Anda di halaman 1dari 12

Tugas Paper Mata Kuliah Sejarah Kontemporer

LANGKAH SANG PRESIDEN TRANSISI (BJ HABIBIE)

Oleh

Muchammad Imam Junaidi


3101410096

FAKULTAS ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013

PENDAHULUAN
Sejarah perjalanan bangsa Indonesia diwarnai dengan berbagai peristiwa
penting, salah satunya peristiwa peralihan dari rezim ke rezim. Dari
kepemimpinan Ir. Soekarno hinggga ke Soeharto.Kepemimpinan presiden
Soeharto berjalan cukup lama yakni hingga 32 tahun lamanya. Namun di era orde
baru terjadi banyak KKN, pembungkaman pers serta krisis moneter yang melanda
Indonesia yang akhirnya banyak kelompok maupun tokoh-tokoh yang
menyuarakan perlunya reformasi.
Diawali dengan terjadinya demonstrasi diberbagai daerah yang dilakukan
oleh berbagai aliansi massa yang pro reformasi berakhir pada tanggal 21 Mei
1998 yang ditandai dengan pernyataan presiden Soeharto mundur dari tampuk
kekuasaannya. Seketika itu kursi kepresidenan dijabat oleh BJ Habibie yang
diangkat langsung oleh Soeharto. Itulah awal dari masa kepemimpinan BJ Habibie
dalam pemerintahan Indonesia. Dengan menjabat 1 tahun dan 5 bulan sebagai
presiden, Habibie merupakan Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek
dalam sejarah Republik Indonesia.
Banyak peristiwa yang mewarnai proses peralihan kekuasaan dari
Soeharto ke Habibie, diantaranya krisis moneter, kerusuhan Trisakti, hingga
lepasnya wilayah Timor-Timur dari NKRI.
Walaupun menjabat sebagai presiden kurang dari 2 tahun, namun Habibie
memiliki tugas yang cukup serius diantaranya mengatasi krisis ekonomi yang
melanda Indonesia dan mencipkatan pemerintahan yang bersih dari korupsi,
kolusi dan nepotisme. Selain itu, dalam masa pemerintahannya juga mampu
menyelenggarakan PEMILU 1999 pertama pasca reformasi.
Kepemimpinan BJ Habibie yang singkat itulah yang menarik perhatian saya
menulis artikel ini.

LANGKAH SANG PRESIDEN TRANSISI (BJ HABIBIE)


Oleh
Muchammad Imam Junaidi
3101410096

BIOGRAFI SINGKAT
BJ Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan
Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Alwi Abdul Jalil
Habibie lahir pada tanggal 17 Agustus 1908 di Gorontalo dan R.A. Tuti Marini
Puspowardojo lahir di Yogyakarta 10 November 1911. Ibunda R.A. Tuti Marini
Puspowardojo adalah anak seorang spesialis mata di Yogyakarta, dan ayahnya
yang bernama Puspowardjojo bertugas sebagai pemilik sekolah.
B.J. Habibie menikahi Hasri Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962, dan
dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
Sebelumnya ia pernah sekolah di SMAK Dago.Ia belajar teknik mesin
di Institut Teknologi Bandung tahun 1954. Pada 1955-1965 ia melanjutkan
studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH
Aachen, Jerman

Barat,

yang

pada

akhirnya

menerima

gelar diplom

ingineur pada 1960 dan gelar doktor ingineur pada 1965 dengan predikat summa
cum laude.

PERJALANAN KARIR
Habibie

pernah

bekerja

di Messerschmitt-Blkow-Blohm,

sebuah

perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman, ia mencapai puncak


karier sebagai seorang wakil presiden bidang teknologi. Pada tahun 1973, ia
kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Soeharto.
Ia kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun
1978 sampai Maret 1998. Sebelum menjabat Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober

1999), B.J. Habibie adalah Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998)
dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.
Ia diangkat menjadi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia),
pada masa jabatannya sebagai menteri.

