Anda di halaman 1dari 19

A. MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN B.J.

HABIBIE

Setelah menyatakan mengundurkan diri sebagai presiden RI, Suharto

menyerahkan kekuasaan kepada Wakil Presiden B.J. Habibie. Pada saat itu juga

Wakil Presiden B.J. Habibie diambil sumpahnya oleh Mahkamah Agung sebagai

Presiden Republik Indonesia yang baru di Istana Negara.

Pada masa pemerintahan B.J. Habibie, kehidupan politik di Indonesia

Mengalami beberapa perubahan. Masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie ditandai

dengan dimulainya kerja sama dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk

membantu dalam proses pemulihan ekonomi. Selain itu, B.J. Habibie juga

melonggarkan pengawasan terhadap media massa dan memberikan kebebasan dalam

berekspresi. Beberapa langkah perubahan diambil oleh B.J. Habibie, seperti

liberalispartai politik, pemberian kebebasan pers, kebebasan berpendapat, dan

pencabutan UU Subversi.

Habibie yang menjabat sebagai presiden menghadapi keberadaan Indonesia

yang serba parah, baik dari segi ekonomi, politik, sosial dan budaya. Oleh karena itu,

langkah-langkah yang dilakukan oleh Habibie adalah berusaha untuk mengatasi krisis

ekonomi dan politik. Dalam menghadapi krisis itu, pemerintah Habibie sangat

berhati-hati terutama dalam pengelolaannya, sebab dampak yang ditimbulkannya

dapat mengancam integrasi bangsa. Untuk menjalankan pemerintahan, presiden

habibie tidak mungkin dapat melaksanaknnya sendiri tanpa dibantu oleh menteri-

menteri dan kabinetnya. Oleh karena itu, Habibie membentuk kabinet.

Pada tanggal 22 Mei 1998, Presiden Republik Indonesia yang ketiga B.J.

Habibie membentuk kabinet baru yang dinamakan Kabinet Reformasi Pembangunan.

Kabinet itu terdiri atas 16 orang menteri, dan para menteri itu diambil dari unsur-

unsur militer (ABRI), Golkar, PPP, PDI.


Pada tanggal 25 Mei 1998 diselenggarakan pertemuan pertama kabinet

habibie. Pertemuan ini berhasil membentuk Komite untuk merancang undang-

undang politik yang lebih longgar dalam waktu satu tahun dan menyetujui

pembatasan masa jabatan presiden yaitu maksimal 2 periode (satu periode

lamanya 5 tahun). Upaya tersebut mendapat sambutan positif, tetapi tindakan agar

pemerintah Habibie dapat merealisasikan agenda reformasi tetap muncul.

Pembaharuan yang dilakukan oleh B.J. Habibie antara lain :

1. Bidang Ekonomi Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi

Indonesia, B.J. Habibie melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

- Merekapitulasi perbankan.

- Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah.

- Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serikat hingg dibawah

Rp.10.000,-.

- Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF.

- Merekonstruksi perekonomian Indonesia.

- Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri.

- Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik. Monopoli dan

Persaingan yang Tidak Sehat.

- Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

2. Bidang Politik

- Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga banyak

bermunculan partai-partai politik yang baru sebanyak 45 parpol.

- Membebaskan narapidana politik seperti Sri Bintang Pamungkas dan Moch.

Pakpahan.

- Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen.


- Membentuk tiga undang-undang demokratis yaitu, (1) UU No. 2 tahun 1999 tentang

Partai Politik (2) UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu (3) UU No. 4 tahun 1999

tentang Susduk DPR/MPR

- Menetapkan 12 ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban

dari tuntutan reformasi yaitu :

(1) Tap No. VIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. IV/MPR/1983 tentang

Referendum.

(2) Tap No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. II/MPR/1978 tentang

Pancasila Sebagai Asas Tunggal.

(3) Tap No. XII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. V/MPR/1998 tentang

Presiden Mendapat Mandat dari MPR untuk Memiliki Hak-Hak dan Kebijakan di

Luar Batas Perundang-undangan.

(4) Tap No. XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil

Presiden Maksimal Hanya Dua Kali Periode.

3. Bidang Pers

Dilakukan pencabutan pembredelan pers dan penyederhanaan permohonan SIUUP

untuk memberikan kebebasan terhadap pers, sehingga muncul berbagai macam media

massa cetak, baik surat kabar maupun majalah.

4.Bidang Hukum

Untuk melakukan refomasi hukum, ada beberapa hal yang dilakukan dalam

pemerintahan B.J. Habibie yaitu :

a) Melakukan rekonstruksi atau pembongkaran watak hukum Orde Baru, baik berupa

Undang-Undang, peraturan pemerintah, maupun peraturan menteri.

b) Melahirkan 69 Undang-undang.
c) Penataan ulang struktur kekuasaan Kehakiman.

