BAB 8
1. Arifin (1711011046)
2. Novi Dwi Agustin (1711011060)
3. Pusvita Amanda (1711011062)
4. Novita Nuraini (1711011166)
5. Astri Damayanti (1711011168)
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
i
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolongan-Nya
kami dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul “kecakapan untuk membangun kredibilitas
personal dan memengaruhi orang lain”. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami
alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami
dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman
mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil makalah ini. Karena
itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Pada bagian akhir, kami akan mengulas tentang berbagai masukan dan pendapat dari orang-
orang yang ahli di bidangnya, karena itu kami harapkan hal ini juga dapat berguna bagi kita
bersama.
Terimakasih juga penulis ucapkan kepada rekan-rekan yang telah membantu maupun member
kritik dan saran. Semoga makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Amin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
2.1 Membangun Kredibilitas................................................................................. 2
2.2 Komunikasi...................................................................................................... 4
2.3 Mendengarkan................................................................................................. 6
2.4 Keasertifan....................................................................................................... 9
2.5 Melaksanakan Rapat........................................................................................ 10
2.6 Manajemen Stres yang Efektif........................................................................ 11
2.7 Pemecahan Masalah........................................................................................ 13
2.8 Meningkatkan Kreativitas............................................................................... 14
BAB III PENUTUP...............................................................................................
3.1 Simpulan.......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 16
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
informasi rahasia akan bocor, jika pemimpin mereka tidak bersedia berpihak pada isu
moral, atau jika pemimpin mereka tidak memegang janji.
- Membangun Keahlian
Keahlian terdiri atas kompetensi teknis serta pengetahuan organisasi dan industry
sehingga membangun keahlian berarti meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan di tiga bidang. Membangun kompetensi teknis, berkaitan dengan
meningkatkan pengetahuan dan repertoar perilaku yang dapat digunakan agar
berhasil menyelesaikan suatu tugas. Untuk membangun kompetensi teknis,
praktis kepemimpinan harus menentukan bagaimana pekerjaan mereka
memberikan kontribusi terhadap keseluruhan misi perusahaan atau organisasi,
menjadi ahli dalam berbagai pekerjaan melalui pelatihan formal atau mengajar
orang lain, dan mencari peluang untuk memperluas keahlian teknis mereka.
- Membangun Kepercayaan
Komponen kedua dalam membangun kredibilitas adalah membangun
kepercayaan yang dapat dipecah menjadi mengklarifikasi dan
mengkomunikasikan nilai-nilai, serta membangun hubungan dengan orang lain.
Dalam banyak hal, kepemimpinan merupakan latihan moral. Sebagai contoh,
satu perbedaan utama antara pemimpin karismatik dan transformasional adalah
bahwa yang terakhir mendasarkan visi mereka pada diri mereka sendiri dan nilai-
nilai pengikut mereka, sedangkan yang pertama mendasarkan visi mereka pda
kebutuhan mereka sendiri yang mungkin egois. Memiliki system nilai yang kuat
merupakan komponen penting, baik dalam model blok pembangun keterampilan
maupun keberhasilan kepemimpinan. Kunci lain untuk membangun kepercayaan
adalah membentuk hubungan yang kuat dengan orang lain. Ada kecenderungan
rasa saling percaya yang tinggi jika para pemimpin dan pengikut memiliki
hubungan yang kuat;jika hubungan in lemah, tingkat saling percaya cenderung
menjadi rendah.
Keahlian X Kepercayaan
Tingakat keahlian dan kepercayaan para pemimpin sangat bervariasi, dan perbedaan
ini memiliki implikasi yang berbeda bagi para pemimpin yang ingin meningktakan
3
kredibilitas mereka. Individu-individu yang memiliki tingkat kepercayaan yang
tinggi dan tingkat keahlian yang tinggi, mereka mungkin akan dilihat oleh orang lain
sebagai pemimpin yang sangat kredibel.
2.2 Komunikasi
Bass telah mendefinisikan efektivitas komunikasi sebagai tingkat ketika seseorang
memberitahu orang lain tentang sesuatu dan memastikan mereka memahami yang
dikatakan. Dalam pengertian lebih umum, komunikasi yang efektif melibatkan
kemampuan mengirim dan menerima informasi dengan probabilitas tinggi bahwa
pesan yang dimaksud sampai dari pengirim ke penerima. Beberapa keterampilan
lebih penting bagi kepemimpinan. Studi menunjukan pemimpin yang baik
mengomunikasikan perasaan dan ide-ide, aktif mengumpulkan ide-ide baru dari
orang lain dengan efektif. Tampaknya hal yang ama dapat dikatakan dari pengikut
yang baik, meskipun masih sedikit penelitian yang mengarah pada suatu pertanyaan.
Keterampilan komunikasi yang efektif juga penting karena hal ini membrikan
pemimpin dan pengikut akses yang lebih besar ke informasi yang relevan untuk
keputusan penting bagi organisasi. Komunikasi paling baik dipahami sebagai proses
yang diawali dengan niat bertukar informasi tertentu dengan orang lain. Niat yang
akhirnya mengambil bentuk dalam beberapa ekspresi tertentu, yang mungkin cukup
atau mungkin tidak cukup menyampaikan hal yang dimaksud. Tahap selanjutnya
adalah penerimaan. Sama seperti sinyal radio yang lemah atau rusak atau antenna
yang rusak, informasi yang diterima tidak selalu seperti yang dikirim.
4
Memilih Konteks dan Medium yang Tepat
Ada aturan praktis yang mengatakan pemimpin sebaiknya memuji pengikut di depan
public dan menghukum mereka secara pribadi. Hal ini menunjukan pentingnya
memilih pengaturan fisik dan social yang akan meningkatkan efektivitas komunikasi
apapun. Jika pemimpin memiliki ruangan, misalnya, berapa banyak komunikasi
dengan bawahan harus terjadi di ruangannya dan berapa benyak ditempat kerja para
pengikutnya. Terkadang kantor merupakan tempat terbaik untuk bicara. Bahkan
bagaimanapun, bukan keputusan yang perlu dipertimbangkan oleh pemimpin.
Penataan perabot kantor dapat meningkatkan atau mengganggu komunikasi yang
efektif. Komunikasi informasi, komunikasi pribadi menjadi lebih baik ketika dua
orang duduk disudut 90 derajat dan relative dekat satu sama lain, komunikasi yang
lebih formal menjadi lebih baik ketika pengikut tetap berdiri saat pemimpin duduk
atau saat pemimpin berkomunikasi dari belakang mejanya. Komunikasi seorang
pemimpin sering erjadi dalam konteks organisasi secara menyeluruh yang
melibatkan praktik-praktik, kebijakan, dan prosedur yang ada. Factor organisasi juga
membantu menentukan apakah komunikasi tertentu paling tepat dinyatakan secara
lisan atau tertulis. Komunikasi lisan adalah yang paling langsung, paling pribadi,
yang paling dinamis, dan sering yang paling efektif, cara ini sangan ideal bila
komunikasi harus dua arah atau ketika aspek pribadi merupakan hal yang sangat
penting.
5
serta mengirim sinyal verbal da nonverbal yang kongruen. Satu bentuk khusus yang
merusak sinyal verbal dan nonverbal yang tidak sejalan adalah sarkasme. Hal ini
bukan pesan emosional yang disampaikan melainkan pesan implicit yang
disampaikan oleh kata-kata yang tidak jujur yang mengiris keprcayaan antara
pemimpin dan pengikut.
2.3 Mendengarkan
Sistem pandangan kita mengenai komunikasi menekankan efektivitas bergantung
pada pengiriman dan penerimaan informasi. Hal ini mungkin tampak konsisten
karenanya, topic mendengarkan perlu dibedakan dari topik komunikasi yang lebih
umum. Mendengarkan orang lain sama pentingnya dengan mengekspresikan diri
secara jelas kepada pengikut. Tingkat kecakapan orang-orang dalam kepemimpinan
bergantung pada informasi yang mereka miliki, dan banyak informasi mereka yang
dating dari memerhatikan dan mendengarkan yang terjadi di sekitar mereka. Selain
membantu kita memahami orang lain dengan lebih baik, mendengarkan aktif
6
merupakan cara menunjukan rasa hormat kita pada orang lain. Terutama mereka
yang memiliki penilaian diri sendiri yang tinggi, sering bosa merasakan saat orang
lain tidak benar-benar memerhatikan perkataan mereka. Pengikut akan cepat
memutuskan waktu mereka terbuang untuk membrikan informasi pada pemimpin
mereka jika mereka merasa tidak didengarkan.
