Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH FUNGSI, PERAN, DAN ASPEK UTAMA

KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Kepemimpinan
Pemerintahan

Dosen Pengampu
Drs. Jajang Sutisna, M.I.Pol.
Rudiana, S.IP., M.Si.

Disusun Oleh
Annisatul Insani Pratama 170410190021
Tinessia Melia Dhini 170410190033
Muhammad Raushan Fikri 170410190035
Marchelino Vieri 170410190041
Ryan Andriansyah 170410190061
Nashah Maitsaa Baliarto 170410190091
Pricsila Grace Hanasbey 170410197001

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Fungsi, Peran, dan Aspek Utama Kepemimpinan Pemerintahan” ini tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok pada Mata Kuliah Kepemimpinan Pemerintahan. Selain itu, tulisan ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang fungsi, peranan, dan aspek
utama dalam kepemimpinan pemerintahan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Maka karena itu, dengan segala kerendahan hati, kamu sampaikan rasa
hormat, dan

terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jajang Sutisna, M.I.Pol. dan Rudiana, S.IP., M.Si. selaku
Dosen Pengampu Mata Kuliah Kepemimpinan Pemerintahan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

2. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
tulisan ini.

Kami menyadari, tulisan yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan tulisan ini. Dan semoga makalah ini juga bisa bermanfaat dan
memberikan nilai yang positif bagi kita semua. Aamiin.

Bandung, 8 September 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................2
1.3 Tujuan ...................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................4

2.1 Fungsi Kepemimpinan ...........................................................................................4

2.1.1 Fungsi Kepemimpinan Menurut Sondang S. P. Siagian ..............................4


2.1.2 Fungsi Kepemimpinan Menurut Hadari Nawawi ........................................5
2.1.3 Fungsi Kepemimpinan Menurut Linda Lambert .........................................7

2.2 Peranan Kepemimpinan .........................................................................................9

2.2.1 Peranan Kepemimpinan dalam Pemerintahan ...........................................11

2.3 Aspek Utama Kepemimpinan ..............................................................................13


2.4 Analisis Aspek Kepemimpinan Ridwan Kamil pada Pilkada Jawa
Barat 2018 ............................................................................................................................15

BAB III PENUTUP .................................................................................................................19

3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................19


3.2 Saran ....................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepemimpinan memiliki kata dasar “pimpin” yang berarti tuntun, bina,


bimbing, dan menunjukan jalan yang baik dan benar, serta mengepalai pekerjaan
atau kegiatan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990, p. 684).
Kepemimpinan dapat dimaknai sebagai seni mempengaruhi dan mengarahkan
orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerja sama yang
bersemangat dalam mencapai tujuan bersama (Rivai, 2003, p. 3).
Kepemimpinan merupakan sebuah konsekuensi logis dari lahirnya suatu
kehidupan di dalam masyarakat. Pemimpin seyogyanya merupakan pribadi yang
dikorbankan, dalam hal ini bermakna sebagai segala bentuk kepentingan pribadi
harus direlakan demi kepentingan bersama dalam upaya tercapainya sebuah cita-
cita yang telah disepakati bersama.
Pada dasarnya, setiap kelompok masyarakat pasti memerlukan seorang
panutan, baik sebagai pengambil keputusan, pengayom, ataupun pelindung. Maka
dari itu, diperlukan seseorang yang memiliki value lebih untuk diberikan gelar
sebagai seorang pemimpin, baik secara resmi ataupun tidak pada kelompok
tersebut. Kepemimpinan mendeskripsikan hubungan di antara pemimpin dengan
yang dipimpin serta bagaimana seorang pemimpin mampu mengarahkan yang
dipimpin. Pemimpin mampu mempengaruhi perilaku para bawahan melalui
berbagai pendekatan dalam mengelola manusia (Garis, 2018, p. 1).
Begitu pula dalam bernegara, diperlukan sesosok figur baik dan kompeten
untuk menjadi pemimpin pemerintah di sebuah negara. Di Indonesia dengan
sistem pemerintahan presidensial, presiden adalah kepala pemerintahan dan
kepala negaranya. Seorang presiden, pemimpin negara bersistem presidensial,
memiliki tugas pokok sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Dalam
lingkup pemerintahan, konsep kepemimpinan yang hadir diberi nomenklatur
kepemimpinan pemerintahan. Walaupun begitu, acuan utama dari kepemimpinan
pemerintahan tak begitu jauh dari konsep kepemimpinan organisasi dan
manajemen.

1
Pemimpin pada hakikatnya merupakan seseorang yang bekerja dengan
menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan
mempengaruhi bawahan terkait tugas yang perlu dilaksanakan. Semakin banyak
jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, maka akan semakin besar
potensi kepemimpinan berjalan dengan efektif. Jenis pemimpin dapat dibagi
menjadi dua, yakni pemimpin formal yang terjadi karena bersandar pada
wewenang formal dan pemimpin nonformal yang bekerja tanpa wewenang formal
dan berhasil mempengaruhi perilaku orang lain (Fattah, 2013, p. 88).
Kepemimpinan pemerintahan merupakan contoh kepemimpinan formal sebab
seorang pemimpin di sektor pemerintahan memerlukan wewenang dan jabatan
formal untuk dapat bekerja mempengaruhi bawahannya dalam upaya memenuhi
kebutuhan masyarakat di sektor publik.
Dalam upaya mengantarkan sebuah organisasi dan instansi meraih
tujuannya, seorang pemimpin memiliki tugas pokok. Tugas pokok kepemimpinan
dapat berjalan dan dilaksanakan dengan baik apabila seorang pemimpin
menjalankan fungsi dan perannya sebagaimana seharusnya. Kemudian, fungsi dan
peranan tersebut dapat dijalankan oleh seorang pemimpin apabila ia merupakan
pemimpin yang baik. Pemimpin dimaknai baik apabila ia telah memenuhi aspek-
aspek utama kepemimpinan di dalam dirinya. Untuk itu, makalah ini disusun
untuk mengetahui apa saja fungsi, peran, dan aspek utama dalam kepemimpinan,
khususnya kepemimpinan pemerintahan. Untuk meningkatkan pemahaman,
analisis juga perlu dihadirkan. Oleh sebab itu, makalah ini menjelaskan juga hasil
analisis kepemimpinan pemerintahan yang ada dalam diri Ridwan Kamil, sosok
pemimpin Jawa Barat yang menarik dan sudah banyak dikenal masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah di dalam makalah ini
di antaranya:

1. Apakah fungsi kepemimpinan di dalam sebuah organisasi dan/atau


instansi?
2. Apakah peranan kepemimpinan di dalam sebuah organisasi dan/atau
instansi?

2
3. Apa sajakah aspek utama dalam kepemimpinan di sebuah organisasi
dan/atau instansi?
4. Bagaimana analisis fungsi, peran, dan aspek utama kepemimpinan
pemerintahan dalam diri Ridwan Kamil?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penyusunan makalah ini di


antaranya adalah:

1. Untuk menjelaskan fungsi-fungsi kepemimpinan dalam sebuah organisasi


dan/atau instansi.
2. Untuk menjelaskan peranan kepemimpinan dalam sebuah organisasi
dan/atau instansi.
3. Untuk menjelaskan aspek utama kepemimpinan dalam sebuah organisasi
dan/atau instansi.
4. Untuk menggambarkan kepemimpinan pemerintahan di dalam diri seorang
pemimpin yang dikenal.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Kepemimpinan

Umumnya, fungsi kepemimpinan adalah untuk mengupayakan agar


kelompok yang dipimpinnya mampu mewujudkan tujuan dengan baik dengan
melalui kerja sama yang bersifat produktif di dalam situasi apapun. Begitu pula
dalam kepemimpinan pemerintahan, fungsi utamanya adalah untuk mengusahakan
agar instansi pemerintah yang dipimpin mampu meraih tujuan bersama.

2.1.1 Fungsi Kepemimpinan Menurut Sondang S. P. Siagian

Fungsi-fungsi kepemimpinanmenurut Sondang S. P. Siagian (Siagian, 1999)


terdiri dari:

1. Kepemimpinan sebagai Penentu Arah


Organisasi dibentuk sebagai wadah untuk mencapai sebuah tujuan.
Arah yang dituju oleh sebuah organisasi dalam upaya meraih tujuan harus
sedemikian rupa sehingga dapat memaksimalkan pemanfaatan seluruh sarana
dan prasarana yang dimiliki. Perumus serta penentu strategi dan taktik adalah
pimpinan dalam organisasi tersebut. Dalam hal ini, kepemimpinan memiliki
fungsi untuk menentukan arah organisasi.
2. Kepemimpinan sebagai Wakil dan Juru Bicara Organisasi
Kebijaksanaan, kegiatan, dan program kerja organisasi perlu
dideskripsikan kepada para pemangku kepentingan eksternal dalam upaya
meningkatkan pengetahuannya terkait kehidupan organisasi yang
bersangkutan. Dalam kepemimpinan pemerintahan, pimpinan lembaga
bertanggung jawab sebagai wakil dan juru bicara kepada stakeholders
eksternal sebagai bentuk implementasi prinsip transparansi dalam good
governance. Pimpinan organisasi atau lembaga perlu mengetahui keputusan
yang telah diputuskan oleh seluruh bagian di bawahnya serta kegiatan yang
berlangsung sebagai pelaksanaan dari keputusan yang telah diambil tersebut.
3. Kepemimpinan sebagai Komunikator yang Efektif

4
Proses komunikasi merupakan kunci utama yang memelihara hubungan
baik dengan stakeholders eksternal ataupun internal. Interaksi yang terjadi di
antara sesama anggota dalam organisasi atau lembaga dimungkinkan terjadi
karena komunikasi yang terjadi bersifat efektif. Komunikasi bersifat sangat
krusial untuk dimiliki pimpinan lembaga atau organisasi pemerintahan dalam
menyampaikan seluruh keputusan dan/atau kebijakan dalam rangka
pengendalian dan pengawasan, pengerahan bawahan, dan penyampaian
informasi kepada pihak lain.
4. Kepemimpinan sebagai Mediator
Dalam kehidupan organisasional, konflik merupakan sesuatu yang pasti
hadir untuk diatasi, baik dalam hubungan eksternal maupun internal
organisasi. Fungsi kepemimpinan sebagai mediator dalam hal ini diutamakan
pada penyelesaian konflik yang mungkin lahir dalam organisasi. Lahirnya
konflik dalam organisasi atau lenbaga adalah tantangan yang harus dihadapi
pimpinan. Untuk mengatasinya dengan rasional, efektif, objektif, serta tuntas,
pimpinan dituntut untuk berperan sebagai mediator yang handal.
5. Kepemimpinan sebagai Integrator
Hadirnya pembagian tugas, sistem alokasi daya, dana, tenaga, dan
diperlukannya spesialisasi pengetahuan serta keterampilan dapat melahirkan
sikap, perilaki, dan/atau tindakan yang berbeda (berkotak-kotak). Oleh sebab
itu, dibutuhkan integrator pada seluruh tingkatan, khususnya hierarki puncak,
yakni pimpinan. Kepemimpinan hadir berfungsi sebagai integrator,
menjalankan peranan integratif berdasar pada pendekatan yang holistik di atas
semua satuan kerja di bawahnya.

2.1.2 Fungsi Kepemimpinan Menurut Hadari Nawawi

Menurut Hadari Nawawi, secara operasional fungsi kepemimpinan dapat


dibedakan menjadi 5 fungsi yaitu (Nawawi, 1995):
1. Fungsi Instruktif
Fungsi instruktif merupakan suatu fungsi pemimpin yang berlangsung
dan bersifat komunikasi satu arah. Dalam hal ini pemimpin sebagai
pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaanya pada mereka

5
yang dipimpin. Pemimpin sebagai seorang komunikator yang menentukan
apa isi perintah, bagaimana cara mengerjakan perintah, bilamana waktu
mulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya serta di mana tempat
mengerjakan perintah. Sehingga keputusan dapat dilaksanakan dengan
efektif.
2. Fungsi Konsultatif
Fungsi Konsultatif merupakan suatu fungsi dimana pemimpin
menggunakan fungsi ini sebagai bentuk dari komunikasi dua arah untuk
menetapkan keputusan yang membutuhkan pertimbangan dan konsultasi
dengan orang yang dipimpinnya. Konsultasi tersebut dilakukan dengan
terbatas yaitu hanya dengan orang-orang yang dinilai memiliki berbagai
bahan informasi yang diperlukan untuk menetapkan suatu keputusan.
3. Fungsi Partisipasi
Fungsi Partisipasi merupakan suatu fungsi dimana pemimpin dapat
mengaktifkan anggotanya dalam pengambilan keputusan ataupun dalam
melaksanakan keputusan. Dalam fungsi ini setiap anggota kelompok
memiliki kesempatan yang sama untuk dapat berpartisipasi dalam
melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok sesuai dengan
posisi ataupun jabatan masing-masing.
4. Fungsi Delegasi
Fungsi delegasi yaitu pemimpin memberikan pelimpahan wewenang
dari membuat sampai pada menetapkan keputusan baik dengan adanya
persetujuan ataupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi ini juga
merupakan sebuah kepercayaan seorang pemimpin kepada seseorang yang
diberikan pelimpahan wewenang tersebut sesuai dengan jabatannya. Dengan
adanya hal ini tentu pemimpin harus dapat memilah dan memilih tugas pokok
organisasinya dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan
kepada orang yang dipercayainya.
5. Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian adalah fungsi pemimpin untuk dapat
membimbing, mengarahkan, mengoordinasi dan mengawasi setiap aktivitas
anggotannya. Fungsi ini memiliki maksud agar kepemimpinan dapat sukses

6
dengan mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dengan
melakukan koordinasi yang efektif. Sehingga pada akhirnya dapat mencapai
tujuan bersama dengan maksimal. Dengan adanya hal ini, maka fungsi
pengendalian ini dapat dilakukan dengan adanya kegiatan bimbingan,
pengarahan, koordinasi dan pengawasan.

2.1.3 Fungsi Kepemimpinan Menurut Linda Lambert

Kepemimpinan dapat mengantarkan sebuah organisasi dan instansi untuk


mencapai tujuannya hanya apabila seorang pemimpin dapat menjalankan
fungsinya sebagaimana seharusnya. Berikut adalah beberapa fungsi
kepemimpinan yang diadaptasi dari Buku The Constructivist Leader karya Linda
Lambert yang dikutip oleh Dr. Asep Suryana., M.Pd. (Suryana, Konsep Dasar
Kepemimpinan, 2016):

1. Fungsi Perencanaan
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi
organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan
organisasi. Manfaat-manfaat tersebut antara lain :
• Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam
pekerjaan untuk memutuskan apa yang akan dilakukan.
• Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai keputusan –
keputusan yang berdasarkan atas fakta – fakta yang diketahui.
• Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan
yang akan dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai.

Perencanaan meliputi dua hal, yaitu :

• Perencanaan tidak tertulis yang akan digunakan dalam jangka pendek,


pada keadaan darurat, dan kegiatan yang bersifat terus menerus.
• Perencanaan tertulis yang akan digunakan untuk menentukan kegiatan
– kegiatan yang akan dilakukan atas dasar jangka panjang dan
menentukan prosedur.
2. Fungsi Memandang ke Depan
Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan
mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap hal

7
hal yang tidak terduga. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses
pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat berlangsung terus menerus tanpa
mengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab itu,
seorang pemimpin harus menyadari terhadap perkembangan situasi baik di
dalam maupun diluar organisasi sehingga mampu mendeteksi hambatan-
hambatan yang muncul, baik yang kecil ataupun yang besar.
3. Fungsi Pengembangan Loyalitas
Pengembangan kesetiaan ini tidak saja di antara pengikut, tetapi juga
unutk para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk
mencapai kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan
baik dalam pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari - hari yang
menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernah
mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat
berjalan sebagaimana mestinya.
4. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan adalah fungsi pemimpin untuk dapat selalu meneliti
kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan hadirnya pengawasan, maka
hambatan-hambatan bisa ditemukan dengan segera untuk kemudian
dipecahkan dan seluruh kegiatan mampu kembali berlangung berdasarkan
rencana yang telah ditetapkan.
5. Fungsi Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak
mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk
melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang
berani mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan dapat
dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi,
referendum, mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya.
Dalam setiap pengambilan keputusan selalu diperlukan kombinasi yang
sebaik-baiknya dari :
• Perasaan, firasat atau intuisi
• Pengumpulan, pengolahan, penilaian dan interpretasi fakta-fakta secara
rasional – sistematis.

8
• Pengalaman baik yang langusng maupun tidak langsung.
• Wewenang formal yang dimiliki oleh pengambil keputusan.
Dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin dapat menggunakan
metode – metode sebagai berikut :
• Keputusan-keputusan yang sifatnya sederhana individual artinya
secara sendirian.
• Keputusan-keputusan yang sifatnya seragam dan diberikan secara terus
menerus dapat diserahkan kepada orang-orang yang terlatih khusus
untuk itu atau dilakukan dengan menggunakan komputer.
• Keputusan-keputusan yang bersifat rumit dan kompleks dalam arti
menjadi tanggung jawab masyarkat lebih baik diambil secara
kelompok atau majelis.
• Keputusan-keputusan yang bersifat rumit dan kompleks sebab
masalahnya menyangkut perhitungan – perhitungan secara teknis agar
diambil dengan bantuan seorang ahli dalam bidang yang akan diambil
keputusannya.
6. Fungsi Memberi Motivasi
Seorang pemimpin harus selalu memiliki sikap penuh perhatian kepada
bawahannya, memberi semangat, membesarkan hati, dan mempengaruhi
bawahannya agar rajin bekerja serta menunjukkan prestasi yang baik terhadap
instansi atau organisasi yang dipimpinnya. Pemberian reward atau anugerah
yang berupa ganjaran, pujian, hadiah, atau ucapan terima kasih sangat
dibutuhkan oleh bawahan dalam upaya memberikan rasa bahwa hasil jerih
payahnya diperhatikan dan dihargai sepenuh hati oleh pemimpin. Di sisi lain,
seorang pemimpin perlu berani serta mampu mengambil sebuah tindakan
bagi bawahannya yang menyeleweng, malas, atau melakukan kesalahan yang
merugikan organisasi dan instansi melalui pemberian celaan, hukuman, dan
teguran yang setimpal.

2.2 Peranan Kepemimpinan

Dalam sebuah instansi atau organisasi, peran kepemimpinan merupakan


faktor yang sangat berpengaruh terhadap terciptanya efektivitas kerja yang baik.

9
Kemajuan yang dicapai dan kemunduran yang dialami oleh suatu instansi maupun
organisasi sangat ditentukan oleh peran kepemimpinan yang dapat dilihat dari
gaya kepemimpinannya. Jika seorang pemimpin mampu untuk mengaplikasikan
gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada dengan
tepat, maka para pegawai dapat bekerja dengan nyaman dan semangat yang tinggi.
Definisi peran kepemimpinan dalam kerangka manajemen, kepemimpinan
merupakan sub sistem dari manajemen. Secara umum, peran merupakan
serangkaian perilaku yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisi sosial,
baik secara formal maupun informal. Kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian
tujuan. Dapat disimpulkan bahwa peranan kepemimpinan adalah seperangkat
perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai
seorang pemimpin. Peranan kepemimpinan ditekankan kepada sederatan tugas-
tugas apa yang perlu dilakukan oleh setiap pemimpin dalam hubungannya dengan
bawahan (Wahjosumidjo, 1994).
Seseorang yang diberi atau mendapatkan sebuah posisi dalam lingkungan
pekerjaan, diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh pekerjaan tersebut atau disebut juga dengan role expectation.
Nanus, Komariah, dan Sujatno mengilustrasikan bahwa terdapat 4 peran
penting untuk tercapainya kepemimpinan yang efektif yaitu (Nanus, 2001, p. 95),
(Komariah & Triatna, 2006, p. 93), (Adi Sujatno, 2008, p. 62):

1. Peran Pemimpin Sebagai Penentu Arah


Pemimpin yang visioner adalah pemimpin yang dapat berperan sebagai
penentu arah. Pemimpin menetapkan sasaran dan melakukan seleksi dengan
mempertimbangkan lingkungan eksternal masa depan yang menjadi tujuan
pengerahan seluruh sumber daya organisasi untuk mencapai visi. Tujuan
suatu organisasi mengacu pada visi organisasi, tanpa visi organisasi tersebut
dapat salah arah. Pemimpin harus mampu mengarahkan pengikutnya agar
tercapainya tujuan organisasi karena tujuan organisasi akan sulit tercapai jika
pemimpin tidak memahami kondisi pengikutnya. Pada hal ini pemimpin
bagaikan alat (kompas) penentu arah yang digunakan oleh seorang nahkoda
di tengah laut kemana tujuan dan sasaran yang dituju.

10
2. Peran Pemimpin Sebagai Agen perubahan
Menjadi agen perubahan adalah lanjutan dari pemimpin sebagai
penentu arah. Perubahan adalah kebutuhan setiap organisasi, baik organisasi
birokrasi pemerintahan maupun organisasi swasta, Hal ini sejalan dengan
dengan visi dan misi masing-masing organisasi serta dinamika perubahan
perkembangan ilmu dan teknologi (Suprapti, 2000:35). Pemimpin yang mau
menerima perubahan dapat dikategorikan pemimpin transfomasional atau
visioner karena melakukan aktivitas mengacu pada visi organisasi. Pemimpin
harus dapat mengantisipasi berbagai perubahan dan perkembangan
lingkungan global serta membuat prediksi tentang implikasinya terhadap
organisasi, mampu membuat skala prioritas bagi perubahan yang diisyaratkan
visinya untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan.
3. Peran Pemimpin Sebagai Juru Bicara
Pemimpin harus memiliki kemampuan menjadi negosiator, mampu
membentuk jaringan hubungan eksternal, menyusun visi dan
mengkomunikasikannya melakukan pemberdayaan serta melakukan
perubahan. Untuk menjadi juru bicara atau pembicara maka seorang
pemimpin sebisa mungkin memiliki kelebihan atau profesional dalam
bidangnya. Selain itu, untuk menjadi pembicara yang efektif harus mampu
membangun jaringan dengan dunia luar, untuk mendapatkan informasi,
dukungan dan ide dari sumber daya yang bermanfaat bagi perkembangan
organisasi.
4. Peran Pemimpin Sebagai Pelatih
Pemimpin harus memberitahu orang lain tentang realita saat ini, visinya
apa atau ke mana tujuannya dan bagaimana untuk merealisasikannya.
Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk membina dan memberdayakan
setiap pengikut sesuai dengan pekerjaan yang telah ditentukan kemudian
mengarahkannya kearah pencapaian visi yang telah dirumuskan dan
pemimpin tersebut mampu menjadikan visi sebagai realita. Selain itu
memberi semangat dan motivasi kepada pengikut untuk maju dan menuntun
bagaimana mengaktualisasikan potensi mencapai visi.