5. Bidang Hankam

Di bidang Hankam diadakan pembaharuan dengan cara melakukan pemisahan Polri

dan ABRI.

6. Pembentukan Kabinet Presiden B.J. Habibie membentuk kabinet baru yang diberi

nama Reformasi Pembangunan yang terdiri atas 16 menteri, yang meliputi perwakilan

dari ABRI, GOLKAR, PPP, dan PDI.

7. Kebebasan Menyampaikan pendapat Presiden B.J. Habibie memberikan kebebasan

dalam menyampaikan pendapat di depan umum, baik dalam rapat maupun unjuk rasa.

Dan mengatasi terhadap pelanggaran dalam penyampaian pendapat ditindak dengan

UU No. 28 tahun 1998.

8. Masalah Dwifungsi ABRI Ada beberapa perubahan yang muncul pada pemerintahan

B.J. Habibie, yaitu : · Jumlah anggota ABRI yang duduk di kursi MPR dikurangi, dari

75 orang menjadi 35 orang · Polri memisahkan diri dari TNI dan menjadi Kepolisian

Negara · ABRI diubah menjadi TNI yang terdiri dari Angkatan Udara, Darat, dan

Laut.

9. Pemilihan Umum 1999 Untuk melaksanakan Pemilu yang diamanatkan oleh MPR,

B.J. Habibie mengadakan beberapa perubahan yaitu,

a) Menggunakan asas Luber dan Jurdil (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan

adil)

b) Mencabut 5 paket undang-undang tentang politik yaitu undang-undang

tentang Pemilu, Susunan, Kedudukan, Tugas, dan Wewenang MPR/DPR,

Partai Politik dan Golkar, Referendum, serta Organisasi Massa.


c) Menetapkan 3 undang-undang politik baru yaitu Undang-Undang Partai Politik,

Pemilihan Umum, dan Susunan serta kedudukan MPR, DPR, dan DPRD

d) Badan pelaksana pemilihan umum dilakukan oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum)

yang terdiri atas wakil dari pemerintahan dan partai politik serta pemilihan umum.

Kegagalan Pemerintahan Presiden BJ.Habibie yaitu :

1. Diakhir kepemimpinannya nilai tukar rupiah kembali meroket

2. Tidak dapat meyakinkan investor untuk tetap berinvestasi di indonesia.

3. Kebijakan yang dilakukan tidak dapat memulihkan perekonomian indonesia dari

krisis.

Peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kepemimpinan Presiden

Habibie adalah sebagai berikut.

1. Pelaksanaan Pemilu 1999

Keluarnya kebijakan kebebasan berekspresi ditandai dengan banyaknya partai

politik baru yang berdiri. Partai-partai politik tersebut bersiap menyambut

datangnya pemilu bebas pertama dalam kurun waktu 44 tahun. Pemilu 1999

bertujuan untuk memilih anggota MPR, DPR, dan DPRD. Sementara itu,

pemilihan Presiden dan wakilnya masih dilakukan oleh anggota MPR.

Pemilu tahun 1999 diikuti oleh 48 partai. Kampanyenya secara resmi

dimulai pada tanggal 19 Mei 1999. Pada pemilu 1999, muncul lima partai besar

yaitu, Partai Demokrat Indonesia Perjuangan (PDIP), Golongan Karya (Golkar),

Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan

Partai Amanat Nasional (PAN). Suara terbanyak diraih oleh partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan (PDIP).

Sebelum berlangsungnya pemilu, para tokoh pemimpin Indonesia melakukan

pertemuan di kediaman K.H. Abdurrahman Wahid di Ciganjur. Para tokoh tersebut


adalah K.H. Aburrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Sukarno Putri, Amien Rais,

dan Sri Sultan Hamengku Buwono X. Selanjutnya, pertemuan ini dikenal sebagai

pertemuan kelompok Ciganjur. Pertemuan ini menghasilkan seruan moral agar para

pemimpin lebih memikirkan nasib bangsa dan negara.

2. Pembebasan Tahanan Politik

Pemerintahan B.J. Habibie mengambil prakarsa untuk melakukan koreksi.

Sejumlah tahanan politik dilepaskan. Tiga hari setelah menjabat sebagai presiden,

Habibie membebaskan Sri Bintang Pamungkas dan Muchtar Pakpahan. Tahanan

politik dilepaskan secara bergelombang. Akan tetapi, Budiman Sujatmiko dan

beberapa petinggi Partai Rakyat Demokrat (PRD) yang ditahan oleh pemerintah

Orde Baru baru dibebaskan pada masa Presiden K.H. Abdurrahman Wahid.

