Anda di halaman 1dari 32

SOCIAL INSURANCE

Diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk penilaian tugas Seminar Ekonomi Publik Kelas A
Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro

Dosen Pengampu:

Dr. Hadi Sasana, S.E; M.Si


Dr. Agr. Deden dinar iskandar, S.E; M.A
Disusun Oleh :
Kelompok 9

1. Farah Aisha Nur Afifah (12020116120003)

2. Rissa Utara K (12020116120005)


3. Diki Prasetyo (12020116120045)
4. Maynanda Panga Rifa’i (12020116140101)

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas dalam penyusunan makalah. Makalah
ini membahas tentang “Social Insurance” sebagai salah satu materi mata kuliah
Seminar Ekonomi Publik.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta
teman - teman yang telah bekerja sama dalam penyusunan makalah ini sehingga
dapat terselesaikan dalam waktu yang ditentukan. Kami menyadari banyaknya
kekurangan yang terdapat dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu besar harapan
kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk dapat menyempurnakan
penyusunan makalah - makalah kami di lain waktu.

Kami harap makalah ini dapat bermanfaat kepada para pembaca, baik untuk
pribadi maupun masyarakat sekitar.

Semarang, 27 Agustus 2019

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I ............................................................................................................................4

PENDAHULUAN ........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................................5

BAB II...........................................................................................................................6

LANDASAN TEORI ....................................................................................................6

2.1 Teori Jaminan Sosial ......................................................................................6

2.2 Jenis-Jenis Jaminan Sosial Nasional ..............................................................9

2.3 Dampak Keamanan Sosial Terhadap Tabungan Dan Insentif Bekerja ........10

BAB III .......................................................................................................................17

PEMBAHASAN .........................................................................................................17

3.1 Studi Kasus I ................................................................................................17

3.2 Studi Kasus II ...............................................................................................23

BAB IV .......................................................................................................................31

PENUTUP ..................................................................................................................31

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang berlandaskan hukum, tentu dalam
menjalankan pemerintahan, menjalin hubungan negara dengan masyarakat, dan
masyarakat dengan masyarakat berdasakan aturan-aturan hukum yang dibuat oleh
oleh negara.

Salah satu bentuk pengaturan negara terhadap hubungan pemerintah dengan


masyarakat, hubungan masyarakat dengan masyarakat adalah dalam hal aturan
ketenagakerjaan. Karena dalam hal ketenagakerjaan akan melibatkan hubungan
tripartit, yakni pemerintah, pengusaha dan tenaga kerja atau karyawan.

Jaminan sosial bagi tenaga kerja merupakan sebuah perlindungan dan akan
memberikan manfaat bagi tenaga kerja itu sendiri maupun bagi keluarganya dari hal-hal
yang terduga akibat resiko yang ditimbulkan dalam menjalankan pekerjaannya. Menurut
Iman Soepomo Jaminan sosial adalah pembayaran yang diterima pihak buruh dalam hal
buruh di luar kesalahannya tidak melakukan pekerjaannya, jadi menjamin kepastian
pendapatan (income security) dalam hal buruh kehilangan upahnya karena alasan di luar
kehendaknya (Imam Supomo; 1983 ; 136).

Sistim jаminаn sosiаl yаng diberlаkukаn di Indonesiа аdаlаh Sistim Jаminаn


Sosiаl Nаsionаl (SJSN). Sistim tersebut berhubungаn dengаn Аmаndemen UUD
1945 yаng berbunyi: "Negаrа mengembаngkаn sistem jаminаn sosiаl bаgi seluruh
rаkyаt dаn memberdаyаkаn mаsyаrаkаt yаng lemаh dаn tidаk mаmpu sesuаi dengаn
mаrtаbаt kemаnusiааn". Sistim Jаminаn Sosiаl Nаsionаl diselenggаrаkаn
berdаsаrkаn аsаs kemаnusiааn, аsаs mаnfааt, dаn аsаs keаdilаn sosiаl bаgi seluruh
rаkyаt Indonesiа. Tujuаn SJSN аdаlаh untuk memberikаn jаminаn terpenuhinyа
kebutuhаn dаsаr hidup yаng lаyаk bаgi pekerjа dаn аnggotа keluаrgаnyа.

Pemberiаn pelаyаnаn progrаm jаmsostek tidаk hаnyа memberikаn


perlindungаn, melаinkаn jugа dаpаt dаpаt mempengаruhi motivаsi kerjа kаryаwаn.
Аpаbilа kаryаwаn sudаh mendаpаt pelаyаnаn progrаm jаmsostek, mаkа kаryаwаn

4
аkаn merаsааmаn, nyаmаn dаn tenаng dаri kecelаkааn-kecelаkааn dаn penyаkit
yаng diаlаmi sааt bekerjа. Kаryаwаn yаng memiliki motivаsi tinggi cenderung untuk
berkonsentrаsi pаdа pekerjааnnyа yаng mengаkibаtkаn hаsil produksi lebih
meningkаt.

Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai jaminan sosial
yang mana akan mempengaruhi kinerja karyawan berkaitan dengan keadilan
pemberian jaminan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana teori tentang jaminan sosial ?
2. Bagaimana Sistem Jaminan Sosial Nasional ?
3. Apa saja jenis-jenis Jaminan Sosial Nasional ?
4. Bagaimana implikasi jaminan sosial pada sistem ketenagakerjaan di
Indonesia ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Untuk memahami teori tentang jaminan sosial
2. Untuk mengetahui sisten jaminan sosial nasional
3. Untuk mengetahui jenis-jenis jaminan sosial
4. Untuk mengetahui implikasi jaminan sosial pada sistem ketenagakerjaan di
Indonesia

5
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Teori Jaminan Sosial
Istilah jaminan sosial muncul pertama kali di Amerika Serikat dalam The
Social Security Act tahun 1935 untuk mengatasi masalah- masalah pengangguran,
manula, orang-orang sakit dan anak-anak akibat depresi ekonomi. Meskipun
penyelenggaraan jaminan sosial di negara-negara maju belakangan ini
mengalami perubahan, pada dasamya penyelenggaraan jaminan sosial di sana
pada hakekatnya difahami sebagaibentuk nyata perlindungan negara terhadap
rakyatnya.
Jaminan sosial (social security) merupakan bagian dari konsep perlindungan
sosial (social protection), dimana perlindungan sosial sifatnya lebih luas.
Perbedaan keduanya adalah bahwa jaminan sosial memberikan perlindungan
sosial bagi individu dengan dana yang diperoleh dari iuran berkala, sedangkan
perlindungan sosial biasanya melibatkan banyak pihak dalam memberikan
perlindungan baik kepada individu, keluarga atau komunitas dari berbagai risiko
kehidupan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya seperti krisis ekonomi, atau
bencana alam. Hal tersebut sejalan dengan pendapat BAPPENAS yang telah
mengadakan Kajian awal Tentang Sistim Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dan
dalam kajian tersebut dikemukakan pendapat bahwa jaminan sosial mencakup
dua hal yaitu (a) Asuransi Sosial (social insurance) dan (b) Bantuan Sosial
(Social Assistance).Asuransi sosial mempunyai konsep sebagaimana asuransi
pada umumnya, dimana pembayaran premi menjadi tanggungan bersama antara
pemberi kerja (yaitu pemerintah atau pengusaha) dan pekerja (Pegawai Negeri
Sipil (PNS), ABRI/POLRI atau pegawai swasta) oleh karena adanya hubungan
kerja. Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang SJSN, definisi
Asuransi Sosial adalah sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 1 ayat 3 yaitu

