Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 3 BAB 5 SEJARAH INDONESIA

Aghnia Dini N.
12 MIPA 5

1. Sesuai dengan Tap MMR/No.X/MPR/1998,Kabinet Reformasi pembangunan telah


berupaya melaksanakan sejumlah agenda politik, yaiu merubah budaya politik nyang
diwariskan oleh pemerintah sebelumnya seperti pemusatan kekuasan, dilanggarnya
prinsip-prinsip demokrasi, terbatas partisipasi politik rakyat, menonjolnya pendekatan
represif yang menekankan keamanan dan stabilitas, serta terabaikanya nilai-nilai Hak
Asasi manusia dan prinsip supermasi hukum. Diberlakukanya Otonomi daerah yang
lebih demokrasi dan semakin luas,. Dengan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah
serta pembangunan keuangan antar pusat dan daerah diharapkan akanmeminimalkan
ancaman disintegrasi bangsa. Otonomi derah ditetapkan melalui Ketetapan MPR No.
XV/MPR/1998. Pertanyaanya (a) Apa kebijakan Presiden B.J Habibie mengenai
kebebasan berpolitik pada masa pemerintahanya mengenai pemilihan umum dan
kebebasan berpendapat (b) Dan bagaimana pula penerapan otonomi daerah yang
dilakukan Presiden B.J Habibie mengenai perimbangan pembangunan dan
keuagan antara pusat dan daerah tersebut ( ada 2 pertanyaan pada soal no 1)

(a). Kebijakan B.J Habibie antara lain, membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan
pada 22 Mei 1998 yang terdiri dari perwakilan militer (TNI-Polri), PPP, Golkar,
dan PDI. Dalam kebijakan itu, Habibie kemudian mengganti lima paket UU masa
Orde Baru dengan tiga UU politik yang lebih demokratis, yakni UU No. 2 Tahun
1999 tentang Partai Politik, UU No. 3 Tahun 1999 Tentang Pemilihan Umum, dan
UU No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan DPR/MPR. Selanjutnya,
ada perubahan yang kentara pada masa kepemimpinan Habibie dalam politik
demokratis, yakni ia berhasil menyelenggarakan pemilu multipartai pada 1999.
Adapun pemilu saat itu diikuti oleh 48 partai politik (parpol) dengan asas
Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil. Tak hanya itu, pada masa
pemerintahan Habibie, kebebasan pers dibuka lebar-lebar, sehingga melahirkan
demokratis yang lebih besar. Pondasi kebebasan ini kian kokoh lewat Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Peraturan ini disahkan Habibie pada
23 September 1999, memuat 10 bab dan 21 pasal. Keberadaan UU Pers membuat
kedudukan aturan sebelumnya, UU 11/1966 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pers dan Undang-Undang Nomor 4 PNPS tahun 1963 tentang Pengamanan
Terhadap Barang-barang Cetakan yang Isinya Dapat Mengganggu Ketertiban
Umum, tidak berlaku.

(b).Pemerataan pembangunan kembali menjadi duri di era kekuasaan Habibie. Sejak


masa kepemimpinan Presiden Soeharto, yang memang menjadikan pembangun
merata sebagai program utamanya, penyelesaian masalah ini tidak kunjung usai.
Pemerintah menginginkan pembangunan tidak hanya dinikmati oleh sekelompok
masyarakat dalam wilayah tertentu saja. Namun dalam prakteknya hal itu sangat
sulit terwujud. Menanggapi permasalah ini, Habibie membuat usulan agar
secepatnya dibuat undang-undang baru yang dapat mendorong inisiatif
pembangunan dari tatanan terendah dan memperkuat peran politisi lokal di dalam
mengatur rumah tangganya sendiri. Akhirnya dibentuk undang-undang baru yang
menjelaskan hakikat otonomi di Indonesia yang bentuk negaranya kesatuan, yakni
UU No.22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan UU No.25/1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Daerah.