2.2.1 Peranan Kepemimpinan dalam Pemerintahan

11
Kepemimpinan dalam tata kelola pemerintahan adalah kemauan dan
kemampuan untuk memiliki bagian dari suatu instansi pemerintahan dan untuk
terus melakukan yang terbaik sesuai visi dan misi instansi dalam upaya memenuhi
kebutuhan masyarakat di sektor publik. Pemimpin perusahaan yang efektif berdiri
di atas dasar prinsip-prinsip tata kelola yang kokoh. Mereka memiliki misi dan
visi yang jelas untuk masa depan dan menyelaraskan keputusan mereka dengan
mereka. Para pemimpin dalam tata kelola pemerintahan mengikuti strategi khusus
dan membantu menciptakan budaya perusahaan yang kondusif untuk sukses.
Karyawan yang menganut konsep ini secara alami akan mengembangkan
keterampilan kepemimpinan.
Pemimpin cenderung memiliki atribut esensial tertentu. Mereka
mempraktikkan komunikasi dua arah yang sangat baik. Juga, mereka memiliki
kecerdasan emosional dan keterampilan membangun tim yang kuat. Mereka
memahami lanskap persaingan dengan baik dan akan datang dengan saran dan
solusi. Pemimpin yang kuat juga memiliki empati terhadap orang lain dan tahu
bagaimana mengekspresikannya dengan tepat.
(Tummers & Knies, 2016) menemukan bahwa ada empat tanggung jawab
yang harus dilakukan pemimpin dalam rangka menjalankan kepemimpinan
publik, yaitu:

1. Akuntabilitas
Fungsi dari akuntabilitas seorang pimpinan pemerintahan adalah untuk
menstimulasikan bawahan mereka untuk mempertanggungjawabkan tindakan
mereka terhadap stakeholder, contohnya seperti Humas dari Kementerian
Hukum dan HAM yang menjelaskan keada publik bahwa Hak Asasi manusia
berlaku secara setara terhadap seluruh publik.
Kepemimpinan akuntabilitas mendorong karyawan untuk membenarkan
dan menjelaskan kegiatan mereka kepada pemangku kepentingan, sedangkan
kepemimpinan yang mengikuti aturan mendorong karyawan untuk mengikuti
aturan dan peraturan pemerintah.
2. Mengikuti aturan dan kebijakan legislatif (rule-following)

12
Pemimpin yang meyakinkan bawahan mereka untuk beritndak sesuai
dengan regulasi pemerintah seperti contohnya kepala sekolah yang memberi
tahu para guru untuk mengajar siswa sesuai dengan regulasi sekolah.
3. Loyalitas Politis
Pemimpin yang membuat bawahan mereka untuk bertindak sesuai
dengan kepentingan partai politik walaupun dampaknya akan merugikan
untuk mereka dan negara contohnya seperti presiden yang memaksa untuk
melakukan sebuah keputusan tentang project pembangunan infrastruktur
walaupun sebenarnya secara teori tidak mungkin bisa dilakukan.
4. Tata Kelola Jaringan
Pemimpin yang membuat bawahannya untuk selalu memiliki koneksi
terhadap stakeholder seperti contohnya seorang kepala kantor menyuruh
bawahannya untuk melakukan press conference dan meeting di berbagai
tempat untuk menemukan stakeholder baru.

2.3 Aspek Utama Kepemimpinan

Dalam menentukan arah kepemimpinan, diperlukan sebuah fungsi


transformasi kepemimpinan. Transformasi menjadi sebuah kebutuhan mendasar
walaupun sulit dan memerlukan investasi waktu yang panjang, tetapi merupakan
faktor penentu keberhasilan dan keefektifan eksistensi kepemimpinan. Proses
transformasi kepemimpinan dapat membawa hasil yang efektif jika ada aspek
kepemimpinan sebagai berikut (Benjamin Bukit & Rahmat, 2017):

1. Kepemimpinan yang kuat


Seorang pemimpin bukanlah seorang diktator/otoriter, tetapi pemimpin
team yang bekerja habis-habisan untuk organisasi dan dengan berani
mempertaruhkan jabatan dan kedudukannya untuk menghadapi fakta-fakta
brutal. Kepemimpinan yang kuat juga bukanlah seorang populis yang
cenderung mencari aman dan menghindari tekanan-tekanan.
2. Dukungan bawahan
Pemimpin yang kuat tidak ada artinya jika tidak didukung oleh
bawahan-bawahannya yang rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan
masa depannnya. Mereka rela menghadapi masa-masa sulit, stress, masa-

13
masa yang penuh dengan ketidakpastian, dan mungkin pula komentar-
komentar yang tidak sehat dari berbagai pihak. Mereka bertarung di antara
teman-teman, melewati konflik demi konflik, sampai akhirnya menemukan
jalan.
3. Komunikasi yang jelas
Pemimpin harus punya seni dalam berkomunikasi, baik verbal maupun
non-verbal. Kepemimpinan memerlukan komunikasi massa yang melibatkan
banyak orang. Tanpa kepiawaian komunikasi dan dukungan team komunikasi
yang baik, kepemimpinan tidak akan efektif.
4. Komitmen pemimpin.
Pemimpin juga harus membangun komitmen yang harus dimulai dari dirinya
sendiri.

Aspek penting di dalam sebuah kepemimpinan tercantum di dalam buku


yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia (2009). Buku tersebut karya
dari Edy Sutrisno. Dijelaskan bahwa kepemimpinan memiliki tiga aspek penting,
di antaranya adalah sebagai berikut (Sutrisno, 2009):

1. Seorang pemimpin harus melibatkan orang lain


Orang lain yang dimaksud di sini adalah sebagai pengikut, bawahan,
atau anggota-anggota kelompok. Kesediaan dari anggota kelompok dalam
menerima sebuah arahan dari pemimpin tentu akan membantu. Melalui hal
tersebut, akan membantu menegaskan status pemimpin. Selain itu, akan
memungkinkan terjadinya sebuah proses kepemimpinan. Tanpa adanya
bawahan atau anggota, semua sikap dan sifat dari kepemimpinan seorang
pemimpin menjadi tidak relevan.
2. Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan
Aspek kedua, kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak
sama di antara pemimpin dan para anggota kelompok. Maksud dari aspek ini
adalah anggota kelompok tetap memiliki kuasa di dalam sebuah organisasi.
Mereka dapat membentuk kegiatan kelompok melalui berbagai cara. Akan
tetapi, kekuasaan dari pemimpin organisasi cenderung akan lebih tinggi, jika
dibandingkan dengan anggota kelompoknya.
3. Kepemimpinan sebagai kemampuan dalam menggunakan kekuasaan

14
Aspek ketiga dari kepemimpinan adalah sebagai kemampuan dalam
menggunakan berbagai bentuk kekuasaan. Kekuasaan yang dimiliki oleh
seorang pemimpin umumnya akan digunakan dalam memengaruhi perilaku
anggota kelompoknya. Hal itu dilakukan melalui sejumlah cara.
Pada dasarnya, para pemimpin akan memengaruhi para anggota
kelompoknya. Supaya anggota kelompok dapat melakukan pengorbanan
secara pribadi. Pengorbanan tersebut digunakan demi tujuan organisasi. Oleh
karena itu, para pemimpin diharapkan memiliki kewajiban khusus dalam
mempertimbangkan etika, saat akan mengambil sebuah keputusan.

2.4 Analisis Aspek Kepemimpinan Ridwan Kamil pada Pilkada Jawa Barat
2018

Aspek kepemimpinan yang hadir dalam seorang pemimpin atau calon


pemimpin pemerintah daerah merupakan faktor penting yang berperan sebagai
penentu terpilihnya dalam kontestasi, dalam hal ini Pilkada. Penyelenggaraan
pemilihan kepala daerah (Pilkada) juga merupakan salah satu perwujudan dari
implementasi sistem politik demokrasi di Indonesia. Pilkada serentak tahun 2018
yang salah satunya diselenggarakan di Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu
gelaran pesta demokrasi yang dinanti-nanti oleh masyarakat Jawa Barat, sebab
dengannya masyarakat akan memilih pasangan calon kepala daerah yang mampu
melanjutkan dan terus mendorong program-program pembangunan yang
bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Bagi pasangan calon kepala daerah
yang bersaing dalam Pilkada, mereka akan bekerja keras untuk memperoleh
kemenangan dengan meyakinkan masyarakat untuk memilih dirinya dengan
menawarkan visi dan misi serta rencana program kerja yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
Pada Pilkada Jawa Barat 2018, disuguhkan persaingan antara tiga pasang
calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang penuh dengan pertarungan gagasan
yang dimiliki. Pasangan nomor urut 1 yaitu Ridwan Kamil & Uu Ruzhanul Ulum
(RINDU), pasangan nomor urut 2 yaitu Tubagus Hasanudin-Anton Charliyan
(Hasanah), dan yang memiliki nomor urut 3 yaitu Sudrajat-Syaikhu (Asyik).
Ketiga pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur menjalankan serangkaian

15
tahapan yang dikeluarkan oleh KPU, di antaranya adalah pemberkasaan, verifikasi
berkas, penetapan calon, kampaye, debat gagasan dan visi misi, sampai yang
terkahir dilakukan pengambilan suara yang menganut asas Langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil.
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Barat Yayat Hidayat telah
mengesahkan hasil rekapitulasi suara pemilihan Gubernur Jawa Barat, di Aula
KPU Jawa Barat, Jalan Garut, Kota Bandung, Ahad, 8 Juli 2018. Rapat pleno
rekapitulasi hasil suara pemilihan Gubernur Jawa Barat atau Pilgub Jabar 2018
telah usai. Pasangan nomor urut 1, Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum,
berhasil mendapatkan suara terbanyak berdasarkan hasil rekapitulasi itu. Pasangan
Ridwan-Uu mendapatkan 7.226.254 suara atau unggul dengan torehan 32,88
persen. Pasangan Ridwan-Uu unggul dengan selisih 4,14 persen dari pesaing
terdekatnya, yakni pasangan nomor urut tiga, Sudrajat-Ahmad Syaikhu, dengan
raihan 6.317.465 suara atau setara dengan hitungan 28,74 persen. (Juli Hantoro,
2018).
Ridwan Kamil sebagai pemenang kontestasi Pilkada Jawa Barat 2018
merupakan contoh baik untuk dianalisis aspek kepemimpinan yang ada di dalam
dirinya. Dalam memandang kepemimpinan seorang Ridwan Kamil, sudah
menjadi umum masyarakat Jawa Barat melihatnya sebagai orang yang “mengikuti
perkembangan zaman” yang berarti beliau memimpin dengan gaya milenial. Gaya
kepemimpinan tersebut sudah menjadi khas darinya sejak 2013 terpilih menjadi
Wali Kota Bandung. Ridwan Kamil dapat diklasifikasikan sebagai salah satu
contoh pemimpin dengan kepemimpinan transformasional dikarenakan sosoknya
sebagai individu yang inovatif dan mengisnpirasi (Assyifa, 2021).
Pendekatan beliau kepada pengikutnya dengan cara menyelaraskan tujuan
yang lebih besar dari individual para pengikut, pemimpin, kelompok, dan
organisasi. Ridwan Kamil dinilai sebagai pemimpin transaksional dengan artian
sebagai pembimbing atau pendorong bawahan mereka dengan tujuan yang telah
diletakkan, dengan cara menjelaskan peranan dan tugas yangdipersyaratkan.
Pemimpin bercorak transaksional adalah mereka yang memimpin lewat
pertukaran sosial. Contohnya, politisi memimpin dengan cara “menukar satu hal
dengan hal lain: pekerjaan dengan suara, atau subsidi dengan kontribusi