6
suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran
guna memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa peserta
dan/atau anggota keluarganya. Sedangkan bantuan sosial, berupa “bantuan”
dalam berbagai bentuk, uang, jasa maupun barang dengan tujuan sosial.
Pengertian yang lain dikemukakan oleh Agusmindah, bahwa jaminan sosial
adalah bentuk perlindungan bagi pekerja/buruh yang berkaitan dengan
penghasilan berupa materi, guna memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk dalam
hal terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan yang menyebabkan seseorang
tidak dapat bekerja, ini diistilahkan juga sebagai perlindungan
ekonomis.3Pengertian ini mencerminkan konsep asuransi sosial yang ditujukan
bagi pekerja di sektor formal dengan rumus yang telah ditentukan yaitu
berdasarkan partisipasi pekerja dan majikan yang menyetorkan porsi iuran secara
berkala yang penyelenggaraannya dilakukan oleh PT JAMSOSTEK. Ahli lain
yang mempertahankan konsep asuransi sosial sebagai dasar teknik jaminan sosial
adalah Vladimir Rys, yang mengatakan bahwa jaminan sosial adalah seluruh
rangkaian langkah wajib yang dilakukan oleh masyarakat untuk melindungi
mereka dan keluarga mereka dari segala akibat yang muncul karena gangguan
yang tidak terhindarkan, atau karena berkurangnya penghasilan yang mereka
butuhkan untuk mempertahankan taraf hidup yang layak. Serangkaian langkah
wajib yang dilakukan oleh masyarakat untuk melindungi diri dan keluarga dari
suatu risiko ekonomi maupun fisiologi adalah dengan turut serta pada asuransi
sosial. Pendapat Rys sejalan dengan berkembangnya pemikiran Tentang cara-
cara menghadapi risiko ketidakstabilan penghasilan manakala seseorang
mengalami kecelakaan, sakit ataupun ketika seseorang tidak lagi mempunyai
kemampuan fisik karena usia tua atau cacat phisik (risiko fisiologis) dan juga
ketika seseorang tidak bekerja (risiko sosial), padahal mereka harus tetap
mempertahankan kehidupan keluarganya. Untuk mengantisipasi risiko-risiko
dimaksud, maka diperlukan dana sehingga perlu diciptakan sumber keuangan,
harus ada pihak/lembaga yang melakukan pengelolaan dana tersebut serta perlu
dirumuskan program-program yang sesuai dengan setiap risiko sehingga dapat

7
mewujudkan cita-cita melindungi setiap warga negara untuk mendapatkan taraf
hidup yang layak. Tentang hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam sesi
Pengelolaan Jaminan Sosial Nasional.
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional dimana Pasal 1 angka 1 mendefinisikan bahwa Jaminan Sosial adalah
salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. dan Pasal 1 ayat 2
mendefisinikan Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara
penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara
jaminan sosial. Selanjutnya, Subianto menjelaskan bahwa SJSN adalah sistem
pemberian jaminan kesejahteraan berlaku kepada semua warganegara dan
sifatnya adalah dasar (Basic). Definisi ini hendak menegaskan bahwa fasilitas
jaminan kesejahteraan harus dapat dinikmati oleh semua warga Negara tanpa
terkecuali.
Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja, Jaminan Sosial mempunyai pengertian yang universal, sehingga
jika disimak lebih dalam, maka Jaminan Sosial merupakan suatu perlindungan
bagi seluruh rakyat dalam bentuk santunan baik berupa uang sebagai pengganti
sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang maupun pelayanan sebagai
akibat peristiwa atau keadaan yang diakibatkan oleh risiko-risiko sosial berupa
kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia melalui
mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib.
Menurut ILO bahwa jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan
oleh masyarakat melalui seperangkat kebijaksanaan publik terhadap tekanan-
tekanan ekonomi dan sosial bahwa jika tidak diadakan system jaminan sosial
akan menimbulkan hilangnya sebagia pendapatan akibat sakit, persalinan,
kecelakaan kerja, sementara tidak bekerja, cacat, hari tua dan kematian dini,
perawatan medis termasuk pemberian subsidi bagi anggota keluarga yang
membutuhkan.
Jaminan sosial (social security) dapat didefinisikan sebagai sistem pemberian
uang dan/atau pelayanan sosial guna melindungi seseorang dari resiko tidak

8
memiliki atau kehilangan pendapatan akibat kecelakaan, kecacatan, sakit,
menganggur, kehamilan, masa tua, dan kematian. Spicker (1995) dan MHLW
(1999)
Dari pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jaminan sosial
mempunyai beberapa aspek yaitu:
1. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal
bagi tenaga kerja serta keluarganya.
2. Dengan adanya upaya perlindungan dasar akan memberikan kepastian
berlangsungnya arus penerimaan penghasilan, sebagai pengganti atau seluruh
penghasilan yang hilang.
3. Menciptakan ketenangan kerja karena adanya upaya perlindungan terhadap
resiko ekonomi maupun sosial.
4. Karena adanya upaya perlindungan dan terciptanya ketenangan kerja akan
berdampak meningkatkan produktifitas kerja.
5. Dengan terciptanya ketenangan kerja pada akhirnya mendukung kemandirian
dan harga manusia dalam menerima dan menghadapi resiko sosial ekonomi.

2.2 Jenis-Jenis Jaminan Sosial Nasional


Berdasarkan pada UU SJSN menetapkan 5 (lima) jenis program jaminan sosial,
yaitu:
1. Jaminan kesehatan
Jaminan adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan secara
nasional dengan tujuan untuk menjamin agar peserta dan anggota
keluarganya memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
2. Jaminan kecelakaan kerja
Jaminan kecelakaan kerja adalah program jaminan sosial yang
diselenggarakan secara nasional dengan tujuan menjamin agar peserta

9
memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila ia
mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja.
3. Jaminan hari tua
Jaminan hari tua adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan
secara nasional dengan tujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang
tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau
meninggal dunia.
4. Jaminan pensiun
Jaminan pensiun adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan
secara nasional dengan tujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang
layak pada saat peserta mengalami kehilangan atau berkurang penghasilannya
karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat tetap total.
5. Jaminan kematian
Jaminan kematian adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan
secara nasional dengan tujuan untuk memberikan santunan kematian yang
dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia.

Berdasarkan dari eksplanasi di atas, dengan demikian bahwa jenis-jenis jaminan


sosial adalah terdiri dari jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan, jaminan kerja,
jaminan hari tua, jaminan pension, jaminan kematian.

2.3 Dampak Keamanan Sosial Terhadap Tabungan Dan Insentif Bekerja


1. Work Incentives ( Insentif Kerja )
Jaminan Sosial mempengaruhi ukuran tenaga kerja melalui kemauan
pekerja dan pasangannya (suami atau istri) untuk berpartisipasi dalam
angkatan kerja dengan mengendalikan usia pensiun. Manfaat jaminan
sosial yaitu mengurangi insentif bahwa pekerja yang lebih tua mungkin
harus bekerja melebihi usia di mana mereka dapat mulai mengumpulkan
tunjangan. Dalam banyak kasus, tingkat penggantian bersih (NRR) untuk
pekerja yang memiliki pasangan tanggungan (suami atau istri ) yaitu lebih
dari 85 persen dari pendapatan sebelumnya dan cenderung ditambah

10
dengan manfaat dari pensiun swasta. Hanya ada sedikit insentif finansial
untuk bekerja di atas usia 65 tahun bagi pekerja yang menyadari bahwa
NRR mendekati 100 persen. Sejak 1961, pekerja laki-laki memiliki opsi
untuk pensiun pada usia 62 tahun dengan tunjangan yang berkurang.
Wanita telah memiliki opsi ini sejak 1956. Banyak pekerja telah
mengambil keuntungan dari alternatif ini sejak pertama kali
diperkenalkan, tampaknya karena mereka menghargai tiga tahun
tunjangan ekstra dan waktu luang lebih dari pengurangan tunjangan
tahunan.
Social Security Pensions and the Work-Leisure Choice

Pekerja yang garis anggaran dan kurva indiferen nya diperlihatkan


dalam A tunduk pada tes pendapatan. Pekerja ini mengalami efek
substitusi ketika dia bekerja lebih dari lima jam per hari. Mengingat
kesukaannya (preferensi), ia berada dalam titik keseimbangan yaitu di
titik H. Pekerja yang pilihan untuk bekerja ditunjukkan dalam B tidak
dikenai tes pendapatan. Pilihan bekerja-santai tidak dipengaruhi oleh efek
substitusi yang tidak menguntungkan untuk bekerja.

11
2. Saving Incentives ( Insentif Menabung )

Di antara kritik paling serius terhadap sistem Jaminan Sosial adalah


pernyataan bahwa secara signifikan dapat mengurangi tingkat tabungan dan
pembentukan modal dalam perekonomian. Ini bisa mengurangi pertumbuhan
ekonomi dan potensi ekonomi untuk menyediakan
pekerjaan dan meningkatkan pendapatan. Kekhawatiran dasar adalah bahwa
sistem pay-as-you-go pensiun telah menciptakan ilusi bahwa kontribusi pajak
ditempatkan dalam dana perwalian dan diinvestasikan untuk memberikan
manfaat pensiun kepada pekerja yang termasuk dalam sistem. Seperti
ditekankan sebelumnya, kontribusi pajak pekerja telah dibayarkan secara
langsung kepada para pensiunan yang ada sampai saat ini. Biaya peluang dari
sistem pembayaran tunjangan pensiun tersebut adalah pengembalian modal
yang hilang yang dapat diperoleh jika pajak yang dikumpulkan diinvestasikan
dalam dana perwalian yang sebenarnya. Akibatnya, mereka yang membayar
pajak Jaminan Sosial menerima sebagai pengembalian klaim bukan terhadap
aset modal apa pun tetapi terhadap pendapatan pekerja masa depan yang akan
membiayai pensiun pekerja saat ini ketika dia pensiun. Alur penalaran ini tetap
benar meskipun dana perwalian Jaminan Sosial akan tumbuh secara
substansial di masa depan, karena sebagian besar pertumbuhan dana perwalian
akan dikreditkan ke rekeningnya oleh Departemen Keuangan AS. Bunga ini
bukan merupakan penghasilan bersih kepada pemerintah federal karena kredit
pendapatan bunga ke dana tersebut akan diimbangi dengan debit bunga ke
Perbendaharaan. Namun, ketika penumpukan bunga dilakukan untuk
membayar tunjangan tunai kepada para pensiunan, Departemen Keuangan
harus menggunakan pendapatan dana umum untuk membayar tunjangan.
Kecuali jika pertumbuhan ekonomi memungkinkan pendapatan
tersebut akan dialokasikan tanpa kenaikan pajak umum, pemerintah federal
mungkin harus memilih antara menaikkan tarif pajak, memotong program
pemerintah lainnya, atau memotong tarif penggantian Jaminan Sosial untuk
memenuhi komitmennya Meskipun efek dari manfaat pensiun Jaminan Sosial
pada tabungan tidak jelas, bahkan secara teori, insentif pekerja untuk

12
menabung dipengaruhi dalam dua cara. Pertama, janji pensiun memastikan
penghasilan untuk masa pensiun pekerja, dengan demikian mengurangi
keharusan menabung untuk hari tua. Kedua, dengan memungkinkan pekerja
untuk pensiun lebih awal dan mengecilkan pekerjaan setelah pensiun, Jaminan
Sosial meningkatkan tahun pensiun pekerja. Ini memberikan insentif untuk
menabung lebih banyak untuk menyediakan sumber daya guna membiayai
berbagai kegiatan yang terkait dengan periode non-kerja dan waktu luang yang
lebih besar.Di Amerika Serikat sejak akhir Perang Dunia II, persentase
pendapatan nasional disimpan (dalam agregat) telah sangat stabil. Bukti masih
sedikit dan agak saling bertentangan, jadi belum ada konsensus di antara para
ekonom tentang efek aktual dari sistem Jaminan Sosial pada tabungan.

3. The Asset-Substitution Effect ( Efek Substitusi Aset )


Janji pensiun Jaminan Sosial menghasilkan apa yang disebut Feldstein
sebagai efek penggantian aset, mengurangi insentif untuk menabung. Selain itu,
pajak Jaminan Sosial secara langsung mengurangi pendapatan pekerja sehingga
kemampuan untuk menabung berkurang dan ini pada gilirannya akan
menurunkan tingkat tabungan lebih jauh.

13
Di kurva A, pajak Jaminan Sosial tahunan, T, mengurangi
penghematan tahunan dari S ke S’. Di kurva B, pajak Jaminan Sosial
tahunan melebihi tabungan tahunan. Untuk pekerja ini, tabungan jatuh ke
nol. Dia lebih buruk daripada jika tidak ada sistem Jaminan Sosial dan dia
diizinkan untuk mempertahankan pendapatan saat ini yang cukup untuk
menabung untuk pensiun. Tingkat utilitasnya berkurang dari U2 di titik E
tanpa Jaminan Sosial ke U1 di F dengan Jaminan Sosial.
4. The Induced-Retirement Effect ( Efek Pensiun yang Diinduksi )
Namun, dampak negatif dari efek substitusi aset pada tabungan dapat
diimbangi oleh efek lain yang mungkin dari sistem pensiun Jaminan
Sosial. Efek yang diinduksi-pensiun dihasilkan dari fakta bahwa
tunjangan Jaminan Sosial dan uji pendapatan untuk tunjangan semacam
itu cenderung memberikan insentif untuk pensiun dini dan mengurangi
pekerjaan selama masa pensiun. Ini, pada gilirannya, memberikan insentif
bagi pekerja untuk menabung lebih banyak untuk masa pensiun yang
lebih lama.