3. Lepasnya Timor Timur

Sejarah kelam yang terjadi pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie

adalah Timor Timur dari Indonesia. Pada tanggal 3 Februari 1999, pemerintahan B.J.

Habibie mengeluarkan opsi terhadap masalah Timor Timur. Opsi pertama menerima

otonomi khusus atau tetap menjadi wilayah RI. Opsi kedua Merdeka dari wilayah

Indonesia. Untuk memutuskan masalah Timor Timur tersebut, diadakan voting

pendapat yang diikuti oleh seluruh rakyat timor timur.

Menurut hasil voting pendapat yang dilaksanakan pada 30 Agustus 1999

sebanyak 78.5% rakyat timor timur memilih untuk memisahkan diri atau merdeka dari

indonesia. Pada bulan oktober 1999 MPR membatalkan dekret 1976 yang berisi

tentang integrasi Timor Timur ke wilayah Indonesia. Selanjutnya otoritas transisi

PBB (UNTAET), mengambil alih tanggung jawab untuk memerintah Timor

Timur sehingga kemerdekaan penuh mencapai pada Mei 2002.

4. Munculnya Beberapa Kerusuhan dan Gerakan Separatis


Kerusuhan terjadi menyangkut kerusuhan antar etnis dan antar agama.

Kerusuhan antar etnis misalnya kerusuhan antar etnis di cilacap dan di jember, serta

kekerasan terhadap kaum pendatang madura di Kalimantan Barat. Kerusuhan serupa

juga terjadi dikampung-kampung dan dikota-kota di wilayah Indonesia. Serangkaian

peristiwa tragis terjadi di Jawa Timur dari Malang Sampai Banyuwangi pada akhir

tahun 1998. Tersebar isu adanya segerombolan orang yang berpakaian ala Ninja

mengancam ketentraman penduduk. Selain itu, muncul ancaman sihir hitam (Santet)

di wilayah Jawa Timur Dan Ciamis. Beberapa kerusuhan terburuk terjadi pada

konflik antar agama di Ambon.

Kerusuhan bersifat separatis juga terjadi di Aceh dan Papua. Pada bulan Juli

1998, para demonstran Papua mengibarkan bendera organisasi papua merdeka (OPM)

di Biak. Pada bulan Mei 1999 para demonstran dari masyarakat Papua Barat menuntut

kemerdekaan bagi tanah kemerdekaan mereka. Akan tetapi tuntutan tersebut tidak

mendapatkan dukungan dari kekuatan-kekuatan lain. Kerusuhan terburuk di Papua

terjadi pada bulan september 1999. Dalam kerusuhan tersebut, penduduk setempat

membakar gedung DPRD berseta gedung-gedung lain dan kendaraan bermotor.

5. Sidang Umum MPR 1999

Pada bulan Oktober 1999, MPR mengadakan sidang umum. Sesuai hasil

keputusan, Amin Rais terpilih dan ditetapakan sebagai ketua MPR menyisihkan

Matori Abdul Jalil dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Adapun akbar tanjung

terpilih sebagai ketua DPR.

Pada saat pemilihan presiden ada 3 tokoh yang mungkin sebagai calon

presiden ketiga tokoh tersebut adalah KH. Abdurrahman Wahid dari partai

kebangkitan bangsa (PKB), Megawati Sukarno Putri dari Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDIP), dan Yusril Ihza Mahendra dari partai bulan bintang (PBB).
Namun Yusril Ihza Mahendra mengundurkan diri sebelum diadakan

pemungutan suara oleh anggota MPR. Pada saat pemungutan suara KH.

Abdurrahman Wahid mengungguli Megawati Sukarno Putri dalam pemungutan suara.

Berdasarkan hasil tersebut KH. Abdurrahman Wahid ditetapkan menjadi Presiden

RI.Pada tanggal 21 Oktober 1999 dilaksanakan pemilihan Wakil Presiden dengan

calon Megawati Soekarno Putrid an Hamzah Haz. Pemilihan Wakil Presiden ini

kemudian dimenangkan oleh Megawati Soekarno Putri. Kemudian pada tanggal 25

oktober 1999 Presiden Abdurrahman Wahid dan Wakil Presiden Megawati Soekarno

Putri membentuk Kabinet Persatuan Bangsa.

Pengangkatan Habibie sebagai presiden ini memunculkan kontroversi di masyarakat. Pihak

yang pro menganggap pengangkatan Habibie sudah konstitusional, sedangkan pihak yang

kontra menganggap bahwa Habibie sebagai kelanjutan dari era Soeharto dan

pengangkatannya dianggap tidak konstitusional.

