Nama : Adelia Nabila Syahrani

Kelas : XI IPS 1

No.Absen : 01

Perjalanan Sang Ketua Dokuritsu Junbi Cosakai

Radjiman Wedyodiningrat lahir di Yogyakarta pada tanggal 21 April 1879 dikeluarga yang sederhana.
Disaat kecil, dia sudah kehilangan orangtuanya. Merasa kasihan, Dr. Wahidin Soedirohoesodo menolong
Radjiman untuk memperoleh pendidikan yang baik. Radjiman lulus dari Sekolah Dokter Bumiputera
(Stovia) sebagai “dokter jiwa” pada tahun 1898.

Setelah beberapa tahun bekerja di Banyumas, Purworejo, Semarang, dan Madiun, dia meneruskan
pendidikannya dan menjadi asisten di Stovia sampai lulus sebagai Indisch Arts. Kemudian ia bekerja di
Sragen dan menjadi asisten dokter di Istana Kasunanan Surakarta. Radjiman juga menjadi dokter di
rumah sakit jiwa Lawang Jawa Timur. Kemudian, namanya dijadikan sebagai nama rumah sakit tersebut
yaitu Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat.

Radjiman lulus dengan hasil yang cemerlang dan bergelar Arts. Radjiman menjadi orang Indonesia kedua
setelah W.K. Tehupeiory yang berceramah di Indisch Genootschap (Indies Institute) pada Februari 1911.
Selain di Belanda, Radjiman memperdalam keahliannya di Berlin dan juga Paris. Sepulang dari Belanda
pada pertengahan 1911, Radjiman menjadi dokter Istana Kasunanan Surakarta yang pertama di Solo.

Radjiman kembali aktif di organisasi Boedi Oetomo sebagai wakil ketua, menjadi anggota Volksraad
(Dewan Rakyat), dan memimpin majalah tengah bulanan Timboel. Pada masa pendudukan Jepang,
Radjiman menduduki jabatan-jabatan penting. Peran paling penting Radjiman dalam sejarah Indonesia
yang sulit terbantahkan adalah pernah menjadi Ketua Dokuritsu Junbi Cosakai alias Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Badan inilah yang merancang cikal bakal
konstitusi Indonesia yang bernama Undang-Undang Dasar 1945. Radjiman Wedyodiningrat wafat pada
20 September 1952. Jenazahnya dikebumikan di Desa Melati, Sleman, Yogyakarta, tempat peristirahatan
terakhir bapak angkatnya, Wahidin Soedirohusodo.