MASA KEPRESIDENAN
Pemerintahan Habibie mempunyai visi misi yang cukup baik yakni Visi,
misi dan kepemimpinan presiden Habibie dalam menjalankan agenda reformasi
memang tidak bisa dilepaskan dari pengalaman hidupnya. Setiap keputusan yang
diambil didasarkan pada faktor-faktor yang bisa diukur. Maka tidak heran tiap
kebijakan yang diambil kadangkala membuat orang terkaget-kaget dan tidak
mengerti. Bahkan sebagian kalangan menganggap Habibie apolitis dan tidak
berperasaan. Pola kepemimpinan Habibie seperti itu dapat dimaklumi mengingat
latar belakang pendidikannya sebagai doktor di bidang konstruksi pesawat
terbang. Berkaitan dengan semangat demokratisasi, Habibie telah melakukan
perubahan dengan membangun pemerintahan yang transparan dan dialogis.
Prinsip demokrasi juga diterapkan dalam kebijakan ekonomi yang disertai
penegakan hukum dan ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Dalam mengelola
kegiatan kabinet sehari-haripun, Habibie melakukan perubahan besar. Ia
meningkatkan koordinasi dan menghapus egosentisme sekotral antarmenteri.
Selain itu sejumlah kreativitas mewarnai gaya kepemimpinan Habibie dalam
menangani masalah bangsa1. Untuk mengatasi persoalan ekonomi, misalnya, ia
mengangkat pengusaha menjadi utusan khusus. Dan pengusaha itu sendiri yang
menanggung biayanya. Tugas tersebut sangat penting, karena salah satu
kelemahan pemerintah adalah kurang menjelaskan keadaan Indonesia yang
sesungguhnya pada masyarakat internasional. Sementara itu pers, khususnya pers
asing, terkesan hanya mengekspos berita-berita negatif tentang Indonesia sehingga
tidak seimbang dalam pemberitaan.

Wikipedia.com

Habibie mewarisi kondisi kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto


akibat salah urus pada masa orde baru, sehingga menimbulkan

maraknya

kerusuhan dan disintegerasi yang memakan banyak korbanhamper di seluruh


wilayah Indonesia. Segera setelah memperoleh kekuasaan Presiden Habibie
segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali
mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negaranegara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para
tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan
organisasi.
Pada era pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan landasan
kokoh bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU
Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah
UU otonomi daerah. tanpa adanya UU otonomi daerah bisa dipastikan Indonesia
akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.
Pengangkatan B.J. Habibie sebagai Presiden menimbulkan berbagai
macam kontroversi bagi masyarakat Indonesia. Pihak yang pro menganggap
pengangkatan Habibie sudah konstitusional. Hal itu sesuai dengan ketentuan pasal
8 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "bila Presiden mangkat, berhenti, atau
tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia diganti oleh
Wakil Presiden sampai habis waktunya".2

Sedangkan pihak yang kontra

menganggap bahwa pengangkatan B.J. Habibie dianggap tidak konstitusional. Hal


ini bertentangan dengan ketentuan pasal 9 UUD 1945 yang menyebutkan
bahwa "sebelum presiden memangku jabatan maka presiden harus mengucapkan
sumpah atau janji di depan MPR atau DPR". 3
Presiden Habibie sebagai pembuka sejarah perjalanan bangsa pada era
reformasi mangupayakan pelaksanaan politik Indonesia dalam kondisi yang
transparan serta merencanakan pelaksanaan pemilihan umum yang langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pemilihan umum yang akan diselenggarakan
di bawah pemerintahan Presiden Habibie merupakan pemilihan umum yang telah
bersifat demokratis. Habibie juga membebaskan beberapa narapidana politik yang
2
3

Wikipedia.com
Wikipedia.com

ditahan pada zaman pemerintahan Soeharto. Kemudian, Presiden Habibie juga


mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independent.
Ada beberapa kebijakan yang berhasil dilakukan dalam masa pemerintahannya :

1. Kebebasan Menyampaikan Pendapat


Pada

masa

pemerintahan

Habibie,

orang

bebas

mengemukakan

pendapatnya di muka umum. Presiden Habibie memberikan ruang bagi siapa saja
yang ingin menyampaikan pendapat, baik dalam bentuk rapat-rapat umum
maupun unjuk rasa atau demontrasi. Namun khusus demontrasi, setiap organisasi
atau lembaga yang ingin melakukan demontrasi hendaknya mendapatkan izin dari
pihak kepolisian dan menentukan tempat untuk melakukan demontrasi tersebut.
Hal ini dilakukan karena pihak kepolisian mengacu kepada UU No.28 tahun 1997
tentang Kepolisian Republik Indonesia.
Namun, ketika menghadapi para pengunjuk rasa, pihak kepolisian sering
menggunakan pasal yang berbeda-beda. Pelaku unjuk rasa yang di tindak dengan
pasal yang berbeda-beda dapat dimaklumi karena untuk menangani penunjuk rasa
belum ada aturan hukum jelas.
Untuk menjamin kepastian hukum bagi para pengunjuk rasa, pemerintahan
bersama (DPR) berhasil merampungkan perundang-undangan yang mengatur
tentang unjuk rasa atau demonstrasi. adalah UU No. 9 tahun 1998 tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.
Adanya undang undang tersebut menunjukkan bahwa pemerintah
memulai pelaksanaan sistem demokrasi yang sesungguhnya. Namun sayangnya,
undang-undang itu belum memasyarakat atau belum disosialisasikan dalam
kehidupan masarakat. Penyampaian pendapat di muka umum dapat berupa suatu
tuntutan, dan koreksi tentang suatu hal.

