Anda di halaman 1dari 14

TUGAS SEJARAH

MASA DEMOKRASI REFORMASI (1998 - SEKARANG)

XII IPA 6
Disusun oleh :
Amirul adibbasithu Djopart (04)
Bobby Cesario Putra Rachim (07)
Christophorus Parikesit Wistara (08)
Faras Imama Lutfi Irzan (11)
Farhadia Syawala Fitri (12)
Priska Septaqiy Farros (29)
Rafael Brian Kristanto (32)
Rafi Ramadhani Wintana (33)

SMAN 1 KOTA TANGERANG SELATAN


Jalan Pendidikan No. 49, Tangerang Selatan, Banten, 15411.
BAB I
PENDAHULUAN

Reformasi lahir setelah negara kita ini mengalami krisis yang melanda berbagai
aspek, mulai dari kehidupan, ekonomi, politik, hukum, kepercayaan, dan yang
parahnya lagi adalah krisis kebutuhan pokok. Karena pada masa orde baru itu
Indonesia mengalami krisis yang cukup parah, akhirnya muncullah gerakan-
gerakan mahasiswa dan masyarakat lainnya yang meminta Presiden Soeharto
untuk turun dari jabatannya.

Setelah Soeharto mundur, jabatan presiden diserahkan kepada wakilnya, yaitu B.J
Habibie. Hal tersebut dilakukan berdasarkan pasal 8 UUD 1945. Setelah naiknya
Habibie sebagai presiden, kondisi politik dan ekonomi pun kian berubah. Proses
dan penerapan demokrasi di Indonesia mulai membaik. Presiden dipilih
berdasarkan pemilu dalam skala 5 tahun sekali, dan semua masyarakat memiliki
hak memilihnya.
BAB II
PEMBAHASAN
KEHIDUPAN POLITIK DAN EKONOMI MASA REFORMASI

Periode Pemerintahan B.J. Habibie (1998-1999)


Di awal reformasi, Presiden yang melanjutkan kepemimpinan Presiden Soeharto
adalah B.J. Habibie yang merupakan wakil Presiden Soeharto.

Pada saat pengambilan sumpah presiden, sebagian masyarakat melakukan demonstrasi


menolak pelantikan B.J. Habibie sebagai Presiden ke-3 Republik Indonesia. Mereka
berpendapat bahwa Soeharto dan B.J. Habibie diangkat dalam satu paket sebagai
presiden dan wakil presiden sehingga harus turun dari jabatan secara bersamaan. Akan
tetapi, masalah pengangkatan B.J. Habibie sebagai presiden lambat laun lenyap
dengan sendirinya.

Pada tanggal 22 Mei 1998 Presiden B.J. Habibie mengumumkan susunan kabinetnya
di Istana Merdeka. Kabinet tersebut diberi nama Kabinet Reformasi Pembangunan.
Saat membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan Presiden B.J. Habibie melakukan
sebuah gebrakan baru yaitu adanya pemisahan Gubernur Bank Indonesia (BI) dari
kabinet. Pemisahan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan objektivitas dan
menjamin kemandirian negara. Dalam rangka menyelesaikan permasalahan negara
dan tuntutan Reformasi, Presiden B.J. Habibie juga mengambil beberapa kebijakan
politik dan ekonomi seperti berikut.

1. Kebebasan Multipartai dalam Pemilu


Pada masa Orde Baru jumlah partai di Indonesia dibatasi. Hanya terdapat tiga partai
besar saat itu yaitu Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Partai Persatuan Pembangunan
(PPP), dan Golongan Karya (Golkar). Pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie
kebijakan mengenai partai politik diubah. Presiden B.J. Habibie menetapkan undang-
undang multipartai dalam pemilu yang diatur dalam UndangUndang Nomor 2 Tahun
1999.