14
Feldstein berpendapat bahwa efek substitusi aset lebih besar daripada
efek pensiun yang diinduksi. Jika ini benar, pengurangan tabungan yang
dihasilkan mengurangi investasi dan cenderung membuat modal menjadi
lebih langka daripada yang seharusnya. Kelangkaan modal menyebabkan
pekerja memiliki lebih sedikit mesin dan alat-alat lain untuk bekerja
daripada yang seharusnya mereka miliki. Ini mengurangi produktivitas
dan hasilnya upah lebih rendah dari yang seharusnya mereka dapatkan.
Sekarang secara umum disepakati bahwa model asli Feldstein
melebih-lebihkan pengurangan dalam tabungan yang disebabkan oleh
efek substitusi aset dari kekayaan Jaminan Sosial. Penelitian selanjutnya
oleh Alicia Munnell menemukan efek pensiun yang diinduksi meningkat
menabung secara kasar diimbangi oleh efek substitusi aset kekayaan
Jaminan Sosial pada pengurangan tabungan. Munnell menunjukkan,
bagaimanapun, bahwa partisipasi lansia dalam angkatan kerja dapat
meningkat di masa depan; ini akan menghasilkan penurunan
ketergantungan pada tabungan untuk membiayai pensiun. Ini dapat
meningkatkan kepentingan relatif dari efek substitusi aset dan
menyebabkan pengurangan bersih dalam tabungan disebabkan oleh
adanya pensiun Jaminan Sosial.
5. The Bequest Effect ( Efek Warisan )
Analisis lebih lanjut oleh Robert J. Barro menunjukkan dasar teoretis
untuk meyakini bahwa efek substitusi aset Feldstein masih diimbangi oleh
pengaruh lain dari pensiun Jaminan Sosial terhadap insentif
tabungan.Barro berpendapat bahwa ada insentif kuat bagi orang tua untuk
memberikan warisan kepada anak-anak mereka. Ini adalah efek warisan.
Akibatnya, Jaminan Sosial adalah perjanjian antar generasi untuk
membiayai pensiun dengan pajak pada populasi pekerja. Transfer dari
populasi pekerja ke populasi pensiunan, yang melekat dalam manfaat
Jaminan Sosial yang dibiayai pajak, meningkatkan kemampuan generasi
pensiunan untuk menyisihkan dana untuk warisan kepada anak-anak
mereka. Barro percaya bahwa keberadaan pensiun Jaminan Sosial
memberikan insentif bagi orang tua untuk meningkatkan tabungan

15
mereka untuk memberikan warisan kepada anak-anak mereka. Dia juga
berpendapat bahwa pensiun Jaminan Sosial mengurangi kebutuhan anak-
anak untuk melakukan pembayaran untuk mendukung orang tua mereka
yang sudah pensiun. Ini cenderung meningkatkan tabungan mereka
selama masa kerja mereka
Yang lain berpendapat bahwa ketidakpastian masa depan sistem
Jaminan Sosial karena kesulitan keuangannya dan penurunan
pengembalian yang diharapkan dari kontribusi pajak kemungkinan besar
di masa depan akan meningkatkan insentif untuk menabung untuk masa
pensiun. Sejauh hasil kekayaan kekayaan Jaminan Sosial menurun di
masa depan dan suku bunga pasar naik di atas pengembalian Jaminan
Sosial, peningkatan tabungan akan terjadi. Efek bersih dari keberadaan
manfaat pensiun yang disediakan pemerintah pada tabungan tetap tidak
pasti

16
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Studi Kasus I
“Pengaruh Jaminan Sosial Tenaga Kerja Terhadap Motivasi Dan Kinerja
Karyawan” (Studi pada karyawan tetap Pabrik Gula Kebon Agung
Malang) - Oleh Abigail Christykawuri Indyta Budiman, Endang Siti Astuti,
Yuniadi Mayowan

Pembаngunаn nаsionаl merupаkаn usаhа peningkаtаn kuаlitаs


mаsyаrаkаt yаng dilаkukаn dengаn memаnfааtkаn kemаjuаn ilmu pengetаhuаn
dаn teknologi sertа memperhаtikаn perkembаngаn globаl. Tujuаn pembаngunаn
nаsionаl аdаlаh untuk menciptаkаn pembаngunаn mаsyаrаkаt Indonesiа dаn
mewujudkаn mаsyаrаkаt yаng аdil dаn mаkmur berdаsаrkаn Pаncаsilа dаn
Undаng-Undаng Dаsаr 1945. Tenаgа kerjа mempunyаi perаnаn dаn kedudukаn
yаng sаngаt penting sebаgаi pelаku dаn tujuаn pembаngunаn dаlаm pelаksаnааn
pembаngunаn nаsionаl ini. Kerjаsаmа аntаrа tenаgа kerjа dаn pemerintаh
diperlukаn untuk merаtаkаn hаsil pembаngunаn yаng hendаk dicаpаi.

Kegiаtаn pembаngunаn ketenаgаkerjааn melibаtkаn situаsi dаn kondisi


pekerjа dimаnа pekerjа hаrus menempuh risiko. Risiko sosiаl yаng sering diаlаmi
tenаgа kerjа аdаlаh: kecelаkааn kerjа, kemаtiаn, sаkit аkibаt kerjа, dаn dаtаngnyа
hаri tuа. Oleh kаrenаitu, kebutuhаn kаryаwаn аkаn perlindungаn risiko sosiаl
tersebut hаrus dipenuhi. Upаyа pemenuhаn kebutuhаn dаn peningkаtаn
perlindungаn pekerjа аntаrа lаin diаtur dengаn аdаnyа penyelenggаrааn progrаm
jаminаn sosiаl. Progrаm ini dirаncаng untuk membаntu pekerjа besertа
keluаrgаnyа ketikа pendаpаtаn dihentikаn, misаlnyа untuk mengurаngi bebаn
pengeluаrаn perаwаtаn kesehаtаn, kemаtiаn dаn jаminаn sosiаl lаinnyа.

Jаminаn sosiаl tenаgа kerjа (Jаmsostek) diаtur dаlаm Undаng-Undаng


Nomor 3 Tаhun 1992 tentаng jаminаn sosiаl tenаgа kerjа sebаgаi upаyа
perlindungаn bаgi pekerjа dаlаm bentuk sаntunаn berupа uаng untuk
menggаntikаn sebаgiаn dаri penghаsilаn yаng hilаng аkibаt peristiwа yаng

17
diаlаmi pekerjа. Hаl ini sesuаi dengаn bentuk jаminаn sosiаl yаitu memberikаn
pemenuhаn kebutuhаn dаn perlindungаn untuk memenuhi kebutuhаn minimаl
bаgi pekerjа sertа keluаrgаnyа secаrа lаyаk. Undаng-Undаng Nomor 3 Tаhun
1992 menyаtаkаn bаhwа jаmsostek tidаk hаnyа memberikаn sаntunаn pelаyаnаn
setelаh risiko terjаdi, melаinkаn ikut membаntu secаrа efektif dаlаm usаhа
pencegаhаn dаn rehаbilitаsii аkibаt risiko tersebut. Sesuаi dengаn kebijаkаn
pemerintаh melаlui Undаng-Undаng Nomor 3 tаhun 1992, mаkа semuа pekerjа
hаrus diikutsertаkаn dаlаm progrаm jаmsostek. Setiаp bаdаn usаhа yаng
mempekerjаkаn minimаl 10 (sepuluh) orаng аtаu membаyаr totаl upаh Rp
1.000.000,00 (sаtu jutа rupiаh) per bulаn, wаjib mengikutsertаkаn pekerjаnyа
dаlаm progrаm jаmsostek.

