Anda di halaman 1dari 4

Nama : Adam Pahlevy

Nim : 201911738
Kelas :3/P
Makul : Perilaku Organisasi
HUBUNGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN DESAIN KERJA TERHADAP STRES KERJA
(Studi Kasus Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus Bagian Sekretariat)

Pedahuluan

Potensi sumber daya yang dimiliki manusia dapat dimanfaatkan sebagai usaha untuk meraih
keberhasilan dalam mencapai tujuan baik secara pribadi individu maupun di dalam organisasi.
Sumber daya tersebut yaitu waktu, tenaga dan kemampuan manusia (baik daya pikir serta daya
fisiknya) benar-benar dapat dimanfaatkan secara terpadu dan secara optimal bagi kepentingan
organisasi. Apabila di dalam organisasi sudah memiliki modal besar, teknologi canggih, sumber daya
alam melimpah namun tidak ada sumber daya manusia yang dapat mengelola dan memanfatkannya
maka tidak akan mungkin dapat meraih keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi. Upaya
untuk peningkatan tujuan organisasi mendapatkan dukungan dari penggunaan teknologi pada
perusahaan.
Desain kerja (job design) adalah proses menentukan tugas-tugas spesifik untuk dikerjakan,
metode-metode yang dipakai, dapat menjadi motivasi serta memberi tantangan pada pegawai
(Mondy, 2008:121). Oleh karena itu, perusahaan perlu memiliki sistem kerja yang menunjang
tercapainya tujuan perusahaaan secara efektif dan efisien yang dapat merangsang pegawai untuk
bekerja secaraa produktif, mengurangi timbulnya rasa bosan dan dapat meningkatkan kepuasan
kerja.
Selain faktor kemampuan dalam menggunakan teknologi dan desain kerja juga dipengaruhi
oleh kondisi stres kerja pegawai dalam bekerja diperusahaan maupun diinstasi. Penyebab stres kerja
yang dialami pegawai adalah beban pekerjaan yang berlebihan sehingga dampak dari stres kerja
tersebut adalah banyak pekerjaan yang tidak dapat diselesaikannya dengan tepat waktu, dalam
hubungannya dengan rekan kerja juga mengalami gangguan seperti subjek tidak ingin diajak bicara,
marah, tegang dan sulit untuk berkonsentrasi pada pekerjaannya. Dari dampak stres ini akan
berakibat pada gangguan kesehatan sehingga berakibat terhadap aktivitas yang dilakukan pegawai
diperusahaan.
Kondisi ini juga terjadi pada instansi dinas di Kabupaten Kudus, namun yang kita bahas pada
bagian sekretariat Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus. Bagian ini sangat sentral karena perencanaan,
evaluasi, pelaporan, dan penganggaran semua kegiatan dilakukan pada bagian ini. Hal ini yang harus
diperhatikan yaitu kondisi pegawai dalam menggunakan teknologi, desain kerja dan kondisi stres
kerja para pegawai dalam bekerja adalah unjung tombak dalam seluruh kegiatan Dinas Kesehatan
Kabupaten Kudus dalam mencapai tujuan.

Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Teknologi Informasi


Perkembangan peradaban manusia diiringi dengan perkembangan cara
penyampaian informasi yang selanjutnya dikenal dengan istilah (Teknologi Informasi). Pada
awalnya Teknologi Informasi dikembangkan manusia pada masa pra sejarah dan berfungsi
sebagai sistem untuk pengenalan bentuk-bentuk yang mereka kenal, mereka
menggambarkan informasi yang mereka dapatkan pada dinding-dinding gua, tentang
berburu dan binatang buruannya. Sampai saat ini teknologi informasi terus terus
berkembang tetapi penyampaian dan bentuknya sudah lebih modern. Menurut Bambang
Warsita (2008:135) teknologi informasi adalah sarana dan prasarana (hardware, software,
useware) sistem dan metode untuk memperoleh, mengirimkan, mengolah, menafsirkan,
menyimpan, mengorganisasikan, dan menggunakan data secara bermakna. Hal yang sama
Nama : Adam Pahlevy
Nim : 201911738
Kelas :3/P
Makul : Perilaku Organisasi
juga di ungkapkan oleh Lantip dan Rianto (2011:4) teknologi informasi diartikan sebagai ilmu
pengetahuan dalam bidang informasi yang berbasis komputer dan perkembanganya sangat
pesat. Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo (2011:57) juga mengemukakan teknologi
informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data.
Pengolahan itu termasuk memproses,mendapatkan, menyusun,menyimpan,
memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas,
yaitu informasi yang relevan, akurat, dan tepat waktu. Menurut McKeown dalam Suyanto
(2005:10) teknologi informasi merujuk pada seluruh bentuk teknologi yang digunakan untuk
menciptakan, menyimpan, mengubah, dan menggunakan informasi dalam segala
bentuknya. Teori yang lain juga diungkapkan oleh Williams dalam Suyanto (2005:10)
teknologi informasi merupakan sebuah bentuk umum yang menggambarkan setiap
teknologi yang membantu menghasilkan, memanipulasi, menyimpan, mengkomunikasikan,
dan atau menyampaikan informasi.

2. Desain Kerja
Desain kerja adalah proses penentuan tugas-tugas yang akan dilaksanakan, metode-
metode yang digunakan untuk melaksanakan tugas ini, dan bagaimana pekerjaan tersebut
berkaitan dengan pekerjaan lainnya di dalam perusahaan. Desain pekerjaan mutlak dimiliki
oleh setiap lembaga karena dalam desain pekerjaan yang dilakukan adalah merakit sejumlah
tugas menjadi sebuah pekerjaan yang dilakukan menjadi terarah dan jelas. Pendapat
Jennifer M. George, Gareth R. Jones (2012:183), “job design is the process of linking specific
tasks to specific jobs and deciding what techniques, equipment and procedures should be
used to perform those task”. Desain pekerjaan adalah proses menghubungkan tugas-tugas
tertentu untuk pekerjaan tertentu dan memutuskan apa teknik, peralatan dan prosedur
harus digunakan untuk melakukan tugas mereka.
Selanjutnya Steven L. McShane, Mary Ann Von Glinow (2008:176), “job design the
process of assigning tasks to a job, including the interdependence of those tasks with other
jobs”. Desain pekerjaan adalah proses tugas menugaskan ke pekerjaan, termasuk saling
ketergantungan tugas-tugas dengan pekerjaan lain. Pendapat mengenai desain kerja
dikemukakan Fred Luthans (2011:178), “job design may be defined as the methods that
management uses to develop the content of a job, including all relevant task, as well as the
processes by which jobs are constructed and revised”. Desain kerja didefinisikan sebagai
metode-metode yang digunakan manajemen untuk mengembangkan muatan kerja,
termasuk semua tugas yang relevan, serta proses pekerjaan yang dibangun dan direvisi.
Berdasarkan deskripsi konsep yang dikemukakan di atas, maka dapat disintesiskan
desain pekerjaan adalah proses strukturisasi kerja dengan menentukan, mengatur serta
mengembangkan pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi dengan indikator (1) variasi
keterampilan, (2) kombinasi tugas, (3) identitas tugas, (4) kemandirian (5) hubungan kerja,
(6) pembebanan kerja.

3. Stres Kerja
Stres biasanya dianggap sebagai istilah yang buruk (distress), tetapi ada juga sisi
stress positif (eustress) yang menyenangkan yang disebabkan oleh hal yang baik. Stres dapat
dipandang dengan cara yang berbeda yang bersifat emosional yang digunakan untuk
mengacu pada sesuatu yang membutuhkan penjelasan. Sementara itu pendapat John W.
Slocum (2009:188-189) mengatakan bahwa, “job stress is a common and costly problem in
the workplace, leaving few workers untouched. Stress is the excitement, feeling of anxiety,
and/or physical tension that occurs when the demands placed on an individual are though to
Nama : Adam Pahlevy
Nim : 201911738
Kelas :3/P
Makul : Perilaku Organisasi
exceed the person’s ability to copet”.Dari pendapat tersebut dapat didefinisikan bahwa stres
kerja adalah masalah umum yang sering terjadi di tempat kerja, dengan meninggalkan
beberapa pekerjaan yang tak terselesaikan. Sedangkan definisi stres adalah perasaan
gembira, kecemasan, dan ketegangan fisik yang terjadi ketika tuntutan individu diperkirakan
melampaui kemampuan seseorang. Hal ini merupakan pandangan yang paling umum dari
stres dan sering disebut tekanan atau stres negatif. Banyak faktor yang membuat pegawai
mengalami stres kerja, termasuk persepsi mereka tentang situasi, pengalaman masa lalu,
kehadiran atau tidak adanya dukungan sosial, dan berbagai perbedaan individu.
John Bernardin (2007:13) mengatakan, “job stress has been defined as a situation
wherein job related factors interact with a worker to change his or her psychological and/or
psychological condition such that the person is forced to deviate from normal functioning.
Stress is considered to be a major problem for workers in todays turbulent and highly
competitive environment, with its emphasis on cost control, reduced labor expense amd
higher productivity”. Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa stres kerja
didefinisikan sebagai situasi dimana faktor-faktor pekerjaan berhubungan dan berinteraksi
dengan pekerja untuk mengubah kondisi psikologinya sehingga orang tersebut dipaksa
untuk menyimpang dari fungsi normal. Stres dianggap menjadi masalah besar bagi
lingkungan pekerja dan sangat kompetitif, dengan penekanan dan pengendalian biaya, biaya
operasional berkurang dengan produktivitas yang lebih tinggi.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disintesiskan bahwa stres kerja adalah
situasi ketegangan, tekanan emosional yang dialami seseorang yang dapat mempengaruhi
emosi, pikiran dan kondisi fisik seseorang. Indikator dari stres kerja adalah gejala fisiologis,
gejala psikologis, dan tindakan individu.

Pembahasan
1. Hubungan Teknologi Informasi dan Stress Kerja Pegawai
Perkembangan teknologi yang sangat pesat membawa perubahan dalam kehidupan.
Perkembangannya tidak dapat dihindarkan. Masalah sumberdaya manusia masih menjadi
sorotan dan tumpuhan bagi perusahaan untuk tetap dapat bertahan di era globalisasi.
Sumber daya manusia mempunyai peran utama dalam setiap kegiatan perusahaan.
Walaupun didukung dengan sarana dan prasarana serta sumber dana yang berlebihan,
tetapi tanpa dukungan sumberdaya manusia yang andal kegiatan perusahaan tidak akan
terselesaikan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia merupakan
kunci pokok yang harus diperhatikan dengan segala kebutuhannya. Sebagai kunci pokok,
sumber daya manusia akan menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan perusahaan.
Namun demikian ketidakmampuan pegawai dalam mengikuti perkembangan teknologi akan
menjadi penyebab terjadinya stress kerja.
Adapun menurut Robbins (2001:563) stress juga dapat diartikan sebagai suatu
kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana
untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila
pengertian stress dikaitkan dengan studi kasus ini maka stress itu sendiri adalah suatu
kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari
dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Jadi ketidakampuan pegawai dalam mengikuti perkembangan teknologi informasi yang
terjadi menjadi salah satu penyebab terjadinya stress kerja pegawai.
Nama : Adam Pahlevy
Nim : 201911738
Kelas :3/P
Makul : Perilaku Organisasi
2. Hubungan Desain Kerja dan Stress Kerja Pegawai
Inisiatif organisasi untuk mengelola stres biasanya dirancang untuk mengurangi efek
berbahaya dari stres ada tiga cara: (1) mengidentifikasi dan kemudian memodifikasi
menghilangkan stres kerja, (2) membantu pegawai mengubah persepsi dan pemahaman
tentang stres kerja, dan (3) membantu pegawai mengatasi lebih efektif dengan konsekuensi
stres. Dengan desain pekerjaan akan menghubungkan tugas-tugas tertentu untuk pekerjaan
tertentu dan memutuskan apa teknik, peralatan dan prosedur harus digunakan untuk
melakukan tugas mereka. Selain itu desain pekerjaan adalah proses tugas menugaskan ke
pekerjaan, termasuk saling ketergantungan tugas-tugas dengan pekerjaan lain. Stres
membuat pekerja sakit, meningkatkan potensi terhadap kekerasan di tempat kerja, dan
mempengaruhi tingkat produktivitas dan kecelakaan dalam bekerja dan akan
mempengaruhi kualitas kerja seseorang. Dengan demikian, ketepatan dalam disain kerja
akan mengakibatkan penurunan stres dalam bekerja.

3. Hubungan Teknologi Informasi dan Desain Kerja Terhadap Stres Kerja Pegawai
Studi kasus ini mengeksplorasi apakah organisasi dapat menggunakan strategi
desain pekerjaan untuk menghilangkan stres organisasi dengan memanfaatkan teknologi
informasi. Pengaruh jadwal yang fleksibel kerja, pegawai pendukung dan pelatihan, dan
teknologi informasi (komputer, internet, dan dukungan alat lainnya) sebagai sumber daya
potensial mengatasi stres dipelajari. Persepsi beban kerja, peran ambiguitas, fasilitasi kerja,
dan keputusan diambil dapat sebagai stres potensial. Dirasakan stres diukur dengan dua
ukuran yang umum digunakan: kelelahan kerja dan perasaan depresi. Dengan pemanfaatan
teknologi informasi dan menyesuaikan desain kerja baru menunjukkan bahwa menghapus
ambiguitas peran dan peningkatan stres yang berhubungan dengan kelelahan pekerjaan
dapat diminimalisir. Memungkinkan pegawai untuk memiliki jadwal kerja yang fleksibel juga
ditemukan untuk meringankan persepsi mereka tentang beban kerja. Selain itu strategi
seperti pegawai pendukung dan pelatihan dapat mempengaruhi keputusan dan ambiguitas
peran. Dengan demikian penggunaan teknologi informasi dan penerapan desain kerja yang
tepat tidak berpengaruh terhadap stres.

Daftar Pustaka

Bernardin, John, Human Resource Management an experiental Approach. New York: McGraw-Hill,
2007.

George, Jenniffer M. R. Jones, Understanding and Managing Organizational Behavior Sixth Edition.
New Jersey: Pearson, 2012.

Luthans, Fred: Organizational Behavior, 12th Edition. Singapore: McGraw Hill International, 2011.

McShaen, Steven L., Mary Ann Von Glinow, Organizational Behavior 4 th Edition. New York: Mc Graw
Hill, 2008.

Mondy, R. Wayne. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 10 Jilid 2. Erlangga: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai