Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH KEPEMIMPINAN

ANALISIS KEPEMIMPINAN
BERDASARKAN MULTI INDIKATOR

Disusun oleh:
FITRIANA WINDI KINANTI

8236159347

MARISSA

8236159351

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016

ANALISIS KEPEMIMPINAN BERDASARKAN MULTI INDIKATOR

1. Pemimpin Otokratik
a. Persepsi
Seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang
sangat egois, Egoismenya yang sangat besar akan mendorongnya
memutarbalikkan kenyataan yang sebenarnya sehingga sesuai
dengan apa yang secara subjektif diinterpretasikannya sebagai
kenyataan. Orang lain akan memperoleh kesan bahwa pemimpin
tersebut memandang organisasi sebagai milik pribadi yang dapat
digunakannya dengan sekehendak hatinya. Dengan demikian ia
tidak akan mau menerima saran dan pandangan dari para
bawahannya (Ridwanafandi, 2011).
b. Nilai
Dari segi nilai yang dianut, pemimpin otokratik itu menganut nilai bahwa
segala sesuatu tindakannya dianggap benar bilamana tindakan tersebut adalah untuk
mempercepat tercapainya tujuan-tujuannya. Dan bilamana ada suatu tindakan yang
dianggap tidak benar, maka tindakan tersebut dianggap sebagai penghalang dan harus
disingkirkan (Anonim, 2009).
c. Sikap
Dari segi sikap yang diambil, pemimpin otokratik itu akan menunjukkan sikapnya
dalam bentuk:
1) Kecenderungannya memperlakukan bawahan sama dengan alat dalam organisasi
dan kurang menghargai harkat dan martabat bawahannya.
2) Mengutamakan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa
adanya keterkaitan dengan kepentingan dan kebutuhan bawahan.
3) Mengabaikan peranan bawahan dalam proses pengambilan keputusan, sehingga
bawahan hanya dituntut untuk sebagai pelaksana saja (Anonim, 2009)
d. Perilaku

Dari segi perilaku, pemimpin otokratik akan sangat sulit bahkan tidak akan
mau menerima saran dan pandangan dari bawahannya. Terlebih lagi dalam bentuk
kritik, maka dapat diartikan sebagai usaha merongrong kekuasaannya (Anonim,
2009).
e. Gaya Kepemimpinan
Dengan demikian, gaya kepemimpinan seseorang yang otokratik dalam
prakteknya mempunyai gaya sebagai berikut:
1) Menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya.
2) Dalam hal penegakan disiplin, gaya kepemimpinannya akan bersifat kaku.
3) Bernada keras dan paksa dalam pemberian perintah atai instruksi.
4) Menggunakan pendekatan punitif (hukuman) bilamana terjadi kesalahan atau
penyimpangan oleh bawahan (Anonim, 2009).
2. Pemimpin Demokratis
a. Persepsi
Ditinjau dari segi presepsinya tentang kehadiran atau keberadaannya dan
peranannya selaku pemimpin dalam kehidupan organisasional. Pemimpin yang
demokratis biasanya memandang peranannya selaku koordinator dari berbagai
unsur dan komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas.
Seorang pemimpin yang demokratis biasanya menyadari bahwa mau tidak mau
organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas
aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilaksanakan demi
tercapainya tujuan dan berbagai sasaran organisasi. Akan tetapi dia mengetahui
pula bahwa perbedaan tugas dan kegiatan, yang sering bersifat spesialistik, tidak
boleh dibiarkan menimbulkan cara berpikir dan cara bertindak yang berkotakkotak.
Tidak kecil peranan yang dimainkan oleh nilai-nilai yang dianut oleh seorang
pemimpin yang demokratis dalam peningkatan usahanya menjadi pemimpin yang
efektif. Keseluruhan nilai-nilai yang dianut berangkat dari filsafat hidup yang

menunjang tinggi harkat dan martabat manusia. Pemimpin yang demokratis


memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi. Satu rumus yang
nampaknya sangat sederhana, akan tetapai sesungguhnya merupakan sumber dari
semua

presepsi,

sikap,

perilaku

dan

gaya

kepemimpinan

seseorang

(Ridwanafandi, 2011).
b. Nilai
Seorang pemimpin yang demokratik melihat bahwa dalam
perbedaan

sebagai

kenyataan

hidup,

harus

terjamin

kebersamaan. Nilai yang dianutnya berangkat dari filsafat hidup


yang

menjunjung

tinggi

harkat

dan

martabat

manusia,

memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi. Nilai


tersebut tercermin dari sikapnya dalam hubungannya dengan
bawahannya, misalnya dalam proses pengambilan keputusan
sejauh mungkin mengajak peran serta bawahan sehingga
bawahan akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar.
c. Sikap
Sikap kepemimpinan demokratis sangat menghargai potensi setiap individu
dan mau mendengarkan setiap keluhan, saran dan nasehat dari bawahan serta
mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat
dan kondisi yang tepat.

