HABIBIE
TIO SANDIAGO/S/B
Setelah menyatakan mengundurkan diri sebagai presiden RI, Suharto menyerahkan kekuasaan
kepada Wakil Presiden B.J. Habibie. Pada saat itu juga Wakil Presiden B.J. Habibie diambil
sumpahnya oleh Mahkamah Agung sebagai Presiden Republik Indonesia yang baru di Istana Negara.
Pada masa pemerintahan B.J. Habibie, kehidupan politk di Indonesia Mengalami beberapa
perubahan. Masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie ditandai dengan dimulainya kerja sama dengan
Dana
Moneter Internasional (IMF) untuk membantu dalam proses pemulihan ekonomi. Selain itu, B.J.
Habibie juga melonggarkan pengawasan terhadap media massa dan memberikan kebebasan dalam
berekspresi. Beberapa langkah perubahan diambil oleh B.J. Habibie, seperti liberalispartai politik,
pemberian kebebasan pers, kebebasan bependapat, dan pencabutan UU Subversi. Pada tanggal 20
Mei 1998, Presiden Soeharto mengundang tokoh-tokoh bangsa Indonesia untuk dimintai
pertimbangannya dalam rangka membentuk Dewan Reformasi yang akan diketuai oleh Presiden
Soeharto, namun mengalami kegagalan. Pada tanggal itu pula, Gedung DPR/MPR semakin penuh
sesak oleh para mahasiswa dengan tuntutan tetap yaitu reformasi dan turunnya Soeharto dari kursi
kepresidenan.
Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 WIB bertempat di Istana Negara, Presiden Soeharto
meletakkan jabatannya sebagai presiden dihadapan ketua dan beberapa anggota dari Mahkamah
Agung. Pada tanggal itu pula, dan berdasarkan Pasal 8 UUD 1945. Presiden menunjuk Wakil Presiden
B.J. Habibie untuk menggantikannya menjadi presiden, serta pelantikannya dilakukan di depan Ketua
Mahkamah Agung dan para anggotanya. Maka sejak saat itu, Presiden Republik Indonesia dijabat oleh
B.J. Habibie sebagai presiden yang ke-3.
Naiknya Habibie menjadi presiden menggantikan Presiden Soeharto menjadi polemik dikalangan
ahli hukum. Sebagian ahli menilai hal itu konstitusional, namun ada juga yang berpendapat
inkonstitusional. Adanya perbedaan pendapat itu disebabkan karena hukum yang kita miliki kurang
lengkap, sehingga menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda. Diantara mereka menyatakan
pengangkatan Habibie menjadi presiden konstitusional, berpegang pada Pasal 8 UUD 1945 yang
menyatakan bahwa "Bila Presiden mangkat, berhenti atau tidak dapat melakukan kewajibannya, ia
diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya". Tetapi yang menyatakan bahwa naiknya Habibie
sebagai presiden yang inkonstitusional berpegang pada ketentuan Pasal 9 UUD 1945 yang
menyebutkan bahwa"Sebelum presiden memangku jabatan maka presiden harus mengucapkan
sumpah atau janji di depan MPR atau DPR". Sementara, Habibie tidak melakukan hal itu dan ia
mengucapkan sumpah dan janji di depan Mahkamah Agung dan personil MPR dan DPR yang bukan
bersifat kelembagaan.
Dalam ketentuan lain yang terdapat pada Tap MPR No. VII/MPR/1973, memungkinkan bahwa
sumpah dam janji itu diucapkan didepan Mahkamah Agung. Namun, pada saat Habibie menerima
jabatan sebagai presiden tidak ada alasan bahwa sumpah dan janji presiden dilakukan di depan MPR
atau DPR, Artinya sumpah dan janji presiden dapat dilakukan di depan rapat DPR, meskipun saat itu
Gedung MPR/DPR masih diduduki dan dikuasai oleh para mahasiswa. Bahkan Soeharto seharusnya
mengembalikan dulu mandatanya kepada MPR, yang mengangkatnya menjadi presiden.
Pada tanggal 22 Mei 1998, Presiden Republik Indonesia yang ketiga B.J. Habibie membentuk kabinet
baru yang dinamakanKabinet Reformasi Pembangunan. Kabinet itu terdiri atas 16 orang menteri, dan
para menteri itu diambil dari unsur-unsur militer (ABRI), Golkar, PPP, PDI. Pada tanggal 25 Mei 1998
diselenggarakan pertemuan pertama kabinet habibie. Pertemuan ini berhasil membentuk Komite
untuk merancang undang-undang politik yang lebih longgar dalam waktu satu tahun dan menyetujui
pembatasan masa jabatan presiden yaitu maksimal 2 periode (satu periode lamanya 5 tahun). Upaya
terebut mendapat sambutan positif, tetapi dedakan agar pemerintah Habibie dapat merealisasikan
agenda reformasi tetap muncul.
Pristiwa-pristiwa penting yang terjadi pada masa kepemimpinan Presiden Habibie adalah
sebagai berikut.
Keluarnya kebijakan kebebasan berekspresi ditandai dengan main banyaknya partai politik
baru yang terdiri. Partai-partai plitik tersebut bersiap menyambut datangnya pemilu bebas pertama
dalam kurun waktu 44 tahun. Pemilu 1999 bertujuan untuk memilih anggota MPR, DPR, dan DPRD.
Sementara itu, pemilihan Presiden dan wakilnya masih dilakukan oleh anggota MPR.
Pemilu tahun 1999 diikuti oleh 48 partai. Kampanyenya secara resmi dimulai pada tanggal 19
Mei 1999. Pada pemilu 1999, muncul lima partai besar yaitu, Partai Demokrat Indonesia Perjuangan
(PDIP), Golongan Karya (Golkar), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB), dan Partai Amanat Nasional (PAN),. Suara terbanyak diraih oleh partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP).
Pemerintahan B.J. Habibie mengambil prakarsa untuk melakukan koreksi. Sejumlah tahanan
politik dilepaskan. Tiga hari setelah menjabat sebagai presiden, Habibie membebaskan Sri Bintang
Pamungkas dan Muchtar Pakpahan. Tahanan politik dilepaskan secara bergelombang.akan tetapi,
Budiman Sujatmiko dan beberapa petinggi Partai Rakyat Demokrat (PRD) yang ditahan oleh
pemerintah Orde Baru baru dibebaskan pada masa Presiden K.H. Abdurrahman Wahid.
Sejarah kelam yang terjadi pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie adalah Timor Timur
dari Indonesia. Pada tanggal 3 Februari 1999, pemerintahan B.J. Habibie mengeluarkan opsi terhadap
masalah timor timur. Opsi pertama menerima otonomi khusus atau tetap menjadi wilayah RI. Opsi
kedua Merdeka dari wilayah Indonesia. Untuk memutuskan masalah timor timur tersebut, diadakan
jajak pendapat yang diikuti oleh seluruh rakyat timor timur.
Menurut hasil jajak pendapat yang dilaksanakan pada 30 Agustus 1999 sebanyak 78.5% rakyat
timor timur memilih untuk memisahkan diri atau merdeka dari indonesia. Pada nulan oktober 1999
MPR membatalkan dekret 1976 yang berisi tentang integrasi timor timur ke wilayah Indonesia.
Selanjutnya otorita transisi PBB (UNTAET), mengambil alih tanggung jawab untuk memerintah timor
timur sehingga kemerdekaan penuh mencapai pada Mei 2002.
Kerusuhan terjadi menyangkut kerusuhan antar etnis dan antar agama. Kerusuhan antar etnis
misalnya kerusuhan antar etnis di cilacap dan di jember, serta kekerasan terhadap kaum pendatang
madura dikalimantan barat. Kerusuhan serupa juga terjadi dikampung-kampung dan dikota-kota
diwilayah Indonesia. Serangkaian peristiwa tragis terjadi di Jawa Timur dari Malang Sampai
Banyuwangi pada akhir tahun 1998. Tersebar isu adanya segerombolan orang yang berpakaian ala
Ninja mengancam ketentraman penduduk. Selain itu, muncul ancaman sihir hitam (Santet) di wilayah
Jawa Timur Dan Ciamis. Beberapa kerushan terburuk terjadi pada konflik antar agama di Ambon.
Kerusuhan bersifat sparatis juga terjadi di Aceh dan Papua. Pada bulan Juli 1998, para
demonstran Papua mengibarkan bendera organisasi papua merdeka (OPM) di Biak. Pada bulan Mei
1999 oara demonstran dari masyarakat papua barat menuntut kemerdekaan bagi tanah kemerdekaan
mereka. Akan tetapi tuntutan tersebut tidk mendapatkan duukungan dari kekuatan-kekuatan lain.
Kerusuhan terburuk di Papua terjadi pada bulan september 1999. Dalam kerusuhan tersebut,
penduduk setempat membakar gedung DPRD berseta gedung-gedung lain dan kendaraan bermotor.
Pada bulan Oktober 1999, MPR mengadakan sidang umum. Sesuai hasil keputusan SU Amin
Rais terpilih dan ditetapakan sebagai ketua MPR menyisihkan Matori Abdul Jalil dari Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB). Adapun akbar tanjung terpilih sebagai ketua DPR.
Pada saat pemilihan Presiden ada 3 tokoh yang mungkin sebagai calon presiden ketiga tokoh
tersebut adalah KH. Abdurrahman Wahid dari partai kebangkitan bangsa (PKB), Megawati sokarno
putri dari partai demokrasi indonesia perjuangan (PDIP), dan Yusril Ihza Mahendra dari partai bulan
bintang (PBB). Namun Yusril Ihza mahendra mengundurkan diri sebelum diadakn pemungutan suara
oleh anggota MPR. Pada saat pemungutan suara KH. Abdurrahman Wahid mengungguli Megawati
Sukarno putri dalam pemungutan suara. Berdasarkan hasil tersebut KH. Abdurrahman Wahid
ditetapkan menjadi wakil Presiden RI mengalahkan Hamzah Haz dari partai persatuan pembangunan
(PPP) dalam pemilihan wakil presiden.[2]
Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, B.J. Habibie melakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
· Merekapitulasi perbankan.
· Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik. Monopoli dan Persaingan yang
Tidak Sehat.
· Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga banyak bermunculan
partai-partai politik yang baru sebanyak 45 parpol.
· Membebaskan narapidana politik seperti Sri Bintang Pamungkas dan Moch. Pakpahan.
· Menetapkan 12 ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban dari tuntutan
reformasi yaitu,
(1) Tap No. VIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. IV/MPR/1983 tentang Referendum.
(2) Tap No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. II/MPR/1978 tentang Pancasila Sebagai Asas
Tunggal.
(3) Tap No. XII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. V/MPR/1998 tentang Presiden Mendapat
Mandat dari MPR untuk Memiliki Hak-Hak dan Kebijakan di Luar Batas Perundang-undangan.
(4) Tap No. XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Maksimal
Hanya Dua Kali Periode.
Untuk melakukan refomasi hukum, ada beberapa hal yang dilakukan dalam pemerintahan B.J. Habibie
yaitu,
a) Melakukan rekonstruksi atau pembongkaran watak hukum Orde Baru, baik berupa
UndangUndang, peraturan pemerintah, maupun peraturan menteri.
b) Melahirkan 69 Undang-undang.
Di bidang Hankam diadakan pembaharuan dengan cara melakukan pemisahan Polri dan ABRI.
Presiden B.J. Habibie membentuk kabinet baru yang diberi nama Reformasi Pembangunan yang terdiri
atas 16 menteri, yang meliputi perwakilan dari ABRI, GOLKAR, PPP, dan PDI.
Presiden B.J. Habibie memberikan kebebasan dalam menyampaikan pendapat di depan umum, baik
dalam rapat maupun unjuk rasa. Dan mengatasi terhadap pelanggaran dalam penyampaian pendapat
ditindak dengan UU No. 28 tahun 1998.
Ada beberapa perubahan yang muncul pada pemerintahan B.J. Habibie, yaitu :
· Jumlah anggota ABRI yang duduk di kursi MPR dikurangi, dari 75 orang menjadi 35 orang
· ABRI diubah menjadi TNI yang terdiri dari Angkatan Udara, Darat, dan Laut.
9.) Pemilihan Umum 1999
Untuk melaksanakan Pemilu yang diamanatkan oleh MPR, B.J. Habibie mengadakan beberapa
perubahan yaitu,
a) Menggunakan asas Luber dan Jurdil (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil)
b) Mencabut 5 paket undang-undang tentang politik yaitu undang-undang tentang Pemilu; Susunan,
Kedudukan, Tugas, dan Wewenang MPR/DPR; Partai Politik dan Golkar; Referendum; serta
Organisasi
Massa
c) Menetapkan 3 undang-undang politik baru yaitu Undang-undang Partai Politik; Pemilihan Umum;
dan Susunan serta kedudukan MPR, DPR, dan DPRD
d) Badan pelaksana pemilihan umum dilakukan oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum) yang terdiri atas
wakil dari pemerintahan dan partai politik serta pemilihan umum.[3] Kegagalan Pemerintahan
Presiden BJ.Habibie yaitu :
3. Kebijakan yang di lakukan tidak dapat memulihkan perekonomian indonesia dari krisis.[4]
Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng adalah Presiden Republik Indonesia yang
ketiga. Sebelumnya, B.J. Habibie menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia ke-7,
menggantikan Try Sutrisno. B. J. Habibie menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari
jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998. B.J.Wikipedia
Lahir: 25 Juni 1936, Parepare
Meninggal: 11 September 2019, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta
Jabatan dalam kabinet yang pernah dipegang: Menteri Negara Riset dan Teknologi/Ketua
BPPT/Kepala BPIS, lainnya
Kementerian yang pernah dikelola: Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia
Menjabat dalam kabinet: Kabinet Pembangunan V, Kabinet Pembangunan VI, lainnya Era
Presiden K.H. Abdurrahman Wahid didampingi Megawati Soekarnoputri sebagai wakil presiden.
Mereka bekerja sama membentuk kabinet yang disebut dengan Kabinet Persatuan Nasional.
Kabinet diumumkan pada tanggal 28 Oktober 1999.
Pada masa pemerintahan Gus Dur banyak diwarnai tindakan-tindakan kontroversi. Contohnya
sebagai berikut :
1. Pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, MPR melakukan amandemen terhadap UUD
1945 pada tanggal 18 Agustus 2000. Amandemen tersebut berkaitan dengan susunan
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas pemerintahan pusat,
provinsi, kabupaten dan kota. Amandemen ini sekaligus mengubah pelaksanaan proses
pemilihan umum berikutnya yakni pemilik hak suara dapat memilih langsung wakil-wakil
mereka di tiap tingkat Dewan Perwakilan tersebut
2. Adanya dugaan bahwa presiden terlibat dalam pencairan dan penggunaan dana Yayasan Dana
Kesejahteraan Karyawan (Yanatera) Bulog sebesar 35 miliar rupiah dan dana bantuan Sultan
Brunei Darussalam sebesar 2 juta dollar AS.
3. Pembentukan Dewan Ekonomi Nasional (DEN). Pembentukan DEN dimaksudkan untuk
memperbaiki ekonomi Indonesia yang belum pulih akibat krisis yang berkepanjangan. Ketua
DEN adalah Prof. Emil Salim dengan wakilnya Subiyakto Cakrawerdaya, Sekretaris Dr. Sri
Mulyani Indrawati. Anggota DEN adalah Anggito Abimanyu, Sri Ningsih, dan Bambang Subianto.
Akhir Pemerintahan Gus K.H Abdurahman Wahid
Akhir jabatan Presiden K.H. Abdurrahman Wahid terjadi ketika berlangsung Rapat Paripurna MPR
pada tanggal 21 Juli 2001. Rapat tersebut dianggap sebagai Sidang istimewa MPR. Keputusan
yang diambil sidang istimewa tersebut sebagai berikut :
1. Presiden K.H. Abdurrahman Wahid diberhentikan secara resmi sebagai presiden berdasarkan
Ketetapan MPR No. II Tahun 2001.
2. MPR mengeluarkan Ketetapan MPR No. III tahun 2001 untuk menetapkan dan melantik Wakil
Presiden Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri sebagai presiden kelima Republik
Indonesia.
[1] Pembubaran Departemen Sosial dan Departemen Penerang dengan alasan perampingan
struktur pemerintahan. Selain itu, pemerintah berpandangan bahwa aktivitas yang dilakukan
oleh kedua departemen tersebut dapat ditangani oleh masyarakat sendiri. Dari sudut pandang
politik, pembubaran Departemen Penerangan merupakan salah satu upaya untuk melanjutkan
reformasi di bidang sosial dan politik mengingat departemen ini merupakan salah satu alat
pemerintahan Orde Baru dalam mengendalikan media massa terutama media massa yang
mengkritisi kebijakan pemerintah.
[2] Tap yang dimaksud disini adalah Tap.MPRS No.XXV tahun 1966 tentang larangan terhadap
Partai Komunis Indonesia dan penyebaran Marxisme dan Leninisme
[3] Gagasannya tersebut mendapat tantangan keras mengingat Israel adalah negara yang
menjajah dan telah banyak melakukan tindakan pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM)
terhadap warga Palestina yang mayoritas beragama Islam. Membuka hubungan dagang
dengan Israel sama saja dengan melanggar apa yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945
yang menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara yang menyerukan agar penjajahan di
atas dunia dihapuskan [4] Dekrit Presiden yang dilakukan oleh K.H Abdurrahman Wahid gagal
karena TNI dan Polri yang diperintahkan untuk mengamankan langkah-langkah penyelamatan
tidak melaksanakan tugasnya. Seperti yang dijelaskan oleh Panglima TNI Widodo AS, sejak
Januari 2001, baik TNI maupun Polri konsisten untuk tidak melibatkan diri dalam politik praktis
Dr. K. H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur adalah tokoh Muslim Indonesia
dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia yang keempat dari tahun 1999 hingga
2001. Ia menggantikan Presiden B.J. Habibie setelah dipilih oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat hasil Pemilu 1999. Wikipedia
Keberhasilan sidang istimewa (SI) MPR 23 juli 2001 yang dipercepat mampu menjatuhkan Gus
Dur dan memilih pemerintahan baru dan menetapkan Megawati Soekarnoputri sebagai presiden dan
Hamzah Haz sebagai wakil presiden. Megawati resmi menjadi presiden kelima Indonesia. Pada tanggal
9 Agustus 2001 dibentuklah kabinet gotong royong. Anggota cabinet ini adalah kombinasi dari tokoh
profesional dan politisi partai politik pendukung pemerintahan. Nama gotong royong juga dipilih
Megawati untuk menguatkan visi misi utama pemerintahannya yaitu rekonsiliasi nasional. Indonesia
saat Megawati terpilih menjadi presiden sedang porak poranda akibat beragam konflik komunal
(ambon, poso, sampang) dan konflik politik (pemakzulan Gus Dur oleh koalisi yang sebelumnya
mendukungnya). Gotong royong adalah kata yang dipilih untuk merekonsiliasi atau mempersatukan
bangsa Indonesia dalam semangat membangun kembali.
Ekonomi dibawah pemerintahan Megawati tidak mengalami perbaikan yang nyata dibandingkan
sebelumnya, meskipun kurs rupiah relatif berhasil dikendalikan oleh Bank Indonesia menjadi relatif
lebih stabil. Kondisi ekonomi pada umumnya dalam keadaan tidak baik, terutama pertumbuhan
ekonomi, perkembangan investasi, kondisi fiscal serta keadaan keuangan dan perbankkan.
Namun disisi lain Megawati masih menerapkan kebiijakan – kebijakan yang telah ia capai selama
pemerintahannya. Kebijakan – kebijakan pada masa Megawati, yaitu:
1. Memilih dan menetapkan. Ditempuh dengan meningkatkan kerukunan antar elemen bangsa
dan menjaga persatuuan dan kesatuan.
4. Melanjutkan amandemen UUd 1945. Dilakukan agar lebih sesuai dengan dinamika dan
perkembangan zaman.
Megawati soekarnoputri berpenampilan tenang dan tampak kurang acuh dalam menghadapi
persoalan.
Megawati lebih menonjolkan kepemimpinan dalam budaya ketimuran.
Sebagai presiden pertama wanita di Indonesia, ia merupakan presiden pertama peletak dasar
ke arah demokrasi.
a. Bidang Ekonomi
Untuk mengatasi masalah ekonomi yang tidak stabil, ada beberapa kebijakan yang dikeluarkan
Megawati yaitu;
1. Untuk mengatasi utang luar negeri sebesar 150,80 US$ yang merupakan warisan orde
baru, dikeluarkan kebijakan yang berupa penundaan pembayaran utang sebesar US$
5,8 miliyar, sehingga hutang luar negeri dapat berkurang US$ 34,66 milyar.
2. Untuk mengatasi krisis moneter, Megawati berhasil menaikkan pendapatan per kapita
sebesar US$ 930. Kurs mata uang rupiah dapat diturunkan menjadi Rp 8.500.
Mengadakan pemilu yang bersifat demokratisyang dilaksanakan tahun 2004 dan melalui dua periode
yaitu :
Megawati sebagai presiden RI 2002- 2004. Track Record Megawati selama memimpin RI hanya selama
2 tahun:
d. Membubarkan BUMN terkorup pada masa itu yaitu Indosat karena merugikan negara puluhan
triliyun dan banyak praktek illegal di Indosat. Asset dari pembubaran BUMN dipakai untuk
membayar hutanh Negara
f. Megawati membawa indonesia berhasil keluar dari IMF pada tahun 2003 yang menandakan
indonesia sudah keluar dari krisis 1998 dan indonesia lebih mandiri
Dr. Hj. Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri atau umumnya lebih dikenal sebagai
Megawati Soekarnoputri atau biasa disapa dengan panggilan "Mbak Mega" adalah Presiden
Indonesia yang kelima yang menjabat sejak 23 Juli 2001 sampai 20 Oktober 2004.Wikipedia
AMM diketuai oleh Pieter Feith. Tugas AMM berakhir pada tanggal 15 Maret 2006. Namun, pada
tanggal 14 Januari 2006, pemerintah Indonesia memutuskan untuk memperpanjang masa tugas
AMM selama 3 bulan. Akhirnya, AMM resmi dibubarkan pada 15 Desember 2006 setelah bertugas
selama 15 bulan. Fungsi AMM, antara lain:
b) memonitor relokasi dari kekuatan militer non-organik dan pasukan polisi non-organik.
6. Pelaksanaan Pemilu
Pelaksanaan pemilu dilaksanakan pada 9 April 2009. Pemilu legislative diikuti oleh 44 partai
politik yang terdiri atas 38 partai nasional dan 6 partai local Aceh. Pemilu Leigslatif dimenangkan oleh
partai Demokrat. Dari 44 partai politik tersebut, hanya Sembilan partai politik yang perolehan
suaranya memenuhi syarat minimal sesuai aturan yang berlaku.
Jenderal TNI Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, M.A., GCB., AC. adalah Presiden
Indonesia ke-6 yang menjabat sejak 20 Oktober 2004 hingga 20 Oktober 2014.Ia adalah
Presiden pertama di Indonesia yang dipilih melalui jalur pemilu. Ia, bersama Wakil Presiden
Muhammad Jusuf Kalla, terpilih dalam Pemilu Presiden 2004.Wikipedia
Jabatan dalam kabinet yang pernah dipegang: Menteri Negara Koordinator Bidang Politik, Sosial,
dan Keamanan, lainnya
Kementerian yang pernah dikelola: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia, lainnya
Buku: Good governance: telaah dari dimensi akuntabilitas dan kontrol birokrasi pada era
desentralisasi dan otonomi daerah,
18. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM): Arifin Tasrif
19. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR): Basuki Hadimuljono
25. Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT):
Abdul Halim Iskandar
26. Menteri Agraria Tata Ruang (ATR)/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN):
Sofyan Djalil
32. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: I Gusti Ayu Bintang
Darmawati
37. Kepala Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM): Bahlil Lahadalia
38. Jaksa Agung: Burhanudin