2. Dalam hal menghindarkan munculnya penguasa yang otoriter dengan masa kekuasan
yang tidak terbatas maka jabatan presiden. Seorang warga negara Indonesia dibatasi
menjadi dua kali masa jabatan saja. Pelaksanaan pemilu 1999, boleh dikatakan sebagai
salah satu hasil terpenting lainya yang di capai B.J Habibie pada masa kepresidennya
pemilu 1999adalah penyelenggaraan pemilu multi partai yang diikuti 48 partai politik.
Sebelum menyelenggarakan pemilu yang dipercepat itu pemerintah mengajukan RUU
tentang partai politik, tentang pemilu, tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan
DPRD. Setelah RUU di setujui DPR dan di sahkan menjadi UU Presiden membentuk
komisi pemillihan umum (KPU) yang anggota-anggotanya terdiri dari dari wakil partai
politik dan wakil pemerintah. Hal yang membedakan pemilu 1999 dengan pemilu
sebelumnya (kecuali pemilu 1955) adalah diikuti oleh banyak partai politik, ini
dimungkinkan karena adanya kebebasan untuk mendirikan partai politik Pertanyaanya
(a) Bandingkanlah tentang kebebasan pers antara zamanya Presiden Soeharto dan
Presiden dimasa orde baru dan B,J Habibie di masa Reformasi tersebut (b) Dan
bagaimankah kebikjakan Presiden B.J Habibie dalam pelaksanaan pemilu 1999
yang dilaksanakan di Indonesia, yang banyak di khawtirkan oleh banyak pihak
baik di kalangan mahasiswa, biro karasi dan masyarakat Indonesia pada ummnya
(ada 3 pertanyan pada soal no 2)

(a). Pada masa orde baru, kebebasan pers sangat dibatasi dan diawasi oleh negara
langsung. Sedangkan pada masa reformasi, kebebasan pers sangat terjamin dan di
lindungi oleh undang-undang. Reformasi pada bidang pers ditujukan agar
kehidupan pers di Indonesia benar-benar memperoleh kebebasan. Langkah
pertama untuk memulai kebebasan pers di Indonesia adalah dengan mencabut
aturan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP). Dengan dicabutnya SIUPP,
akhirnya berbagai perusahaan pers baru bermunculan, baik itu media cetak,
televisi, maupun radio. Munculnya berbagai macam perusahaan pers tersebut
merupakan bentuk sukacita setelah sekian lama dibelenggu oleh kekuasaan
pemerintah orde baru. Selain dicabutnya SIUPP, upaya lainnya adalah
penghapusan Departemen Penerangan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa Departemen Penerangan di era pemerintahan orde baru memiliki kekuatan
yang luar biasa untuk menekan dan mengatur pers. Selain kedua tindakan
tersebut, ada satu tindakan terpenting untuk memulai kebebasan pers di Indonesia
yaitu diterbitkanya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Undang-
undang ini merupakan tonggak awal kebebasan pers di Indonesia. Dalam undang-
undang tersebut dijelaskan bahwa kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi
warga negara dan pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan, atau
pelarangan penyiaran. Dengan diterapkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun
1999 tentang Pers, secara normatif pers di Indonesia telah menganut sistem pers
tanggung jawab sosial. Sistem pers tanggung jawab sosial menekankan kebebasan
pers yang bertanggung jawab kepada masyarakat atau kepentingan umum.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 juga memberikan kewangan pada
masyarakat untuk mengontrol kinerja pers. Hal tersebut jelaslah berbeda dengan
Undang-Undang nomor 21 tahun 1982 yang memberikan wewenang pada
pemerintah orde baru untuk mengontrol kinerja pers.

(b).Pelaksanaan Pemilu 1999 merupakan suatu pemilu yang berbeda dari pemilu
sebelumnya dimana partai peserta pemilu terdiri 48 partai politik. Ini merupakan
sebuah terobosan dari Pemerintah untuk menampung aspirasi masyarakat didalam
berdemokrasi. Pemilu 1997 yang lalu hanya terdiri dari 2 Partai Politik dan 1
Golongan Karya, pada tahun 1999 dibuka keran pembentukan partai politik baru
untuk melaksanakan demokrasi secara adil dan merata. Dominasi Golkar pada
masa orba mulai dikurangi dengan dikeluarkanya Undang-Undang No.2 1999
tentang partai politik dimana bermunculannya partai baru, TNI/Polri, dan PNS
dilarang memihak salah satu partai. Pelaksanaan Pemilu juga di serahkan kepada
Komisi Pemilihan Umum untuk menghindari campur tangan pemerintah.
Anggotanya terdiri dari perwakilan 48 partai dan 4 dari pemerintah. KPU di
ketuai oleh Rudini, Adnan Buyung Nasution dan Harun Al Rasyid sebagai wakil
ketua. Pengawasan pelaksanaan pemilu di Indonesia juga dibuka oleh Presiden
BJ. Habibie. BJ. Habibie juga mengundang lembaga pengawasan Asing untuk
memantau pelaksanaan pemilu di Indonesia. pelaksanaannya juga dilakukan di
sekitar tempat tinggal bukan lagi di kantor, sekolah atau tempat milik pemerintah.