2. Referendum untuk Timor Timur


Kebijakan penting B.J. Habibie adalah penyelesaian masalah Timor Timur dengan
cara yang dapat diterima masyarakat internasional. Presiden B.J. Habibie menawarkan
dua pilihan kepada rakyat Timor Timur. Pilihan pertama adalah otonomi luas dan
pilihan kedua adalah rakyat Timor Timur merdeka dan terpisah dari Indonesia.
Berdasarkan hasil referendum, sebagian besar rakyat Timor Timur memilih merdeka
dari Indonesia.
Pada tanggal 4 September 1999 dari New York Sekjen PBB, Kofi Anan
mengumumkan hasil referendum di Timor Timur, yaitu 79% penduduk memilih
merdeka dari indonesia dan 21 % tetap memilih menjadi bagian Indonesia dengan
status otonomi luas. Menghadapi kenyataan tersebut, Presiden B.J.. Habibie
mengharapkan MPR membahas hasil jajak pendapat tersebut dan menuangkannya
dalam ketetapan yang memberikan pengakuan terhadap keputusan rakyat Timor
Timur, sesuai Perjanjian New York. Ketetapan yang dimaksud adalah mengesahkan
pemisahan Timor Timur dari Indonesia secara terhormat. Ketetapan itu disahkan
untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia merupakan bagian dari
masyarakat internasional yang bertanggung jawab, demokratis, serta menjunjung
tinggi hak asasi manusia.

3. Pengakuan Hak Asasi Manusia (HAM)


Pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie hak asasi manusia (HAM) merupakan
salah satu fokus agenda reformasi. Perhatian Presiden B.J. Habibie terkait masalah
HAM di antaranya membebaskan tahanan politik dan tokoh-tokoh eks-PKI yang telah
ditahan sekira tiga puluh tahun. Amnesti diberikan kepada Mohammad Sanusi dan
orang-orang yang mengalami hukuman setelah insiden Tanjung Priok 1984, termasuk
(secara anumerta) Hartono Dharsono. Pada bulan November 1998 ABRI
membebaskan beberapa aktivis mahasiswa yang hilang sejak kampanye Pemilu 1997,
tetapi masih banyak mahasiswa yang hilang dan diduga telah dibunuh. Presiden B.J.
Habibie juga menghilangkan diskriminasi terhadap sesama warga negara atas dasar
ras, etnik, dan agama, serta mengakhiri pemberian tanda khusus pada kartu tanda
penduduk (KTP) keturunan Tionghoa. Pengakuan HAM oleh Presiden B.J. Habibie
diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999.

4. Pemberantasan Korupsi
Meskipun B.J. Habibie merupakan presiden transisional. beliau telah menunjukkan
keseriusanny. dalam menangani kasus korupsi. kolusi. dan nepotisme (KKN) di
indonesia Kondisi ini terlihat dari usahanya menyusun undang-undang pemberantasan
tindak korupsi pada tahun 1999.

5. Reformasi Ekonomi
Pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie Indonesia masih mengalami krisis
ekonomi. Untuk mengatasi kondiSi tersebut dibuatlah relormasi ekonomi yang isinya
sebagai berikut.

 Melakukan relormasi perbankan dalam rangka program pemulihan ekonomi


sejalan dengan penjadwalan kembali utang luar negeri Indonesia.
 Menetapkan undang-undang antimonopoli yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 sebagai langkah ke arah penegakan lingkungan bisnis yang
lebih transparan.
 Memprioritaskan jumlah suplai beras yang memadai dengan harga terjangkau
karena jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan terus bertambah.
 Melibatkan pedagang menengah kecil, dan koperasi untuk ikut serta dalam
distribusi beras guna mencegah monopoli dan timbulnya penimbunan beras oleh
pedagang besar.
Setelah pemilu legislatif tahun 1999 MPR menyelenggarakan Sidang Umum untuk
memilih presiden dan wakil presiden baru. Ini merupakan fenomena menarik dalam
sejarah politik d lndonesia. Anggota DPR dan MPR diganti sebelum masa kerjanya
selesi. Presiden B.J. Habibie sendiri memangkas jabattannya sebagai presiden yang
seharusnya berlangsung sampai tahun 2003. Meskipun demikian, pidato Pidato
Pertanggungjawaban B.J. Habibie ditolak MPR melalui proses voting. Ada beberapa
catatan mngenai penolakan tersebut yaitu masalah Timor Timur, pemberantasan
KKN, masalah ekonomi, dan HAM.

Pada tanggal 20 Oktober 1999 diadakan rapat paripurna ke-13 MPR dengan agenda
pemilihan presiden. Beberapa calon di antaranya adalah Abdurrahan Wahid.
Megawati Soekarnoputri dan Yusri Ihza Mahendra. Calon yang disebut terakhir
menyatakan pengunduran dirinya menjelang dilaksanakannya voting pemilihan
presiden. Melalui dukungan poros tengah (koalisi partai-partai Islam) yang dipelopori
oleh Amien Rais, Abdurrahman Wahid menangani pemilihan presiden dalam
pemungutan suara. Sementara Megawati Soekarnoputri diangkat sebagai wakilnya.

