BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana perbedaan antara perumusan strategi dan implementasi strategi.
2. Apa implementasi strategi sebagai peralihan tanggung jawab.
3. Apakah kebijaksanaan strategi itu?
4. Masalah apa saja dalam implementasi dan bagaimana menanggulanginya.
5. Kapan suatu implementasi dianggap sukses?
6. Bagaimana korelasi antara Perumusan Strategi dan Implementasi Strategi?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
keterampilan memimpin, mengelola, mengkoordinasikan, dan dengan sendirinya
membutuhkan waktu persiapan yang tidak sedikit.
C. Kebijaksanaan Strategi
Untuk menjamin bahwa strategi baru itu akan berhasil. diperlukan kebijaksanaan
organisasi yang akan menyiapkan semua fasilitas yang diperlukan dalam menyelbsaikan
masalah-masalah yang timbul selama impiementasi. Kebijaksanaan itu berkaitan dengan
pedoman pelaksanaan, metode kerja, prosedur, peraturan-peraturan, formulir-formulir,
dan segala sesuatu yang dlperlukan untuk memberikan dorongan dan motivasi bagi
karyawan dalam menyukseskan pencapaian sasaran organisasi. Kebiiaksaan itu
mengaturbatas-batas apa yang dapat dan yang tidak dapat dikerjakan, tindakan-tindakan
administratif mana yang boleh dan tidak boleh dijalankan. Dengan kata iain,
kebijaksanaan diperlukan untuk mencegah timbulnya tindakan independen yang berarti
3
memelihara ketergantungan satu pada yang lain, memperkecil keputusan-keputusan zig-
zag dan praktek-praktek yang kontradiktif.
Masalah perekrutan tenaga ahli yang dibutuhkan, dimasukkan pula dalam
kebijaksanaan-tersebut. Di dalam organisasi yang tidak menggunakan pendekatan
manajemen stratejik, masalah perekrutan dan alokasi sumber daya sering menjadi bagian
dari kebijaksanaan tersendiri, yang biasanya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas politik.
Bagaimanapun cara yang ditempuh dalam sistem perekrutan dan alokasi sumber daya
belum akan mampu memberi jaminan implementasi yang sukses dari suatu strategi.
Tidak semua kebijaksanaan baru organisasi perlu diketahui oleh semua karyawan
sehingga perlu dilakukan seleksi. Kemudian ditetapkan mana yang perlu disebarluaskan
kepada para karyawan, baik dalam bentuk pengumuman, edaran buletin, maupun semua
media yang mencapai setiap orang.
Masalah yang paling sering timbul ialah jangka waktu pelaksanaan. Jangka waktu
pelaksanaan ternyata jauh lebih lama daripada yang direncanakan karena timbulnya
banyak masalah baru yang tidak diantisipasi, tidak diprediksi sebelumnya. Sementara itu,
selama kegiatan implementasi berlangsung, koordinasi tidak berjalan secara efektif,
apalagi banyak karyawan yang tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk
melaksanakan kewajibannya.
Pada saat analisis SWOT dilakukan, masalah yang berkaitan dengan faktor
eksternal telah banyak dibicarakan. Namun pada saat pelaksanaannya, faktor-faktor itu
banyak sekali dilupakan dan kurang terkontrol. Akibatnya adalah aktivitas organisasi
kadang-kadang terpengaruh oleh fakta eksternal yang tak terkendali itu sehingga hasil
yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan. Masalah lain yang juga sering dihadapi
adalah kualitas kepemimpinan yang kurang memadai, pengarahan dari para pimpinan
unit kerja yang sering kali kurang tepat juga, semuanya merupakan sumber rintangan
dalam menyukseskan implementasi strategi.
Selain itu, monitoring atas pelaksanaan tugas sangat lemah. Wemham (I99I)
menambahkan bahwa sumber daya, apakah manusia, uang, atau material tidak
selamanya tersedia pada saat dibutuhkan. Bisa terjadi bahwa sumber daya yang diedrima
tidak memadai, artinya jauh lebih sedikit daripada yang direncanakan, atau ada unit kerja
lain yang lebih diprioritaskan. Di samping itu, penyesuaian perilalu karyawan terhadap
strategi baru dan struktur baru tidak jarang menimbulkan masalah yang cukup memakan
waktu. Belum lagi, kurangnya informasl mengenai berbagai faktor yang berkaitan dengan
strategi baru itu, lebih menambah jumlai masalah. Sebagai akibat dari kurangnya
4
informasi itu, produk atau pelayanan yang diberikan kepada konsumen tidak sesuai
dengan spesifikasi yang dikehendaki. Ini yang drsebut validitas teknikal. Penyebab
masalah yang lain adalah bahwa di antara unit-unit kerja dalam organisasi, tidak jarang
dljumpai tujuan-tujuan yang bertentangan satu dengan yang lain sehingga membutuhkan
waktu lama bagi manajemen ,untuk menyelesaikannya.
Masalah-masalah yang digambarkan di atas tidak jarang terjadi dalam
kebanyakan organisasi publik dan nonprofit. Tetapi, masalah-masalah itu dapat diatasi
andaikata kepemimpinan seorang CEO bisa dipertaruhkan, dalam arti penuh dengan
komitmen untuk melaksanakan keputusan stratejik yang telah dibuat dengan susah
payah. Komitmen itu antara lain berkaitan dengan penyusunan struktur organisasi yang
sesuai dengan sasaran yang dikehendaki, pendelegasian wewenang pengambilan
keputusan bagi para pemimpin unit kerja, dan perhatian kepada kultur organisasi.
Alexander (1991) mencoba mengungkapkan beberapa jalan keluar guna
menanggulangi masalah-masalah yang timbul selama implementasi suatu strategi. Jalan
yang paling utama ialah komunikasi, terutama komunikasi dua arah. Hal yang menonjol
dalam komunikasi adalah kejelasan dari setiap informasi yang disampaikan kepada pihak
penbrima, bawahan, atau atasan, yaitu tugas dan kewajiban apa yang harus dilakukan,
dan bagaimana melakukannya. Berikuhrya adalah perlunya eselon atas memulai
pekerjaan dengan ide dan konsep yang baik. Suatu keputusan stratejik biasanya belum
dapat dipahami denganmudah oleh semua jajaran organisasi.
Oleh sebab itu, diharapkan manajemen puncak dapat menjelaskan ide yang
terkandung dalam keputusan stratejik tersebut sedemikian rupa, untuk mencegah salah
penafsiran yang diberikan oleh eselon bawah. Jalan keluar yang lain adalah
memintakamitmen danperan serta aktif dari seluruh karyawan. Bagi Wernham,
komitmen ini menyangkut keyakinan dan antusiasme yang harus ditampakkan oleh para
karyawan. Sebagai imbalan atas komitmen tersebut, CEO perlu menyediaknn dan
mengaloknsikan sumber dayayang memadai sehingga karyawan dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik. Dengan kata lain, drperlukan dukungan penuh dari manajemen
puncak. Terakhu adalah rencana pelaksanaan yang menggambarkan siapa melaksanakan
apa, bagaimana, dan kapan pekerjaan itu
diselesaikan.
Pada pihak lain, Mc. Manis (1991) cenderung untuk pertama-tama menganalisis
struktur organisasi, sistem manajemen, sumber daya manusia, dan kultur organisasi.
Sesudah itu, baru menyingkirkan semua penghalang, lalu melakukan restrukturisasi untuk
melicinkan jalan ke arah strategi organisasi. Oleh karena proses ini memakan waktu yang
cukup lama maka perubahan yang cepat tidak akan dapat diharapkan.
5
Carnall (1991) menekankan bahwa orang-orang dalam organisasi perlu belajar
menerima perubahan. Belajar menerima dan menghargai inovasi dalam organisasi.
Memang, perubahan bisa dicapai tanpa belajar, tetapi biasanya melalui perjuangan
berat, terutama apabila dalam organisasi terdapat kelompok oposisi yang kuat.
Mengendalikan masa traniisi secara efektif akan mengajak orang belajar dan dengan
demikian perubahan yang baik bisa tercipta. Dengan begitu, apabila perubahan bisa
dikelola secara efektif, kita dapat menghindari rasa kekhawatiran dan keragu-raguan.
Dln, hanya dengan mengendalikan masa transisi secara baik, menangani kultur organisasi
secara profesional, dan memanfaatkan kekuasaan secara konstruktif, kita mampu
menciptakan lingkungan dan suasana yang memungkinkin kreativitas, kepercayaan pada
diri masing-masing, ke6eranian mengambil risiko, dan penampilan yang baik dapat
dicapai.
6
F. Korelasi Antara Perumusan Strategi dan Implementasi Strategi
7
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan