Anda di halaman 1dari 10

PERBANDINGAN KUMPULAN CERPEN NU HARAYANG DIHARGAAN

DAN RUSIAH KAOPATWELAS KARYA DARPAN


(Kajian Struktural dan Étnopédagogik)

Ria Dwi Fartika


SMAN 1 Jatisari Karawang
Pos-el: debiriairawan@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk membandingkan cerpen mana dari dua buku kumpulan
cerpen karya Darpan yang lebih cocok untuk bahan pembelajaran, baik dikaji dari
strukturnya, maupun etnopedagogiknya. Selain itu, peneliti mempunyai rasa penasaran akan
karya pengarang orang Karawang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
kualitatif, metode deskriptif, dan tekhnik yang digunakan yaitu studi pustaka. Dari hasil
penelitian, 80% cerpen yang dianalisis dari dua kumpulan cerpen Nu Harayang Dihargaan
dan Rusiah Kaopatwelas mempunyai struktur dan nilai pendidikan karakter. Hasil analisis
struktur yang melingkupi tema, fakta cerita, dan sarana sastra, membuktikan bahwa tema
kemanusiaan lebih dominan dari dua kumpulan cerpen. Tema kemanusiaan di sini lebih
berpusat ke dalam tingginya martabat manusia, dan nilai-nilai pepatah orang tua ke anaknya.
Alur yang dipakai oleh pengarang dari dua kumpulan carpon lebih dominan ke dalam alur
maju dan mundur. Latar yang sering dipakai lebih menggambarkan daerah basisir, sedangkan
sudut pandang lebih dominan orang ketiga tidak tersingkir. Dalam analisis nilai pendidikan
karakter, lebih dominan nilai semangat kebangsaan, jujur, menghargai prestasi, religi,
toleransi, disiplin, kerja keras, demokrasi, rasa ingin tahu, mandiri, peduli sosial, dan
tanggung jawab. Kesimpulan dari analisis dua kumpulan cerpen menunjukkan bahwa
kumpulan cerpen Nu Harayang Dihargaan dan Rusiah Kaopatwelas mempunyai struktur, dan
nilai pendidikan karakter. Hasil penelitian bisa dimanfaatkan untuk alternatif bahan
pembelajaran sastra di SMA, dan bisa digunakan untuk cerminan dalam kehidupan sehari-
hari.
Kata kunci: kumpulan cerpen, bahan pembelajaran, struktural, etnopedagogik.

THE COMPARISON OF SHORT STORIES COLLECTION NU HARAYANG


DIHARGAAN AND RUSIAH KAOPATWELAS OF DARPAN
(The Study of Stucture and Ethnopedagogy)

Abstract
This study has the objective to compare the significance of the two books of short stories of
Darpan‟s works. They are more suitable for learning materials, based on the perspectives of
structure and ethnopedagogy. In addition, there is a curiosity considering the fact that the
author is from Karawang. The methods used in this study were qualitative and descriptive
methods. The study also employed literature review. Based on the results, 80% of the stories
contained in both books have the structure and the values of character education. Results of
the structural analysis cover themes, the facts of the stories, and the means of literature. The
dominant theme of the two short stories collection is humanity. The theme of humanity is
centered in the high human dignity and values of the proverbs from parents to children. The
plot of the stories are a mix of forwad and backward. The backgrounds that are frequently
151
152 | LOKABASA Vol. 6, No. 2, Oktober 2015

used mostly illustrate coastal area. The dominant viewpoint is the third person. The value of
character education is more dominant to the value of the national spirit, honesty, recognizing
excellence, religion, tolerance, discipline, hard work, democracy, curiosity, independence,
social care, and responsibility. In conclusion, the two collections of short stories have the
structure and the values of character education. They can be used as alternatives of literature
learning materials in high school, as well as for reflection in daily life.
Keywords: Short Stories Collection, Teaching Material, Structure, Ethnopedagogy.

PENDAHULUAN adegan, pelaku, dan gerak; c) bahasa dalam


Karya sastra merupakan gambaran cerpen fokus, sugestif, dan menarik hati
dari satu keadaan di masyarakat, di sini pembaca; d) cerpen harus mengandung
dapat tergambar kehidupan yang mencakup interferensi pengarang mengenai konsep-
hubungan antarmasyarakat, antarmanusia, sinya dalam kehidupan, baik langsung dan
dan antarkejadian yang berlangsung dalam tidak langsung; e) cerpen harus menim-
diri seorang manusia (tokoh). Setiap orang bulkan satu efek dalam pikiran pembaca; f)
mempunyai cerita serta keunikan yang ada cerpen harus mempunyai pelaku utama; g)
dalam dirinya masing-masing, dan setiap cerpen tergantung kepada satu kejadian; h)
orang merupakan pelaku utama dalam cerpen mengeluarkan satu emosi; dan i)
kehidupannya, dan setiap orang juga meru- cerpen harus mempunyai kesan yang
pakan pengarang yang membuat cerita menarik hati.
untuk hidupnya sendiri. Hal ini bisa Kumpulan cerpen Nu Harayang
terwujud melewati bahasa dan bisa jadi satu Dihargaan terbagi jadi 15 cerpen,
kejadian unik, indah, dan menginspirasi. sedangkan Rusiah Kaopatwelas terbagi jadi
Sifat sastra yang indah dan mem- dua bagian, yaitu bagian pertama “Si Iblis”,
punyai manfaat jadi salah satu alat untuk bagian kedua “Rusiah Kaopatwelas”.
memberi gambaran nyata dalam dunia fiksi Bagian pertama ada 8 cerpen yang mence-
atau rekaan. Bahasa indah yang direkayasa ritakan kehidupan dan persoalan di perkam-
oleh pengarang merupakan media untuk pungan, bagian kedua ada 7 cerpen yang
menyampaikan ide serta pikiran pengarang menceritakan orang kota, dan orang kota
yang menginterpretasikan situasi nyata yang berasal dari kampung dan persoalan-
dalam bentuk fiksi. Imajinasi pengarang persoalannya. Hal ini merupakan salah satu
yang digabungkan dengan pengalaman keunikan yang ada dalam cerpen ini, ada
hidup bisa jadi satu karya sastra yang sebagian kebiasaan-kebiasaan orang Sunda
bermanfaat untuk orang lain, bisa jadi yang sudah hilang dijaman sekarang,
motivasi, atau bisa jadi hiburan untuk walaupun hidupnya di perkampungan,
manusia. seperti menggembala kambing atau bermain
Melalui bahasa, baik lisan atau tulis di kebun bambu. Cerpen ini bisa jadi
bisa tersampaikan maksud dan tujuan yang gambaran untuk anak-anak jaman sekarang
akan disampaikan oleh pengarang. Salah untuk menunjukkan bagaimana keadaan
satu tujuannya yaitu sebagai alat untuk perkampungan jaman dulu, hususnya
meneruskan tradisi dan revitalisasi budaya Karawang-Bandung. Penulis kumpulan
yang ada di dalam teks. Cerpen merupakan cerpen Rusiah Kaopatwelas yaitu Darpan
salah satu karya sastra tulis yang bukan yang berasal orang Karawang, oleh karena
mustahil dan lebih gampang dimengerti itu latar tempat dalam kumpulan-kumpulan
daripada karya-karya sastra tulis lainnya. cerpen ini banyak menceritakan tempat-
Tarigan, (1993, hlm. 177), menyebutkan tempat yang ada di Karawang seperti
ciri-ciri cerpen yaitu: a) singkat, padat, dan Cikampek. Bahasa yang digunakan terma-
intensif; b) unsur utama cerpen yaitu suk mudah dimengerti oleh orang Kara-
Ria Dwi Fartika: Perbandingan Kumpulan Cerpen | 153

wang seperti Cikampek, yang kebanyakan Belakang dalam Kumpulan Cerita Pendek
memakai bahasa Sunda kasar atau Karya Darpan (Kajian Struktural dan
campuran Jawa dan Betawi. Sedangkan Semantis) oleh Iyan Cahyani. Bedanya
kumpulan cerpen yang pertama kali dibuat dengan yang dianalisis, yaitu belum ada
oleh Darpan yaitu Nu Harayang yang menganalisis etnopedagogik dalam
Dihargaan, cerpen ini pernah mendapat cerpen tersebut.
hadiah sastra Rancagé tahun 1998. Peneliti Berhubungan dengan hal yang sudah
memilih kumpulan cerpen Nu Harayang dijelaskan di atas, dan untuk menjawab rasa
Dihargaan dan Rusiah Kaopatwelas ingin tahu penulis, maka diteliti Per-
karena; (1) untuk memberi gambaran untuk bandingan Kumpulan Cerpen Nu Harayang
anak-anak jaman sekarang bagaimana Dihargaan dan Rusiah Kaopatwelas Karya
keadaan alam jaman dulu di Karawang; (2) Darpan untuk Bahan Pembelajaran Sastra di
Karawang yang dulu disebut “lumbung SMA (Kajian Struktural-Etnopedagogik).
padi” sudah tidak tergambarkan lagi, oleh Setiap penelitian dalam hakikatnya
karena itu diharapkan bisa memotivasi mempunyai tujuan. Sesuai dengan latar
untuk menjaga alam supaya bisa indah dan belakang masalah yang sudah dijelaskan di
bisa diturunkan ke generasi seterusnya; (3) atas, maka akan dilakukan penelitian yang
menunjukkan bahwa orang basisir juga bisa mempunyai tujuan 1) struktur dalam
menghasilkan karya-karya Sunda yang kumpulan cerpen Nu Harayang Dihargaan
umumnya banyak ditulis atau diteliti oleh jeung Rusiah Kaopatwelas; 2) ajén
orang gunung; (4) membandingkan cerpen étnopédagogik yang ada dalam kumpulan
mana yang cocok dijadikan bahan cerpen Nu Harayang Dihargaan jeung
pembelajaran; dan (5) bisa jadi bahan Rusiah Kaopatwelas, 3) bagaimana per-
alternatif untuk bahan pembelajaran di bandingan struktur cerita dalam kumpulan
SMA. Kumpulan cerpen Nu Harayang cerpen Nu Harayang Dihargaan jeung
Dihargaan dan Rusiah Kaopatwelas bisa Rusiah Kaopatwelas; 4) bagaimana per-
dijadikan alternatif bahan pembelajaran. bandingan etnopedagogik cerita dalam
Dari membaca kumpulan cerpen ini, kumpulan cerpen Nu Harayang Dihargaan
selain meneliti nilai pendidikan karakter, jeung Rusiah Kaopatwelas; 5) bagaimana
juga secara tidak langsung mengajarkan struktur cerita dan nilai etnopedagogik
nilai moral, beberapa nilai yang ditemukan dalam kumpulan cerpen Nu Harayang
yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, Dihargaan dan Rusiah Kaopatwelas bisa
kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin dijadikan alternatif pembelajaran sastra di
tahu, cinta tanah air, menghargai prestasi, SMA.
cinta damai, gemar membaca, peduli sosial
jeung tanggung jawab. Sesuai dengan METODE
pendapat Noor (2011:64) dalam karya Menurut Arikunto (2010, hlm. 175)
sastra biasanya menggambarkan pandangan desain penelitian yaitu rancangan yang
hidup pengarang, pandangan mengenai nilai menunjukkan gambaran utama mengenai
kebenaran yang ingin disampaikan kepada hal yang dilakukan. Desain penelitian
pembaca. Noor (2011:71) mengemukakan merupakan proses yang diperlukan dari
lima manfaat mengapresiasi sastra (anak) : rancangan penelitian sampai kepada bentuk
(1) manpaat estetis, (2) manfaat pendidikan, pertanyaan yang bisa terjawab. Berdasarkan
(3) manfaat kepekaan batin atau sosial, (4) desain penelitian yang sudah dirancang,
manfaat pengetahuan, dan (5) manfaat langkah awal yang dilaksanakan dalam
untuk perkembangan kepribadian. Ada penelitian ini yaitu menentukan masalah
beberapa peneliti yang menganalisis dan objek penelitian, dan menentukan teori
kumpulan cerpen Rusiah Kaopatwelas, di serta metode penelitian, setelah itu diberi
antaranya penelitian tentang Imbuhan kesimpulan langkah selanjutnya menyusun
154 | LOKABASA Vol. 6, No. 2, Oktober 2015

laporan. Penelitian ini menggunakan cerita pendek yang mengandung unsur


pendekatan kualitatif dengan metode des- humor atau lucu. Biasanya unsur humor ini
kriptif analisis. Unsur-unsur yang akan berasal dari deskripsi pengarang, atau dari
dideskripsikan yaitu struktur dan nilai percakapan tokoh-tokohnya.
pendidikan karakter dalam kumpulan Dalam sastra Sunda ada pengarang
cerpen Nu Harayang Dihargaan dan Rusiah spesialis cerita pendek humoris, yaitu
Kaopatwelas karya Darpan. Sumber data Ahmad Bakri. Sedangkan pengarang
dari dua buku kumpulan cerpen ini adalah angkatan sebelumnya yaitu GS dan
30 cerpen yang dari masing-masing Mohamad Ambri. Berdasarkan pembagian
bukunya yang terdapat 15 cerpen. cerpen di atas, bisa terlihat bahwa kum-
Sedangkan sampel yang diambil adalah pulan cerpen Nu Harayang Dihargaan dan
25% dari sumber data yaitu menjadi 8 Rusiah Kaopatwelas termasuk dalam go-
carpen yang dianalisis. longan cerita pendek biasa, karena tema dan
gaya bahasa yang digunakan sangat realitas
HASIL DAN PEMBAHASAN dalam kehidupan sehari-hari, hal ini terlihat
Istilah cerpen sebenarnya berasal dari dari nama-nama tempat, kebiasaan, dan
bahasa Inggris yaitu short story. Arti dari istilah-istilah bahasa yang sering digunakan
cerpen itu sendiri yaitu fiksi pendek yang oleh orang Karawang. Stanton (2012, hlm
selesai dibaca dalam sekali duduk. Cerita 45) menyebutkan bahwa unsur karya fiksi
pendek mempunyai satu arti, satu krisis, dan bisa dilihat dari wujud (a) tema, (b) fakta
satu efek kepada pembaca. Sumardjo (1980, cerita, dan (c) sarana sastra. Stanton (2012,
hlm. 21). Faturohman (1983, 56-59) hlm. 36) menyebutkan bahwa tema yaitu
menyatakan bahwa dilihat dari tema dan aspek cerita yang sejajar dengan „makna‟
gaya basanya, cerita pendek yang ber- dalam pengalaman manusia, sesuatu yang
kembang di sastra Sunda bisa dibagi men- menjadikan suatu pengalaman begitu
jadi empat golongan, yaitu cerita pendek diingat.
biasa, cerita pendek absurd, cerita pendek Ada banyak cerita yang menggam-
liris, dan cerita pendek humoris. 1) cerita barkan dan menelaah kejadian atau emosi
pendek biasa yaitu cerita pendek yang yang dialami manusia seperti cinta, derita,
ditulis dengan menggunakan aturan-aturan rasa takut, kedewasaan, keyakinan, peng-
yang lumrah. Seperti tema yang meng- khianatan manusia terhadap diri sendiri,
gambarkan keadaan yang sering terjadi disilusi, atau bahkan usia tua. Sedangkan
dalam kehidupan sehari-hari, begitu juga fakta cerita terbagi ke dalam beberapa
dengan pelaku yang memerankan, yaitu point, yaitu a) karakter b) alur, dan c) latar.
tokoh-tokoh yang biasa memegang peran Stanton (2012: 22) mengatakan bahwa
dalam kehidupan sehari-hari, 2) cerita karakter, alur, dan latar merupakan fakta-
pendek absurd yaitu cerita pendek yang fakta cerita. Elemen-elemen ini berfungsi
unsur-unsur ceritanya tidak biasa dalam sebagai catatan kejadian imajinatif dari
realitas, sebaliknya dari cerita pendek biasa, sebuah cerita. Jika dirangkum menjadi satu,
dalam cerita pendek absurd struktur semua elemen ini dinamakan „struktur
ceritanya tidak terlalu jadi masalah, bahkan faktual‟ atau „tingkatan faktual‟ cerita.
ada cerita pendek yang tidak tentu alurnya, Secara umum, alur merupakan rangkaian
3) yang membedakan cerita pendek liris peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita.
dengan cerita pendek biasa yaitu dalam Istilah alur biasanya terbatas pada
gaya basanya. Dalam cerita pendek liris peristiwa-peristiwa yang terhubung secara
bahasa yang dipakai sangat cermat dalam kausal saja. Peristiwa kausal merupakan
pemilihannya, bahkan lebih diutamakan peristiwa yang menyebabkan atau menjadi
pemilihan bahasa yang mempermanis dan dampak dari berbagai peristiwa lain dan
murwakanti, 4) cerita pendek humoris yaitu tidak dapat diabaikan karena akan berpe-
Ria Dwi Fartika: Perbandingan Kumpulan Cerpen | 155

ngaruh pada keseluruhan karya. Semakin terbatas‟, pengarang mengacu pada semua
sedikit karakter dalam sebuah cerita, se- karakter dan memposisikannya sebagai
makin rekat dan padat pula alur yang orang ketiga tetapi hanya menggambarkan
mengalir di dalamnya. apa yang dilihat, didengar, dan dipikirkan
Alur merupakan tulang punggung oleh satu orang karakter “saya”, 4) pada
cerita. Berbeda dengan elemen-elemen lain, „orang ketiga tidak-terbatas‟, pengarang
alur dapat membuktikan dirinya sendiri mengacu pada setiap karakter dan
meskipun jarang diulas panjang lebar dalam memposisikannya sebagai orang ketiga.
sebuah analisis. Sama halnya dengan Pengarang juga dapat membuat beberapa
elemen-elemen lain, alur memiliki hukum- karakter melihat, mendengar, atau berpikir
hukum sendiri, alur hendaknya memiliki ketika tidak ada satu karakter pun hadir; c)
bagian awal, tengah, dan akhir yang nyata, gaya bahasa adalah cara pengarang dalam
meyakinkan dan logis, dapat menciptakan menggunakan bahasa; dan d) simbol
bermacam kejutan, dan memunculkan berwujud rincian konkrit dan faktual, juga
sekaligus mengakhiri ketegangan-ketega- mempunyai kemampuan untuk memun-
ngan. Karakter merujuk pada percampuran culkan gagasan serta emosi dalam pikiran
dari berbagai kepentingan, keinginan, pembaca. Etnopedagogik yang digunakan
emosi, dan prinsip moral dari individu- untuk menganalisis dua kumpulan cerpen
individu. ini yaitu lebih kepada 18 pendidikan
Sedangkan latar adalah lingkungan karakter seperti religius, jujur, toleransi,
yang melingkupi sebuah peristiwa dalam disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa
cerita, semesta yang berinteraksi dengan ingin tahu, cinta tanah air, menghargai
peristiwa-peristiwa yang sedang ber- prestasi, cinta damai, gemar membaca,
langsung. peduli sosial, dan tanggung jawab.
Yang terakhir yaitu sarana sastra yang
melingkupi a) judul, b) sudut pandang, c) Sinopsis
gaya bahasa, dan d) simbol. Stanton (2012: Diceritakan bahwa ada seorang anak
46) mengatakan bahwa sarana sastra dapat bernama Ani yang baru pulang dari
diartikan sebagai metode (pengarang) sekolahnya, karena Ani sering pulang
memilih dan menyusun detail cerita agar terlalu sore, maka ibunya pun mema-
tercapai pola-pola yang bermakna. a) Judul rahinya. Ani mengatakan pada ibunya
merupakan satu hal yang penting dalam bahwa dia baru pulang dari rumah gurunya
suatu cerita. Judul bisa memberi gambaran (Pak Agus) untuk membantu pekerjaan
mengenai isi cerita, walaupun judul tidak rumah sang guru seperti mencuci piring dan
selamanya sesuai dengan isi cerita. Judul memasak. Mendengar hal itu terang saja
ada kalanya berwujud simbol falsafah, ibunya langsung marah, karena selama ini
walaupun sebenarnya judul merupakan hak Ani tidak pernah membantu pekerjaan
preogatif pangarang untuk menandakan ibunya sendiri karena beralasan ada Ma
karangannya; b) sudut pandang pada Acem yang selalu membantu ibunya. Setiap
dasarnya merupakan visi pengarang, artinya hari hal ini selalu terulang, hingga suatu
sudut pandang yang diambil oleh pengarang hari Ani tidak berani bermain di rumah sang
untuk melihat satu kejadian cerita. guru lagi karena kali ini ibunya sangat
Berdasarkan tujuannya Stanton (2012: 53) marah sekali.
membagi empat sudut pandang, yaitu: 1) Setiap pulang sekolah Ani selalu
pada „orang pertama-utama‟, sang karakter mengurung diri di kamar karena merasa
utama bercerita dengan kata-katanya marah pada ibunya. Pada suatu hari keluar
sendiri, 2) pada „orang pertama sampingan‟, perkataan yang membuat ibunya menjadi
cerita dituturkan oleh satu karakter bukan tertegun. Sambil menangis Ani bertanya
utama (sampingan), 3) pada „orang ketiga- pada ibunya, bahwa apa sebenarnya yang
156 | LOKABASA Vol. 6, No. 2, Oktober 2015

membuat ibunya sangat membenci Pak mungkin saja orang yang ada di rumah Pak
Agus, ibunya hanya berkata bahwa dia tidak Agus bukan anak dan istrinya, tapi dengan
suka Ani selalu membantu Pak Agus tegas Ani membenarkan hal itu karena ini
sedangkan pekerjaan di rumahnya sen- pun perkataan Pak Agus sendiri. Sambil
diripun diabaikan. Pak Agus sendiri menangis, pepes ikan yang tadinya akan
mempunyai sikap baik hati, baik ketika di diberikan kepada Pak Agus pun dilempar ke
sekolah ataupun di luar sekolah. Ketika dalam tungku, dan memukul-mukul
mengetahui Ani sudah tidak mempunyai kandang ayam yang sudah dibetulkan oleh
seorang Ayah, maka kasih sayangnya Pak Agus.
kepada Ani melebihi murid-murid lainnya, Tangisan Ani yang semakin keras
sampai Ani dijuluki “anak emas” oleh membuat ibunya menjadi sedih. Ibunya
teman-temannya sendiri. langsung memeluk Ani, dan dalam pelukan
Karena Ani sudah jarang berkunjung ibunya Ani mengatakan bahwa dia ingin
ke rumah Pak Agus lagi, maka kali ini Pak ayahnya. Alasan selama ini Ani sering
Aguslah yang sekarang berkunjung ke berkunjung ke rumah Pak Agus adalah
rumah Ani. Ketika Pak Agus datang karena mendambakan sosok ayah yang
pertama kali ke rumahnya, rasa marah sudah tidak ada lagi di dunia ini.
terlihat dari raut wajah ibunya. Tapi tentu
saja hal ini tidak dikatakan pada Pak Agus. Secara struktural didapat bahwa:
Perasan berbeda justru ditunjukkan Ani a. Tema
yang merasa bahagia Pak Agus berkunjung Tema dari judul cerpen “Asih dina Lauk
ke rumahnya, Ani pun mulai rajin Pais” di atas yaitu kemanusiaan. Kema-
membantu pekerjaan ibunya di rumah. nusiaan dalam penelitian ini lebih
Esoknya Pak Agus datang lagi, raut wajah kepada cinta antara orang tua dan anak.
heran pun tergambar diwajah ibunya, Ani Tokoh utama yang bernama Ani jauh
mengatakan bahwa kemarin ibunya ingin dilubuk hatiny, sangatlah merindukan
mencari orang yang bisa membetulkan ayahnya, sehingga setiap pulang sekolah
kandang ayam di rumahnya, oleh karena itu Ani selalu menyempatkan utuk bermain
Ani mengajak Pak Agus untuk mem- kerumah gurunya (Pa Agus) yang
betulkan Kandang ayam tersebut. Tentu saja mempunyai sifat baik hati, sabar, dan
bukan ini yang dimaksudkan ibunya. penyayang. Dibalik sifat ibunya yang
Dari hari ke hari intensitas kunjungan selalu marah-marah karena Ani selalu
Pak Agus semakin sering, bahkan pernah bermain ke rumah Pa Aguspun, bukan
sekali waktu Pak Agus pulang malam hari. karena semata-mata ingin dibantu
Pada suatu hari ibunya menyuruh Ani pekerjaan dirumah saja, tapi karena
mengantarkan pepes ikan ke rumah Pa hawatir dan tahu apa yang ada dibenak
Agus, Ani yang kaget bukan main pun Ani yang mendambakan sosok seorang
loncat-loncat kegirangan, karena dalam ayah.
benaknya, akhirnya ibunya menyukai Pak
Agus. Seperempat jam kemudian dengan b. Pelaku
wajah kecewa Ani pun kembali sambil Pelaku utama dalam cerpen ini yaitu
menenteng pepes ikan yang dibawa tadi. Ani dan ibunya, keduanya saling
Ibunya pun menjadi terkejut dan membantu atas jalannya cerita ini, tapi
menanyakan apa yang terjadi, tapi Ani tentu saja Ani lebih dominan. Selain itu
hanya diam dengan wajah yang seperti ada juga pelaku kedua yaitu Pak Agus
ingin menangis. Dengan terbata-bata Ani dan dua pelaku tambahan Pak Ulis yang
mengatakan bahwa di rumah Pak Agus menyukai ibunya Ani, dan Ma Acem
sedang ada anak dan istrinya, dengan yang selalu membantu pekerjaan di
tenang ibunya berusaha mengalihkan bahwa rumah Ani.
Ria Dwi Fartika: Perbandingan Kumpulan Cerpen | 157

c. Latar Gaya bahasa yang digunakan dalam


Latar yang tergambar dari cerpen ini cerpen ini sangat mudah dimengerti,
yaitu latar tempat, waktu dan sosial. sehingga pembacapun dapat mengerti
Ada tiga latar tempat yaitu rumah, apa yang tergambar dalam cerita ini.
sekolah, dan dapur. Satu latar waktu dan h. Simbol
dua latar sosial. Latar tempat rumah Ada tiga simbol dalam cerita ini, yaitu
paling sering dipakai dalam cerpen ini, guru, kepala sekolah, dan anak emas.
salah satunya adalah ketika Ani baru Guru dan kepala sekolah melambangkan
pulang dar sekolah, latar tempat sekolah status sosial seseorang di dunia pen-
ketika hari senin pada saat upacara didikan, dan anak emas adalah simbol
bendera kepala sekolah mengabarkan yang diberikan kepada anak yang
ada guru baru yaitu Pak Agus, dan latar mendapat perhatian lebih, dll.
tempat dapur ketika Ani dan ibunya Analisis pendidikan karakter yang
terlibat percakapan. Sedangkan latar tergambar dalam cerpen „Asih dina Lauk
waktu adalah ketika sore hari pada saat Pais” yaitu rasa ingin tahu, peduli sosial,
ibunya menyuruh Ani untuk memberi- dan semangat kebangsaan. Ada dua belas
kan pepes ikan. Dua latar sosial yang nilai pendidikan karakter yang tergambar
muncul dalam cerpen ini adalah guru dalam cerpen ini, rasa ingin tahu lebih
dan kepala sekolah yang kedua-duanya didominasi oleh ibunya Ani, Ibu Ani selalu
menunjukkan status sosial atau jabatan khawatir kepada putrinya yang selalu
seseorang di dalam lingkup sekolah. pulang sore hari, apalagi Ani adalah anak
d. Alur perempuan satu-satunya di keluarga. Selain
Alur yang digunakan pengarang dalam ibunya, rasa ingin tahu juga dirasakan oleh
cerpen ini adalah alur maju dan mundur. Ani yang heran atas sikap ibunya yang
Alur mundur terjadi pada saat sangat terlihat sekali membenci Pak Agus.
pengarang menceritakan tokoh Ani yang Nilai peduli sosial tergambar ketika Pak
sudak tidak bermain ke rumah Pa Agus Agus selaku guru baru ditempatkan di
lagi, dan memilih berdiam diri di kamar. perumahan guru, bekas Pak Edi (guru
e. Judul sebelumnya), di sini murid-murid saling
Jika dilihat secara keseluruhan, antara membantu kepindahan Pak Agus, dari mulai
judul dan isi cerita kurang sesuai, tetapi anak lelaki yang mencat tembok, meng-
tidak mengurangi makna yang terkan- hampelas tembok, dan membereskan buku.
dung didalamnya. Pada mulanya pem- Anak perempuan pun diceritakan ikut
baca akan bertanya-tanya apa maksud- membersihkan debu, menyapu, dan
nya “Asih dina Pais Lauk” karena dari memasak untuk gurunya. Hal ini sangat
awal tidak ada kejadian tentang pepes jelas terlihat rasa peduli sosial yang
ikan, tapi hal ini baru terjawab di akhir ditunjukkan oleh anak-anak yang terbilang
cerita sekaligus klimaks dari cerita. masih kecil (kelas 4). Dan yang terakhir
semangat kebangsaan, semangat kebang-
f. Sudut pandang saan tergambar ketika digambarkan upacara
Sudut pandang yang digunakan penga- bendera. Anak-anak yang bersemangat
rang dalam cerpen ini adalah orang sangat menunjukkan rasa senangnya di
ketiga tidak terbatas, disini pengarang sekolah. Hal ini tentu saja bertolak belakang
mengacu pada karakter Ani dan mem- dengan sekolah-sekolah di daerah kota yang
posisikannya sebagai orang ketiga. Pada minim dengan lahan untuk melakukan
penelitian ini pengarang juga membuat upacara bendera. Hal ini bisa jadi gambaran
tokoh Ani dapat mendengar, melihat, untuk anak-anak sekarang tentang rasa
atau berpikir. nasionalisme dan semangat sebagai orang
g. Gaya bahasa Indonesia.
158 | LOKABASA Vol. 6, No. 2, Oktober 2015

Cerpen-cerpen yang dianalisis adalah ledaklah kemarahan Ato. Warnasih secepat


“Mulang, Layung Geus Ririakan, Si Ato mungkin menuju rumah Juna untuk
Miara Jago, Dongéng Jurig, Budak nu Teu membeli ayam itu lagi. Tetapi hal ini justru
Balik, Rusiah Kaopatwelas, dan Asih dina menjadi petaka untuk Warnasih, karena
Lauk Pais”. Cerpen “Mulang” mempunyai selama ini Juna tertarik dengan Warnasih.
tema kemanusiaan, hal ini berdasarkan Juna akhirnya mendapat kesempatan untuk
nilai-nilai kemanusiaan yang ada di dalam- mendapatkan Warnasih. Rasa bimbang
nya. Profesi Dedeh (pelaku utama) dalam melanda Warnasih, sehingga dia tidak sadar
cerpen Mulang yaitu seorang pelacur, hal dengan apa yang diperbuat Juna. Dan tanpa
ini yang menghilangkan hati nurani sengaja Warnasih membunuh Juna. Sambil
masyarakat di sekelilingnya dalam berbuat menangis dan menenteng ayam Warnasih
baik kepadanya, Dedeh dianggap hina dan pulang ke rumahnya, ayam yang ditenteng
bukan manusia, walupun tokoh Dedeh diberikan ke Ato, dan seketika itu
sebenarnya hanya korban temannya sendiri. tangisannya pun berhenti seakan-akan tidak
Ada dua cerpen yang mempunyai tema terjadi apa-apa. Setelah itu Warnasih masuk
rumah tangga, yaitu “Si Ato Miara Jago” ke kamar dan menangis sejadi-jadinya.
dan “Rusiah Kaopatwelas” kedua cerpen Tidak lama setelah itu terdengar suara
ini berkisar seputar rumah tangga. Warnasih pentungan dan kabar bahwa Juna dibunuh.
merupakan tokoh utama dalam cerpen “Si Walaupun disini suaminya dikisahkan tidak
Ato Miara Jago” dan suaminya sangat suka ada, tapi tentu saja ini termasuk dalam
mengadu ayam, bahkan setiap hari yang permasalahn rumah tangga yang akhirnya
diurusnya adalah ayam. Selain itu menjerumuskan Warnasih dan tanggung
Warnasih mempunyai seorang anak ber- jawab nafkah yang seharusnya tugas suami
nama Ato, Ato sama seperti ayahnya suka malah menjadi tanggungan Warnasih.
sekali dengan ayam, tapi Ato berbeda, dia Sedangkan dalam cerpen “Rusiah
tidak memelihara bukan untuk jadi ajang Kaopatwelas” permasalahan rumah tangga
aduan. Pusat permasalahan dalam cerita ini terletak ketika tokoh Neneng yang
yaitu ketika suaminya tersangkut masalah dikisahkan oleh (Aku) menderita penyakit
karena kasus pemukulan dengan tetangga- kanker dan divonis mati. Disini Neneng
nya, maka Sardi (nama suami Warnasih) mengadu kepada sahabatnya (tokoh Aku),
kabur dan tidak tahu kemana rimbanya. Neneng tetap bersikeras untuk menyimpan
Akhirnya Warnasihlah tulang punggung rahasia ini kepada suami dan anaknya, dan
keluarga. Suatu hari saat sedang memikir- kebimbangan melanda (tokoh Aku) antara
kan kebutuhan mereka kedepannya, harus menyimpan dan mengatakannya.
datanglah Juna (teman suaminya) yang Disisi lain itu bukan haknya, tapi disisi lain
sedang mencari ayam yang bagus untuk juga dia tidak bisa menyimpan rahasia ini
dijadikan aduan, dan ketika melihat ayam sendiri.
peliharaan Ato, tertariklah Juna untuk Tema cinta ada pada cerpen “Asih
membelinya. Rasa bingung dan gelisah dina Pais Lauk” seperti yang sudah
menghampiri Warnasih ketika Juna digambarkan di atas dan cerpen “Layung
menawar dengan harga yang tinggi. Disisi Geus Ririakan” tema cinta pada kedua
lain Warnasih membutuhkan uang itu untuk cerpen ini lebih kepada rasa cinta dan
menyambung hidupnya, sedangkan disisi nasihat orang tua kepada anak.
lain Warnasih tidak tega untuk menjual Sedangkan tema sosial ada pada
ayam kesayangan Ato. Tapi hal ini cerpen “Dongeng Jurig dan Budak nu Teu
terlupakan ketika Juna memberikan uang Balik” tema sosial terletak pada hubungan
untuk membeli ayam itu. Sore harinya Ato kedua cerpen ini dengan masyarakat diling-
pulang ke rumah dan mencari-cari ayam- kungan sosialnya. Galur maju ada disemua
nya, ketika tahu ayamnya dijual, maka me- judul cerpen yang dianalisis, sedangkan
Ria Dwi Fartika: Perbandingan Kumpulan Cerpen | 159

galur mundur hanya tidak ada didalam pembaca supaya mengalami hal yang
cerpen “Layung Geus Ririakan”. diceritakan atau dibayangkan sebagai-
Latar dari semua cerpen yang di- mana kejadiannya. Proses kritik pada
analisis hamper semua mengisahkan daerah kejadian-kejadian kemanusiaan dan
pedesaan yang indah dan identik dengan kehidupan sosial di daerah Tatar Sunda
pesawahan, hanya dicerpen “Budak nu Teu digambarkan melalui konflik-konflik
Balik” saja yang terdapat latar tempat dalam dua tema yang dominan.
perkotaan. Sedangkan dari segi judul ada 2. Alur yang dipakai Darpan dalam dua
tiga judul cerpen yang sesuai dengan judul kumpulan cerpen ini banyak yang
yaitu “Mulang, Budak nu Teu Balik, dan menggunakan alur campuran dan alur
Rusiah Kaopatwelas”, tentu saja sebenar- maju, oleh karena itu, cerita yang
nya ini adalah hak pengarang, karena digambarkanpun lebih bervariatif.
sebenarnya seorang pengarang yang berhak 3. Para pelaku yang ada dalam cerpen-
atas karyanya. cerpen karya Darpan dijelaskan
Dari sudut pandang, semuanya mema- berdasarkan pada norma masyarakat
kai sudut pandang „orang ketiga-terbatas‟ Sunda yang memberi sugesti positif
hanya pada cerpen „Rusiah Kaopatwelas‟ kepada pembaca. Gambaran para pelaku
saja yang menggunakan tokoh “aku” yang yang berwatak baik bisa dijadikan
artinya menggunakan sudung pandang contoh untuk pembaca, sedangkan ada
„orang pertama-utama‟. juga para pelaku yang menjadi cerminan
Gaya basa yang digunakan pengarang karena watak atau sifat yang kurang
dalam cerpen-cerpen diatas sebenarnya baik.
sangat mudah dimengerti, tetapi ada bebe- 4. Latar-latar yang ada dalam cerpen-
rapa yang memang terdengar kasar karena cerpen karya Darpan lebih banyak
merujuk pada kisah para pelakunya, seperti menggunakan latar tempat untuk
dalam cerpen “Mulang” yang memang menghidupkan cerita agar terasa nyata.
menceritakan tokoh utama yang berprofesi Latar waktu dan sosial dipakai untuk
seorang pelacur. Selain itu pengarang juga menambahkan keadaan sosial masya-
menyisipkan beberapa peribahasa didalam rakat.
cerpen untuk menambah kesan didalamnya. Sedangkan untuk etnopedagogik yang
Dari pendidikan karakter, setiap lebih menjurus ke pendidikan karakter
cerpen memiliki pendidikan karakter, digunakan untuk menganalisis dua
walaupun tidak semuanya memiliki 18 nilai kumpulan cerpen ini. Pendidikan karakter
pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang lebih dominan yaitu Tanggung Jawab
lebih banyak di “rasa ingin tahu dan dan Rasa Ingin Tahu. Pendidikan Tanggung
tanggung jawab”. Jawab menggambarkan mengenai falsafah
hidup, yaitu dimana setiap orang harus
SIMPULAN berani menghadapi segala hal yang sudah
Berdasarkan hasil analisis struktur dari ditentukan dan menerima semua keputusan
dua kumpulan cerpen Nu Harayang yang telah diambil oleh diri sendiri.
Dihargaan dan Rusiah Kaopatwelas bisa Pendidikan Rasa Ingin Tahu merupakan
disimpulkan dalam beberapa poin seperti di gambaran dari perasaan alami manusia yang
bawah ini: mempunyai akal untuk meningkatkan
1. Tema lebih dominan ke dalam tema kemampuan dirinya sendiri.
kemanusiaan dan sosial. Hal ini dika-
renakan cerpen-cerpen karya Darpan PUSTAKA RUJUKAN
lebih dominan ke dalam realitas-realitas Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur
yang ada dalam kehidupan ber- Penelitian Satu Pendekatan Praktisi.
masyarakat. Pengarang dapat membawa Jakarta: PT. Rineka Cipta.
160 | LOKABASA Vol. 6, No. 2, Oktober 2015

Noor, M Rohinah. (2011). Pendidikan Tarigan, Henry Guntur. (1993). Prinsip-


Karakter Berbasis Sastra). Jogjakarta : Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Rizqy
Ar-Ruz Media. Press.
Faturohman, Taufik. (1983). Ulikan Sastra:
Pangajaraan Sastra Sunda Pikeun UCAPAN TERIMA KASIH
Murid Smtp. Bandung. Djatnika. Kepada para pembimbing tesis yang
Stanton, Robet. (2012). Teori Fiksi Robert telah membantu penelitian ini penulis
Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. mengucapkan terima kasih. Tidak luput
Sumardjo, Jakob. (1980). Seluk Beluk pula ucapan terima kasih dan penghargaan
Cerita Pendek. Bandung: Mitra setinggi-tingginya penulis sampaikan
Srangenge. kepada penyunting Jurnal Lokabasa yang
telah memuat tulisan ini.

Anda mungkin juga menyukai