Anda di halaman 1dari 2

Nama : Amanda Nur Annafi

Kelas : XII Harvard

PENILAIAN HARIAN
MASA AKHIR ORDE BARU

1) Berakhirnya pemerintahan Orde Baru disebabkan adanya krisis diberbagai bidang, salah
satunya bidang politik. Deskripsikan krisis politik yang terjadi pada masa Orde Baru !
 Kondisi politik di Indonesia mulai memanas menjelang pemilu 1997.
Kerusuhan 27 Juli 1996 menjadi gejolak politik terbesar menjelang pemilu 1997.
Peristiwa itu muncul akibat terjadinya dualisme di tubuh Partai Demokrasi Indonesia
(PDI). Dualisme tersebut bermula ketika 16 fungsionaris PDI menyatakan akan
mengadakan kongres PDI untuk memisahkan diri dari kepengurusan yang dipimpin
Megawati Soekarnoputri. Hingga akhirnya, pada 27 Juli 1996 terjadi kerusuhan dan
perusakan gedung Partai Demokrasi Indonesia yang terletak di Jalan Diponegoro 58,
Jakarta. Kerusuhan tersebut menyebabkan situasi politik Indonesia makin memanas
hingga pemilu 1997.
Pelaksanaan pemilu 1997 diikuti dengan pelaksanaan Sidang Umum MPR
pada Maret 1998. Sidang Umum MPR tersebut kembali menetapkan Soeharto sebagai
Presiden Republik Indonesia untuk masa jabatan 1998–2003 dengan B.J. Habibie
sebagai wakilnya. Pada 10 Maret 1998 pidato pertanggungjawaban Presiden Soeharto
diterima oleh MPR. Selanjutnya, pada 12 Maret 1998 Presiden Soeharto kembali
dilantik menjadi Presiden Indonesia bersama B.J. Habibie sebagai wakilnya.
Pelantikan Soeharto sebagai presiden untuk ketujuh kalinya mendapat
penolakan dari mahasiswa dan hampir sebagian besar masyarakat Indonesia.
Penolakan tersebut disertai berbagai tuntutan yang dilatarbelakangi oleh banyaknya
penyimpangan dalam bidang politik. Berbagai penyimpangan politik pada masa Orde
Baru sebagai berikut.
a. Demokrasi tidak dilaksanakan semestinya.
b. Banyak anggota DPR/MPR yang menerapkan sistem nepotisme.
c. Orientasi politik pemerintahan Orde Baru condong ke negara-negara Barat.
d. Ketidakadilan dalam bidang hukum.
Kebijakan politik dari pemerintahan Orde Baru dituding sebagai cara untuk
mempertahankan kekuasaan Presiden Soeharto dan kroni-kroninya. Pelaksanaan
kebijakan Orde Baru ini juga bersifat represif. Berikut ini adalah penyebab terjadinya
krisis politik.
a. Terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela dan masyarakat
tidak memiliki kebebasan untuk mengontrolnya.
b. Pelaksanaan Dwi Fungsi ABRI yang menyebabkan menguatnya peran negara.
Selain itu menyebabkan ABRI menguasai berbagai aspek kehidupan tidak hanya
dibidang militer.
c. Tuntutan mengenai pembatasan masa jabatan Presiden.
d. Kemenangan mutlak Golkar dalam pemilu 1997 dan kemudian memberikan
dukungan kepada Soeharto untuk kembali menjadi Presiden pada periode 1998-2003.

2) Indonesia memasuki masa reformasi setelah pengunduran diri Presiden Soeharto. Uraikan
pendapat Anda mengenai reformasi !
 Menurut saya reformasi adalah suata keadaan untuk menuju suatu perubahan
yang baru dan perubahan itu mengarah pada perubahan yang positif. Pada saat
pemerintahan Presiden B.J.Habibie yang dimulai sejak pengunduran diri Presiden
Soeharto memberikan kemajuan yang sangatlah baik dan sangat berpengaruh dengan
Indonesia. Bagaimana tidak, sebelum reformasi keadaan Indonesia sangat parah
akibat krisis multidimensional yang terjadi pada tahun 1999. Keadaan ini
berpengaruh dalam berbagai bidang, baik di bidang ekonomi,politik dan lain-lain
apalagi ditambah dengan budaya KKN yang merajalela. Terlihat ketika Pak Presiden
B.J. Habibie menerapkan berbagai kebijakan yang seketika dapat mengubah dan
memperbaiki keadaan Indonesia yang sebelumnya sangat parah. Adapun kebijakan
yang diterapkan oleh Prisiden B.J. Habibie sebagai berikut.
a. Membentuk kabinet Reformasi pembangunan.
b. Membebaskan tahanan politik.
c. Menjamin kebebasan pers.
d. Pembentukan partai politik.
e. Melaksanakan pemilu 1999.
f. Referendum Timor-Timur.
g. Memperbaiki perekonomian negara.
h. Kebijakan otonomi daerah.

3) Pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie, pers mendapat perhatian lebih dari
pemerintah. Uraikan kebijakan Presiden B.J. Habibie yang berkaitan dengan kebebasan pers !
 Salah satu kebijakan yang diterapkan oleh Presiden B.J.Habibie yaitu menjamin kebebasan
pers. Peraturan Menteri Penerangan Nomor 1 Tahun 1994 tentang pemerintah dapat
membatalkan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) menjadi faktor yang menghalangi
perkembangan pers pada masa Orde Baru. Oleh karena itu, pada masa pemerintahan B.J.
Habibie ketentuan pembatalan SIUPP dihapuskan. Kemerdekaan pers pada masa
pemerintahan B.J. Habibie makin nyata dengan pengesahan Rancangan Undang-Undang
(RUU) Pers yang kemudian menjadi Undang-Undang Pers pada 13 September 1999.
Undang-undang inilah yang menjamin perlindungan pers dan tugas-tugas wartawan.
Meskipun pada masa pemerintahannya pers mendapatkan kebebasan, Presiden B.J. Habibie
mengimbau pers agar dapat memisahkan antara informasi dan propaganda pihak-pihak
tertentu. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan sejumlah organisasi jurnalis, penerbitan
surat kabar, dan percetakan pers.

Anda mungkin juga menyukai