3. Suatu peristiwa penting yang terjadi pada masa pemerintahan B.J Habibie adalah
diadakanya Referendum bagi rakyat Timor-Timur untuk menyelesaikan permasalahan
Timor-Timur yang merpakan warisan duri pemerintahan sebelumnya. Harus diakui
bahwa integrasi Timor-Timur(Tim-Tim) ke wilayah RI tahun 1975 yang di kukuhkan
oleh TAP MPR No VI/MPR/1978, atas keamanan sebagai warga Timor-Timur tidak
peranh mendapatkan pengakan internasional. Meskipun sebenarnya Indonesia tidak
pernah mrengklaim dan berambisi menguasai wilayah Tim-Tim. Banayak pengorbanan
yang telah diberikan bangsa Indonesia baik nayawa maupun harta benda, untuk
menciptakan perdamiana dan pembangunan di Tim-Tim yang secara historis memang
sering bergejolak antara yang pro integrasi dengan yang kontra. Subsidi yang diberikan
oleh pemerintah pusat bahkan melebihi apa yang diberikan kepada provinsi-provinsi lain
untuk mengejara ketertinggalan. Namun sungguh di sesalkan bahwa segala upaya itu
tidak pernah mendapat tanggapan yang positif, baik dilingkngan internasional maupun di
kalangan masyarakat Timor-Timur sendiri. Pertanyaanya (a) Apakah Anda setuju
dengan kebijakan Prseiden B.J Habibie dengan mengeluarkan kebijakan
Referendum atau jejak pendapat untuk masalah Timor-Timur untuk tetap menjadi
bagian dari RI atau keluar dari RI. (b) Dan apakah penyebab keluarnya opsi dari
referendum atau jejak pendapat kepada rakyat Timor-Timur dalam menentukan
kehidupan rakyat Timor-Timur selajutnaya (ada 2 pertanyan pada soal no 3)

(a). Saya sendiri cukup setuju dengan kebijakan Presiden B.J Habibie mengingat
bagaimana keadaan di Timor Timur. Selain itu, Provinsi Timor Timur, termasuk
daerah kantong Ambeno, setelah itu tetap dikuasai Portugis sampai tahun 1975,
ketika salah satu partai politik besar di sana, Fretilin (Frente Revolucionária do
Timor Leste Independente [Front Revolusioner untuk Timor Timur Merdeka]),
menguasai banyak wilayah tersebut dan pada bulan November mendeklarasikan
kemerdekaannya sebagai Republik Demokratik Timor Leste. Pada awal bulan
Desember, pasukan Indonesia menyerbu dan menduduki daerah tersebut, dan
pada tahun 1976 Indonesia mendeklarasikannya sebagai bagian integral dari
negara itu sebagai provinsi Timor Timur. Selama dua dekade berikutnya, lebih
dari 200.000 orang atau seperempat populasi penduduk tewas akibat pertempuran,
kelaparan, dan penyakit yang mengikuti invasi dan selama pendudukan Indonesia.
Keadaan Timor Timur yang tidak baik tersebut karena adanya intervensi bangsa
Indonesia, padahal dari awal wilayah tersebut bukanlah milik Indonesia. Perang
saudara juga terjadi di Timor Timur antara kelompok yang ingin merdeka dan
yang ingin bersatu dengan Indonesia. Indonesia juag terus mendapat kecaman di
dunia internasional sehingga menurut saya keputusan Presiden B.J Habibie adalah
yang terbaik.

(b).Referendum (jajak pendapat) adalah suatu proses pemungutan suara secara


semesta atau besar untuk mengambil keputusan, biasa dilakukan pada bidang
politik mengenai suatu negara. Referendum di timor timur diadakan pada 30
Agustus 1999. Referendum tersebut diajukan Presiden BJ. Habibie kepada
Sekretaris Jendral (SekJen) PBB saat itu, Kofi Annan. Presiden BJ. Habibie
meminta SekJen Kofi Annan untuk mengadakan referendum terkait kemerdekaan
Timor Timur. Dahulu Timor Timur merupakan Negara jajahan Portugis dan baru
lepas dari masa penjajahannya pada tahun 1975. Pada tahun itu, Indonesia mulai
merangkul Timor Timur dan memasukan Timor Timor menjadi Provinsi ke-27.
Namun, pada saat Presiden Soeharto lengser dari kursi Kepresidenan tahun 1998
mulailah Timor Timur mendesak dan meminta untuk merdeka. Setelah Presiden
Soeharto turun jabatan digantikan Presiden BJ. Habibie, 7 tahun telah menjabat
sebagai Presiden, beliau mendapat pesan dari PM Australia yang meminta
Presiden BJ. Habibie memberikan kepada kepada Timor Timur untuk menentukan
nasibnya. Hal tersebut didasari terjadinya pergolakan di Timor Timur selama
1975 hingga 1998. Beberapa alasan diadakannya referendum kemerdekaan Timor
Timur adalah terjadi perang Saudara (pihak yang terus ingin bergabung dengan
Indonesia dengan pihak yang ingin merdeka) yang berkepanjanganLebih dari
200.000 jiwa Timor Timur tewas akibat pergolakanTerjadinya pembantaian masal
yang dilakukan pihak Fretilin (pihak anti bergabung dengan Indonesia). Pada
tanggal 4 September 1999 SekJen PBB mengumumkan hasil referendum di Timor
Timur sebanyak 79% memilih untuk merdeka, dan 21% memilih untuk tetap
bergabung dengan Indonesia.

4. Dapat dikatakan pemilu ini salah satu hasil paling penting lainnya yang dicapai Habibie
pada masa kepresidenannya. pemilu tahun 1999 merupakan penyelenggaraan pemilu
multipartai yang di ikuti 48 partai politik. pemerintah mengajukan RUU tentang partai
politik sebelum menyelenggarakan pemilu, setelah RUU disetujui DPS dan di sahkan
menjadi UU presiden membentuk komisi pemilihan umum atau KPU yang anggotanya
dari wakil partai politik. masa kampanye pemilupun juga damai dari pemilu sebelum
sebelumnya. Berdasarkan laporan KPU hanya 19 orang yang meninggal semasa
kampenya, jauh lebih sedikit dibanding tahun 1997 yaitu 327 orang yang hanya diikuti 3
partai politik. ini menunjukan rakyat lebih rileks dan tenang melihat perbedaan. hal yang
berbeda antara pemilu 1999 dengan pemilu sebelumnya kecuali pemilu 1945 adalah
diikuti banyak partai politik. umum sebelumnya. berdasar keputusan komisi pemilihan
umum, panitia pemilihan indonesi pada tanggal 1 September tahun 1999 melakukan
pembagian kursi pelaksanaan pemungutan suara pada pemilu 1999 dapat dikatakan
sesuai jadwal yaitu 7 juni 1999. hasil pemilu, hasilnya menunjukan 5 partai besar
menduduki 417 kursi di DPR atau 90,26% dari 462 kursi yang diperebutkan saat itu. PDI-
P muncul sebagai pemenang pemilu dengan meraih 153 kursi sedangkan golkar
mendapat 120 kursi, PKB 51 kursi, PPP 48 kursi dan PAN 34 kursi. Pertnyaanya (a)
Mengapa dalam pelaksanaan pemilu 1999 banyak pengamat politik menilai adalah
pemilu yang sangat demokratis di bandingkan dengan 6 pelaksanaan pemilu lainya
yang pernah di adakan di Indonesia (b) Dan bandingkan pula pelaksanaan pemilu
di tahun 1955 dengan pelaksanaan pemilu 1999 juga dikatakan pemilu yang sangat
damai di Indonesia (ada 2 pertanyaan pada soal no 4)

(a). Terlepas dari beragam persoalan yang menyertainya, Pemilihan Umum 1999
dinilai sebagai salah satu penyelenggaraan pemilu terbaik, selain Pemilu 1955.
Pemilu demokratis pertama sejak era reformasi 1998 itu menjadi kulminasi politik
pasca-Orde Baru dengan keikutsertaan berbagai kekuatan politik yang
sebelumnya terepresi. Kala itu, sejumlah partai baru mendadak naik daun,
mengalahkan parpol lama yang sudah lama merintis kekuatan massa di sejumlah
wilayah di Tanah Air. Bila ditelusuri, ternyata perolehan suara saat itu mirip hasil
Pemilu 1955, ketika parpol pemenang hanya unggul tipis. Ajang Pemilu 1999
tersebut hanya disiapkan selama 13 bulan oleh pemerintahan Presiden
Bacharuddin Jusuf Habibie. Walau begitu, pemilu yang diikuti 48 partai politik
ini berlangsung tepat waktu.

(b).Pemilu pertama pada tahun 1955 yang dikatakan sebagai pemilihan umum paling
demokratis sepanjang sejarah politik Indonesia. Walau pun dilaksanakan saat
keamanan negara masih kurang kondusif dengan sering terjadinya tindakan
separatis, bahkan saat berlangsungnya Pemilu, Perdana Menteri Ali
Sastroamidjojo mengundurkan diri yang kemudian diganti oleh Perdana Menteri
Burhanuddin Harahap, namun Pemilu yang memperebutkan 260 kursi DPR dan
520 kursi Konstituante ditambah 14 kursi khusus untuk wakil golongan minoritas
itu berjalan dengan baik. Pemilihan Umum Indonesia 1955 merupakan pemilihan
umum pertama yang diadakan di Indonesia pada tahun 1955. Pemilu saat itu
dinilai sebagai pemilu paling demokratis, karena berlangsung aman di saat
kondisi keamanan negara sedang tidak kondusif. Tahun 1955 Indonesia sedang
mengalami kekacauan, di Madiun misalnya. Tengah terjadi pemberontakan yang
dilakukan oleh kelompok DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) yang
dipimpin oleh Kartosuwiryo. Polisi dan Tentara pada waktu itu ikut serta dalam
pemilihan pemilu. Mereka yang bertugas di daerah rawan, secara bergilir menuju
ke tempat peilihan. Pemilu untuk memilih anggota DPR dan Konstituante pada
saat itu berjalan aman. Kursi yang direbutkan sebanyak 794 kursi, terdiri dari 260
untuk DPR dan 520 untuk konstituante atau dua kali lipat anggota DPR. Jumlah
kursi masih ditambah 14 lagi untuk wakil golongan minoritas yang diangkat oleh
pemerintah.  aat itu, total pemilih adalah sebanyak 37.785.299 orang. Meski ini
adalah pemilihan umum pertama, dengan ratusan partai peserta, dan jutaan
pemilih, pemilihan berlangsung aman dan tertib.  Dari hasil pemilihan umum,
empat partai-partai terbesar adalah Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan
8.434.653 suara (22.3%) dan 57 kursi, Masyumi dengan 7,903,886 suara (20,9%)
dan 57 kursi, Nahdatul Ulama dengan 6,955,141 suara (18,4%) dan 45 kursi, serta
Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan 6,176,914 suara (16,4%) dan 39 kursi.
Pada pemilu 1999, terdapat 48 partai politik, pemilu dimenangkan partai
Demokrat, kekuatan politik berapa pada tiap partai politik, pengawasan dilakukan
oleh pemerintah melalui Bawaslu yang terdiri dari panwaslu, LSM, dan rector.

5. Pada sidang pertama kabinet Reformasi Pembangunan 25 Mei 1998 B.J Habibie
memnerikan pengarahan bahawa pemerintah harus mengatasi krisis ekonomi dengan
dua sasaran pokok, yakni tersedianya bahan makanan pokok masyarakat dan berputarnya
kembali roda perekonomian masyarakat. Pusat perhatian kabinet reforamasi.
Pembanguana adalah meningkatkan kualitas produksivitas dan daya saing ekonomi
rakyat dengan memberi peran perusahan kecil menengah dan koperasi karean terbukti
memiliki ketahan ekonomi dalam mengahadapi krisis. Dalam sidang pertama kabinet itu
juga, Habibie memerintahkan bahwa departemen-departemen terkait secepatnya
mengambil langkah persiapan dan pelaksanaan reformasi, khisusnya menyangkut
reformasi di bidang politi, dibidang ekonomi dan bidang hukum, perangkat perundang-
undangan yang perlu diperbahruhi antara lain Undang-undang pemilu undang-ndang
partai politik dan Golkar, UU tentang susunan kedudukan DPR,MPR dan DPRD, UU
tentang Pemerintahan Daerah Menindaklanjuti tuntuan yang begitu kuat terhadap
reformasi politik, banyak kalangan menuntut adanya amendemen UUD 1945 tuntutan
amemendemen tersebut berdasrkan pemikiran bahwa salah satu sumber permasalahan
dalam penyelenggaraan pemerintahan negara selama ini ada pada UUD 1945, UUD 1945
memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada Presiden. Tidak adanya Check and
Balance System, terlalu fleksibel sehingga dalam penggunaanya selau banyak disalah
gunakan, pengaturan hak asasi manusia yang minmim dan kurangnya pengaturan
mengenai pemilu dan mekanisme demokrasi. Pertnyanya (a) Mengapa dalam tututan
mahasiswa dan kalangan intelektal menyeruhkan adanya Amandemen UUD 1945
karena dianggap memerikan kekuassanya yang sangat besar bagi Presiden dan
tidak adanya Check and Balance System di dalam pemerintahan (b) Dan mengapa
dalam pemerintahan Presiden B.J Habibie untuk pertama kalinya banyak
melibatkan berbagai elemen kekuatan politik didalam masyarakat seperti unsure
golongan intelektual, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakt dan akademis
profisional dan LSM di luar partai politik dalam mengangkat kabinet menteri
kabinet pembanguan reformasi tersebut (ada 2 pertanyyan pada soal no 5)

(a). Hal itu dikarenakan sebelum amandemen, presiden memegang posisi sentral dan
dominan sebagai mandataris MPR, meskipun kedudukannya tidak “neben” akan
tetapi “untergeordnet”. Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara
tertinggi (consentration of power and responsiblity upon the president). Presiden
selain memegang kekuasaan eksekutif (executive power), juga memegang
kekuasaan legislative (legislative power) dan kekuasaan yudikatif (judicative
power).Presiden mempunyai hak prerogatif yang sangat besar. Tidak ada aturan
mengenai batasan periode seseorang dapat menjabat sebagai presiden serta
mekanisme pemberhentian presiden dalam masa jabatannya. Hal ini tentunya
memberikan kekuasaan yang terlalu besar untuk Presiden dan dapat menyebabkan
ketidakseimbangan pemerintahan.

(b).Setelah dilantik menjadi Presiden ke-3 Republik Indonesia pada 21 Mei 1998, BJ
Habibie langsung membentuk kabinet yang diberi nama Kabinet Reformasi
Pembangunan. Kabinet ini terdiri dari sejumlah menteri koordinator, sejumlah
menteri pemimpin departemen, sejumlah menteri negara, Sekretaris Negara, dan
Jaksa Agung. Habibie saat mengumumkan susunan Kabinet Reformasi
Pembangunan, di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat, 22 Mei 1998 mengatakan,
Kabinet Reformasi Pembangunan yang dibentuknya tetap berpegang teguh pada
Pancasila, UUD 45, GBHN 1998, dan akan terus menyesuaikan dengan dinamika
dan aspirasi rakyat yang berkembang. Ia mengatakan, Kabinet Reformasi
Pembangunan akan mengembangkan pemerintahan yang bersih, serta bebas dari
inefisiensi karena praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme. Kabinet Reformasi
Pembangunan dibentuk pada tanggal 22 Mei 1998, terdiri atas unsur-unsur
perwakilan dari ABRI, Golkar, PPP, dan PDI. Pada tanggal 25 Mei 1998 diadakan
pertemuan pertama. Pertemuan ini berhasil membentuk komite untuk merancang
undang-undang politik yang lebih longgar, merencanakan pemilu dalam waktu
satu tahun dan menyetujui masa jabatan presiden dua periode. Upaya ini
mendapat sambutan positif dari masyarakat.

6. Dalam perundingan Tripartit Indonesia menawrakan gagasan segar, yaitu otonomi yang
luas bagi Timor-Timur gagasan itu di setujui oleh Portugal namun dengan prinsip-prinsip
yang berbeda. Yaitu otonomi luas ini solusi antara ( masa transisi antara 5-19 tahun)
bukan solusi akhir seperti yang ditawarkan Indonesia. Pihak-pihak yang tidak menyetujui
integrasi tetap menginginkan dilakukan referendum,untuk memastikan rakyat Timor-
Timur memilih otonomi atau kemerdekaan . Bagi Indonesia adalah lebih baik
menyelesaiakn Timor-Timur secara tuntas, karena akan sulit mewujudkan Pemerintahan
Otonomi Khusus, sementara konflik terus berlarut-larut dan masing-masing pihak yang
bertikai akan menyusun kekuatan untuk memenangkan referendum. Karena itu melalui
kajian yang mendalam dan setelah berkonsultasi dengan Pimpinan DPR dan fraksi-fraksi
din DPR pemerintah menawrkan alternatif lain. Pertanyaanya (a) Mengapa posisi
Indonesia selau dipojokan di berbagai forum Internasioanl lewat majelis umum
PBB dalam menyelesaikan masalah Timor-Timur tersebut (b) Dan bagaimana pula
cara Indonesai menyelesaikan masalah Timor-Timur dengan pihak Portugal yang
mendukung sepenuhnya negara Timor-Timur untuk lepas dari pangkuan ibu
pertiwi (ada 2 pertanyan pada soal no 6)

