. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

BAB II PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2.1. Jaminan Sosial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2.2. Konsep Jaminan Sosial oleh Pemerintah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
2.3. Contoh Kasus Program Jaminan Sosial Pemerintah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.4. Analisis Program Jaminan Sosial Pemerintah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10

BAB III PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12


3.1. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
3.2. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Saat ini, kita hidup di suatu negara yang mana masyarakatnya memiliki berbagai
kebutuhan yang majemuk dan semua harus tersedia. Kebutuhan tersebut dapat berupa
layanan kesehatan, layanan pendidikan, layanan sosial, dan lain sebagainya. Semua layanan
tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah yang harus dipenuhi untuk memastikan
semua masyarakat dapat memenuhi kebutuhan serta mendapatkan hidup yang layak. Maka
dari itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang berupa jaminan sosial sebagai jawaban
untuk permasalahan tersebut. Dengan adanya jaminan sosial, masyarakat tidak perlu
dibebani oleh biaya yang harus mereka keluarkan untuk menikmati layanan pemerintah
karena semuanya telah ditanggung oleh pemerintah. Di Indonesia, ada banyak sekali
jaminan sosial yang diberikan oleh pemerintah di Indonesia seperti contoh BPJS
Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, Kartu Indonesia Pintar, Kartu Sembako Murah serta
jaminan sosial lainnya. Dengan adanya jaminan sosial, diharapkan masyarakat mampu
menggunakan jaminan tersebut dengan baik dan maksimal. Namun, sangat disayangkan
masih banyak masyarakat maupun mahasiswa yang belum mengetahui seperti apa itu
jaminan sosial serta bagaimana konsep pemberian jaminan sosial oleh pemerintah.
Sehingga hal tersebut dapat menghambat pemerintah untuk menyelenggarakan program
jaminan sosial bagi masyarakat. Maka dari itu, penulis pada makalah ini mengangkat
permasalahan mengenai jaminan sosial serta kami juga mengangkat contoh kasus program
jaminan sosial di Indonesia beserta analisisnya.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis, maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan jaminan sosial?
2. Bagaimana konsep jaminan sosial yang dilakukan oleh pemerintah?
3. Bagaimana contoh kasus program pemberian jaminan sosial oleh pemerintah di
Indonesia?
4. Bagaimana analisis program pemberian jaminan sosial yang diberikan oleh
pemerintah di Indonesia?

1
1.3.Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan jaminan sosial.
2. Untuk mengetahui konsep jaminan sosial yang dilakukan oleh pemerintah.
3. Untuk mengetahui contoh kasus program pemberian jaminan sosial oleh pemerintah
di Indonesia.
4. Untuk mengetahui analisis program pemberian jaminan sosial yang diberikan oleh
pemerintah di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Jaminan Sosial


Istilah jaminan social muncul pertama kali di Amerika Serikat dalam The Social
Security Act tahun 1935 untuk mengatasi masalah-masalah pengangguran, manula, orang-
orang sakit dan anak-anak akibat depresi ekonomi. Meskipun penyelenggaraan jaminan
sosial di negara-negara maju belakangan ini mengalami perubahan, pada dasamya
penyelenggaraan jaminan sosial di sana pada hakikatnya dipahami sebagai bentuk nyata
perlindungan negara terhadap rakyatnya. Negara menjalankan fungsi perlindungan kepada
warga negara yang lemah melalui pemberian dukungan finansial, tepatnya santunan.
Jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Menurut ILO
(International Labour Organization) yang merupakan salah satu badan PBB, pengertian
jaminan sosial secara luas, yaitu pada prinsipnya adalah sistem perlindungan yang
diberikan oleh masyarayat untuk warganya, melalui berbagai usaha dalam menghadapi
berbagai risiko ekonomi atau sosial yang dapat mengakibatkan terhentinya atau sangat
berkurangnya penghasilan.
Jaminan sosial ini bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap
berbagai sosial ekonomi dan menjadi sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi
tenaga kerja dan keluarganya yang menbutuhkan akibat dari terjadinya resiko sosial dengan
pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja. Dalam realitanya, di negeri
ini terdapat dua pola jaminan sosial yang cukup banyak berperan dalam memberikan
jaminan sosial bagi orang-orang yang rentan terhadap ancaman kemiskinan. Pertama, pola
jaminan yang diselenggarakan oleh negara dan berbagai institusi jaminan sosial formal.
Kedua, jaminan sosial yang dikhususkan untuk orang-orang tertentu dengan kualifikasi
tertentu. Dalam pendekatan yang serba formal ini penyelenggaraan jaminan sosial
dilakukan oleh birokrasi pemerintah dengan menggunakan sumber daya yang ada dalam
kendali pemerintah, lebih khususnya dana. Bekerjanya mekanisme birokratik tersebut bisa
dipahami di negara-negara barat yang memang pemah mengadopsi dan mengembangkan
gagasan welfare state, dimana negara diandalkan sebagai penanggung jawab
penyelenggaraan jaminan sosial.

