Masa jabatan
Maret 1978 Maret 1998
Didahului
oleh
Digantikan
oleh
Lahir
Kebangsaan
Partai politik
Suami/istri
Anak
Alma mater
Profesi
Agama
JB Sumarlin
Junus Effendi Habibie
Informasi pribadi
25 Juni 1936 (umur 80)
Afdeling Parepare, Celebes,
Hindia Belanda
(Parepare, Sulawesi Selatan)
Indonesia
Jerman (Kehormatan)
Golkar
Hasri Ainun Besari
Ilham Akbar
Thareq Kemal
Universitas Indonesia Bandung
Rheinisch-Westflische Technische
Hochschule Aachen
Insinyur
Islam
Tanda tangan
Prof. Dr.-Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng[1] (lahir di Parepare, Sulawesi Selatan,
25 Juni 1936; umur 80 tahun) adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Ia
menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei
1998. Jabatannya digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai
presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2
bulan dan 7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun dan 5 bulan sebagai presiden, Habibie
merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek. Saat
ini namanya diabadikan sebagai nama salah satu universitas di Gorontalo, menggantikan
nama Universitas Negeri Gorontalo.[2]
Masa Kepresidenan
Pada era pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan landasan kukuh bagi
Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan
UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU otonomi daerah. Melalui penerapan UU
otonomi daerah inilah gejolak disintegrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil
diredam dan akhirnya dituntaskan di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tanpa adanya
UU otonomi daerah bisa dipastikan Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet
dan Yugoslavia.
Pengangkatan B.J. Habibie sebagai Presiden menimbulkan berbagai macam kontroversi bagi
masyarakat Indonesia. Pihak yang pro menganggap pengangkatan Habibie sudah
konstitusional. Hal itu sesuai dengan ketentuan pasal 8 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa
"bila Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa
jabatannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya". Sedangkan pihak yang
kontra menganggap bahwa pengangkatan B.J. Habibie dianggap tidak konstitusional. Hal ini
bertentangan dengan ketentuan pasal 9 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "sebelum
presiden memangku jabatan maka presiden harus mengucapkan sumpah atau janji di depan
MPR atau DPR".
Langkah-langkah yang dilakukan BJ Habibie di bidang politik adalah:
1. Tap MPR No. VIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap No. IV/MPR/1983 tentang
Referendum
2. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. II/MPR/1978
tentang Pancasila sebagai asas tunggal
3. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. V/MPR/1978
tentang Presiden mendapat mandat dari MPR untuk memiliki hak-hak dan Kebijakan
di luar batas perundang-undangan
4. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil
Presiden maksimal hanya dua kali periode.
12 Ketetapan MPR antara lain :
1. Tap MPR No. X/MPR/1998, tentang pokok-pokok reformasi pembangunan dalam
rangka penyelematan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara
2. Tap MPR No. XI/MPR/1998, tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas
korupsi, kolusi, dan nepotisme
3. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa jabatan presiden dan wakil
presiden Republik Indonesia
4. Tap MPR No. XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Otonomi daerah
5. Tap MPR No. XVI/MPR/1998, tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi
ekonomi
6. Tap MPR No. XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
7. Tap MPR No. VII/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas Tap MPR No.
I/MPR/1998 tentang peraturan tata tertib MPR
MPR
dalam
rangka
menyukseskan
dan
pengamanan
Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp. 10.000,00
Menurut pihak oposisi, salah satu kesalahan terbesar yang ia lakukan saat menjabat sebagai
Presiden ialah memperbolehkan diadakannya referendum provinsi Timor Timur (sekarang
Timor Leste). Ia mengajukan hal yang cukup menggemparkan publik saat itu, yaitu
mengadakan jajak pendapat bagi warga Timor Timur untuk memilih merdeka atau masih
tetap menjadi bagian dari Indonesia. Pada masa kepresidenannya, Timor Timur lepas dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi negara terpisah yang berdaulat pada
tanggal 30 Agustus 1999.
Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang Habibie
semakin giat menjatuhkannya. Upaya ini akhirnya berhasil saat Sidang Umum 1999, ia
memutuskan untuk tidak mencalonkan diri lagi setelah laporan pertanggungjawabannya
ditolak oleh MPR.
Pandangan terhadap pemerintahan Habibie pada era awal reformasi cenderung bersifat
negatif, tapi sejalan dengan perkembangan waktu banyak yang menilai positif pemerintahan
Habibie. Salah satu pandangan positif itu dikemukan oleh L. Misbah Hidayat dalam bukunya
Reformasi Administrasi: Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden.[6]
Pasca-kepresidenan
Setelah ia tidak menjabat lagi sebagai presiden, ia lebih memilih tinggal di Jerman daripada
di Indonesia. Tetapi, ketika era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, ia kembali aktif
sebagai penasihat presiden untuk mengawal proses demokratisasi di Indonesia lewat
organisasi yang didirikannya Habibie Center.
B. J. Habibie juga menjabat sebagai Komisaris Utama dari PT. Regio Aviasi Industri,
perusahaan perancang pesawat terbang R-80.[8]
Filmografi
Dalam film Habibie & Ainun dan Rudy Habibie, Habibie diperankan oleh Reza
Rahadian, sementara Bima Azriel berperan sebagai Habibie kecil[9] dan Bastian
Bintang Simbolon juga berperan sebagai Habibie remaja dalam film Rudy Habibie
Publikasi
Karya Habibie
Proceedings of the International Symposium on Aeronautical Science and Technology of
Indonesia / B. J. Habibie; B. Laschka [Editors]. Indonesian Aeronautical and Astronautical
Institute; Deutsche Gesellschaft fr Luft- und Raumfahrt 1986
Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen unter beliebigen
Belastungen und Vergleiche mit entsprechenden Versuchsergebnissen, Presentasi pada
Simposium DGLR di Baden-Baden,11-13 Oktober 1971
Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der orthotropen Kragscheibe, Disertasi di RWTH
Aachen, 1965
Sophisticated technologies : taking root in developing countries, International journal of
technology management : IJTM. - Geneva-Aeroport : Inderscience Enterprises Ltd, 1990
Einfhrung in die finite Elementen Methode,Teil 1, Hamburger Flugzeugbau GmbH,
1968
Entwicklung eines Verfahrens zur Bestimmung des Rifortschritts in Schalenstrukturen,
Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Blkow-Blohm GmbH, 1970
Entwicklung
eines
Berechnungsverfahrens
zur
Bestimmung
der