Pemberiаn pelаyаnаn progrаm jаmsostek tidаk hаnyа memberikаn


perlindungаn, melаinkаn jugа dаpаt dаpаt mempengаruhi motivаsi kerjа
kаryаwаn. Аpаbilа kаryаwаn sudаh mendаpаt pelаyаnаn progrаm jаmsostek,
mаkа kаryаwаn аkаn merаsа аmаn, nyаmаn dаn tenаng dаri kecelаkааn-
kecelаkааn dаn penyаkit yаng diаlаmi sааt bekerjа. Kаryаwаn yаng memiliki
motivаsi tinggi cenderung untuk berkonsentrаsi pаdа pekerjааnnyа yаng
mengаkibаtkаn hаsil produksi lebih meningkаt. Selаin itu, kаryаwаn dаpаt
termotivаsi untuk bekerjа dаn memperbаiki cаrа bekerjа menjаdi lebih bаik
dаripаdа yаng sebelumnya. Menurut Phillips (2007) dаlаm penelitiаnnyа
mengungkаpkаn bаhwа progrаm jаmsostek secаrа simultаn mempunyаi pengаruh
dаn hubungаn terhаdаp motivаsi kerjа. Ririn (2012) jugа mengungkаpkаn pаdа
penelitiаnnyа bаhwа kаryаwаn sаngаt membutuhkаn jаmsostek kаrenа
dаmpаknyа begitu besаr terhаdаp motivаsi kerjа kаryаwаn.

Motivаsi pаdа penelitiаn ini mengаcu pаdа teori Mаslow dаlаm


Mаngkunegаrа (2015:95) yаng menjelаskаn bаhwа kebutuhаn yаng аkаn di
penuhi аkаn berhenti dаyа motivаsinyа. Hаl itu berаrti bаhwа kebutuhаn mаnusiа
tidаk аdа hаbisnyа, kаrenа jikа sаtu kebutuhаn terpenuhi mаkааkаn timbul
kebutuhаn yаng lаinnyа lаgi di wаktu yаng аkаn dаtаng. Motivаsi yаng tinggi
аkаn berdаmpаk pаdа kinerjа kаryаwаn. Hаl ini ditаndаi dengаn kebutuhаn

18
kаryаwаn yаng dаpаt terpenuhi аkаn membuаt kаryаwаn tersebut dаpаt bekerjа
dengаn bаik sehinggа kinerjаnyа dаpаt meningkаt.

Kinerjа kаryаwаn dаpаt diukur dengаn cаrа menilаi prestаsi dengаn


tujuаn meningkаtkаn tingkаt produktif kаryаwаn mаupun perusаhааn. Mutu kerjа
kаryаwаn secаrа lаngsung mempengаruhi kinerjа perusаhааn. Kinerjа dаlаm
penelitiаn ini mengаcu pаdа teori Robbins (2006) dаlаm Cаndrа (2012:8), yаitu
fаktor kemаmpuаn (аbility) yаng terdiri dаri kemаmpuаn potensi (IQ) dаn
kemаmpuаn reаlity (knowledge = skill). Fаktor motivаsi (motivаtion) yаitu suаtu
sikаp (аttitude) pemimpin dаn kаryаwаn terhаdаp situаsi kerjа di lingkungаn
orgаnisаsinyа. Lаlu, fаktor kesempаtаn (opportunity) yаng menunjukkаn tingkаt
kinerjа tinggi dimаnа sebаgiаn merupаkаn fungsi dаri tiаdаnyа rintаngаn –
rintаngаn yаng mengendаlаkаn kаryаwаn tersebut. Robbins mengungkаpkаn
bаhwа kinerjа sebаgаi fungsi interаksi аntаrа kemаmpuаn аtаu аbility (А),
motivаsi аtаu motivаtion (M), dаn kesempаtаn аtаu oppurtunity (O). Hаl itu
berаrti kinerjа ditentukаn oleh fаktor – fаktor kemаmpuаn, motivаsi dаn
kesempаtаn.

Penelitiаn ini menggunаkаn obyek Pаbrik Gulа Kebon Аgung Mаlаng


yаng bergerаk dаlаm bidаng Pertаniаn, khususnyа bidаng produksi gulа nаsionаl.
Pаbrik Gulа Kebon Аgung merupаkаn sаlаh sаtu pаbrik gulа yаng dimiliki oleh
swаstа. Perusаhааn ini jugа merupаkаn pаbrik gulа terbesаr di Jаwа Timur
tepаtnyа di Kаbupаten Mаlаng, sehinggа perusаhааn ini mаmpu menyerаp tenаgа
kerjа yаng bаnyаk. Pаbrik dаlаm skаlа besаr seperti Pаbrik Gulа Kebon Аgung
merupаkаn suаtu jenis pekerjааn yаng bаnyаk mengаndung risiko terjаdinyа
kecelаkааn kerjа bаhkаn kemаtiаn. Mаkа dаri itu, Pаbrik Gulа Kebon Аgung
telаh mengikutsertаkаn seluruh tenаgа kerjаnyа bаik kаryаwаn tetаp mаupun
tidаk tetаp pаdа 4 progrаm jаminаn sosiаl yаitu jаminаn kecelаkааn kerjа (JKK),
jаminаn kemаtiаn (JK), jаminаn hаri tuа (JHT) dаn jаminаn pemelihаrааn
kesehаtаn (JPK) sebаgаi fаsilitаs untuk kesejаhterааn sosiаl. Menurut kаryаwаn
di Pаbrik Gulа Kebon Аgung, jаminаn sosiаl tenаgа kerjа yаng dilаksаnаkаn oleh
perusаhааn memberikаn mаnfааt yаng bаik bаgi kаryаwаn itu sendiri mаupun

19
keluаrgа. Аdаnyа progrаm jаminаn sosiаl tenаgа kerjа dihаrаpkаn dаpаt
memberikаn hаsil kinerjа yаng bаik terhаdаp perusаhааn melаlui motivаsi kerjа.

Pеnеlitiаn ini mеrupаkаn pеnеlitiаn pеnjеlаsаn (еxplаnаtory rеsеаrch)


dеngаn pеndеkаtаn kuаntitаtif. Pеnеlitiаn dilаkukаn diPаbrik Gulа Kebon Аgung
yаng bertempаt di Jаlаn Rаyа Kebon Аgung, Pаkisаji, Kаbupаten Mаlаng, Jаwа
Timur. Didаpаt sаmpеl 75 orаng rеspondеn dеngаn pеngumpulаn dаtа
mеnggunаkаn kuеsionеr yаng diаnаlisis mеnggunаkаn аnаlisis jаlur yang
tergambar di bawah ini:

Keterangan:

H1: Terdаpаt pengаruh lаngsung аntаrа jаminаn sosiаl tenаgа kerjа (X) terhаdаp
motivаsi kerjа (Z) kаryаwаn Pаbrik Gulа Kebon Аgung

H2: Terdаpаt pengаruhlаngsung аntаrа motivаsi kerjа (Z) terhаdаp kinerjа (Y)
kаryаwаn Pаbrik Gulа Kebon Аgung

H3: Terdаpаt pengаruh lаngsung аntаrа jаminаn sosiаl tenаgа kerjа (X) terhаdаp
kinerjа (Y) kаryаwаnPаbrik Gulа Kebon Аgung

H4: Terdаpаt pengаruhtidаk lаngsung аntаrа jаminаn sosiаl tenаgа kerjа (X)
dengаn kinerjа (Y)kаryаwаn melаlui motivаsi kerjа (Z) kаryаwаn Pаbrik
Gulа Kebon Аgung

Hasil dan Pembahasan

20
Tabel 1. Hasil Analisis Jalur

Sumber: Data Primer diolah, 2017

Indirect Effect (IE) = PZX × PYZ


= 0,652× 0,239
= 0,156
Totаl Effect (TE) = PYX + (PZX × PYZ)
= 0,576 + 0,156
= 0,732
R2model = 1 – (1 – R21) (1 – R22)
= 1-(1 – 0,425) (1 – 0,569)
= 1 – (0,575) (0,431)
= 1 – 0,2478
= 0,7522 аtаu 75,22%

Hаsil perhitungаn ketetаpаn model sebesаr 75,22% menerаngkаn bаhwа


kontribusi model untuk menjelаskаn hubungаn strukturаl dаri ketigа vаriаbel
yаng di teliti аdаlаh sebesаr 75,22%. Sedаngkаn sisаnyа sebesаr 24,78%
dijelаskаn oleh vаriаbel lаin yаng tidаk terdаpаt dаlаm model penelitiаn ini.

1) Pengaruh Variabel Jaminan Sosial Tenaga Kerja terhadap Variabel


Motivasi Kerja
Berdasarkan hasil analisis, variable jaminan sosial tenaga kerja memiliki
pengaruh positif terhadap motivasi kerja. Penelitiаn pаdа kаryаwаn PG
Kebon Аgung Mаlаng menunjukkаn bаhwа nilаi koefisien jаlur iаlаh sebesаr
0,652. Hаl ini dibuktikаn dengаn hаsil аnаlisis jаlur yаng menunjukkаn nilаi
probаbilitаs аtаu signifikаn t sebesаr 0,000 dengаn аlphа 0,000 (0,00< 0,05)

21
membuktikаn bаhwа H0 ditolаk dаn H1 diterimа. Kesimpulаnnyа yаng dаpаt
diаmbil аdаlаh bаhwа bаhwа vаriаbel jаminаn sosiаl tenаgа kerjа berpngаru
signifikаn terhаdаp vаriаbel motivаsi kerjа kаryаwаn dimаnа semаkin tinggi
kesuksesаn progrаm jаminаn sosiаl tenаgа kerjа kepаdа kаryаwаn, mаkа
semаkin tinggi pulа motivаsi kаryаwаn untuk bekerjа di perusаhааn.
2) Pengаruh Vаriаbel Jаminаn Sosiаl Tenаgа Kerjа terhаdаp Vаriаbel
Kinerjа Kаryаwаn
Berdasarkan hasil analisis, vаriаbel jаminаn sosiаl tenаgа
kerjаmempunyаi pengаruh positif terhаdаp vаriаbel kinerjа kаryаwаn. Hаsil
penelitiаn pаdа kаryаwаn PG Kebon Аgung Mаlаng menunjukkаn nilаi
koefisien jаlur sebesаr 0,576. Hаl ini dibuktikаn dengаn hаsil аnаlisis jаlur
yаng menunjukkаn nilаi probаbilitаs аtаu signifikаn t sebesаr 0,000 dengаn
аlphа 0,000 (0,00 < 0,05) membuktikаn bаhwа H0 ditolаk dаn H1 diterimа.
Kesimpulаn yаng dаpаt diаmbil аdаlаh bаhwа jаminаn sosiаl tenаgа
kerjаcukup berpengаruh terhаdаp kinerjа kаryаwаn PG Kebon Аgung
Mаlаng.

3) Pengаruh Vаriаbel Motivаsi Kerjа terhаdаp Vаriаbel Kinerjа


Kаryаwаn
Berdasarkan hasil analisis, vаriаbel motivаsi kerjаmempunyаi pengаruh
positif terhаdаp vаriаbel kinerjа kаryаwаn. Hаsil penelitiаn pаdаkаryаwаn PG
Kebon Аgung Mаlаng menunjukkаn nilаi koefisien jаlur sebesаr 0,239. Hаl
ini dibuktikаn dengаn hаsil аnаlisis jаlur yаng menunjukkаn nilаi probаbilitаs
аtаu sig.t sebesаr 0,022 dengаn аlphа 0,05 (0,022 < 0,05) membuktikаn
bаhwа H0 ditolаk dаn H1 diterimа. Kesimpulаn yаng dаpаt diаmbil аdаlаh
bаhwа motivаsi kerjа mempunyаi pengаruh terhаdаp kinerjа kаryаwаn PG
Kebon Аgung Mаlаng.

4) Pengаruh Vаriаbel Jаminаn Sosiаl Tenаgа Kerjа terhаdаp Vаriаbel


Kinerjа Kаryаwаn melаlui Vаriаbel Motivаsi Kerjа
Berdasarkan hasil analisis, vаriаbel jаminаn sosiаl tenаgа kerjа
mempunyаi pengаruh positif terhаdаp vаriаbel kinerjа kаryаwаn melаlui
vаriаbel motivаsi kerjа. Hаsil penelitiаn pаdаkаryаwаn PG Kebon Аgung

22
Mаlаng menunjukkаn nilаi koefisien jаlur secаrа tidаk lаngsung sebesаr
0,156. Hаl ini ditunjukkаn oleh besаr pengаruh totаl koefisien jаlur vаriаbel
Jаminаn Sosiаl Tenаgа Kerjа (X) ke vаriаbel Kinerjа Kаryаwаn (Y) melаlui
vаriаbel Motivаsi Kerjа (Z) аdаlаh sebesаr 0,732, sedаngkаn besаr koefisien
jаlur dаri vаriаbel Jаminаn Sosiаl Tenаgа Kerjа (X) terhаdаp Kinerjа
Kаryаwаn (Y) secаrа lаngsung аdаlаh 0,576. Jаdi terdаpаt koefisien yаng
lebih besаr bаhwа pengаruh totаl lebih besаr dаri pаdа pengаruh secаrа
lаngsung (0,732 > 0,576).

Berdasarkan penelitian ini, hasil studi kasus mendukung salah satu


teori David Hyman tentang adanya insentif kerja yang disebabkan dari
penyediaan jaminan sosial di bidang ketenagakerjaan.

Dalam teori Hayman menyatakan bahwa dengan adanya jaminan


sosial pada tenaga kerja akan memberikan insentif berupa motivasi bekerja
dengan menambah rentang usia untuk bekerja, sehingga waktu yang
seharusnya dapat digunakan untuk bersantai jika tidak mendapat jaminan
sosial dalam keadaan ini seseorang rela menggunakan waktunya untuk tetap
bekerja sehingga mendapat penghasilan lebih, ditambah tunjangan yang akan
dia dapatkan setelah pensiun. Dengan demikian orang tersebut akan
mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dibanding orang dengan usia
kerja normal dan tidak mendapat jaminan pensiun

3.2 Studi Kasus II

“Kebijakan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Sektor Informal Berbasis Keadilan


Sosial Untuk Meningkatkan Kesejahteraan”

Sesuai UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional


(SJSN) dan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS), BPJS Ketenagakerjaan merupakan badan hukum nirlaba. Menjadi peserta
BPJS Ketenagakerjaan tidak hanya wajib bagi tenaga kerja di sektor formal, namun
juga tenaga kerja informal. Angkatan kerja di Indonesia saat ini mencapai 110 juta
orang dengan rincian sektor informal sebanyak 70 juta orang dan 40 juta orang sektor
formal. Setelah PT Jamsostek bertransformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan, maka

23
semua pekerja akan terlindungi. Namun, kesulitan yang akan dihadapi kalau pekerja
sektor informal yang jumlahnya 70 juta dan tersebar diseluruh pelosok Indonesia
harus membayar iuran Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Pasal 28 H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menekankan bahwa tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat. UU Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
menekankan bahwa “Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”. Namun hingga saat ini UU
Nomor 3 Tahun 1992 tersebut baru efektif bagi tenaga kerja yang berkerja di dalam
hubungan kerja, sedangkan pekerja informal dengan jumlah yang lebih besar belum
terlindungi. Apabila suatu pemerintahan mencanangkan untuk melaksanakan suatu
sistem jaminan sosial, sebenarnya pemerintah tersebut berjanji kepada para pekerja
dan anggota keluarganya akan masa depan kesejahteraan mereka. Bila janji tersebut
gagal dipenuhi maka kredibilitas pemerintah yang telah dibangun dengan susah
payah akan sulit dipulihkan.

Secara garis besar, jaminan sosial dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu yang
bersifat jangka panjang seperti jaminan hari tua, pensiun, sementara putus kerja, dan
kematian serta jaminan yang bersifat jangka pendek seperti jaminan kesehatan dan
kecelakaan diri. Pendanaan jaminan sosial berbentuk asuransi sosial dapat
dipaksakan kepada setiap penduduk atau pemberi kerja. Pemaksaan pembayaran
iuran, seperti halnya pembayaran pajak, dilakukan karena mekanisme pasar (tidak
ada pemaksaan) gagal memenuhi tujuan jaminan sosial. Asuransi komersial hanya
bisa memberikan jaminan kepada yang mau dan mampu membeli saja (Joni
Emirzon, 2005: 9).

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Isu strategis yang diteliti adalah masalah kemiskinan yang bersifat struktural
(Kebijakan pemerintah dan perundang-undangan), dengan kajian aspek ekonomi,
kelembagaan, dan peraturan perundangan untuk mendukung kebijakan makro

24
pemerintah dalam pengentasan kemiskinan melalui skema jaminan sosial
ketenagakerjaan.
Fungsi negara dalam bidang ekonomi, menurut W. Friedman yaitu sebagai
penjamin (provider) kesejahteraan rakyat, negara sebagai pengatur (regulator),
negara sebagai pengusaha (entrepreneur) atau menjalankan sektor-sektor tertentu
melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan negara sebagai wasit (umpire)
untuk merumuskan standar-standar yang adil mengenai sektor ekonomi termasuk
perusahaan negara (state corporation) (Wolfgang Friedmann, 1971: 3)
Pembangunan nasional merupakan proses perubahan struktural yang
dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Pembangunan adalah proses
natural untuk mewujudkan cita-cita bernegara, yaitu masyarakat makmur sejahtera,
adil, dan merata. Proses natural tersebut dapat terlaksana jika asumsi-asumsi
pembangunan dapat dipenuhi, yaitu kesempatan kerja atau partisipasi termanfaatkan
secara penuh (full employment), setiap orang memiliki kemampuan yang sama (equal
productivity, equal access, level playing field), dan masing-masing pelaku bertindak
rasional (efficient) (Gunawan Sumodiningrat, 2001: 3).

Salah satu upaya penanggulangan kemiskinan adalah dengan memutus mata


rantai kemiskinan melalui pemberdayaan kelompok masyarakat yang memiliki usaha
pada sektor paling kecil (UKM) dan sektor informal (Euis Amalia, 2009: 2).
1. Dasar Hukum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja
yang Melakukan Pekerjaan Diluar Hubungan Kerja

a. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial

Sistem Jaminan Sosial Tenaga Kerja Nasional merupakan program negara


yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka perlu dibentuk Badan
Penyelenggara yang berbentuk badan hukum berdasarkan prinsip kegotongroyongan,
nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat
wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan dana jaminan sosial tenaga kerja
seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan

25
peserta. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan berfungsi
menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan kematian,
program jaminan pensiun, dan jaminan hari tua.
BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 bertugas untuk:
o melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;

o memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;

o menerima bantuan iuran dari pemerintah;

o mengelola dana jaminan sosial tenaga kerja untuk kepentingan peserta;

o mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial


tenaga kerja;

o membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai


dengan ketentuan program jaminan sosial tenaga kerja; dan

o memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan


sosial tenaga kerja kepada peserta dan masyarakat.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia


Nomor: PER-24/MEN/VI/2006 tentang Pedoman Program Jaminan Sosial Tenaga
Kerja yang Melakukan Pekerjaan di Luar Hubungan Kerja Tenaga kerja yang
melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja, memungkinkan mengalami kecelakaan,
sakit, hamil, bersalin, dan meninggal dunia sehingga perlu mendapatkan
perlindungan melalui program jamsostek. Tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di
luar hubungan kerja mempunyai kekhususan tertentu sehingga program perlindungan
jamsostek tersebut perlu ditetapkan penyelenggaraan program jamsostek bagi tenaga
kerja di luar hubungan kerja dengan peraturan menteri.

2. Kebijakan Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja


Sektor Informal atau Tenaga Kerja Mandiri di Kota Semarang

Pembangunan sektor ketenagakerjaan sebagai bagian dari upaya pembangunan


sumber daya manusia merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dengan

26
pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dan pelaksanaan Undang-
Undang Dasar Tahun 1945. Pembanguan sektor ketenagakerjaan diarahkan pada
peningkatan harkat, martabat, dan kemampuan manusia, serta kepercayaan pada diri
sendiri dalam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera, adil dan makmur baik
material maupun spiritual. Dalam pembangunan nasional, peran serta tenaga kerja
sektor informal atau tenaga kerja mandiri yaitu tenaga kerja yang melakukan
pekerjaan diluar hubungan kerja semakin meningkat dengan disertai berbagai
tantangan dan risiko yang dihadapinya. Oleh karena itu kepada tenaga kerja sektor
informal tersebut perlu diberikan perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan
kesejahteraan sehingga pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas nasional.
Program jaminan sosial tenaga kerja yang menanggulangi risiko-risiko sekaligus
akan menciptakan ketenangan kerja yang pada gilirannya akan membantu
meningkatkan produktivitas kerja, jaminan sosial tenaga kerja mendukung
kemandirian dan harga diri manusia dalam menghadapi risiko sosial ekonomi.
Program jaminan sosial tenaga kerja merupakan perlindungan dasar bagi tenaga kerja
dan keluarganya yang memberikan ganti rugi dalam hal ini jika terjadi kecelakaan
kerja, jaminan kematian, dan jaminan hari tua. Dengan demikian pada hakikatnya
program jaminan sosial tenaga kerja ini memberikan kepastian hukum
berlangsungnya penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau
seluruh penghasilan yang hilang. Berdasarkan hasil wawancara dengan para kepala
bidang yang ada di Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan yakni di Kantor Semarang I dan Semarang II berkaitan dengan
keikutsertaan tenaga kerja khususnya dalam program jaminan sosial tenaga kerja
sektor informal, sebagai berikut:
• Setiap tenaga kerja mandiri diwajibkan dalam keikutsertaan program jaminan
sosial tenaga kerja untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi bagi
tenaga kerja di luar hubungan kerja atau tenaga kerja mandiri.