3
2.2. Konsep Jaminan Sosial oleh Pemerintah
Pemerintah membentuk program nasional ini berdasarkan asas kemanusiaan, asas
manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuannya agar kebutuhan
dasar hidup setiap peserta dan atau anggota keluarganya tercapai.

2.2.1. Dasar Hukum


Dasar pembentukan badan untuk mewujudkan tujuan Sistem Jaminan Sosial
Nasional diatur Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Tepatnya pada Pasal 20, Pasal 21, Pasal 23A, Pasal 28H ayat (1), ayat (2) dan ayat (3),
dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2). Selanjutnya dilengkapi dengan UU Nomor 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Nasional yang dibuat atas pertimbangan tiga hal, yakni:
1. Bahwa setiap orang berhak untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang
layak dan meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya masyarakat
Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur.
2. Bahwa untuk memberikan jaminan yang menyeluruh, negara mengembangkan
Sistem Jaminan Sosial Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b, perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional.
Pemerintah kemudian merilis kembali UU Nomor 24 Tahun 2011 untuk
memayungi penyelenggara jaminan sosial dalam bentuk lembaga yang disebut dengan
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

2.2.2. Sistem Jaminan Sosial Nasional


Membahas tentang jaminan sosial tidak bisa lepas dengan Sistem Jaminan Sosial
Nasional. Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan dengan berpegang teguh
pada asas kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial. Namun, prinsip
penyelenggaraannya berdasarkan pada prinsip:
 Gotong royong
Peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu.
 Nirlaba
Pengelolaan dana tidak dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan.
 Keterbukaan, kehati-hatian dan akuntabilitas
Prinsip ini diterapkan dalam pengelolaan dan pengembangan dana.

4
 Portabilitas
Memberikan jaminan yang berkelanjutan dimanapun peserta berada.
 Kepesertaan bersifat wajib
Tujuannya adalah agar seluruh masyarakat terlindungi.
 Dana amanat
Dana dikelola badan-badan penyelenggara dengan sebaik-baiknya.
Dengan prinsip dan asas di atas, Sistem Jaminan Sosial Nasional diharapkan bisa
memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar setiap peserta yang keluarganya.

2.2.3. Jenis Jenis Jaminan Sosial di Indonesia


Sesuai dengan UU No. 40 Tahun 2004, Pemerintah menetapkan Badan
Pengelolaan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan sebagai
lembaga yang mengelola dana dan melayani seluruh kepentingan pesertanya dalam
upaya mencapai kesejahteraan. BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan
sebelumnya bernama Asuransi Kesehatan Indonesia dan Jamsostek. Kemudian
berganti nama sesuai dengan UU No 24 Tahun 2011.

a. BPJS Kesehatan
Segala urusan kesehatan masyarakat Indonesia saat ini ditangani BPJS
Kesehatan. Selanjutnya, sesuai dengan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS
Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan, berikut ini tugas BPJS
Kesehatan:
 Menerima pendaftaran;
 Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;
 Menerima bantuan iuran dari pemerintah;
 Mengelola Dana untuk kepentingan masyarakat;
 Mengumpulkan dan mengelola data peserta program;
 Membayarkan manfaat dan atau membiayai pelayanan kesehatan; dan
 Memberikan informasi tentang penyelenggara ke masyarakat.

BPJS Kesehatan melakukan program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu


Indonesia Sehat (JKN-KIS). Terdapat berbagai manfaat layaknya asuransi
kesehatan swasta. Berikut ini manfaatnya:
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
Lewat BPJS Kesehatan, peserta perorangan dapat menerima layanan

5
kesehatan di faskes tingkat pertama, seperti puskesmas, praktik mandiri
dokter, praktik mandiri dokter gigi, klinik umum, dan Rumah Sakit Kelas
D Pratama.
2. Rawat jalan tingkat pertama
Manfaat yang diterima, antara lain penyuluhan kesehatan perorangan dan
imunisasi rutin, keluarga berencana, skrining kesehatan, peningkatan
kesehatan bagi penderita penyakit kronis. Selanjutnya adalah pelayanan
obat hingga pemeriksaan dan pengobatan di pelayanan kesehatan gigi
tingkat pertama.
3. Rawat inap tingkat pertama
Manfaat yang ditanggung mulai dari akomodasi rawat inap, pemeriksaan,
pengobatan, pelayanan kebidanan, persalinan, tindakan medis, hingga
pelayanan obat.
4. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan
Pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi rawat jalan tingkat
lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, rawat inap di ruangan perawatan
khusus yang diberikan klinik utama, rumah sakit umum pemerintah atau
swasta, rumah sakit khusus dan apotek, optik, dan laboratorium.
5. Rawat jalan tingkat lanjutan
Manfaat yang diterima peserta, mulai dari pemeriksaan, pengobatan dan
konsultasi medis di UGD, pelayanan obat dan alat kesehatan, rehabilitas
medis, pelayanan darah, rawat inap tingkat lanjutan, perawatan inap
nonintensif atau intensif semisal ICU, ICCU, NICU, PICU.

b. BPJS Ketenagakerjaan
Selanjutnya, bagian dari program jamsos untuk para pekerja di sektor formal
dan informal adalah BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Ketenagakerjaan mengelola
dana peserta untuk melaksanakan empat program yaitu jaminan kecelakaan kerja,
jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Selain
menyelenggarakan empat program tersebut, BPJS Ketenagakerjaan juga
memberikan manfaat tambahan, seperti pemberian uang muka untuk pembelian
rumah pertama dan diskon untuk sejumlah kebutuhan pokok. Sebagai informasi
penting, jenis kepesertaan di BPJS Ketenagakerjaan dibagi menjadi empat, yakni:

6
 Penerima upah;
 Penerima upah bukan penerima upah;
 Jasa konstruksi; dan
 Pekerja migran Indonesia.

Selanjutnya, keempat peserta tersebut akan membayar iuran untuk setiap


program yang dilaksanakan BPJS Ketenagakerjaan. Untuk itu, pastikan perusahaan
atau kamu sendiri membayarkan iuran BPJSTK secara tepat waktu. Berikut rincian
program, manfaat dan iuran yang harus dibayarkan:
1. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
JKK adalah program perlindungan risiko kecelakaan yang terjadi dalam
hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari
rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan
lingkungan kerja. Besaran iurannya tergantung situasi lingkungan kerja
masuk dalam kategori risiko rendah hingga tinggi. Persentase iuran yang
dibayarkan antara 0,24%-1,74% dari upah sebulan. Berikut ini manfaat
yang diterima adalah:
 Perawatan tanpa batas biaya;
 Santunan upah selama tidak bekerja sebesar 100% selama 12 bulan
pertama, bulan selanjutnya 50%;
 Santunan kematian akibat kecelakaan kerja sebesar 48x upah yang
dilaporkan perusahaan atau peserta;
 Bantuan beasiswa anak untuk dua orang maksimal sebesar Rp174
juta; dan
 Bantuan untuk kesiapan kembali bekerja.
2. Jaminan Hari Tua
Ini adalah manfaat yang diberikan BPJS Ketenagakerjaan berupa uang
tunai yang besarnya merupakan nilai akumulasi iuran ditambah hasil
pengembangan dari BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Hari Tua atau JHT
diberikan ketika peserta hendak memasuki masa pensiunnya. Besar iuran
yang diberikan sebesar 5,7% dari upah yang dibayar oleh pekerja sebesar
2% dan 3,7% oleh pemberi kerja. Tiga manfaat JHT selain uang pensiun
antara lain diberikan kepada peserta yang:

7
 Peserta mencapai usia 56 tahun;
 Meninggal dunia; dan
 Cacat total tetap.
3. Jaminan Pensiun
Jaminan Pensiun adalah jaminan sosial untuk mempertahankan derajat
kehidupan yang layak bagi peserta atau ahli waris dengan memberikan
penghasilan setelah peserta memasuki usia pensiun atau mengalami
cacat. Besar iuran yang dipungut sebesar 1% untuk pekerja dan 2% untuk
perusahaan dari upah yang dilaporkan. Para peserta akan menerima
manfaat dari Jaminan Pensiun antara lain:
 Manfaat pensiun hari tua;
 Manfaat pensiun janda atau duda;
 Manfaat pensiun cacat;
 Manfaat pensiun anak; dan
 Manfaat pensiun orang tua.
4. Jaminan Kematian
Jaminan Kematian (JK) memberikan manfaat uang tunai yang diberikan
kepada ahli waris ketika peserta meninggal bukan akibat
kecelakaan. Besaran iuran yang harus dibayarkan antara lain: pekerja
penerima upah sebesar 0,3% (dari upah yang dilaporkan) dan pekerja
bukan penerima upah: Rp 6.800. Manfaat yang diterima dari Jaminan
Kematian antara lain:
 Santunan kematian;
 Santunan berkala 24 bulan;
 Biaya pemakaman; dan
 Bantuan beasiswa 2 orang anak.

2.2.4. Contoh Jaminan Sosial Kesehatan


Contoh jamsos di bidang kesehatan ada banyak, di antaranya:
 Pemberian imunisasi gratis ke anak-anak.
 Pengobatan gratis di puskesmas bagi pemegang kartu BPJS Kesehatan atau
JKN.

8
 Penanganan gawat darurat gratis.
 Penanganan operasi penyakit kritis gratis bagi peserta BPJS Kesehatan.
 Konsultasi kesehatan gratis di puskesmas.

2.2.5. Contoh Jaminan Sosial Tenaga Kerja


Sementara di bidang ketenagakerjaan, berikut ini contoh-contoh jamsos yang
didapatkan:
 Uang pensiun bagi pekerja yang telah memasuki masa pensiun.
 Jaminan biaya pengobatan apabila pekerja mengalami kecelakaan saat menuju
ke tempat kerja atau saat bekerja.
 Pemberian santunan kematian bila pekerja mengalami kematian saat
menjalankan tugas.
 Pemberian beasiswa bagi ahli waris peserta yang meninggal saat bekerja.