2. Masalah Dwifungsi ABRI

Menanggapi munculnya gugatan terhadap peran dwifungsi ABRI


menyusul turunnya Soeharto dari kursi kepresidenan, ABRI melakukan langkahlangkah pembaharuan dalam perannya di bidang sosial-politik.
Setelah reformasi dilaksanakan, peran ABRI di Perwakilan Rakyat DPR
mulai dikurangi secara bertahap yaitu dari 75 orang menjadi 38 orang. Langkah
lain yang di tempuh adalah ABRI semula terdiri dari empat angkatan yaitu
Angkatan Darat, Laut, dan Udara serta Kepolisian RI, namun mulai tanggal 5 Mei
1999 Polri memisahkan diri dari ABRI dan kemudian berganti nama menjadi
Kepolisian Negara. Istilah ABRI pun berubah menjadi TNI yang terdiri dari
Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.

3. Reformasi Bidang Hukum

Pada masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie dilakukan reformasi di


bidang hukum Reformasi hukum itu disesuaikan dengan aspirasi yang
berkembang dimasyarakat. Tindakan yang dilakukan oleh Presiden Habibie untuk
mereformasi hukum mendapatkan sambutan baik dari berbagai kalangan
masyarakat, karena reformasi hukum yang dilakukannya mengarah kepada tatanan
hukum yang ditambakan oleh masyarakat.
Ketika dilakukan pembongkaran terhadapat berbagai produksi hukum atau
undang-undang yang dibuat pada masa Orde Baru, maka tampak dengan jelas
adanya karakter hukum yang mengebiri hak-hak.
Selama pemerintahan Orde Baru, karakter hukum cenderung bersifat
konservatif, ortodoks maupun elitis. Sedangkan hukum ortodoks lebih tertutup
terhadap kelompok-kelompok sosial maupun individu didalam masyarakat. Pada
hukum yang berkarakter tersebut, maka porsi rakyat sangatlah kecil, bahkan bias
dikatakan tidak ada sama sekali.
Oleh karena itu, produk hukum dari masa pemerintahan Orde Baru sangat
tidak mungkin untuk dapat menjamin atau memberikan perlindungan terhadap
Hak-hak Asasi Manusia (HAM), berkembangnya demokrasi serta munculnya
kreativitas masyarakat.

4. Sidang Istimewa MPR


Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, telah dua kali lembaga
tertinggi Negara melaksanakan Sidang Istimewa, yaitu pada tahun 1967 digelar
Sidang Istimewa MPRS yang kemudian memberhentikan Presiden Soekarno dan
mengangkat Soeharto menjadi Presiden Rebuplik Indonesia. Kemudian Sidang
Istimewa yang dilaksanakan antara tanggal 10 13 Nopember 1998 diharapkan
MPR benar-benar menyurahkan aspirasi masyarakat dengan perdebatan yang
lebih segar, lebih terbuka dan dapat menampung, aspirasi dari berbagai kalangan
masyarakat. Hasil dari Sidang Istimewa MPR itu memutuskan 12 Ketetapan.

5. Pemilihan Umum Tahun 1999


Pemilihan Umum yang dilaksanakan tahun 1999 menjadi sangat penting,
karena dari pemilihan umum tersebut diharapkan dapat memulihkan keadaan
Indonesia yang sedang dilanda multikrisis. Pemilihan umum tahun 1999 juga
merupakan ajang pesta rakyat Indonesia dalam menunjukkan kehidupan
berdemokrasi. Maka sifat dari pemilihan umum itu adalah langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Presiden Habibie kemudian menetapkan tanggal 7 Juni 1999 sebagai
waktu pelaksanaan pemiliahan umum tersebut. Selanjutnya lima paket undangundang tentang politik dicabut. Sebagai gantinya DPR berhasil menetapkan tiga
undang-undang politik baru. Ketiga udang-undang itu disahkan pada tanggal 1
Februari 1999 dan ditandatangani oleh Presiden Habibie. Ketiga udang-udang itu
antara lain undang-undang partai politik, pemilihan umum, susunan serta
kedudukan MPR, DPR dan DPRD.
Munculnya undang-undang politik yang baru memberikan semangat untuk
berkembangnya kehidupan politik di Indonesia. Dengan munculnya undangundang politik itu partai-partai politik bermunculan dan bahkan tidak kurang dari
112 partai politik telah berdiri di Indonesia pada masa itu. Namun dari sekian
banyak jumlahnya, hanya 48 partai politik yang berhasil mengikuti pemilihan

