ANALISIS KEPEMIMPINAN
BERDASARKAN MULTI INDIKATOR
Disusun oleh:
FITRIANA WINDI KINANTI
8236159347
MARISSA
8236159351
1. Pemimpin Otokratik
a. Persepsi
Seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang
sangat egois, Egoismenya yang sangat besar akan mendorongnya
memutarbalikkan kenyataan yang sebenarnya sehingga sesuai
dengan apa yang secara subjektif diinterpretasikannya sebagai
kenyataan. Orang lain akan memperoleh kesan bahwa pemimpin
tersebut memandang organisasi sebagai milik pribadi yang dapat
digunakannya dengan sekehendak hatinya. Dengan demikian ia
tidak akan mau menerima saran dan pandangan dari para
bawahannya (Ridwanafandi, 2011).
b. Nilai
Dari segi nilai yang dianut, pemimpin otokratik itu menganut nilai bahwa
segala sesuatu tindakannya dianggap benar bilamana tindakan tersebut adalah untuk
mempercepat tercapainya tujuan-tujuannya. Dan bilamana ada suatu tindakan yang
dianggap tidak benar, maka tindakan tersebut dianggap sebagai penghalang dan harus
disingkirkan (Anonim, 2009).
c. Sikap
Dari segi sikap yang diambil, pemimpin otokratik itu akan menunjukkan sikapnya
dalam bentuk:
1) Kecenderungannya memperlakukan bawahan sama dengan alat dalam organisasi
dan kurang menghargai harkat dan martabat bawahannya.
2) Mengutamakan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa
adanya keterkaitan dengan kepentingan dan kebutuhan bawahan.
3) Mengabaikan peranan bawahan dalam proses pengambilan keputusan, sehingga
bawahan hanya dituntut untuk sebagai pelaksana saja (Anonim, 2009)
d. Perilaku
Dari segi perilaku, pemimpin otokratik akan sangat sulit bahkan tidak akan
mau menerima saran dan pandangan dari bawahannya. Terlebih lagi dalam bentuk
kritik, maka dapat diartikan sebagai usaha merongrong kekuasaannya (Anonim,
2009).
e. Gaya Kepemimpinan
Dengan demikian, gaya kepemimpinan seseorang yang otokratik dalam
prakteknya mempunyai gaya sebagai berikut:
1) Menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya.
2) Dalam hal penegakan disiplin, gaya kepemimpinannya akan bersifat kaku.
3) Bernada keras dan paksa dalam pemberian perintah atai instruksi.
4) Menggunakan pendekatan punitif (hukuman) bilamana terjadi kesalahan atau
penyimpangan oleh bawahan (Anonim, 2009).
2. Pemimpin Demokratis
a. Persepsi
Ditinjau dari segi presepsinya tentang kehadiran atau keberadaannya dan
peranannya selaku pemimpin dalam kehidupan organisasional. Pemimpin yang
demokratis biasanya memandang peranannya selaku koordinator dari berbagai
unsur dan komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas.
Seorang pemimpin yang demokratis biasanya menyadari bahwa mau tidak mau
organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas
aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilaksanakan demi
tercapainya tujuan dan berbagai sasaran organisasi. Akan tetapi dia mengetahui
pula bahwa perbedaan tugas dan kegiatan, yang sering bersifat spesialistik, tidak
boleh dibiarkan menimbulkan cara berpikir dan cara bertindak yang berkotakkotak.
Tidak kecil peranan yang dimainkan oleh nilai-nilai yang dianut oleh seorang
pemimpin yang demokratis dalam peningkatan usahanya menjadi pemimpin yang
efektif. Keseluruhan nilai-nilai yang dianut berangkat dari filsafat hidup yang
presepsi,
sikap,
perilaku
dan
gaya
kepemimpinan
seseorang
(Ridwanafandi, 2011).
b. Nilai
Seorang pemimpin yang demokratik melihat bahwa dalam
perbedaan
sebagai
kenyataan
hidup,
harus
terjamin
menjunjung
tinggi
harkat
dan
martabat
manusia,
bahwa
para
bawahan
itu
berbuat kesalahan
5) Hanya pemimpin yang mengetahui seluk beluknya organisasional, sehingga
keputusan diambil oleh pemimpin dan bawahan
6) tinggal melaksanakannya saja. Konsekuensinya,
para
bawahan
tidak
c. Sikap
Pemimpin paternalistik sering bersikap terlalu melindungi dan sering bersikap
bahwa dirinyalah yang serba mengetahui segala hal.
d. Perilaku
e. Gaya kepemimpinan
Gaya pemimpin paternalistik menganggap bawahannya sebagai anak yang
belum dewasa, anak yang tidak mampu menjadi dewasa. Karena itu ia selalu
membuat segala sesuatu untuk anak. Ia mengatur, ia yang mengambil prakarsa, ia
yang merencanakan, dan ia pula yang melaksanakan menurut pahamnya sendiri. Ia
tidak bersikap diktator tetapi ia juga sangat membatasi kemungkinan anak buahnya
untuk turut serta dalam merumuskan kebijaksanaan dan mengambil keputusan.
Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil inisiatif dan
untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasi.
4. Pemimpin Bebas/laissez faire
a. Persepsi
Seorang pemimpin yang Laizes Faire tentang peranannya sebagai pemimpin
berkisar pada pandangannya bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan lancar
dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah
dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa
yang dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan
seorang
pemimpin
tidak
perlu
selalu
sering
intervensi
dalam
kehidupan
5) Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi
kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalam organisasi berada pada tingkat
yang minimum.
DAFTAR PUSTAKA