• Tenaga kerja diluar hubungan kerja atau tenaga kerja mandiri wajib
mengikutsertakan dirinya dalam program jaminan sosial tenaga kerja, karena
dapat memberikan perlindungan hukum kepada tenaga kerja mandiri atas
risiko sosial ekonomi.

27
• Tenaga kerja mandiri dalam kepesertaan program jaminan sosial tenaga kerja
diwajibkan untuk mengikutsertakan dirinya menjadi peserta jaminan sosial
tenaga kerja, karena tenaga kerja memerlukan jaminan sosial tenaga kerja
guna menjaga kelangsungan hidupnya dan keluarganya.

3. Kebijakan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Berbasis Keadilan untuk


Meningkatkan Kesejahteraan
Kebijakan jaminan sosial ketenagakerjaan berbasis keadilan perlu
mempertimbangkan beberapa aspek untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yakni:
▪ Perlunya peningkatan sosialisasi/penyuluhan jamsostek khususnya
kepada pekerja informal
▪ Penertiban terhadap pungutan diluar pajak yang dapat menimbulkan
beban berlebihan (tax burden) bagi pekerja

▪ Peningkatan jumlah, kemampuan dan kualitas petugas BPJS


ketenagakerjaan agar menjadi kompeten dan profesional

▪ Peningkatan motivasi dan komitmen BPJS ketenagakerjaan sebagai


pengelola dana

▪ Pemberian insentif kepada pekerja sektor informal untuk mendorong


pertumbuhan usahanya melalui pelatihan-pelatihan, bantuan sarana
dan prasarana, modal bergulir dan lain-lain

▪ Perlu dilakukan evaluasi dan sinkronisasi Peraturan/SOP untuk


disesuaikan dengan perkembangan perekonomian

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan Jaminan sosial


ketenagakerjaan bagi sektor informal adalah: komitmen pemerintah (BPJS) yang
kuat (political will) untuk mendorong pertumbuhan jumlah peserta melalui regulasi
yang berbasis keadilan. Pelaku sektor informal perlu ditumbuhkan kesadaran
mengikuti jamsostek guna meningkatkan kesejahteraannya. Agar dana hasil
pemungutan iuran tersebut dapat dialokasikan untuk mendorong pertumbuhan sektor

28
informal misalnya dalam bentuk pemberian modal, pelatihan, keterampilan,
pembinaan yang intensif.

Kesimpulan

Peran serta tenaga kerja sektor informal atau tenaga kerja mandiri yaitu
tenaga kerja yang melakukan pekerjaan diluar hubungan kerja semakin meningkat
dengan disertai berbagai tantangan dan risiko yang dihadapinya. Oleh karena itu
kepada tenaga kerja sektor informal tersebut perlu diberikan perlindungan,
pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan sehingga pada gilirannya akan
meningkatkan produktivitas nasional. Program jaminan sosial tenaga kerja yang
menanggulangi risiko-risiko sekaligus akan menciptakan ketenangan kerja yang pada
gilirannya akan membantu meningkatkan produktivitas kerja, jaminan sosial tenaga
kerja mendukung kemandirian dan harga diri manusia dalam menghadapi risiko
sosial ekonomi. Program jaminan sosial tenaga kerja merupakan perlindungan dasar
bagi tenaga kerja dan keluarganya yang memberikan ganti rugi dalam hal ini jika
terjadi kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan hari tua. Dengan demikian
pada hakikatnya program jaminan sosial tenaga kerja ini memberikan kepastian
hukum berlangsungnya penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian
atau seluruh penghasilan yang hilang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala bidang yang ada di Kantor
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan yakni di Kantor
Semarang II berkaitan dengan keikutsertaan tenaga kerja khususnya dalam program
jaminan sosial tenaga kerja sektor informal, sebabagi berikut:
o Setiap tenaga kerja mandiri diwajibkan dalam keikutsertaan program
jaminan sosial tenaga kerja untuk memberikan perlindungan sosial
ekonomi bagi tenaga kerja di luar hubungan kerja atau tenaga kerja
mandiri.
o Tenaga kerja diluar hubungan kerja atau tenaga kerja mandiri wajib
mengikutsertakan dirinya dalam program jaminan sosial tenaga kerja,
karena dapat memberikan perlindungan hukum kepada tenaga kerja
mandiri atas risiko sosial ekonomi.

29
o Tenaga kerja mandiri dalam kepesertaan program jaminan sosial tenaga
kerja diwajibkan untuk mengikutsertakan dirinya menjadi peserta jaminan
sosial tenaga kerja, karena tenaga kerja memerlukan jaminan sosial tenaga
kerja guna menjaga kelangsungan hidupnya dan keluarganya.

o Keikutsertaan program jaminan sosial tenaga kerja, pihak tenaga kerja


mandiri merupakan suatu kewajiban. Oleh sebab itu tenaga kerja di luar
hubungan kerja wajib ikut serta dalam program kerja jaminan sosial tenaga
kerja sehingga mendapat perlindungan hukum dan kepastian hukum guna
kelangsungan hidup tenaga kerja dan keluarganya.

30
BAB-IV

PENUTUP

Work Incentives ( Insentif Kerja )


Jaminan Sosial mempengaruhi ukuran tenaga kerja melalui kemauan pekerja
dan pasangannya (suami atau istri) untuk berpartisipasi dalam angkatan kerja
dengan mengendalikan usia pensiun. Manfaat jaminan sosial yaitu mengurangi
insentif bahwa pekerja yang lebih tua mungkin harus bekerja melebihi usia di
mana mereka dapat mulai mengumpulkan tunjangan.

Dalam teori Hayman menyatakan bahwa dengan adanya jaminan sosial pada
tenaga kerja akan memberikan insentif berupa motivasi bekerja dengan
menambah rentang usia untuk bekerja, sehingga waktu yang seharusnya dapat
digunakan untuk bersantai jika tidak mendapat jaminan sosial dalam keadaan ini
seseorang rela menggunakan waktunya untuk tetap bekerja sehingga mendapat
penghasilan lebih, ditambah tunjangan yang akan dia dapatkan setelah pensiun.
Dengan demikian orang tersebut akan mendapatkan keuntungan yang lebih
tinggi dibanding orang dengan usia kerja normal dan tidak mendapat jaminan
pension

Peran serta tenaga kerja sektor informal atau tenaga kerja mandiri yaitu
tenaga kerja yang melakukan pekerjaan diluar hubungan kerja semakin
meningkat dengan disertai berbagai tantangan dan risiko yang dihadapinya. Oleh
karena itu kepada tenaga kerja sektor informal tersebut perlu diberikan
perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan sehingga pada
gilirannya akan meningkatkan produktivitas nasional. Program jaminan sosial
tenaga kerja yang menanggulangi risiko-risiko sekaligus akan menciptakan
ketenangan kerja yang pada gilirannya akan membantu meningkatkan
produktivitas kerja, jaminan sosial tenaga kerja mendukung kemandirian dan
harga diri manusia dalam menghadapi risiko sosial ekonomi. Program jaminan
sosial tenaga kerja merupakan perlindungan dasar bagi tenaga kerja

31
dan keluarganya yang memberikan ganti rugi dalam hal ini jika terjadi
kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan hari tua. Dengan demikian
pada hakikatnya program jaminan sosial tenaga kerja ini memberikan kepastian
hukum berlangsungnya penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti
sebagian atau seluruh penghasilan yang hilang.

32

Anda mungkin juga menyukai