Kepemimpinan ini sering juga disebut sebagai

kepemimpinan group developer karena memiliki sifat kreatif, dinamis, inovatif,


mampu memberikan/melimpahkan wewenang dengan baik serta menaruh
kepercayaan kepada bawahan dan lebih mengutamakan kesejahteraan, harkat dan
martabat manusia.
d. Perilaku
Gaya kepemimpinan demokratis diwujudkan dengan dominasi perilaku
sebagai pelindung dan penyelamat danperilaku yang cenderung memajukan dan

mengembangkanorganisasi/kelompok. Di samping itu diwujudkan juga melalui


perilakukepemimpinan sebagai pelaksana (eksekutif).
e. Gaya Kepemimpinan
Pemimpin yang bergaya demokratik, sadar bahwa ia mengatur manusia dalam
martabatnya sebagai manusia berderajat sama. Karena itu pemimpin tetap
berusaha menghormati dan memperhitungkan pendapat serta saran orang lain. Ia
akan menghindari hal-hal yang dirasakan tidak sejalan dengan martabat
manusiawi bawahannya. Pembantu-pembantu terdekat ia perlakukan sebagai
rekan dan bawahan yang terendah pun akan ia hormati sebagai subyek yang
berhak mempunyai harga diri dan memiliki pendapat sendiri. Kepemimpinan yang
menghargai sifat dan kemampuan setiap staf, senang menerima saran, pendapat
dan bahkan kritikan dari bawahan, selalu berusaha mengutamakan kerjasama
teamwork dalam usaha mencapai tujuan, selalu berusaha menjadikan bawahan
lebih sukses dari dirinya, selalu berusaha mengembangkan kapasitas diri
pribadinya sebagai pemimpin, menggunakan kekuatan posisi dan pribadinya
untuk mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan
sendiri, membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya, informasi
diberikan seluas-luasnya dan terbuka, memberikan wewenang secara luas kepada
para bawahan dan setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan
sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin
memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab kepada para
bawahannya. Pemimpin demokratik hanya menunjukkan sasaran yang ingin
dicapai saja, tentang cara untuk mencapai sasaran tersebut, anggota yang
menentukan. Selain itu, anggota juga diberi keleluasaan untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
3. Pemimpin Paternalistik
a. Persepsi

Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam


kehidupan organisasi dapat dikatakan diwarnai oleh harapan bawahan kepadanya.
Harapan bawahan berwujud keinginan agar pemimpin mampu berperan sebagai
bapak yang bersifat melindungi dan layak dijadikan sebagai tempat bertanya dan
untuk memperoleh petunjuk, memberikan perhatian terhadap kepentingan dan
kesejahteraan bawahannya. Pemimpin yang paternalistik mengharapkan agar
legitimasi kepemimpinannya merupakan penerimaan atas peranannya yang dominan
dalam kehidupan organisasional. Berdasarkan persepsi tersebut, pemimpin
paternalistik menganut nilai organisasional yang mengutamakan kebersamaan. Nilai
tersebut mengejawantah dalam sikapnya seperti kebapakan, terlalu melindungi
bawahan. Sikap yang demikian tercermin dalam perilakunya berupa tindakannya
yang menggambarkan bahwa hanya pemimpin yang mengetahui segala kehidupan
organisasional, pemusatan pengambilan keputusan pada diri pemimpin. Dengan
penonjolan dominasi keberadaannya dan penekanan kuat pada kebersamaan, gaya
kepemimpinan paternalistik lebih bercorak pelindung, kebapakan dan guru (Putra,
2012).
b. Nilai
Nilai nilai organisasional yang dianut pemimpin paternalistik:
1) Mengutamakan kebersamaan
2) Kepentingan bersama dan perlakuan yang seragam terlihat menonjol
3) Hubungan atasan dengan bawahan lebih bersifat informal
4) Pemimpin paternalistik terlalu melindungi para bawahan yang pada gilirannya
dapat berakibat

bahwa

para

bawahan

itu

takut bertindak karena takut

berbuat kesalahan
5) Hanya pemimpin yang mengetahui seluk beluknya organisasional, sehingga
keputusan diambil oleh pemimpin dan bawahan
6) tinggal melaksanakannya saja. Konsekuensinya,
para

bawahan

tidak

dimanfaatkan sebagai sumber informasi, ide, dan saran.Para


7) bawahan tidak didorong untuk berfikir inovatif dan kreatif (Erlangga, Frinaldi,
& Magriasti, 2013).