Pengambilan sumpah beliau sebagai presiden dilakukan di Credential Room, Istana Merdeka.

Dalam pidato yang pertama setelah pengangkatannya, B.J. Habibie menyampaikan hal-hal

sebagai berikut :

1. Mohon dukungan dari seluruh rakyat Indonesia.

2. Akan melakukan reformasi secara bertahap dan konstitusional di segala bidang.

3. Akan meningkatkan kehidupan politik pemerintahan yang bersih dan bebas dari

praktik-praktik KKN.

4. Akan menyusun kabinet yang sesuai dengan tuntutan zaman.

Berikut langkah-langkah yang dilakukan Presiden B.J. Habibie untuk mengatasi keadaan

yang carut-marut dan menciptakan Indonesia baru yang bebas KKN.


1. Membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan

Kabinet Reformasi Pembangunan dibentuk pada tanggal 22 Mei 1998, terdiri atas unsur-

unsur perwakilan dari ABRI, Golkar, PPP, dan PDI. Pada tanggal 25 Mei 1998 diadakan

pertemuan pertama.

Pertemuan ini berhasil membentuk komite untuk merancang undang-undang politik yang

lebih longgar, merencanakan pemilu dalam waktu satu tahun dan menyetujui masa jabatan

presiden dua periode. Upaya ini mendapat sambutan positif dari masyarakat.

2. Perbaikan bidang ekonomi

Berikut langkah-langkah yang dilakukan B.J. Habibie agar bangsa Indonesia dapat segera

keluar dari krisis ekonomi.

1. Melakukan rekapitulasi perbankan.

2. Merekonstruksi perekonomian nasional.

3. Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat di bawah Rp 10.000,00.

4. Melikuidasi beberapa bank bermasalah.

5. Melaksanakan reformasi ekonomi seperti yang disyaratkan IMF.

3. Melakukan reformasi di bidang politik

Reformasi di bidang politik yang dilakukan adalah dengan memberikan kebebasan kepada

rakyat Indonesia untuk membentuk partai-partai politik, serta rencana pelaksanaan pemilu

yang diharapkan menghasilkan lembaga tinggi negara yang benar-benar representatif.

B.J. Habibie membebaskan narapidana politik seperti Sri Bintang Pamungkas (mantan

anggota DPR yang dipenjara karena mengkritik Presiden Soeharto) dan Muchtar Pakpahan
(pemimpin buruh yang dituduh memicu kerusuhan di Medan tahun 1994). Beliau juga

mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen. Amnesti pembebasan Sri

Bintang Pamungkas dan Muchtar Pakpahan dikukuhkan dalam keppres No. 80 Tahun 1998.

4. Kebebasan menyampaikan pendapat

Presiden B.J. Habibie mengeluarkan kebijakan untuk membuat Tim Gabungan Pencari Fakta

(TGPF). Tugasnya adalah mencari segala sesuatu yang berhubungan dengan kerusuhan 13-14

Mei 1998 di Jakarta. Ketuanya adalah Marzuki Darusman.

Presiden juga mengeluarkan satu kebijakan yang tertuang dalam undang-undang No. 9 Tahun

1998 yang berisi tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum dan Tata

Cara Berdemonstrasi. Bentuk penyampaian pendapat di muka umum dapat berupa unjuk rasa

atau demonstrasi, pawai, rapat umum, dan mimbar bebas.

Ketentuan tersebut dinyatakan pada pasal 9 (2) UU No. 9 Tahun 1998. Presiden B.J. Habibie

juga mencabut UU No. II/PNPS/1963 tentang Pemberantasan Aksi Subversi dengan

mengeluarkan UU No. 26 Tahun 1999.

5. Pelaksanaan Sidang Istimewa MPR 1998

Untuk mengatasi krisis politik berkepanjangan, maka diadakan sidang istimewa MPR yang

berlangsung dari tanggal 10-13 November 1998. Menjelang diselenggarakan sidang tersebut

terjadi aksi unjuk rasa para mahasiswa dan organisasi sosial politik.

Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan dilaksanakan pengamanan. Jumlah aparat

yang dikerahkan yaitu polisi dan TNI mencapai 150 SSK (Satuan Setingkat Kompi). Untuk

pertama kalinya pengamanan Sidang Istimewa MPR melibatkan warta sipil yang dikenal

dengan nama Pam Swakarsa. Anggota Pam Swakarsa terdiri dari Forum Umat Islam Penegak
Keadilan dan Konstitusi (Furkon) dengan basis di Masjid Istiqlal, organisasi kepemudaan

seperti Pemuda Pancasila, Banser (GP Ansor), AMPI, FKPPI, dan Kelompok Pendekar

Banten.