16
kampanye. Pemimpin bisnis bercorak transaksional menawarkan reward finansial
bagi produktivitas atau tidak memberi reward atas kurangnya produktivitas.
Ridwan Kamil dinilai sebagai sosok yang memberi wewenang luas kepada
para bawahan. Terdapat berbagai permasalahan yang mengikut sertakan bawahan
untuk menyelesaikan masalah yang ada. Kota Bandung sekarang sudah mulai
banyak perubahan semenjak dipimpin oleh sosok Ridwan Kamil. Di tangan
Ridwan Kamil, Kota Bandung sudah mulai menunjukkan suatu impian yang
diimpikan oleh masyarakat Bandung.
Gaya Kepemimpinan lainnya yang tercermin dari Ridwan Kamil adalah
sosoknya yang moralis. Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah
umumnya mereka hangat dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki
empati yang tinggi terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah
hati. Segala bentuk kebajikan ada dalamdiri pemimpin ini. Orang-orang yang
datang karena kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya.
Ridwan Kamil selalu berusaha untuk menghadirkan berbagai keputusan
yang bermanfaat bagi banyak orang, terutama bagi para warga Bandung. Beliau
mengatakan bahwa perubahan tidak harus selalu datang dari inisiatif pemerintah.
Maka dari itu, beliau sangat senang mengedepankan partisipasi dari masyarakat
dalam menentukan arahkebijakan Kota Bandung.
Saat menjabat menjadi Wali Kota bandung, beliau membentuk banyak tim
penasihat yang berasal dari berbagai elemen masyarakat. Setidaknya ada 12 tim
kebijakan walikota yangsetiap saat beliau minta pertimbangan ketika akan
mengeluarkan kebijakan. Sebagai seorang pemimpin, tentu Ridwan Kamil sudah
memiliki perencanaan yang matang untuk setiap program dan juga kebijakan
yangakan beliau ambil.
Melihat histori kerja dan aspek kepemimpinan yang ada di dalam diri
Ridwan Kamil, tidak mengherankan pada Pilakada Jawa Barat 2018, elektabilitas
Ridwan Kamil & Uu Ruzhanul Ulum dalam menggaet hati masyarkat Jawa Barat
bisa dikatakan tinggi. Ridwan Kamil & Uu Ruzhanul Ulum memiliki aspek
kepemimpinan yang baik. Sudah 4 tahun Ridwan Kamil & Uu Ruzhanul Ulum
menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat yang mana

17
kompabilitas, kapabilitas dan akseptabilitas Ridwan Kamil & Uu Ruzhanul Ulum
tidak dapat diragukan kembali.
Terlihat dari hal yang sederhana Ridwan Kamil & Uu Ruzhanul Ulum
merupakan putra asli daerah Jawa Barat yang memiliki moral dan intelektual yang
baik, masyarakat banyak yang menjadikan Ridwan Kamil & Uu Ruzhanul Ulum
sebagai idola karena sikap dan karakternya patut dicontoh. Dari segi gagasan dan
program yang Ridwan Kamil & Uu Ruzhanul Ulum mengedepankan kalaborasi
dan inovatif, terutama dalam program penangan COVID-19 kolaborasi sangat
penting antara segala kalangan masyarakat dan pemerintah. Seperti kerjasama
vaksinisasi, perlengkapan APD, perlengkapan obat-obatan dan lain sebagainya
sudah dipenuhi terbukti sekarang perlahan berbagai wilayah di Jawa Barat yang
semula dalam keadaan darurat COVID-19 mulau pulih seperti sediakala namun
tetap dengan protokol kesehatan yang ketat.
Keterbukaan dan transparansi informasi sangat dibutuhkan masyarakat,
Ridwan Kamil & Uu Ruzhanul Ulum mengakomodir hal tersebut dengan
sederhananya aktif di sosial media pribadi maupun miliki Pemda Jawa Barat.
Ridwan Kamil & Uu Ruzhanul Ulum tidak lupa kepada generasi muda Jawa Barat
untuk terus senantiasa mengambangkan pengetahuan dalam literasi, karena
Ridwan Kamil & Uu Ruzhanul Ulum sadar siapa nanti yang akan melanjutkan
tonggak estafet kepemimpinan Jawa Barat dengan program seperti, Makan
Jengkol (Mari Kita Antar Jemput Buku dengan Kolaborasi). Makan Jengkol
merupaka program yang digagas Ridwan Kamil & Uu Ruzhanul Ulum untuk
memperbaiki dan melengkapi fasilitas perpustakaan yang ada di sekolah-sekolah,
pesantren, perpustakaan daerah dan sebagainya. Diharapkan dengan fasilitas yang
sudah baik, minat baca para generasi muda meningkat.
Dengan berbagai gaya kepemimpinan tersebut, bukan berarti beliau tidak
memiliki kelemahan. Dengan sifat Ridwan Kamil yang ‘demokratis’ dalam
menjalankan kepemimpinannya, terdapat sisi buruk jika pemimpin tersebut terlalu
demokratis dan hal ini merupakan sesuatu yang harus diantisipasi oleh beliau
karena terkadang keputusan dan tindakan dapat menjadi lambat bahkan bisa
membuat pekerjaan tidak selesai tepat waktu jika kontrol pada bawahan kurang
tegas.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemimpin seyogyanya merupakan pribadi yang dikorbankan, dalam hal ini


bermakna sebagai segala bentuk kepentingan pribadi harus direlakan demi
kepentingan bersama dalam upaya tercapainya sebuah cita-cita yang telah
disepakati bersama. Kepemimpinan mendeskripsikan hubungan di antara
pemimpin dengan yang dipimpin serta bagaimana seorang pemimpin mampu
mengarahkan yang dipimpin.
Pada dasarnya, setiap kelompok masyarakat pasti memerlukan seorang
panutan, baik sebagai pengambil keputusan, pengayom, ataupun pelindung. Maka
dari itu, diperlukan seseorang yang memiliki value lebih untuk diberikan gelar
sebagai seorang pemimpin, baik secara resmi ataupun tidak pada kelompok
tersebut.
Begitu pula dalam bernegara, diperlukan sesosok figur baik dan kompeten
untuk menjadi pemimpin pemerintah di sebuah negara. Di Indonesia dengan
sistem pemerintahan presidensial, presiden adalah kepala pemerintahan dan
kepala negaranya. Seorang presiden, pemimpin negara bersistem presidensial,
memiliki tugas pokok sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Dalam
lingkup pemerintahan, konsep kepemimpinan yang hadir diberi nomenklatur
kepemimpinan pemerintahan. Walaupun begitu, acuan utama dari kepemimpinan
pemerintahan tak begitu jauh dari konsep kepemimpinan organisasi dan
manajemen.
Dalam upaya mengantarkan sebuah organisasi dan instansi meraih
tujuannya, seorang pemimpin memiliki tugas pokok. Tugas pokok kepemimpinan
dapat berjalan dan dilaksanakan dengan baik apabila seorang pemimpin
menjalankan fungsi dan perannya sebagaimana seharusnya. Kemudian, fungsi dan
peranan tersebut dapat dijalankan oleh seorang pemimpin apabila ia merupakan
pemimpin yang baik. Pemimpin dimaknai baik apabila ia telah memenuhi aspek-
aspek utama kepemimpinan di dalam dirinya.

19
Fungsi kepemimpinan menurut Sondang S. P. Siagian terdiri dari sebagai
penentu arah, wakil dan juru bicara, komunikator yang efektif, mediator, dan
integrator. Di sisi lain, menurut Hadar Nawawi, fungsi kepemimpinan terdiri dari
instruktif, konsultatif, partisipasi, delegasi, dan pengendalian. Terakhir, menurut
Linda Limbert, fungsi kepemimpinan dapat pula dilihat dari fungsi manajemen,
yakni perencanaan, memandang ke depan, pengembangan loyalitas, pengawasan,
pengambilan keputusan, dan pemberi motivasi.
Selanjutnya, untuk dapat memenuhi kriteria sebagai pemimpin yang baik,
seorang pemimpin perlu memenuhi aspek-aspek seperti kepemimpinan yang kuat,
dukungan dari bawahan, komunikasi yang jelas, dan komitmen.
Ridwan Kamil sebagai Gubernur Provinsi Jawa Barat menarik untuk diteliti
fungsi, peran, dan aspek kepemimpinannya sejak beliau menjabat menjadi Wali
Kota Bandung pada 2013. Aspek kepemimpinan yang dimilikinya berhasil
mengantarkan Ridwan Kamil kembali menjadi pemimpin daerah di ranah yang
lebih luas lagi melalui Pilkada 2018.
Beliau memiliki gaya kepemimpinan yang baik dengan gaya milenial,
demokratis dan kharismatik. Ridwan Kamil juga seorang pemimpin dengan
kepemimpinan transformasional dikarenakan sosoknya sebagai individu yang
inovatif dan mengisnpirasi. Selain, itu juga beliau serta memiliki pendekatan
dengan masyarakat, membimbing dan mendorong bawahan dengan baik.
Kemudian, setelah empat tahun bekerja menjadi pemimpin daerah Provinsi
Jawa Barat, Ridwan Kamil & Uu Ruzhanul Ulum dinilai memiliki moral dan
intelektual yang baik sehingga masyarakat banyak yang menjadikan nya sebagai
idola. Namun, meskipun demikian dengan sifat Ridwan Kamil yang ‘demokratis’
dalam menjalankan kepemimpinannya, terdapat sisi yang dinilai sebagian
politikus buruk jika pemimpin tersebut terlalu demokratis. Untuk itu, hal ini
merupakan sesuatu yang harus diantisipasi oleh beliau karena terkadang
keputusan dan tindakan dapat menjadi lambat bahkan bisa membuat pekerjaan
tidak selesai tepat waktu jika kontrol pada bawahan kurang tegas. Sehingga, dapat
disimpulkan juga bahwa dalam setiap aspek kepemimpinan yang hadir dalam
seorang pemimpin memiliki kelebihan dan kekurangan nya masing-masing.

20
3.2 Saran

• Dalam menjaga kepemimpinan demokratis, harus dibarengi dengan sifat


atau sikap tegas agar keputusan atau segala tindakan dapat berjalan
dengan efektif dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
• Aspek kepemimpinan demokrartif yang harus terus dijaga agar dapat
memberi contoh kepada pemimpin-pemimpin yang akan datang.
• Pemenuhan aspek kepemimpinan akan mendorong terlaksananya peran
dan fungsi pemimpin dalam bekerja yang kemudian seiring berjalannya
waktu akan mengantarkan sebuah instansi dan organisasi untuk mencapai
tujuannya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Adi Sujatno, M. (2008). Traktat Etis Kepemimpinan Nasional. Jakarta: Wahana


Semesta Intermedia.
Benjamin Bukit, T. M., & Rahmat, A. (2017). Pengembangan Sumber Daya
Manusia (Teori, Dimensi Pengukuran, dan Implementasi dalam
Organisasi). Yogyakarta: Zahir Publishing.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1990). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Fattah, N. (2013). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Garis, R. R. (2018). Kepemimpinan Pemerintahan pada Era Globalisasi (Kajian
tentang Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia). Moderat: Jurnal
Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 4(1), 1-11.
Juli Hantoro, A. (2018, Juli 8). Rekapitulasi KPU, Ridwan Kamil Menang Pilgub
Jabar 2018. Retrieved from pilkada.tempo.co:
https://pilkada.tempo.co/read/1104904/rekapitulasi-kpu-ridwan-kamil-
menang-pilgub-jabar-2018/full&view=ok
Komariah, A., & Triatna, C. (2006). Visionary Leadership menuju Sekolah
EFektif. Bandung: Bumi Aksara.
Nanus, B. (2001). Kepemimpinan Visioner. Jakarta: Prenhallindo.
Nawawi, H. (1995). Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Rivai. (2003). Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Cahaya Ilmu.
Siagian, S. P. (1999). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryana, A. (2016). Konsep Dasar Kepemimpinan. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka. Retrieved from https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-
content/uploads/pdfmk/MPDR5301-M1.pdf
Suryana, A. (n.d.). Modul 1 Konsep Dasar Kepemimpinan. Retrieved September
08, 2022, from https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-
content/uploads/pdfmk/MPDR5301-M1.pdf

22
Sutrisno, E. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Tummers, L., & Knies, E. (2016). Measuring Public Leadership: Developing
Scales for Four Key Public Leadership Roles. Public Administration, 1-34.
Wahjosumidjo. (1994). Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

23

Anda mungkin juga menyukai