umum. Hal ini disebabkan karena aturan seleksi partai-partai politik diberlakukan
dengan cukup ketat.
Pelaksanaan pemilihan umum ditangani oleh sebuah lembaga yang
bernama Komisi Pemilihan Umum (KPU). Anggota KPU terdiri dari wakil-wakil
dari pemerintah dan wakil-wakil dari partai-partai politik peserta pemilihan
umum.
Banyak pengamat menyatakan bahwa pemilihan umum tahun 1999 akan
terjadi kerusuhan, namun pada kenyataannya pemilihan umum berjalan dengan
lancar dan aman. Setelah penghitungan suara berhasil diselesaikan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU), hasilnya lima besar partai yang berhasil meraih suarasuara terbanyak di anataranya PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Persatuan
pembangunan, Partai Pembangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional. Hasil
pemilihan umum tahun 1999 hingga saat terakhir pengumuman hasil perolehan
suara dari partai-partai politik berjalan dengan aman dan dapat di terima oleh
suara partai peserta pemilihan umum.
KELEBIHAN MASA PEMERINTAHAN HABIBIE
Dalam masa pemerintahan yang singkat tersebut, bukan berarti Habibie
tidak kelebihan dalam pemerintahannya. Berkaitan dengan semangat demokrasi,
Habibie telah melakukan perubahan dengan membangun pemerintahan yang
transparan dan dialogis. Prinsip demokrasi juga diterapkannya dalam kebijakan
ekonomi yang disertai penegakan hukum dan ditujukan untuk kesejahteraan
rakyat. Dalam mengelola kabinetnya, Habibie melakukan perubahan besar. Ia
meningkatkan koordinasi dan menghapus egosentisme sektoral antarmenteri.
Selain itu, sejumlah kreativitas mewarnai gaya kepemimpinannya dalam
menangani masalah bangsa.
Selain itu, semasa pemerintahan Habibie ditetapkan 50 Undang-undang
baru, berarti rata-rata perbulannya adalah 3,13. Ini lebih tinggi dari rata-rata masa
orde baru yang hanya 0,34.4

Asvi Warman Adam, Seabad Kontroversi Sejarah, (2007), hal. 146

PERMASALAHAN

BARU

YANG

MUNCUL

DALAM

MASA

PEMERINTAHAN HABIBIE

Berbagai pelanggaran HAM bermunculan

Masalah tragedi Trisakti

Masalah bank Bali

Lepasnya Timor-Timur dari NKRI

Status hukum mantan presiden Soeharto yang belum jelas


Kasus yang sangat penting dalam masa pemerintahan Habibie salah

satunya adalah lepasnya Timor-Timur dari NKRI yang kemudian mendorong


pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang Habibie semakin giat
menjatuhkan Habibie. Upaya ini akhirnya berhasil dilakukan pada Sidang Umum
1999,

ia

memutuskan

tidak

mencalonkan

pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR.

diri

lagi

setelah

laporan

PENUTUP
Perlu diingat bahwa peralihan kekuasaan tahun 1998 tidak hanya
menyangkut tanggal 21 Mei 1998 saja tetapi juga peristiwa-peristiwa yang terjadi
baik sebelum, sesudah maupun selama pemerintahan Habibie, diantaranya
kerusuhan Trisaksi yang memakan korban tidak sedikit hingga kebijakan
referendum yang dilakukan pemerintahan Habibie untuk menentukan status
wilayah Timor-Timur yang akhirnya lepas dari NKRI.
Namun tidak sedikit pula prestasi yang ditorehkan Habibie selama ia
menjabat sebagai presiden, untuk pertama kalinya Indonesia mampu mebuat
pesawat terbang sendiri walaupun dalam penjualannya tidak sesukses dalam
produksinya, stabilnya kembali nilai tukar rupiah, UU otonomi daerah yang
mampu meminimalisir kemungkinan terjadinya upaya daerah untuk melepaskan
diri dari NKRI, penentapan Undang-undang yang cukup signifikan dalam waktu
yang relatif singkat, kebebasan pers dll.
Di tengah-tengah upaya pemerintahan Habibie memenuhi tuntutan
reformasi, pemerintah Habibie dituduh melakukan tindakan yang bertentangan
dengan kesepakatan MPR mengenai masalah Timor-Timur.
Pada tanggal 14 Oktober 1999 Presiden Habibie menyampaikan pidato
pertanggungjawabannya di depan Sidang Umum MPR namun terjadi penolakan
terhadap pertanggungjawaban presiden karena Pemerintahan Habibie dianggap
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Rezim Orba. Kemudian pada tanggal
20 Oktober 1999, Ketua MPR Amien Rais menutup Rapat Paripurna sambil
mengatakan, dengan demikian pertanggungjawaban Presiden B.J. Habibie
ditolak. Pada hari yang sama Presiden habibie mengatakan bahwa dirinya
mengundurkan diri dari pencalonan presiden.

SUMBER
Warman Adam, Asvi, 2007. Seabad Kontroversi Sejarah. Yogyakarta : Ombak
Wikipedia.com
Waroeng Kampfer.blogspot.com
Mindberryel Diaries.blogspot.com
Taufik Nurrohman.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai