Anda di halaman 1dari 15

PERAN BPJS KETENAGAKERJAAN (BPJAMSOSTEK) TERHADAP

JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

Nama :

M. Fierre Da Firsta

170410229010

Dosen Pengampu :

Dr. Novie Indrawati Sagita, S.IP., M.Si.

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, tim penulis dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul “PERAN BPJS KETENAGAKERJAAN (BPJAMSOSTEK) TERHADAP
JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA” dengan tepat waktu. Tak lupa shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurah limpah kepada Nabi Muhammad Shalallahu alayhi
wasallam yang telah membawa Islam yang penuh ilmu pengetahuan bagi seluruh umat
manusia untuk kemaslahatan hidup di dunia dan akhirat. Semoga kita tetap menjadi
umat yang didambakan oleh beliau.

Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Metodologi Ilmu Pemerintahan. Penulis
berterimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Dr. Novie Indrawati Sagita, S.IP.,
M.Si., yang telah membimbing penyusunan laporan penelitian ini. Semoga Allah ta’ala
membalas kebaikan ibu. Sebagai penutup penulis menyadari bahwa Makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, baik dari materi maupun dari segi tata bahasa. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan Makalah ini. Terima kasih.

Jatinangor, 30 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................2
Daftar Isi.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................6
1.3 Tujuan............................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................7
2.1 Perlindungan Sosial........................................................................................8
2.2 Jaminan Sosial................................................................................................9
2.3 Peran Jaminan Sosial BPJamsostek kepada Tenaga Kerja di Indonesia........10
BAB III PENUTUP....................................................................................................
3.1 Kesimpulan....................................................................................................13
3.2 Saran...............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat.1 Tenaga kerja adalah pelaku pembangunan dan pelaku ekonomi baik
secara individu maupun secara kelompok, sehingga mempunyai peranan yang sangat
penting dalam aktifitas perekonomian nasional, yaitu untuk meningkatkan produktivitas
dan kesejahteraan masyarakat.2 Menurut Alam (2014) tenaga kerja adalah penduduk
dengan usia antara 17 tahun sampai 60 tahun yang bekerja untuk menghasilkan uang
sendiri. Dan menurut Hamzah (2014), tenaga kerja adalah tenaga yang bekerja didalam
maupun luar hubungan kerja dengan alat produksi utama dalam proses produksi baik
fisik maupun pikiran.

adanya tenaga kerja merupakan salah satu faktor utama dalam sistem
pembangunan perekomomian. Pasalnya, tenaga kerja terlibat secara langsung pada
sebuah proses produksi barang atau jasa yang mampu menggerakan roda perekonomian,
sehingga tanpa adanya mereka perekonomian bangsa akan terhambat.3 Oleh karenanya
diperlukan pembangunan ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja
dan peran sertanya dalam pembangunan serta peningkatan perlindungan tenaga kerja
dan keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Menurut Pasal 4
Undang-Undang Nomer 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pembangunan
ketenagakerjaan bertujuan untuk memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja
secara optimal dan manusiawi, mewujudkan pemerataan kesempatan kerja, memberikan
perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan dan meningkatkan
kesejahteraan tenanga kerja dan keluarganya.

1
UU No 13 Tahun 2003
2
Adrian Sutedi. 2008. Hukum Perburuhan. Sinar Grafika. Jakarta. Hal. 2.
3
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/kelas-11-tips-pintar/tenaga-kerja-menurut-fungsi-pokok-dalam-
perusahaan-14660/
Menurut Undang-Undang No 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja, Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam
bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang
atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh
tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal
dunia. Jaminan sosial tenaga kerja (workers’ social security) adalah suatu bentuk
perlindungan yang diberikan kepada pekerja dan keluarganya terhadap berbagai resiko
pasar tenaga kerja (labor market risks), misalnya: resiko kehilangan pekerjaan,
penurunan upah, kecelakaan kerja, sakit, cacat, lanjut usia, meninggal dunia, dan lain-
lain. Jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) merupakan bagian dari sistem
perlindungan sosial (social protection) yang memberikan perlindungan tidak hanya
kepada mereka yang bekerja saja, tetapi juga kepada seluruh masyarakat.