Periode Pemerintahan Abdurrahman Wahid (1999-2003)


Abdurrahman Wahid atau yang sering disapa Gusdur adalah ketua Partai Kebangkitan
Bangsa. Ia terpilih sebagai presiden dalam Sidang Umum MPR pada Iahun1999.
Perhatikan gambard samping! Pada gambar tampakanggota Kabinet Persatuan
Nasional yang dibentuk Abdurrahman Wahid. Dalam memimpin pemerintahan.
Presiden Abdurrahman Wahid dibantu oleh Megawati Soekarnoputri.

Kabinet Persatuan Nasional merupakan koalisi berbagai partai politik. yaitu PDI-P.
PKB. Golkar. PPP. PAN. dan Partai Keadilan (PK). Non-partisan dan TNI juga ada
dalam kabinet tersebut. Dalam pemerintahannya. Presiden Abdurrahman Wahid sering
melakukan reshuffle kabinet. Selain itu. Presiden Abdurrahman Wahid menetapkan
beberapa kebijakan seperti berikut.

1. Pemisahan Polri dari TNI


Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid polisi dipisahkan dari militer
sehingga ABRI tidak lagi menjadi entitas tunggal. Pemisahan ini dilakukan agar
kepolisian lebih lokus sebagai pelayan masyarakat dalam bidang keamanan. Selain itu,
pemisahan tersebut bertujuan melakukan reformasi TNI sebagai penjaga pertahanan
sehingga secara bertahap tidak terlibat dalam kegiatan politik dan berdiri netral
sebagai abdi negara.
2. Pengakuan Agama Konghucu
Pada era Orde Baru kehidupan beragama di Indonesia diatur melalui Surat Edaran
Menteri Dalam Negeri yang menyatakan bahwa agama yang diakui oleh pemerintah
adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Adapun Konghucu tidak diakui
oleh pemerintah Orde Baru.

Presiden Abdurrahman Wahid menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000


mengenai Pemilihan hak-hak Sipil penganut agama Konghucu. Salah satu bukti
diakuinya agama Konghucu adalah diselenggarakannya perayaan imlek di Indonesia.

Presiden Abdurrahman Wahid telah menunjukkan rasa cinta damai terhadap


kehidupan antar umat beragama. Rasa cinta damai tersebut akan mewujudkan kerja
sama untuk menciptakan persatuan bangsa.

3. Kebebasan Pers
Presiden Abdurrahman Wahid meneruskan kebijakan Presiden B.J. Habibie dalam
bidang pers. Kebijakan tersebut terlihat dengan adanya penghapusan Departemen
Penerangan yang dianggap menjadi penghalang bagi kebebasan berekspresi dan
berpendapat. Kebijakan tersebut mengakibatkan pers mengalami perkembangan pesat.

4. Mengatasi Disintegrasi Bangsa


Cara Presiden Abdurrahman Wahid dalam mengatasi disintegrasi bangsa adalah
melalui pendekatan budaya terhadap masyarakat Irian Jaya. Presiden Abdurrahman
Wahid memutuskan mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua. Dengan demikian,
pemerintah telah berusaha merespons sebagian keinginan warga Papua.

5. Membangun Mitra dengan Luar Negeri


Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid secara umum belum mampu melepaskan
bangsa Indonesia keluar dari krisis. Dalam kondisi tersebut, Presiden Abdurrahman
Wahid melakukan upaya pembangun kembali mitra ekonomi dengan negara luar.
Presiden Abdurrahman Wahid melakukan diplomasi ke luar negeri secara intensif.
Dalam masa tiga bulan pemerintahannya, hampir semua mitra ekonomi Indonesia di
empat benua telah dikunjungi. Kunjungan tersebut membawa dampak positif bagi
negara yaitu, pemulihan ekonomi dan mendorong aliran investasi ke Indonesia.

Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid tidak berlangsung lama. Hubungan


dengan poros tengah yang merupakan pendukungnya ketika mencalonkan diri sebagai
presiden tidak berjalan baik. Kursi DPR yang sebagian besar diduduki oleh Golkar
menggunakan kekuasaan DPR untuk menggoyang kursi kepresidenan Abdurrahman
Wahid. Kondisi ini berdampak pada hubungan yang tidak harmonis antara DPR
dengan presiden. Pada akhirnya MPR mengadakan sidang istimewa yang
menghasilkan keputusan memberhentikan Presiden Abdurrahman Wahid dan melantik
Megawati Soekarnoputri menjadi presiden.
 Diumumkannya nama-nama menteri Kabinet Persatuan Nasional yang
terlibat KKN.
 Pencabutan peraturan mengenai larangan terhadap PKI dan penyebaran
Marxisme dan Leninisme.
 Membekukan MPR dan DPR.

Di masa pemerintahan Gus Dur, kondisi perekonomian Indonesia mulai membaik.


Hal itu dapat dilihat dari laju pertumbuhan PDB (nilai pasar semua barang dan jasa
yang diproduksi oleh negara) mulai menunjukkan ke arah yang positif.
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia mencapai 5% pada masa pemulihannya.

Sejak Gus Dur lengser, pemilihan presiden kemudian dilakukan tiap 5 tahun sekali.
Setelah Megawati selesai menjabat, Soesilo Bambang Yudhoyoni terpilih setelah
menang pemilu dan menjabat selama 2 periode.

Periode Pemerintahan Megawati Soekarnoputri (2001-


2004)
Megawati Soekarnoputri merupakan putra presiden pertama Republik Indonesia, Ir.
Soekarno. Megawati Soekarnoputri menjadi presiden pada periode 2001-2004
menggantikan Presiden Abdurrahman Wahid. Presiden Megawati Soekarnoputri
memiliki beberapa kebijakan politik dan ekonomi sebagai berikut.

1. Lima Agenda Kabinet Gotong Royong


Berbagai kebijakan pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri tertuang dalam
lima agenda utama Kabinet Gotong Royong Lima agenda tersebut sebagai berikut.

 Pemerintah harus menbuktikan sikap secara tegas untuk menghapus korupsi,


kolusi, dan nepotisme.
 Pemerintah harus menunjukkan kesungguhan dalam menyusun langkah-
langkah untuk menyelamatkan rakyat Indonesia dari penderitaan akibat krisis yang
berkepanjangan.
 Pemerintah harus meneruskan pembangunan politik untuk melakukan
perbaikan dalam menjunjung tinggi kedaulatan rakyat.
 Pemerintah harus menunjukkan kemampuan untuk mempertahankan supremasi
hukum dan menciptakan situasi sosial kultural yang kondusif untuk memajukan
kehidupan masyarakat sipil.
 Pemerintah harus menjaga pertahanan keamanan dan hak-hak asasi manusia
sebagai bagian dalam menciptakan kesejahteraan dan rasa aman kepada
masyarakat.

2. Upaya Pemberantasan Praktik KKN


Belum tuntasnya penyelesaian kasus-kasus KKN oleh pemerintahan Orde Baru
menuntut pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri menangani kasus-kasus
tersebut secara transparan dengan cara membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK). Komisi Pemberantasan Korupsi dibentuk untuk mengatasi, menanggulangi,
dan memberantas korupsi di Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.

3. Upaya Meredam Konflik di Aceh


Upaya pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri untuk meredam konflik di
Aceh salah satunya dengan melakukan kunjungan kerja pada tanggal 8 September
2001. Presiden Megawati Soekarnoputri berdialog langsung dengan sejumlah tokoh
Aceh dan berpidato di halaman Masjid Raya Baiturrahman. Dalam kesempatan itu
Presiden Megawati Soekarnoputri menyosialisasikan UndangUndang Nomor 18b
Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Aceh. Berdasarkan undang-undang
tersebut, Provinsi Daerah Istimewa Aceh resmi berganti nama menjadi Provinsi
Nanggroe Aceh Damssalam (NAD).

4. Upaya Stabilisasi Ekonomi


Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri masih mewarisi berbagai kesulitan
ekonomi. Oleh karena itu, Presiden Megawati Soekamoputri melakukan berbagai
upaya pemulihan ekonomi sebagai berikut.

 Mengatasi Masalah Utang Indonesia


Untuk mengatasi utang peninggalan Orde Baru sebesar US$150,80 miliar dengan cara
meminta penundaan utang sebesar US$5,8 miliar pada pertemuan Paris Club tahun
2002.

 Menaikkan Pendapatan Per Kapita


Kenaikan pendapatan per kapita cukup signifikan yaitu sekira US$930. Kebijakan ini
mendapat sambutan dari pasar karena tidak sampai sebulan dilantik sebagai presiden,
kurs naik menjadi Rp 8.500,00 per dolar AS (semula Rp 9.000.00 per dolar AS).

 Melakukan privatisasi BUMN


Privatisasi mempakan kebijakan menjual perusahaan negara di dalam periode krisis
dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan politik dan
melunasi pembayaran utang luar negeri. Pemerintah juga menjual Indosat pada tahun
2003. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia
menjadi 4,1 % dan inflasi hanya 5.06%.

 Memperbaiki Kineria Ekspor


Masa jabatan Presiden Megawati Soekarnoputri berlangsung sampai tahun 2004.
Setelah itu diadakan pemilu 2004 untuk memilih presiden dan wakilnya. Pemilu 2004
dilakukan melalui dua kali putaran. Putaran pertama pemilu diadakan pada tanggal 5
Juli 2004 menentukan para wakil rakyat (legislatif). Putaran kedua pemilu
diselenggarakan pada tanggal 20 September 2004 untuk memilih pasangan presiden
dan wakil presiden. Pada pemilu 2004 ini Presiden Megawati Soekarnoputri
mengalami kekalahan. Ia harus menyerahkan kursi kepresidenan kepada presiden
terpilih yaitu Susilo Bambang Yudhoyono.

Periode Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf


Kalla (2004-2009)
Berdasarkan hasil pemilu 2004, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Muhammad
Jusuf Kalla ditetapkan sebagai pemenang. Oleh karena itu, pada tanggal 20 Oktober
2004 Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla dilantik menjadi Presiden dan
Wakil Presiden lndonesia. Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-
Jusuf Kalla lndonesia dihadapkan pada berbagai permasalahan kompleks. Berbagai
bencana terjadi seperti bom Bali, tsunami di Aceh, gempa di wilayah Jawa Tengah
dan Yogyakarta, luapan lumpur Lapindo di Porong (Sidoarjo), meletusnya Gunung
Merapi, dan kebakaran hutan. Sesudah dilantik sebagai presiden, SBY segera
menyusun kabinet yang bernama Kabinet Indonesia Bersatu. Bersama kabinetnya,
Presiden SBY mencanangkan Program 100 hari yang berisi kebijakan sebagai berikut.

1. Menciptakan Indonesia yang Aman dan Damai


Dalam rangka menciptakan Indonesia yang aman dan damai, Kabinet Indonesia
Bersatu menyiapkan agenda yang dapat memberikan solusi tepat bagi permasalahan
dalam negeri, khususnya masalah yang berkaitan dengan disintegrasi bangsa. Oleh
karena itu, pemerintahan SBY melakukan tindakantindakan sebagai berikut.

 Dalam mengatasi masalah Aceh, SBY bertekad menyelesaikan persoalan Aceh


secara damai, adil, dan bermartabat. Ia melakukan pembicaraan dengan tokoh-
tokoh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Helsinki Finlandia. Pembicaraan tersebut
berjalan lancar ditandai adanya penandatanganan memorandum kesepahaman pada
tanggal 15 Agustus 2005.
 Mengenai masalah Papua, pemerintah ingin menyelesaikan masalah secara
damai dengan mengadakan dialog dan pendekatan persuasi. Contohnya, dengan
mengutamakan otonomi khusus secara konsisten.
 Pemerintah terus memantapkan keamanan dan perdamaian seperti
meningkatkan pengamanan Selat Malaka dari berbagai ancaman.
 Melakukan pemberantasan narkoba dengan dilaksanakannya program
pencegahan, penegakan hukum, dan rehabilitasi.

2. Menciptakan Indonesia yang Adil dan Demokratis


Agenda kedua pemerintahan SBY-Jusuf Kalla adalah menciptakan pemerintahan
indonesia yang adil dan demokratis. Agenda ini difokuskan pada perlindungan HAM
dan menciptakan pemerintahan yang bersih sehingga dapat memberi pelayanan yang
adil dan demokratis kepada masyarakat. Agenda tersebut dilaksanakan dengan cara-
cara sebagai berikut.

 Meningkatkan keadilan dan penegakan hukum termasuk masalah perlindungan


HAM.
 Memberantas korupsi dengan cara mencanangkan Gerakan Nasional
Pemberantasan Korupsi dan membentuk Tim Koordinasi Pemberantasan Korupsi
(KPK).
 Melaksanakan reformasi birokrasi dengan cara membangun pemerintahan yang
bersih, efisien, dan efektif. Cara yang ditempuh antara lain perbaikan gaji,
perbaikan kapasitas dan produktivitas, serta meningkatkan disiplin dan etos kerja.

3. Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat


Agenda 100 hari SBY-Jusuf Kalla selanjutnya adalah meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Agenda kesejahteraan rakyat ini mencakup perbaikan sumber daya alam dan
sumber daya manusia. Secara terperinci, agenda tersebut sebagai berikut.

 Dalam rangka pemberantasan pembalakan hutan dan pencurian ikan,


diupayakan peningkatan kemampuan aparatur melalui berbagai pelatihan dan
operasi, serta revisi terhadap peraturan-peraturan.
 Mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan.
 Mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan berkualitas.
 Dalam bidang pertanian pemerintah melakukan revitalisasi sistem penyuluhan
secara nasional, meningkatkan ketahanan pangan, dan meningkatkan sistem
kerawanan pangan.
Pada bulan Maret 2005 dan Oktober 2005 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menaikkan harga BBM yang berimbas pada situasi perekonomian tahun-tahun
berikutnya. Pemerintah SBY-JK memang harus menaikkan harga BBM dalam
menghadapi tekanan APBN yang semakin berat karena lonjakan harga minyak dunia.
Kenaikan harga BBM telah mendorong tingkat inflasi pada bulan Oktober 2005 yang
mencapai 8,7%. Meskipun demikian, tingkat pertumbuhan ekonomi periode 2005-
2007 yang dikelola oleh SBY-JK relatif lebih baik dibandingkan pemerintahan
sebelumnya. Rata-rata pertumbuhan ekonomi lndonesia pada masa pemerintahan
SBY-JK selama lima tahun adalah 6,4%.

Berakhirnya masa jabatan SBY-JK ini terjadi setelah pelaksanaan pemilu tahun 2009.
Pemilu pada tahun 2009 dilakukan dua kali putaran. Putaran pertama dilaksanakan
pada tanggal 9 April 2009 untuk memilih anggota DPR, DPRD, dan DPD. Sementara
itu, pemilihan presiden diselenggarakan dalam dua tahap yaitu tahap I pada tanggal 8
Juli 2009 dan tahap II pada tanggal 8 September 2009. Pemilu 2009 kembali
dimenangi SBY yang saat itu berpasangan dengan Boediono.
Periode Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-
Boediono (2009-2014)
Pada periode 2009-2014 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak lagi berpasangan
dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla, tetapi dengan Wakil Presiden Boediono.

Pada tanggal 20 Oktober 2009 Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono dilantik


sebagai Presiden dan Wakil Presiden Rl. Selanjutnya, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono melantik Kabinet Indonesia Bersatu ll. Agenda besar yang dihadapi
kabinet ini adalah upaya mewujudkan good governance pada tataran implementatif.

Pada periode Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II ini banyak kasus besar yang
melibatkan elite politik, misalnya kasus Bank Century, Kasus Bibit Chandra, kasus
“Cicak” melawan ”Buaya”, dan kasus Antasari.

Pemerintahan SBY-Boediono menaikkan anggaran pendidikan sebanyak 20% dari


APBN, Kenaikan anggaran pendidikan sebanyak ini terjadi pertama kali sepanjang
sejarah Indonesia. Pemanfaatan 20% APBN dalam bidang pendidikan dialokasikan
untuk program pendidikan dasar sembilan tahun, peningkatan kualitas pendidikan,
serta perbaikan kurikulum pada tahun 2013.

Pemerintahan SBY-Boediono berakhir disebabkan masa jabatannya sebagai Presiden


dan Wakil Presiden RI telah habis. Pada tanggal 9 Juli 2014 dilaksanakan pemilu
untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden RI untuk masa bakti 2014-2019. Pemilu
2014 ini dimenangi oleh pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan memperoleh
suara 53,15°/o mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Periode Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (2014-


Sekarang)
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dilantik pada tanggal 20
Oktober 2014. Sebelum menjabat sebagai presiden, Presiden Joko Widodo pernah
menjabat sebagai Wali Kota Surakarta dan Gubernur DKI Jakarta. Jusuf Kalla pun
sebelumnya pernah menjadi wakil presiden berpasangan dengan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada periode 2004-2009.

Dalam pemerintahannya Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla
mengusung visi revolusi mental. Sasaran revolusi mental sebagai berikut.

 Mengubah Mind Set


Mengubah mind set yaitu cara berpikir dan cara pandang dalam melakukan public
service.
 Merampingkan Struktur Organisasi
Struktur organisasi harus ramping dan tidak boleh ada orang-orang dalam
pemerintahan yang memiliki fungsi ganda.

 Memperbaiki Kultur dan Budaya


Kultur dan budaya kerja harus disiplin, tanggung jawab, mengedepankan
kebersamaan, dan gotong royong.

Salah satu janji Presiden Joko Widodo ketika masa kampanye Pilpres 2014 adalah
membentuk kabinet profesional dan mengurangi bagi-bagi kursi menteri dengan mitra
koalisi. Presiden Joko Widodo juga menyatakan adanya sistem seleksi mirip lelang
jabatan yang ia pernah terapkan dalam menyeleksi calon pejabat camat dan lurah
ketika masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Kabinet Joko Widodo-Jusuf
Kalla ini diberi nama Kabinet Kerja.
BAB III
PENUTUP
Pada masa pemerintahan dari tahun 1998 sampai saat ini pemimpin negara kita sudah
berganti sebanyak lima kali. Selama lima kali pergantian tersebut, masing-masing
presiden memiliki system pemerintahan yang berbeda-beda. Dari sejarah yang ada,
tercatat Indonesia mulai membaik setelah lengsernya masa pemerintahan presiden
Soeharto dan digantikan oleh wakilnya yaitu B.J Habibie. Pada masa pemerintahan
presiden B.J Habibie Indonesia bias dikategorikan menjadi negara berkembang yang
sudah selangkah lagi menuju title negara maju. Dalam masa pemerintahannya yang
singkat B.J Habibie berhasil menaikkan ekonomi Indonesia dan menurunkan tingkat
inflasi sampai ke titik terendah. Namun, dia lengser karena banyak oknum yang
merasa terancam jika B.J Habibie tetap memimpin pemerintahan negara. Dan banayak
juga pihak lain yang menyimpulkan bahwa Habibie mengambil uang negara untuk
menggapai ambisinya dalam membuat pesawaat terbang.
Lalu setelah dilengserkannya Habibie, Indonesia dipimpin oleh Abdurahman Wahid.
Lalu pada saat itu, tingakat indflasi di Indonesia kembali naik, namun tidak separah
pada saat masa Soeharto. Politik dan ekonomi pada masa ini juga tidak terlalu buruk.
Pada masa pemerintahannya, Gusdur seringkali mereshuffle cabinet-kabinet yang ada.
Dia juga membuat kebijakan kebijakan baru, salah satunya mengakui adanya agama
Konguchu. Setelah empat tahun menjabat. Gusdur lengser dan digantikan oleh
Megawati Soekarno Putri.
Pada masa ini, Diadakan system pemberantasan KKN dan adanya penstabilan
ekonomi untuk negara. Namun pada masa pimpinan Megawati. Terjadi konflik
dengan wilayah Aceh. Namun, berhasil diredam dan melahirkan daerah Nanggroe
Aceh Darussalam.
Kemudian presiden selanjutnya bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Dia menjabat
sebagai Presiden Indonesia selama dua periode. Pada masanya, dia berhasil
mempertahankan inflasi dan menstabilkan keadaan ekonomi di Indonesia.
Lalu setelah SBY Indonesia kembali memilih pemimpinnya, dan terpilihlah Joko
Widodo. Presiden Joko Widodo yang biasa disapa Jokowi ini memnjabat sebagai
Presiden Indonesia selama dua periode, jadi sampai saat ini dia masih menjabat. Pada
masa pemerintahannya dia sudah banyak membangun infrastruktur negara yang
membuat Indonesia berkembang di bidang infrastruktur, tapi Indonesia justru
mengahadapi inflasi ekonomi lebih besar daripada masa-masa pemerintahannya
sebelumnya. Pada masa sekarang harga dollar pun naik drastis mencapai 14.050
rupiah per dollar.
Jadi kesimpulannya, jkeadaan pada masa pemerintahan masing-masing pimpinan di
masa jabatannya berbeda beda. Mereka mempunya kelebihan serta kekurangan dalam
cara memimpinnya.

Anda mungkin juga menyukai