Anda di halaman 1dari 2

Kebijakan BJ.

Habibie Pada Era Reformasi Hukum

Oleh : Silviana Wahyu Nur Cahyani Putri (20210520191)

Ilmu Pemerintahan Fisipol UMY

Indonesia sampai saat ini telah mengalami pergantian presiden sebanyak tujuh kali.
Pergantian presiden tersebut dilakukan dengan cara pemilihan umum yang diterapkan sejak
tahun 2004 yang mana pada saat itu calon presiden yang berhasil terpilih adalah Susilo
Bambang Yudhoyono sebagai Presiden Republik Indonesia ke-6. Akan tetapi sebelumnya
Indonesia juga dipimpin oleh orang-orang hebat seperti Soekarno yang menjadi Presiden RI
pertama sekaligus dikenal dengan nama bapak proklamasi, kemudian dilanjut dengan Soeharto
dengan kepemimpinannya yang cukup kontroversial dan juga Presiden RI ke-3 yang cukup
dikenal oleh manca negara dengan prestasi, pencapaian dan juga kecerdasannya tak lain adalah
BJ. Habibie.

BJ. Habibie sendiri merupakan seseorang dengan kecerdasan intelektual yang patut
diacungkan jempol dan patut untuk ditiru. Banyak karya hasil BJ. Habibie yang sangat
memukau dan juga mengharumkan nama bangsa, salah satunya yaitu dengan membuat pesawat
terbang. Beliau berhasil menjadi Presiden RI ke-3 pada 21 Mei 1998, yang mana sebelumnya
posisi Habibie saat itu berada di wakil presiden. Akan tetapi masa kepemimpinan Habibie tidak
berlangsung lama, beliau hanya memimpin sampai dengan 20 oktober 1999. Walaupun begitu,
beliau telah memberikan banyak hal kepada negeri ini,, seperti Undang-Undang otonomi
Daerah, UU Anti Monopoli/ UU Persaingan Sehat, serta UU Partai Politik (Saputro et al.,
2019).

BJ. Habibie sendiri merupakan seorang pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan
transformasional, yang mana pada saat itu segala keputusan yang diambil oleh beliau tidak
banyak didasari oleh kepentingan politik yang mana beliau sampai berani untuk melepas
daerah Timor-timor dari indonesia. Pada era kepemimpinannya, beliau memberikan kebebasan
pers. Reformasi dalam pers dilakukannya dengan cara menyederhanakan permohonan Surat
Izin Usaha Penerbitan (SIUP). Reformasi di Bidang Hukum. Pada masa pemerintahan Orde
Baru telah didengungkan pembaharuan bidang hukum, tetapi dalam realisasinya produk hukum
tetap tidak melepaskan karakter elitnya. Misalnya dalam UU Ketenagakerjaan, tetap saja
terdapat dominasi penguasa. DPR selama orde baru cenderung telah berubah fungsi, sehingga
produk yang disahkannya memihak penguasa bukan memihak kepentingan masyarakat.
Prasyarat untuk melakukan rekonstruksi dan reformasi hukum memerlukan reformasi politik
yang melahirkan keadaan demokratis dan DPR yang representatif mewakili kepentingan
masyarakat. Target reformasi hukum menyangkuttiga hal, yaitu: substansi hukum, aparatur
penegak hukum yang bersih dan berwibawa, dan institusi peradilan yang independen. Hal
tersebut karena mengingat produk hukum Orde Baru sangat tidak kondusif untuk menjamin
perlindungan hak asasi manusia, berkembangnya demokrasi dan menghambat kreativitas
masyarakat, adanya praktek KKN sebagai akibat dari adanya aturan hukum yang tidak adil dan
merugikan masyarakat (Wijaya & Permatasari, 2019).

Daftar Pustaka

Saputro, B., Berliana, I., & Tsara, N. (2019). Gaya Kepemimpinan Bacharuddin Jusuf Habibie
untuk Membawa Indonesia Menuju Perubahan UN. ResearchGate, June, 0–20.
https://id.wikipedia.org/wiki/B._J._Habibie

Wijaya, J. H., & Permatasari, I. A. (2019). Capaian Masa Pemerintahan Presiden BJ. Habibie
dan Megawati di Indonesia. Cakrawala, 12(2), 196–207.
https://doi.org/10.32781/cakrawala.v12i2.274

Anda mungkin juga menyukai