Dengan adanya tekanan massa yang terus-menerus, akhirnya pada tanggal 13 November

1998 Sidang Istimewa MPR 1998 ditutup. Sidang Istimewa MPR berakhir dengan

menghasilkan 12 ketetapan yang diwarnai voting dan aksi walk out.

Dari 12 ketetapan tersebut, terdapat empat ketetapan yang memperlihatkan adanya upaya

untuk mengakomodasi tuntutan reformasi. 4 ketetapan tersebut adalah :

 Ketetapan MPR No. VIII Tahun 1998 yang memungkinkan UUD 1945 dapat

diamandemen.

 Ketetapan MPR No. XII Tahun 1998 mengenai Pencabutan Ketetapan MPR No. IV

Tahun 1993 tentang Pemberian Tugas dan Wewenang Khusus Kepada Presiden/

Mandataris MPR dalam Rangka Menyukseskan Pembangunan Nasional sebagai

Pengamalan Pancasila.

 Ketetapan MPR No. XIII Tahun 1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan

Wakil Presiden Maksimal Dua Periode.

 Ketetapan MPR No.VIII Tahun 1998 yang menyatakan Pancasila tidak lagi dijadikan

sebagai asas tunggal. Seluruh organisasi sosial dan politik tidak wajib menjadikan

Pancasila sebagai satu-satunya asas organisasi.

6. Pemilihan umum tahun 1999

Pemilu pertama setelah reformasi bergulir diadakan pada tanggal 7 Juni 1999.

Penyelenggaraan pemilu ini dianggap paling demokratis bila dibandingkan dengan pemilu-

pemilu sebelumnya. Pemilu ini dilaksanakan dengan prinsip luber dan jurdil. Pemilu ini
diikuti oleh 48 partai politik yang telah lolos verifikasi dan memenuhi syarat menjadi OPP

(Organisasi Peserta Pemilu) dari 141 partai politik yang mendaftar di Departemen Dalam

Negeri.

Pemenang pertama pemilu tahun 1999 adalah PDIP (Megawati Soekarnoputri) yang

memperoleh 33,76% suara, posisi kedua diduduki Golkar dengan 22,46% suara, PKB (K.H.

Abdurrahman Wahid) dengan 12,62% suara. Urutan kekempat adalah PPP dengan 10,71%

suara, dan dilanjutkan dengan PAN (Amien Rais) dengan 7,12% suara. Sisa suara tersebar

ke-43 partai lainnya. Hasil pemilu ini menunjukkan tidak ada satu partai pun yang

memperoleh suara mutlak.

MPR yang terbentuk melalui hasil pemilu 1999 berhasil menetapkan GBHN, melakukan

amandemen pertama terhadap UUD 1945, serta presiden dan wakil presiden. Pada tanggal 20

Oktober 1999 MPR berhasil memilih K.H. Abdurrahman Wahid sebagai presiden keempat RI

dan sehari kemudian memilih Megawati Soekarnoputri sebagai wakil presiden.

Daftar Kutipan

[1] http://munirah-amran.blogspot.com/2013/02/masa-pemerintahan-bj-habibie.html

[2] Dwiyanto, Heru 2010.Sejarah kelas XII SMA.Solo:Tiga Serangkai Pustaka

Mandiri

[3] http://mbokemban.blogspot.com/p/pemerintahab-bj-habibie_9234.html

[4] http://sesepwira.blogspot.com/2012/10/sejarah-kepemimpinan-bj-habibie.html

Daftar Pustaka

Dwiyanto, Heru 2010.Sejarah kelas XII SMA.Solo:Tiga Serangkai Pustaka Mandiri


http://mbokemban.blogspot.com/p/pemerintahab-bj-habibie_9234.html http://munirah-
amran.blogspot.com/2013/02/masa-pemerintahan-bj-habibie.html
http://sesepwira.blogspot.com/2012/10/sejarah-kepemimpinan-bj-habibie.html
Masa pemerintahan K.H. Abdurrahman Wahid – K.H. Abdurrahman Wahid terpilih sebagai
presiden pada tanggal 20 Oktober 1999. Pemilihannya berjalan dengan demokratis dan
transparan. Beliau yang biasa disebut Gus Dur dicalonkan sebagai presiden oleh Poros
Tengah, yaitu Fraksi Persatuan Pembangunan, Fraksi Kebangkitan Bangsa dan Fraksi Bulan
Bintang. Untuk melihat gambar presiden dan wakilnya lengkap silahkan lihat di Gambar
presiden dan wakil presiden

Pidato pertamanya setelah terpilih sebagai presiden memuat tugas-tugas yang akan
dijalankannya, yaitu sebagai berikut :

1. Peningkatan pendapatan rakyat.

2. Menegakkan keadilan mendatangkan kemakmuran.

3. Mempertahankan keutuhan bangsa dan negara.

Presiden K.H. Abdurrahman Wahid didampingi Megawati Soekarnoputri sebagai wakil


presiden. Mereka bekerja sama membentuk kabinet yang disebut dengan Kabinet Persatuan
Nasional. Kabinet diumumkan pada tanggal 28 Oktober 1999.

Pada masa pemerintahan Gus Dur banyak diwarnai tindakan-tindakan kontroversi.


Contohnya sebagai berikut :

1. Kabinet seringkali mengalami reshuffle (perubahan susunan).

2. Menghapus Departemen Sosial dan Departemen Penerangan.

3. Sering melakukan kunjungan ke luar negeri.

Presiden K.H. Abdurrahman Wahid melakukan pembagian kekuasaan dengan wakil presiden.
Tugas yang menjadi kewenangan wakil presiden, antara lain sebagai berikut :

1. Menyusun program dan agenda kerja kabinet.

2. Menentukan fokus dan prioritas kebijakan pemerintah.

3. Memimpin sedang kabinet.

4. Menandatangani keputusan tentang pengangkatan dan pemberhentian pejabat setingkat


eselon satu.

Pembentukan Dewan Ekonomi Nasional (DEN)

Pembentukan DEN dimaksudkan untuk memperbaiki ekonomi Indonesia yang belum pulih
akibat krisis yang berkepanjangan. Ketua DEN adalah Prof. Emil Salim dengan wakilnya
Subiyakto Cakrawerdaya, Sekretaris Dr. Sri Mulyani Indrawati. Anggota DEN adalah
Anggito Abimanyu, Sri Ningsih, dan Bambang Subianto.

Ketika hubungan Presiden K.H. Abdurrahman Wahid dan Poros Tengah tidak harmonis, DPR
mengeluarkan Memorandum I dan II untuk menjatuhkannya dari kursi kepresidenan. Sebagai
reaksi baliknya, presiden mengeluarkan maklumat pada tanggal 28 Mei 2001 dan menjawab
Memorandum II dengan jawaban yang dibacakan oleh Menko Politik, Sosial dan Keamanan
(Menko Polsoskam) Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 29 Mei 2001, yang antara lain
isinya membekukan lembaga MPR dan DPR.

Akhir jabatan Presiden K.H. Abdurrahman Wahid terjadi ketika berlangsung Rapat Paripurna
MPR pada tanggal 21 Juli 2001. Rapat tersebut dianggap sebagai Sidang istimewa MPR.
Keputusan yang diambil sidang istimewa tersebut sebagai berikut :

1. Presiden K.H. Abdurrahman Wahid diberhentikan secara resmi sebagai presiden


berdasarkan Ketetapan MPR No. II Tahun 2001.

2. MPR mengeluarkan Ketetapan MPR No. III tahun 2001 untuk menetapkan dan melantik
Wakil Presiden Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri sebagai presiden kelima
Republik Indonesia.

K.H. Abdurrahman Wahid meninggal pada umur 69 tahun hari Rabu jam 18.40 WIB tanggal
30 Desember 2009 di RSCM Jakarta, dimakamkan di Pondok Pesantren Tebu Ireng,
Jombang, Jawa Timur.