Dalam halnya negara juga wajib mensejahterakan pekerja dengan berbagai cara
apapun. Negara kesejahteraan yang dimaksud adalah suatu bentuk pemerintahan
demokratis yang menegaskan bahwa negara bertanggung jawab terhadap kesejahteraan
rakyat (setidaknya secara minimal), bahwa pemerintah harus mengatur pembagian
kekayaan negara agar tidak ada rakyat yang kelaparan, tidak ada rakyat yang memenuhi
ajalnya karena tidak memperoleh jaminan sosial.4 Program jaminan sosial merupakan
salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial
ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan negara.
Indonesia seperti halnya negara berkembang lainnya, mengembangkan program
jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai
oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.5 Program
yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan terdiri dari 5 (lima) program, yaitu
Jaminan Kecelakaan, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, Jaminan Kematian dan dan
Jaminan Kehilangan Pekerjaan.

Program jaminan sosial yang dibuat BPJS Ketenagakerjaan tersebut sebagai


salah satu bentuk perlindungan sosial yang diberikan negara kepada pekerja dalam

4
Yudi Latief, “Negara Paripurna: historisitas, rasionalitas, dan aktualitas Pancasila”, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2011), halaman 584.
5
https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/tentang-kami.html
menjamin perlindungan tenaga kerja. Oleh karena itu penulis tertarik membuat makalah
ini dengan judul “PERAN BPJS KETENAGAKERJAAN (BPJAMSOSTEK)
TERHADAP JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA”

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peran BPJS Ketenagakerjaan (BPJamsostek) terhadap jaminan sosial


tenaga kerja?
2. Apa saja jaminan sosial yang diberikan kepada tenaga kerja?
3. Apakah jaminan sosial tersebut dapat menjaga kesejahteraan tenaga kerja
Indonesia?

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah diatas, dibuatnya makalah ini bertujuan untuk sebagai berikut :

1. mengetahui peran BPJS Ketenagakerjaan dalam menjamin jaminan sosial tenaga


kerja Indonesia
2. Untuk mengetahui apakah jaminan sosial dapat menjaga kesejahteraan sosial
tenaga kerja Indonesia
3. sebagai Referensi dan bahan bacaan terkait peran BPJS Ketenagakerjaan
terhadap jaminan sosial tenaga kerja Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perlindungan Sosial

Menurut UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, perlindungan


sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk mencegah dan menangani risiko dari
guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat
agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar
minimal. Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), perlindungan sosial
adalah istilah yang lebih luas yang mencakup jaminan sosial; yang sangat erat kaitannya
dengan pengentasan kemiskinan (berbeda dengan asuransi sosial tetapi sama dengan
bantuan sosial) dan menjamin akses ke pelayanan kesehatan melalui inisiatif yang
berbasis publik, perorangan, atau masyarakat. Perlindungan sosial bertujuan untuk
menghindari deprivasi ( meningkatkan standar hidup ) dan kerawanan terhadap
deprivasi ( melindungi dari turunnya standar hidup ).

Sistem perlindungan sosial (social protection) dapat dilihat sebagai alat untuk
memenuhi sekurang-kurangnya beberapa kebutuhan dasar manusia. Saat ini
perlindungan sosial telah diterima hampir secara universal, baik sebagai alat
penanggulangan kemiskinan maupun pencegah kemiskinan. Hampir kebanyakan negara
anggota ILO (International Labor Organization) yang berjumlah 164 negara memiliki
sekurang-kurangnya satu program jaminan sosial (Purwoko, 1999). Bahkan
perlindungan sosial juga dicantumkan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
(HAM) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yaitu bahwa setiap orang berhak
mendapat perlindungan apabila mencapai hari tua, menderita sakit, mengalami cacat,
menganggur, dan meninggal dunia. Program perlindungan sosial pada hakekatnya
memiliki tujuan mulia untuk mengatasi kemiskinan dan kerentanan sosial melalui upaya
peningkatan dan perbaikan kapasitas penduduk dalam melindungi dirinya dari bencana
dan kehilangan pendapatan.6
Sistem perlindungan sosial (social protection) mencakup semua tindakan yang
ditujukan untuk: (i) membantu individu, rumahtangga, dan masyarakat dalam
menghadapi berbagai risiko kehidupan; dan (ii) menyediakan bantuan bagi masyarakat
6
https://icom.co.id/blog/index.php/explore/general-articles/artikel-umum/118-definisi-perlindungan-sosial
yang miskin secara kronis.7 Perlindungan sosial pada prinsipnya merupakan salah satu
aset ekonomi yang berfungsi sebagai sistem perlindungan dasar bagi masyarakat beserta
keluarganya terhadap resiko-resiko sosial-ekonomi. Perlindungan sosial sebagai bagian
dari kebijakan ekonomi makro juga merupakan salah satu komponen hak asasi manusia
yang berdimensi luas bagi harkat dan martabat manusia. Dalam pelaksanaannya
perlindungan sosial berkaitan dengan kewajiban negara untuk melindungi warga
negaranya. Dengan demikian pemerintah bertanggung jawab untuk memastikan
penyelenggaraannya dan ikut serta membiayainya.

2.2 Jaminan Sosial

Pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia sesungguhnya mengacu pada


konsep negara kesejahteraan. Dimana dalam Pasal 28H ayat (3) UUD 1945
menyebutkan bahwa “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.” Serta pada
Pasal 34 ayat (2) yang menyebutkan bahwa “Negara mengembangkan sistem jaminan
sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.” Hal ini menekankan bahwa prinsip
keadilan sosial mengamanatkan tanggung jawab pemerintah dalam pembangunan
kesejahteraan sosial. Oleh karena itu untuk membangun kesejahteraan sosial secara
menyeluruh, negara melalui UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional mengembangkan sistem jaminan sosial nasional yang bertujuan memberikan
kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Berdasarkan UU 40/2004, yang dimaksud sistem jaminan sosial nasional adalah suatu
tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara
jaminan sosial.8
Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Sistem
Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial
oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial (UU No. 40 Tahun 2004). Sama
halnya dengan Kertonegoro (2008) mengatakan bahwa Jaminan sosial merupakan

7
World Bank (2000).
8
https://learninghub.id/jaminan-sosial-apa-saja-yang-diberikan-oleh-indonesia-kepada-warganya/
konsepsi kesejahteraan yang melindungi resiko baik sosial maupun ekonomi masyarakat
dan membantu perekonomian nasional dalam rangka mengoreksi ketidakadilan
distribusi penghasilan dengan memberikan bantuan kepada golongan ekonomi rendah
(Sentanoe, 2003:10). Jelas bahwa jaminan menjamin santunan sehingga tenaga kerja
terlindungi terhadap ketidakmampuan bekerja dalam penghasilan dan menjamin
kebutuhan dasar bagi keluarganya sehingga memiliki sifat menjaga nilai-nilai manusia
terhadap ketidakpastian dan keputusasaan.
Badan Penyelenggara Kesehatan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah
badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial (UU No.
24 Tahun 2014). Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tugas Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial adalah sebagai berikut:
a. Melakukan dan/ atau menerima pendaftaran peserta;
b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan
pemberi kerja;
c. Menerima bantuan iuran dari pemerintah;
d. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta;
e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan
sosial;
f. Membayarkan Manfaat dan/ atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan
ketentuan program jaminan sosial; dan
g. Memerikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada
peserta dan masyarakat.
BPJS Ketenagakerjaan (BPJamsostek) mempunyai lima program jaminan sosial sebagai
bentuk perlindungan sosial tenaga kerja di Indonesia yaitu : Jaminan Hari Tua (JHT),
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Pensiun (JP), dan
Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP).

2.3. Peran Jaminan Sosial BPJS Ketenagakerjaan kepada Tenaga Kerja di Indonesia
Program Jaminan Sosial yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan
terdiri dari 5 (lima) program, yaitu Jaminan Kecelakaan, Jaminan Hari Tua, Jaminan
Pensiun, Jaminan Kematian dan dan Jaminan Kehilangan Pekerjaan. Berikut penjelasan
program jaminan sosial yang diselenggarakan BPJS Ketenagakerjaan :
1. Jaminan Hari Tua
Jaminan Hari Tua (JHT) adalah manfaat uang tunai yang dibayarkan sekaligus
pada saat peserta: memasuki usia pensiun, meninggal dunia atau mengalami cacat total
tetap. Peserta JHT adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia yang telah membayar iuran. Besaran iuran JHT
bagi peserta penerima upah adalah sebesar 5,7% dari upah yang dilaporkan, dengan
rincian 3,7% ditanggung oleh Pemberi Kerja/Perusahaan dan 2% ditanggung oleh
Tenaga Kerja. Pengajuan manfaat JHT klaim secara penuh tidak melihat minimal
kepesertaan. Masa kepesertaan berapapun diperkenankan untuk mengajukan pencairan
manfaat JHT sepanjang tenaga kerja benar dan terbukti tidak sedang bekerja (telah
berhenti dari perusahaan).

2. Jaminan Kecelakaan Kerja


Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) adalah manfaat berupa uang tunai dan/atau
pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat peserta mengalami kecelakaan kerja atau
penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan
yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan
dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja. Jumlah premi yang ditetapkan adalah sebesar 0,24 – 1,74 persen dari
upah per bulan. Seluruhnya terdapat lima tingkat premi yang didasarkan pada kelompok
jenis usaha yang pengelompokannya diatur dalam PP No. 14 Tahun 1993 tentang
“Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja”. Tampaknya pengelompokan
ini didasarkan pada persepsi mengenai besarnya resiko kecelakaan kerja untuk setiap
jenis usaha. Hak untuk menuntut manfaat JKK menjadi gugur apabila telah lewat waktu
5 (lima) tahun sejak kecelakaan kerja terjadi atau sejak penyakit akibat kerja didiagnosa.

3. Jaminan Kematian
Kematian merupakan Manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli waris
ketika peserta meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja. Besaran manfaat
jaminan kematian yang di berikan kepada ahli waris tenaga kerja adalah :
a. Santunan kematian sebesar Rp. 20.000.000;
b. Santunan berkala dibayar sekaligus sebesar 24x Rp500.000,0 = Rp12.000.000,- (dua
belas juta rupiah);
c. Biaya pemakaman sebesar Rp. 10.000.000;
d. Manfaat beasiswa setelah peserta memiliki masa iur paling singkat 3 tahun untuk
paling banyak 2 (dua) orang anak yang memenuhi persyaratan, diberikan berkala setiap
tahun sesuai dengan tingkat pendidikan anak dengan ketentuan;
1). TK sampai dengan SD/sederajat sebesar Rp.1.500.000,- per orang per tahun
maksimal 8 tahun;
2). SMP/sederajat sebesar Rp.2.000.000,- per orang per tahun maksimal 3 tahun
3). SMA/sederajat sebesar Rp. 3.000.000,0 per orang per tahun maksimal 3 tahun
4). Pendidikan tinggi maksimal S1/pelatihan sebesar Rp.12.000.000,- per orang per
tahun maksimal 5 tahun.

4. Jaminan Pensiun
Jaminan Pensiun adalah Jaminan Sosial yang bertujuan untuk mempertahankan
derajat kehidupan yang layak bagi peserta/ahli waris dengan memberikan penghasilan
pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia
pensiun, mengalami cacat total tetap atau meninggal dunia. Peserta Jaminan pensiun
terdiriatas:
a. Pekerja yang bekerja pada pemberi kerja penyelenggara negara; dan
b. Pekerja yang bekerja pada pemberi kerja selain penyelenggara negara.
Manfaat jaminan pensiun diberikan dalam bentuk manfaat pasti dengan formula 1% x
masa iur (bulan iur/12) x rata-rata upah tertimbang. Besarannya ditentukan oleh masa
iur dan upah selama masa iur.

5. Jaminan Kehilangan Pekerjaan


Jaminan Kehilangan Pekerjaan adalah jaminan sosial yang diberikan kepada
pekerja/buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) berupa manfaat uang
tunai, akses informasi pasar kerja dan pelatihan kerja. Program JKP bertujuan untuk
mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada saat pekerja kehilangan pekerjaan.
Pekerja dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak saat terjadi resiko akibat
pemutusan hubungan kerja seraya berusaha mendapatkan pekerjaan kembali. Awal
kepesertaan program JKP dimulai sejak berlakunya PP 37 Tahun 2021 tentang
penyelenggaraan program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) yaitu bulan Februari
2021.
Undang-Undang No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja pasal 46A ayat 1
menyatakan bahwa Pekerja/Buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja berhak
mendapatkan jaminan kehilangan pekerjaan. Dalam pasal 156 dinyatakan bahwa dalam
hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha wajib membayar uang pesangon dan/
atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima.
Dengan adanya kedua ketentuan tersebut maka baik JKP maupun uang pesangon
merupakan hak setiap tenaga kerja/buruh yang mengalami PHK. Cara pengajuan
manfaat JKP elalui SISNAKER (sistem informasi ketenagakerjaan) yang terintegrasi
antara Kemenaker dan BPJS Ketenagakerjaan melalui akun pada sisnaker. Sisnaker
untuk selanjutnya direbranding menjadi SIAPkerja (siapkerja.kemnaker.go.id).
sedangkan Manfaat JKP akan hilang jika peserta yang terPHK tidak mengajukan
manfaat JKP sampai dengan 3 (tiga) bulan sejak dinyatakan PHK Sesuai PP 37 tahun
2021. 9