2.3. Contoh Kasus Program Pemberian Jaminan Sosial di Indonesia


Tercatat lebih dari setengah penduduk Indonesia memenuhi kebutuhan ekonomi
mereka melalui sektor informal, yaitu sektor ekonomi mandiri berskala kecil yang
memiliki kebebasan tinggi dalam menentukan usaha yang dijalankan. Namun, peran sektor
informal yang cukup signifikan di masyarakat tidak dibarengi dengan jaminan sosial yang
kuat. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian
Kependudukan melakukan survei terkait penyediaan sekaligus permasalahan jaminan
sosial pada sektor informal.
Dilansir dari artikel LIPI.go.id, Dewi Harwina, Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan
LIPI menjelaskan 35% Kepala Rumah Tangga (KRT) yang merupakan pekerja sektor
informal tidak memiliki jaminan kesehatan. Sementara, KRT pekerja sektor informal yang
telah memiliki jaminan kesehatan memiliki tingkat keberlanjutan yang rendah."61,8%
pekerja informal mengaku menunggak iuran jaminan kesehatan karena aspek finansial,
dan 11,2% menunggak karena tingkat kepercayaan yang rendah pada penyelenggara
jaminan kesehatan."jelas Dewi.
Dewi menambahkan hasil survei menunjukkan tingkat pemahaman terhadap Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) oleh pekerja informal di pedesaan juga lebih rendah dari
perkotaan. “Pekerja informal di perkotaan lebih cenderung mau memanfaatkan JKN
daripada perkotaan.” Dari hasil penelitiannya, Dewi memaparkan perlunya strategi
perluasan dan keberlanjutan kepesertaan serta pengoptimalan layanan kesehatan bagi

9
pekerja sektor informal.
Dari sisi jaminan ketenagakerjaan, Ngadi, Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan LIPI
menyampaikan bahwa jangkauan jaminan ketenagakerjaan ke sektor informal masih
sangat minim. BPJS Ketenagakerjaan masih cenderung fokus di sektor formal. "Hanya
31,2% masyarakat sektor informal yang tahu tentang BPJS Ketenagakerjaan." ungkapnya.
Menurut Ngadi, rendahnya partisipasi masyarakat dalam jaminan ketenagakerjaan
antara lain disebabkan oleh jarak kantor layanan yang sulit terjangkau, biaya pembayaran
yang tinggi, serta minimnya kerjasama dengan penyedia layanan kesehatan. “Perlu ada
optimalisasi sosialisasi melalui teknologi, pendekatan seni dan budaya, inovasi kebijakan,
serta peningkatan kerjasama.” terang Ngadi.

2.4. Analisis Kasus Program Pemberian Jaminan Sosial di Indonesia


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) saja menyebutkan bahwa 57 persen
penduduk di Indonesia merupakan pekerja di sektor informal. Sayangnya, para pekerja
informal tersebut sebagian besar belum mendapat jaminan sosial. Sedangkan jaminan
sosial diprioritaskan kepada hanya sebagian kecil penduduk Indonesia yang mewakili
kurang dari 50 persen penduduk. Penduduk yang dimaksud meliputi pegawai negeri sipil,
sebagian karyawan BUMN, universitas, anggota TNI/POLRI dan sebagian pegawai sipil
pertahanan, dan kelompok masyarakat penerima bantuan. Adapun penduduk yang lain,
terutama mereka yang bekerja di perusahaan-perusahaan kecil, wiraswasta di sektor
ekonomi informal dan yang menganggur atau telah lanjut usia, akan bergantung pada
asuransi pribadi atau bantuan dari keluarga dekat/jauh serta masyarakat setempat. Padahal
57 persen penduduk Indonesia yang bekerja di sektor informal teramat membutuhkan
Jaminan Sosial tersebut.
Kita tahu bahwa Sistem Jaminan Sosial di Indonesia sedang mengalami perubahan
cukup besar dengan tujuan sistem yang ada sekarang dapat lebih efektif dalam melayani
para penerima manfaat jaminan sosial, juga untuk memperluas cakupan manfaat jaminan
sosial ke seluruh pekerja di Indonesia, baik pekerja di sektor formal maupun informal.
Namun, program jaminan sosial yang ada sekarang dianggap kurang berhasil dalam
tujuannya untuk memberikan manfaat yang cukup baik bagi para penerima manfaat, karena
jumlah penerima manfaat, nilai manfaat, dan hasil investasi dana jaminan sosial dianggap
masih relatif kecil, dan tata kelola dana jaminan sosial juga dianggap masih kurang baik
akibatnya juga tingkat pasrtisipitas masyarakat juga masih amat rendah terhadap kesadaran
mereka sendiri. Akibatnya, hal ini dapat menyebabkan keberlanjutan jaminan Kesehatan

10
pekerja informal sangat terbatas.
Harapan saya terhadap stakeholder terkait program jaminan sosial dapat berjalan dan
diikuti oleh seluruh warga negara Indonesia, yang pertama pemerintah harus berupaya
untuk diperlukan mendefisikan berbagai segmen pekerja sektor informal. Lebih khusus lagi
perlu dibangun mekanisme penduduk yang bergerak di sektor informal dapat dioptimalkan
keikutsertaannya dalam program jaminan kesehatan yang dikoordinir oleh BPJS. Agar
kepesertaan meningkat dan cakupan jaminan kesehatan dapat diperluas, maka kelompok-
kelompok pekerja sektor informal yang ada harus dapat dikenali keberadaannya dan
sekaligus dapat dibedakan karakteristiknya. Yang kedua dengan meningkatkan fasilitas,
sarana dan prasarana penunjang program. Misalnya dengan menambah jumlah tenaga
medis dan kesehatan di setiap puskesmas-puskemas dan rumah sakit yang disiapkan untuk
program BPJS kesehatan, meningkatkan kebutuhan obat-obatan yang murah dan
terjangkau, menambah fasilitas kamar dan rumah sakit yang akan mengelola program BPJS
kesehatan dengan terus bekerja sama dengan rumah sakit-rumah sakit swasta maupun milik
pemerintah dengan terus menjalin kerjasama dan sosialisasi program, dan sebagainya.
Namun untuk mewujudkannya, itu semua diperlukan kerjasama dan sinergi dari semua
pihak baik dari pihak pemerintah dan para pekerja sektor informal juga agar pengupayaaan
mereka (pekerja sektor informal) mendapatkan perlindungan dari negara.

11
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Istilah jaminan social muncul pertama kali di Amerika Serikat dalam The Social
Security Act tahun 1935 untuk mengatasi masalah-masalah pengangguran, manula,
orang-orang sakit dan anak-anak akibat depresi ekonomi. Jaminan sosial merupakan
salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Jaminan sosial ini bertujuan untuk
menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap berbagai sosial ekonomi dan
menjadi sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan
keluarganya yang menbutuhkan akibat dari terjadinya resiko sosial dengan pembiayaan
yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja. Di Indonesia, Sistem Jaminan Sosial
Nasional diatur dalam UUD 1945 dan kemudian dijabarkan pada UU Nomor 20 Tahun
2011 yang memayungi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Berdasarkan penelitian LIPI, 35% Kepala Rumah Tangga (KRT) yang merupakan
pekerja sektor informal tidak memiliki jaminan kesehatan. Sementara, KRT pekerja
sektor informal yang telah memiliki jaminan kesehatan memiliki tingkat keberlanjutan
yang rendah. Selain itu pemahaman jaminan sosial di pedesaan masih rendah
dibandingkan di perkotaan. Maka dari itu, perlu adanya peran pemerintah untuk
mengedukasi masyarakat mengenai jaminan sosial serta menyediakan sarana dan
prasarana yang menunjang kualitas dari jaminan sosial yang diberikan.

3.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat, maka penulis dapat memberikan saran
sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah, perlu melakukan edukasi mengenai jaminan sosial di


masyarakat dan menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang kualitas
jaminan sosial yang diberikan.

2. Bagi mahasiswa, perlu memahami serta mempelajari mengenai konsep dasar


jaminan sosial yang diberikan pemerintah dan memiliki pola pikir kritis untuk
memahami program pemberian jaminan sosial di Indonesia.

3. Bagi masyarakat, perlu untuk memahami program jaminan sosial yang


diberikan pemerintah serta melaksanakan dengan sungguh-sungguh.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hyman, David N. 2011. Public Finance. Canada: Cengange Learning

UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS Kesehatan

Lifepal. 2020. Jaminan Sosial. Melalui https://lifepal.co.id/media/jaminan-sosial/. Diakses


pada 16 April 2021.

13

Anda mungkin juga menyukai