7
Memperhatikan Perilaku Nonverbal Pengirim Pesan
Orang harus menggunakan semua alat yang mereka miliki untuk memahami
perkataan orang lain, termasuk memparafrasakan pesan pengirim dan lihai dalam
memilah sinyal nonverbal pengirim. Banyak maksa social dalam pesan nonverbal
yang disampaikan, dan ketika sinyal verbal dan nonverbal berkonflik, orang sering
cenderung mempercayai sinyal nonverbal. Jadi tidak ada yang menjadi pendengar
yang efektif tanpa memperhatikan sinyal nonverbal. Hal ini menuntut kita untuk
mendengarkan lebih dari sekedar kata-kata yang diucapkan pembicara; kita perlu
mendengarkan perasaan-perasaan yang diekspresikan melalui kenyaringan, nada
suara, dan kecepatan bicara pembicara serta mengamati ekspresi wajah, postur,
gerakan pembicara, dan sebagainya. Perilaku tersebut menyampaikan kandungan
informasi yang sangat kaya dalam arti dibandingkan jika hanya memperhatikan isi
pesan verbal, seperti lebih kaya saat menonton aktor dalam sebuah pementasan
drama dari pada hanya membaca naskah mereka.
Jangan Defensif
Perilaku defensive sebagian besar muncul ketika seorang merasa diserang. Walaupun
tampak alami untuk menjadi defensive ketika dikritik, perilaku defensive mengurangi
kemampuan seseorang untuk menggunakan informasi secara konstruktif.
Berpperilaku defensive juga dapat mengurangi keinginan pengikut untuk
menyampaikan informasi yang tidak menyenangkan kepada para pemimpin atau
pengikut lain, atau bahkan keinginan pemimpin untuk member umpan balik pada
pengikut. Perilaku defensive pada pemimpin juga dapat menyakiti seluruh tim atau
organisasi karena berkecenderungan menyalahkan, mengategorisasi orang lain
sebagai baik atau jahat, dan secara umum mempertanyakan motif orang lain. Perilaku
seperti ini pada seorang pemimpin tidak membangun iklim kerja atau tim yang
positif. Pemimpin dapat mengurangi perilaku defensif mereka ketika mendengarkan
keluhan dengan coba menempatkan diri mereka pada masalah orang lain. Pemimpin
dapat keuntungan jika mereka dapat berempati terhadap cara mereka dan kebijakan
mereka dilihat oleh orang lain.
8
2.4 Keasertifan
Individu yang menunjukan perilaku asertif dapat membela hak-hak mereka sendiri
dengan cara yang juga mengakui hak orang lain yang sejalan untuk melakukan hal
yang sama. Keterampiran bersikap asertif juga memiliki komponen pengetahuan,
perilaku, dan evaluasi. Komponen pengetahuan asertif berkaitan dengan mengetahui
di mana dan kapan untuk tidak berperilaku asertif. Komponen evaliatif hadir ketika
individu yang berhasil dalam membela diri mereka sendiri atau hak-hak kelompok
mereka dan terus bekerja secara efektif dengan orang lain. Praktisnya yaitu mencapai
tujuan, gaya pasrah biasanya mengarah ke perasaan negatif seperti banyaknya rasa
bersalah, kebencian, dan menyalahkan diri sendiri, serta citra diri yang rendah.
Asertivitas berbeda dari kepasrahhan dan agresi, hal ini bukan hanya kompromi di
antara mereka atau titik tengah pada sebuah kontinum.asetivitas melibatkan
pernyataan langsung dan jujur tentang tujuan dan perasaan kita sendiri, dan kemauan
untuk mengatasi kepentingan orang lain dalam semangat memecahkan masalah
bersama dan keyakinan bahwa keterbukaan merupakan hal yang lebih baik
dibandingkan angenda rahasia dan tersembunyi. Agresi adalah upaya mencapi tujuan
dengan menyerang atau menyakiti orang lain. Aserttivitas adalah kebalikan dari
perilaku kepasrahan dan agresi. Setiap orang dapat melakukan beberapa hal untuk
membuat diri mereka berdikap lebih asertif. Teknik-y=teknik ini termasuk
menggunakan pernyataan “saya”, berbicara untuk hal yang kita butuhkan, belajar
bialng tidak, memantau dialog batin kita, dan bersikap persisten. Berikut
pembahasannya :
- Gunakan Ungkapan “Saya”
Orang yang asertif bertanggung jawab terhadap perkataannya. Hal yang mereka
percaya dan yang mereka inginkan jelas bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.
Salah satu cara termudah untuk melakukan ini adalah dengan menggunakan kata
ganti orang pertama ketika Anda berbicara.
- Ungkapan Kebutuhan Anda
Tidak seorang pun yang memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan, waktu, atau
sumber daya yang diperlukan untuk melakukan semua tugas yang diberikan pada
kelompok kerja mereka. Sebenarnya setiap orang perlu meminta bantuan pada
9
rekan kerja, atau bawahan mereka. Baik pemimpin maupun pengikut yang efektif
akan meminta bantuan dari orang lain ketika mereka membutuhkannya.
- Belajar Bilang Tidak
Tidak ada yang dapat melakukan segala hal untuk semua orang, tetapi diperlukan
asertivitas untuk menolak orang lain. Selain itu, orang yang tidak dapat berkata
tidak sering membuat tampungan emosi negatif, yang berkaitan dengan perasaan
dimanfaatkan.
- Memantau Dialog Batin Kita
Orang-orang yang asertif memiliki pembicaraan dalam diri yang postitif dan
menegaskan. Orang-orang yang tidak asertif memiliki pembicaraan dalam diri
yang negatif, meragukan, dan penuh pertanyaan. Belajar mengatakan tidak
merupaka contoh baik dari peran berbicara pada diri sendiri terhadap asertivitas.
- Jadilah Orang yang Teguh
Individu yang asertif tetap pada senjata mereka tanpa merasa terganggu, marah,
atau keras. Mereka secara teguh mencari tujuan mereka, bahkan ketika
menghadapi dalih atau penolakan orang lain. Menukar suatu barang dagang dapat
menjadi kesempatan yang baik untuk meneguhkan asertif.
10
4. Siakan Semua Materi yang Diperlukan
Memberikan materi dan menunggu orang-orang membaca dalam rapat
menghabiskan waktu yang beerharga. Dalam hal ini persiapkam diri untuk setiap
presentasi yang akan dilakukan.
5. Buat Suasana Rapat Nyaman
Tempat yang nyaman bagi semua peserta. Pastikan mempertimbangkan apakah
Anda memerlukan hal seperti meja untuk pertemusn, papan tulis, overhead
projector, atau alat bantu audiovisual serupa kopo atau minuman lainnya, dan
petunjut tentang cara untuk menemukan tempat rapat. Mulai sesuai jadwal,
menunggu peserta yang terlambat tidak adil bagi peserta yang tepat waktu, dan
memberikan sinyal yang salah tentang keseriusan rapat.
6. Dorong Peserta Rapat untuk Berpartisipasi
Pemimpin memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan pastisipatif;semua orang
dalam rapat harus memiliki kesempatan didengar dan harus merasa memiliki hasil
rapat.
7. Buat Catatan
Selama rapat, poin-poin diskusi dan berbgai keputusan atau tindakan yang diambil
mungkin tampak jelas bagi Anda. Tetapi, jangan mengandalkan ingatan anda
untuk mengingat semua itu. Buat catatan sebagai pengingat sehingga anda dan
orang lain dapat merekonstruksi pemikiran peserta dan alas an anda memutuskan
atau tidak memutuskan beberapa tindakan. Rekam keputusan dan tindakan yang
akan diambil, termasuk siapa yang akan bertanggung jawab untuk melakukannya
dan kapan seharusnya dicapai.
11
1. Pantau Level Stres Anda dan Pengikut Anda
Walaupun hal ini terlihat mudah, fakta paradoksikal tentang stress adalah hal ini
sering kali menyebabkan kerugian yang tidak didasari. Seseorang yang
mengalami stress yang berlebihan dapat menyimpan berbagai macam gejala
yang terlihat oleh orang lain tapi tidak olehnya.
2. Indentifikasi Penyebab Stres
Pemimpin juga perlu mengidentifikasi penyebab stress. Mungkin awalnya
terlihat bahwa penyebab stress selalu terlihat jelas, tapi itu tidak benar. Kadang
permasalahannya terlihat jelas bahkan ketika solusinya tidak jelas.
3. Praktikkan Gaya Hidup Sehat
Mempraktikan gaya hidup sehat merupakan salah satu cara terbaik untuk
meminimalkan stress. Tidak ada yang dapat menggantikan nutrisi yang
seimbang, olahraga rutin, tidur yang cukup, pantangan terhadap produk
tembakau, dan hanya meminum alcohol dengan jumlah yang moderet sebagai
kunci untuk hidup sehat.
4. Belajar untuk Rileks
Walaupun latihan fisik merupakan teknik relaksasi yang baik, kadang Anda
perlu merasa rileks, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk berolahraga.
Melatih teknik rileksasi lain juga berguna ketika situasi tidak memungkinkan
untuk latihan yang berat. Dan juga, tentunya beberapa orang memang memilih
teknik relaksasi alternative untuk berolahraga. Teknik bernafas dalam-dalam,
relaksasi otot progresif, dan memikirkan kata-kata dan gambar yang
menenagkan dapat menjadi teknik menenangkan “di tempat” yang sangat
berpengaruh.
5. Bangun Hubungan yang Sportif
Orang-orang yang memiliki ikatan yang dekat dengan orang lain melalui
pernikahan, jemaat gereja, atau grup lainnya cenderung lebih sehat daripada
mereka yang memiliki ikatan social yang lebih lemah. Pemimpin dapat
memainkan peran yang konstruktif dalam membangun suportivitas dan
kohesivitas yang timbale balik di antara bawahan, serta komunikasi yang jujur
12
dan terbuka dengan mereka khususnya ketika situasi membingungkan atau
penuh tekanan.
6. Pertahankan Perspektif Anda
7. Model A-B-C
13
sebaiknya dengan criteria keberhasilan yang terukur sehingga semua pihak yang
terlibat dapat menyepakatinya.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Untuk menjadi seorang pemimpin yang hebat sangatlah banyak pengetahuan yang perlu kita
pelajari karena pemimpin itu terlahir dari seorang pelajar. Selain itu tidak hanyalah belajar,
melainkan mencoba untuk mengerti diri kita sendiri dan mencoba untuk lebih memikirkan
jauh kedepan bukan memikirkan hal yang menarik dan menyenangkan dalam hidup kita.
Menjadi pemimpin yang hebat tidaklah susah, melainkan sebaliknya tergantung usaha
setiap orang dan tekat mereka. Apabila kita lebih disiplin dalam melakukan segala hal, maka
kita sudah mendapatkan 1 point positif untuk menjadi pemimpin yang hebat.
Mulailah dari hal-hal yang kecil pada saat ini dan kita pasti akan menerima hasilnya dimasa
yang akan datang. Cobalah berusaha semaksimal mungkin, berikanlah yang terbaik,
hormatilah orang di sekitar kita, dan cobalah berpikir 1 langkah lebih maju dari biasanya
untuk mendapatkan impian kita
15
DAFTAR PUSTAKA
Buku Leadership (Memperkaya Pelajaran dan Pengalaman ). Edisi 7 – Richard L. Hughes &
Robert C. Ginnett & Gordon J. Curphy
16