Dari penjelasan program di atas bahwa program jaminan sosial BPJS


Ketenagakerjaan sangat berhati-hati dalam menyelenggarakan program jaminan sosial
dan menjaga kepercayaan publik dalam memenuhi tujuan kesejahteraan tenaga kerja di
Indonesia. Semua syarat dan ketentuan dalam mengajukan maupun mengambil atau
klaim manfaat program di atur dengan jelas dan tidak mempersulit tenaga kerja.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban
Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai
dengan kondisi kemampuan keuangan negara. Indonesia seperti halnya negara
berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial melalu badan usaha
BPJS Ketenagakerjaan atau bisa disebut juga BP Jamsostek. Indonesia seperti halnya
negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan
funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas
pada masyarakat pekerja di sektor formal. BPJS Ketenagakerjaan mempunyai lima
program jaminan sosial sebagai bentuk perlindungan sosial tenaga kerja di Indonesia
yaitu : Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian
(JK), Jaminan Pensiun (JP), dan Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP).
Program jaminan sosial ini diselennggarakan sebagai bentuk perhatian dari
pemerintah kepada tenaga kerja di Indonesia dalam menjaga kesejahteraan masyarakat.
Dengan adanya program ini, para tenaga kerja tidak perlu khawatir atas segala kejadian
yang tidak diinginkan terjadi ketika sedang masa kerja ataupun setelah bekerja.
Pemerintah melalui badan usaha BPJS Ketenagakerjaan mempertahankan etika dan
moral dalam menjaga kepercayaan publik terkait pentingnya keberadaan pemerintah
kepada warga negara terkhusus tenaga kerja di indonesia melalui program jaminan
sosial ini. Dengan adanya program ini pekerja dan keluarga di Indonesia dapat
terlindungi, merasa aman, mudah dan nyaman untuk meningkatkan produktivitas dan
memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian bangsa indonesia dengan
tata kelola yang baik.

3.2 Saran

Hasil dari makalah ini adalah peran program jaminan sosial yang
diselenggarakan BPJS Ketenagakerjaan memiliki etika dan tata kelola kerja yang baik
dengan tujuan terciptanya kesejahteraan tenaga kerja. Dalam menjalankan program ini
diharapkan BPJS memperhatikan segala aspek yang bisa saja dialami oleh tenaga kerja
dalam kehidupannya sehari-hari seperti lebih memudahkan pengajuan klaim manfaat
jaminan sosial dan lain-lainnya dengan prinsip keterbukaan dan kemudahan pelayanan
yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

(2022). Diambil kembali dari BPJS Ketenagakerjaan: https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/.


Diakses tanggal 30 Oktober 2022

Articles, G. (2015, 12 15). Defenisi Perlindungan Sosial. Diambil kembali dari Icom:
https://icom.co.id/blog/index.php/explore/general-articles/artikel-umum/118-
definisi-perlindungan-sosial. Diakses tanggal 30 Oktober 2022
Budijarto, A. (2018). Pengaruh Perubahan Sosial Terhadap Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam
Pancasila. Lemhannas RI, 34.

Jaminan Sosial Apa Saja Yang Diberikan Oleh Indonesia Kepada WArganya? (2022, 02 15).
Diambil kembali dari Leearninghub: https://learninghub.id/jaminan-sosial-apa-saja-
yang-diberikan-oleh-indonesia-kepada-warganya/ Diakses tanggal 30 Oktober 2022

Nugroho, A. (2021, 07 06). Reformasi Sistem Perlindungan Sosial Indonesia. Diambil kembali
dari Dit. PAPBN: https://anggaran.kemenkeu.go.id/in/post/reformasi-sistem-
perlindungan-sosial-indonesia

Perwira, D., Arifianto, A., Suryahadi, A., & Sumantro, S. (2003). Perlindungan Tenaga Kerja
Melalui Sistem Jaminan Sosial : Pengalaman Indonesia. Smeru.

Pintar, K. (2022, 01 10). Tenaga Kerja Menurut Fungsi Pokok Dalam Perusahaan. Diambil
kembali dari Kelas Pintar: https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/kelas-11-tips-
pintar/tenaga-kerja-menurut-fungsi-pokok-dalam-perusahaan-14660/

Yudi Latief, “Negara Paripurna: historisitas, rasionalitas, dan aktualitas Pancasila”,


(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011), halaman 584.

Anda mungkin juga menyukai