c. Sikap
Pemimpin paternalistik sering bersikap terlalu melindungi dan sering bersikap
bahwa dirinyalah yang serba mengetahui segala hal.
d. Perilaku
e. Gaya kepemimpinan
Gaya pemimpin paternalistik menganggap bawahannya sebagai anak yang
belum dewasa, anak yang tidak mampu menjadi dewasa. Karena itu ia selalu
membuat segala sesuatu untuk anak. Ia mengatur, ia yang mengambil prakarsa, ia
yang merencanakan, dan ia pula yang melaksanakan menurut pahamnya sendiri. Ia
tidak bersikap diktator tetapi ia juga sangat membatasi kemungkinan anak buahnya
untuk turut serta dalam merumuskan kebijaksanaan dan mengambil keputusan.
Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil inisiatif dan
untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasi.
4. Pemimpin Bebas/laissez faire
a. Persepsi
Seorang pemimpin yang Laizes Faire tentang peranannya sebagai pemimpin
berkisar pada pandangannya bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan lancar
dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah
dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa
yang dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan
seorang

pemimpin

tidak

perlu

selalu

sering

intervensi

dalam

kehidupan

organisasional. Singkatnya, seorang pemimpin yang Laizes Faire melihat peranannya


sebagai polisi lalu lintas. Dengan anggapan bahwa anggota organisasi sudah
mengetahui dan cukup dewasa untuk taat kepada peraturan permainan yang berlaku ,
seorang pemimpin yang Laizes Faire cendrung memilih peranan yang pasif dan

membiarkan organisasi berjalan menurut temponya sendiri tanpa banyak mencampuri


bagaimana organisasi harus dijalankan dan digerakkan.
Dengan sikap yang permisif, perilaku seseorang pemimpin yang Laizes Faire
cenderung mengarah kepada tindak tanduk yang memperlakukan bawahan sebagai
rekan sekerja hanya saja kehadirannya sebagai pemimpin diperlukan sebagai akibat
dari adanya struktur dan hirarki organisasional (Ridwanafandi, 2011).
b. Nilai
Nilai yang dianut dalam menyelenggarakan fungsi kepemimpinan bertolak
dari filsafat hidup bahwa pada dasarnya manusia memiliki rasa solidaritas dalam
kehidupan bersama, mempunyai kesetiaan kepada sesama dan kepada organisasi, taat
kepada norma norma dan peraturan yang telah disepakati bersama. Nilai yang tepat
dalam hubungan atasan -

bawahan adalah nilai yang didasarkan kepada saling

mempercayai yang besar.


c. Sikap
Sikap pemimpin laissez faire biasanya permisif. Dengan sikap yang permisif,
perilakunya cenderung mengarah pada tindakan yang memperlakukan bawahan
sebagai akibat dari adanya struktur dan hirarki organisasi.
d. Perilaku
Dengan sikap yang permisif, perilakunya cenderung mengarah pada tindakan
yang memperlakukan bawahan sebagai akibat dari adanya struktur dan hirarki
organisasi.
e. Gaya kepemimpinan
Gaya Kepemimpinan tipe ini adalah :
1) Pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif
2) Pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih
rendah dan kepada petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang
nyata-nyata menuntut keterlibatannya langsung.
3) Status quo organisasional tidak terganggu
4) Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindah yang
inovatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan sendiri.

5) Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi
kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalam organisasi berada pada tingkat
yang minimum.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2009). Tipe Pemimpin Otokratik _ Belajar Management. Retrieved from


https://belajarmanagement.wordpress.com/2009/06/18/tipe-pemimpin-otokratik/
Erlangga, F., Frinaldi, A., & Magriasti, L. (2013). PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN
PATERNALISTIK TERHADAP MOTIVASI KERJA PEGAWAI DINAS SOSIAL DAN
TENAGA KERJA KOTA PADANG. Humanus, XII (2), 174195.
Putra, O. M. (2012). KEMBANG TIDUR tipe dan pola kepemimpinan. Retrieved from
http://ozymachy.blogspot.co.id/2012/08/tipe-dan-pola-kepemimpinan_4248.html
Ridwanafandi. (2011). KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH YANG DEMOKRATIS _.
Retrieved from https://ridwanafandi.wordpress.com/2011/03/17/kepemimpinan-kepalasekolah-yang-demokratis

Anda mungkin juga menyukai