B. Kelemahan dan Kelebihan Kepemimpinan Presiden Gus Dur di Indonesia

1. Di Bidang Politik
a. Kelebihan :
1) Membentuk Kabinet Persatuan Nasional
2) Sering melakukan perjalanan luar negeri dengan tujuan menjalin kerjasama dengan negara
lain, menarik investasi, menerima penghargaan, berobat, sekaligus menghadiri bebagai forum
dunia seperti forum ekonomi dunia atau pertemuan negara G-77.
3) Politik Luar Negeri Yang Bebas Aktif
Dengan kunjungan keluar negeri sebenarnya merupakan pemborosan, akan tetapi ini
dilakukan untuk mengangkat citra Negara Indonesia. Akibat rezim Pak Soeharto, citra
Indonesia dikenal sebagai negara totaliter dengan tingkat demokratisasi yang rendah.
Untukmengatasi hal tersebut Presiden Gus Dur melakukan kunjungan ke Negara Negara yang
tergabung dalam ASEAN, Afrika, Eropa, hingga Benua Amerika. Karena kunjungan ini
politik politik bebas aktif begitu kentara. Seringnya Presiden Gus Dur berkunjung ke luar
negeri ini ternyata mendapat respon positif dari dunia, bahkan membuka peluang kerjasama
(terutama kerjasama dalam bidang perdagangan).
4) Iklim Politik Yang Demokratis
Semua tahu bahwa pada masa Gus Dur suasana demokratis mulai tampak terwujud. Hal ini
dapat terlihat dengan tindakan gusdur yaitu:
5) Penghapusan peraturan yang merugikan kaum minoritas.
6) Pembubaran instansi negara yang tak lagi efektif (departemen penerangan dan sosial) hengga
“niat” Gusdur ini membuka hubungan diplomati dengan Israel.
7) Kecenderungan pemikiran Gusdur yang menghargai kebebasan idividu dan keberagaman
(dasar dari demokrasi) serta reformis.
8) Pada masa Abdurrahman Wahid terjadi perubahan drastis dalam bidang keterbukaan media.
Gus Dur melikuidasi departemen penerangan, sehingga media massa lebih leluasa melakukan
aktivitasnya.
9) Gus Dur terkenal dengan faham pluralismenya. Pada eranya lah kelompok minoritas
Tionghoa mendapatkan pengakuan lebih besar, seperti dalam pengurusan dokumen
kependudukan dan penetapan Imlek sebagai hari libur nasional.
10) Sayang, sistem dan pola pemerintahan Gus Dur tidak berjalan dengan baik. Terjadi
kegaduhan politik yang tidak perlu, sehingga stabilitas politik tidak terjaga.
11) Stabilitas politik yang buruk menyebabkan stabilitas ekonomi berjalan pincang.

b. Kelemahan :
1) Presiden Abdurahman Wahid sering melontarkan pernyataan-pernyataan kepada media yang
kerap memanaskan suhu politik Tanah Air. Hal tersebut menimbulkan keguncangan situasi
politik dalam negeri. Salah satunya yaitu soal reshuffle cabinet atau desakan mundur terhadap
sejumlah menteri.
2) Rendahnya tingkat popularitas Gusdur
3) Masyarakat kurang antusias dengan gaya pemerintahan Gusdur.
4) Dengan beberapa keputusan yang kontroversial membuat gusdur bukan sosok yang populis.
Sebagian kalangan menganggap Gus Dur adalah tokoh nasionalyang diakui
kecemerlangannya. Sebagai sosok utama di kalangan Nahdiyin (basis massa keagamann
organisasi Nahdatul Ulama), Gus Dur memang disegani kepemimpinannya. Tapi, sebagai
seorang negarawan yang harus arif dalammembuat kebijakan, Gus Dur diragukan
kemampuannya.
5) Tak Punya Basis Politik yang Kuat di Paremen (MPR/DPR)
6) Gus Dur bukanlahtokoh dari partai yang memenangkan pemilu. Partai yang mengusungnya
saat itu (PKB), bukan partaidengansuara terbanyak.
7) Proses terpilihnya Gus Dur punterbilang unik. Hasil dari lobby-lobby plitik yang akhirnya
membuat Gus Dur dipilih sebagai presiden. Akibatnya, dalam kabinet pemerintahan yang
dibentuk oleh Gus Dur, ia “terpaksa” merengkuh semua partai tanpamelihat kesamaan
platform (visi/misi) dengan dirinya.
8) Dengan gaya Gus Dur yang ceplas-ceplos, membuat banyak pihak yang awalnya
menunjukkan dukungan, sedikit demi sedikit menarik dukungannya. Simpati berubah
menjadi antipati. Puncaknya, Gus Dur pun dilengserkan oleh MPR dan “dipaksa” keluar dari
Istana Negara hanya dengan celana pendek dan kaos singlet.
2. Di Bidang Ekonomi
a. Kelebihan :
1) Memberi kebebasan seluas-luasnya kepada setiap suku terutama Tionghoa yang notabenenya
banyak berkecimpung di bidang ekonomi dengan seluas-luasnya.
2) Berani bersikap dan tegas juga pada sector-sektor ekonomi
b. Kelemahan :
1) Keterbatasan fisik sehingga performa beliau dalam memimpin negeri ini kurang maksimal
yang berimbas pada bidang ekonomi.
2) Seringnya melakukan perjalanan luar negeri sehingga dianggap menghamburkan APBN.
3. Di Bidang Sosial
a. Kelebihan :
Dapat menciptakan kehidupan rukun antar umat beragama dan antar suku di Indonesia.
b. Kelemahan :
Ada banyak pengangguran di Indonesia sekitar 13,7 juta penganggur.
4. Di Bidang Budaya
a. Kelebihan :
Untuk mengatasi masalah disintegrasi dan konflik antar umat beragama, Gus Dur
memberikan kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama.
Hak tersebut dibuktikan dengan adanya beberapa keputusan presiden yang dikeluarkan,
yaitu :
1) Keputusan Presiden No.6 tahun 2000 mengenai Pemulihan Hak Sipil Penganut Agama
Konghucu. Etnis Cina yang selama Orde Baru dibatasi, maka dengan adanya Keppres No.6
dapat memiliki kebebasan dalam menganut agama maupun menggelar budayanya secara
terbuka misalnya pertunjukan barongsai.
2) Menetapkan Tahun Baru Cina (IMLEK) sebagai hari besar agama, sehingga menjadi hari
libur nasional.
b. Kelemahan :
Kerusuhan antar etnis terus berlanjut. Kerusuhan terutama berbahaya adalah pembunuhan
antara umat Islam dan Kristen di Maluku yang menewaskan lebih dari seribu orang sepanjang
tahun 1999.
5. Di Bidang Pertahanan dan Keamanan
a. Kelebihan :
1) Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai melakukan negosiasi dengan Gerakan Aceh
Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani nota kesepahaman
dengan GAM hingga awal tahun 2001, saat kedua penandatangan akan melanggar
persetujuan. Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang
melarang Marxisme-Leninisme dicabut.
2) Gus Dur memberikan Aceh referendum. Namun referendum ini menentukan otonomi dan
bukan kemerdekaan seperti referendum Timor Timur. Gus Dur juga ingin mengadopsi
pendekatan yang lebih lembut terhadap Aceh dengan mengurangi jumlah personel militer di
Negeri Serambi Mekkah tersebut. Pada 30 Desember 1999, Gus Dur mengunjungi Jayapura
di provinsi Irian Jaya. Selama kunjungannya, Abdurrahman Wahid berhasil meyakinkan
pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua.
b. Kelemahan :
Akibat restrukturisasi lembaga pemerintahan menyebabkan kondisi politik yang tidak stabil
atau sering terjadi pertentangan antar partai bahkan pertentangan intern partai.
6. Di Bidang Ideologi
Ideologi yang ada pada masa pemerintahan Gus Dur menggunakan Ideologi Pancasila.