(a). Salah satu kebijakan yang ditetapkan oleh Presiden ke-3 RI B.J. Habibie adalah
referendum Timor Timur dari Indonesia. Kebijakan yang penuh polemik ini
tercatat dalam buku berjudul Detik-Detik yang Menentukan. Dalam buku ini
Habibie menceritakan mengapa bumi Loro Sae ini harus menjadi bagian dari
Indonesia atau justru menjadi negara yang merdeka. Tidak seperti Indonesia yang
dijajah Belanda, negara yang menjajah Timor Timur adalah Portugal. Pada 1974,
Revolusi Bunga terjadi di Portugal yang menyebabkan distabilitas politik di
dalam negeri. Portugal semakin kewalahan menghadapi pemberontakan di
negara-negara jajahan di Afrika. Masyarakat Timor Timur memanfaatkan momen
tersebut, untuk memproklamirkan berdirinya suatu bangsa yang merdeka melalui
pembentukan partai politik. Namun, proses kemerdekaan tidak semudah yang
dibayangkan. Ketegangan politik hingga fisik terjadi antara partai pro-
kemerdekaan, dengan partai yang menginginkan Timor Timur menjadi bagian
dari Indonesia. Di tengah pertumpahan darah, masyarakat Timor Timur pada 30
November 1975 menggelar Deklarasi Balibo yang menegaskan poisis Timor
Timur sebagai provinsi ke-27 Indonesia. Deklarasi Balibo menjadi ruang bagi
militer Indonesia untuk memerangi pemberontak di Timor Timur yang menuntut
kemerdekaan. Tujuannya tentu menjaga stabilitas politik dalam negeri. Namun,
situasi tersebut dikecam masyarakat internasional yang kemudian menuduh
Indonesia telah menjajah Timor Timur. Habibie menegaskan Deklarasi Balibo
merupakan manifestasi dari keinginan masyarakat Timor Timur. Kehadiran
militer di Timor Timur tak kunjung menyelesaikan masalah. Indonesia kian
dipojokkan dengan delapan resolusi Majelis Umum PBB dan tujuh resolusi
Dewan Keamanan PBB, yang isinya tidak mengakui Timor Timur sebagai bagian
dari NKRI. Argumen Indonesia bahwa integrasi Timor Timur dengan Indonesia
merupakan wujud kemerdekaan wilayah tersebut dari Portugal tidak diakui
masyarakat dunia.

(b).Tujuh bulan setelah BJ Habibie memegang tampuk kekuasaan atau tepatnya 19


Desember 1998, Perdana Menteri Australia, John Howard, mengirim surat kepada
Presiden Habibie. Ia mengusulkan untuk meninjau ulang pelaksanaan referendum
bagi rakyat Timtim. Merespons permintaan PM Australia itu, pemerintah NKRI
menggelar sidang kabinet di Bina Graha pada 27 Januari 1999. Menteri Luar
Negeri Ali Alatas mengumumkan hasil keputusan sidang yang memakan waktu
lebih dari lima jam itu, bahwa Indonesia akan lepas tangan dari Timtim jika
mereka menolak opsi penyelesaian konflik Timor Timur yaitu tawaran otonomi
khusus yang diperluas. Presiden Habibie membahas lebih dalam tentang nasib
Timtim dengan Perdana Menteri Australia, John Howard, pada 27 April 1999.
Habibie mengungkapkan akan melaksanakan penentuan pendapat untuk
mengetahui kemauan sebenarnya rakyat Timtim, tetap berintegrasi atau
memisahkan diri dari Indonesia. Pada 30 Agustus 1999 dilaksanakan referendum
dengan situasi yang relatif aman dan diikuti hampir seluruh warga Timtim. Sekjen
PBB menyampaikan hasil referendum kepada Dewan Keamanan PBB pada 3
September 1999. Hasilnya 344.580 suara (78,5%) menolak otonomi, 94.388
(21%) suara mendukung otonomi, dan 7.985 suara dinyatakan tidak valid. Hasil
referendum tersebut kemudian diumumkan secara resmi di Dili pada 4 September
1999. Pada 30 Oktober 1999, bendera Merah Putih diturunkan dari bumi Timor
Leste dalam upacara yang sangat sederhana dan tanpa adanya liputan.

7. Ditengah maraknya gelombang demontrasi mahasiswa dan desakan kaum intelektual


terhadap legitimasi pemerintahan B.J Habibie pada 10-13 November 1998, MPR
mengadakan sidang istimewa untuk menetapkan langkah pemerintah dalam
melaksanakan reformasi di segala bidang . Beberapa hasil yang dijanjikan pemerintah
dalam menghadapi tuntutan keras dari mahasiswa dan gerakan reformasi telah terwujud
dalam ketetapan-ketetapan yang dihasilkan MPR. Antar lain – Terbukanya kesempatan
untuk mengandemen UUD 1945 tanpa melaui referendum- Pencabutan keputusan P4
sebagai pelajaran wajib (Tap MPR No XVIII/MPR/1998) – Masa jabatan Presiden dan
wakil Presiden di batasi dua kali masa tugas masing-masing lima tahun (Tap MPR No
XIII/MPR/1998) –Agenda reformasi politik meliputi pemilihan umum ketentuan untuk
memeriksa kekuasan pemerintah, pengawasan yang baik dan berbagai perubhan terhadap
Dwi Fungsi ABRI – Tap MPR No XVII/MPR 1998 Tentang Hak Asasi Manusia,
mendorong kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan pers,kebebasan beresrikat
serta pembebasan tahanan politik dan narapidana politik. Sesuai dengan Tap MPR No.
X/MPR/1998, Kabinet Reformasi Pembangunan telah berupaya melaksanakan sejumlah
agenda politik, yaitu merubah budaya politik yang fdiwariskan oleh pemerintahan
sebelumnya seperti pemusatan kekuasan, dilanggaranya prinsip-prinsip demokrasi,
terbatasnya partisipasi politik rakyat menonjolnya pendekatan represif yang menekankan
keamanan dan stabilitas, serta terabikanya nilai-nilai Hak Asasi Manusia dan prinsip-
prinsip supermasi hukum. Pertanyaanya (a) Mengapa tuntutan disentralisasi atau
otonomi daerah menjadi hal penting pasca tututan di masa reformasi menyeluruh
yang disarahkan olh kaum intelktual dan mahasiswa (b) Dan mengapa penunjukan
wakil Presiden B.J Habibie oleh Presiden Soeharto menggantikan kedudukanya
menimbulkan polemic di masyarakat (ada 2 pertanyaan pada soal no 7)

(a). Reformasi Kebijakan pada dasarnya menganut sistem desentralisasi dimana


semua kegiatan pemerintahan atas tugas dan wewenangnya dibagi antara pusat
dan daerah, sistem ini menyeimbangkan antara urusan pusat dan daerah yang
memiliki porsinya masing-masing. Pada masa orde baru otonomi daerah
diseragamkan dengan semua daerah yang menyebabkan sebuah pemerintah
daerah tidak dapat berkembang dikarenakan keseragaman yang tidak cocok
dengan ciri-ciri negara Indonesia yang memiliki banyak perbedaan yang disebut
“Bhineka Tunggal Ika”. Karena semua jenis urusan dilimpahkan kepada daerah
dan diimplementasikan seragam, akibatnya daerah tidak berdaya dan tidak
berkembang dalam melaksanakan otonomi yang sifatnya semu dan simetris.
Pada masa orde baru melalui UU no. 5 tahun 1979 tentang desa, pada peraturan
tersebut desa tidak memiliki otonomi untuk diberdayakan dan dikembangkan
guna menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Namun, pada periode
UU no. 22 tahun 1999 dan UU no. 32 tahun 2004, posisi desa sudah dibenahi
oleh pemerintah dengan mengeluarkan PP no. 76 tahun 2001 yang kemudian
digantikan dengan PP no. 72 tahun 2005. Dengan demikian pada pemerintahan
yang baru dibuatlah Undang-Undang khusus yang mengatur tentang desa, yaitu
UU No. 6 Tahun 2014. Dengan peraturannya yang baru ini membuat desa lebih
berkembang dan berdaya dalam mejalankan pemerintahan dan pembangunan
karena desa memiliki otonomi sendiri melalui pemberian bantuan dana desa
melalui Alokasi Dana Desa oleh pemerintah pusat yang diharapkan dapat
memicu pembangunan yang cepat dan merata diseluruah tanah air.

(b). Pengangkatan B.J. Habibie sebagai Presiden menimbulkan berbagai macam


kontroversi bagi masyarakat Indonesia. Pihak yang pro menganggap
pengangkatan Habibie sudah konstitusional. Hal itu sesuai dengan ketentuan
pasal 8 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "bila Presiden mangkat, berhenti,
atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia diganti
oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya". Sedangkan pihak yang kontra
menganggap bahwa pengangkatan B.J. Habibie dianggap tidak konstitusional.
Hal ini bertentangan dengan ketentuan pasal 9 UUD 1945 yang menyebutkan
bahwa "sebelum presiden memangku jabatan maka presiden harus mengucapkan
sumpah atau janji di depan MPR atau DPR".

Anda mungkin juga menyukai