C. Keberhasilan dan Kegagalan


Meskipun memimpin kurang lebih 2 tahun tepatnya 20 Oktober 1999 hingga 23 Juli
2001, Gus Dur telah menuai keberhasilan pada masany namun juga mengalami kegagalan
dalam pemerintahannya di Indonesia.
1. Keberhasilan
a. Politik Luar Negeri yang Bebas Aktif
Mampu memperbaiki citra Indonesia di mata negara-negara lain dengan melalui kunjungan
ke luar negeri dan sekaligus membuka peluang kerjasama.
b. Iklim Politik yang Demokratis
Telah membawa Indonesia ke dalam taraf demokratisasi yang lebih baik lagi melalui
perdamaianny dengan Israel.
2. Kegagalan
a. Rendahnya Tingkat Popularitas Gus Dur
Dengan beberapa keputusannya yang kontroversial (menuai banyak kritik), membuat
Gus Dur buka sosok yang populis. Bahkan ketika masa 100 hari pemerintahannya pun,
tingkat popularitas Gus Dur sudah melorot jauh dari tingkat sebelumnya.
Sebagian kalangan menganggap Gus Dur adalah tokoh nasional yang diakui
kecermelangannya. Sebagai sosok utama di kalangan Nahdiyin (basis masa keagamaan
organisasi Nahdatul Ulama), Gus Dur memang disegani kepemimpinannya. Tapi, sebagai
seorang negarawan yang harus arif dalam membuat kebijakan, Gus Dur siragukan
kemampuannya.
b. Tidak Memiliki Basis Politik yang Kuat di Parlemen (MPR/DPR)
Gus Dur bukanlah tokoh dari partai yang memenagkan pemilu. Partai yan
mengusungnya pada saat itu ( PKB), bukan partai dengan suara terbanyak.
Proses terpilihnya Gus Dur adalah hasil dari lobby-lobby politik yang akhirnya membuat
Gus Dur terpilih sebagai presiden. Akibatnya, dalam kabinet pemerintahan yang di bentuk
oleh Gus Dur, ia “terpaksa” merengkuh semua partai tanpa melihat kesamaan platform
(visi/misi) dengan dirinya.
Dengan gaya Gus Dur yang ceplas-ceplos, membuat banyak pihak yang awalnya
menunjukan dukungan. Simpati berubah menjadi antipati. Puncaknya, Gus Dur dilengserkan
oleh MPR dan “dipaksa” keluar dari istana Negara hanya dengan celana pendek dan kaos
singlet.

Anda mungkin juga menyukai