Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH AGAMA HINDU

VASIYA VARNA

OLEH :

1. I Gede Agung Bagus Sudana Yoga (08)


2. Kadek Riska Pradnya Utami (15)
3. Ni Nym Elita Mas Triana P.S (18)
4. Ni Putu Santhi Cahya Dewi (22)
5. Wahyu Pramana Arya Yudha Negara (34)
6. Ni Luh Santi Wahyuni (26)

TAHUN AJARAN 2017/2018


SMA NEGERI 1 KUTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga MAKALAH VAISESIKA VARNA ini dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memeberi sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Bali tidak hanya mengenal dan menerapkan sistem kasta dalam
mengelompokan masyarakatnya, tetapi juga menggunakan varna. Varna di
Bali ada empat yang dikenal dengan Catur Varna. Catur Varna berasal dari
bahasa Sansekerta dan urat kata “Catur” yang artinya empat, dan varna dari
urat kata “Vri” yang artinya pilihan, memilih lapangan kerja. Jadi Catur Varna
itu adalah empat pilihan pekerjaan bagi setiap orang sesuai minat dan bakatnya
atau juga empat pengelompokan masyarakat berdasarkan profesi pekerjaannya.
Bagian – bagian Catur Varna ada : Brahmana, Ksatria, Vaisya, dan terakhir
ada Sudra. Brahmana adalah orang yang bekerja di bidang kerohanian atau
agama, sedangkan Ksatria kelompok orang yang bekerja di bidang
pemerintahan dan bela Negara, Vaisya kelompok orang yang bekerja di bidang
perdagangan dan pertanian, dan yang terakhir ada Sudra yaitu kelompok orang
yang bekerja di bidang pelayanan. Dari keempat bagian Catur Varna yang di
bahas di atas, kelompok kami akan membahas lebih detail tentang Vaisya
Varna.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa Pengertian Vaisya Varna?
2) Apa Saja Kewajiban Dan Fungsi Dari Vaisya Varna?
3) Bagaimana Implementasi Vaisya Varna Di Bali?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Untuk Mengetahui Pengertian Tentang Vaisya Varna.
2) Untuk Mengetahui Apa Saja Kewajiban Dan Fungsi Dari Vaisya Varna.
3) Untuk Mengetahui Bagaimana Implementasi Vaisya Varna Di Bali.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Vaisya Varna


Vaisya Varna adalah golongan karya atau warna dalam tata masyarakat
menurut agama Hindu. Bersama-sama dengan Brahmana dan Ksatria, mereka
disebut Tri Wangsa, tiga kelompok golongan keraya atau profesi yang menjadi
pilar penciptaan kemakmuran masyarakat. Bakat dasar golongan Waisya
adalah penuh perhitungan, tekun, trampil, hemat, cermat, kemampuan
pengelolaan aset (kepemilikan) sehingga kaum Wasya hampir identik dengan
kaum pedagang atau pebisnis.
Kaum Waisya adalah kelompok yang mendapat tanggungjawab untuk
menyelenggarakan kegiatan ekonomi dan bisnis agar terjadi proses distribusi
dan redistribusi pendapatan dan penghasilan, sehingga kemakmuran
masyarakat, negara dan kemanusiaan tercapai
(Sumber : https://mgmplampung.blogspot.co.id/2014/02/bagian-bagian-catur-
varna.html?m=1)

2.2 Kewajiban dan Fungsi Vaisya Varna


Tugas atau kewajiban Vaisya Varna adalah untuk kemakmuran negara.
Tugas-tugas mereka terutama mengusahakan pertanian, peternakan, dan
perdagangan. Waisya harus mengetahui dan mengatur harga barang-barang
terutama barang-barang yang merupakan kebutuhan pokok. Mereka harus
mahir bercocok tanam, harus tahu soal-soal keadaan tanah di seluruh daerah,
apakah tanah itu subur atau tidak, tanaman apa yang cocok untuk ditanam di
masing-masing daerah. Mereka harus mahir dalam seluk beluk timbangan dan
barang-barang yang paling banyak mendatangkan keuntungan. Waisya harus
mahir dalam bidang peternakan.
Mereka harus selalu berdana punia pada golongan Brāhmaṇa dan
membiyayai pendirian tempat-tempat ibadah. Jadi Varna Waisya adalah
golongan fungsional yang setiap orang memiliki watak tekun, terampil, hemat,
cermat dan keahlian serta bakat kelahirannya untuk menyelenggarakan
kemakmuran masyarakat, negara, dan kemanusiaan. Sedangkan Fungsi Vaisya
Varna adalah bergerak pada bidang ekonomi,. Karena vaisya warna merupakan
seseorang yang mempunyai bidang keahlian pada bidang perdagangan dan
pertanian.
(Sumber: https://matapelajaranagama.blogspot.co.id/2017/10/kewajiban-
masing-masing-catur-varna.html
http://cakepane.blogspot.co.id/2010/03/kasta-vs-wangsa-warna-di-bali-part-
2.html)
2.3 Implementasi Warna Vaisya Di Bali

Mayoritas masyarakat Bali telah memeluk Agama Hindu, yang


didalamnya terdapat sistem pengelompokan catur warna. Catur warna yang
kami bahas adalah Vaisya. Berbicara tentang Vaisya , kita harus merujuk pada
ajaran Hindu karena hanya Agama Hindu yang mengenal konsep siapa yang
boleh dimasukan kedalam golongan Vaisya.

Vaisya adalah golongan karya atau warna dalam tata masyarakat


menurut Agama Hindu. Di Bali golongan kaum Vaisya disimbolkan dengan
warna kuning. Bersama-sama dengan Brahmana dan Ksatria, mereka disebut
Tri Warna, tiga kelompok golongan keraya atau profesi yang menjadi pilar
penciptaan kemakmuran masyarakat. Bakat dasar golongan Waisya adalah
penuh perhitungan, tekun, trampil, hemat, cermat, kemampuan pengelolaan
aset (kepemilikan) sehingga kaum Vaisya hampir identik dengan kaum
pedagang atau pebisnis.

Kaum Vaisya adalah kelompok yang mendapat tanggungjawab untuk


menyelenggarakan kegiatan ekonomi dan bisnis agar terjadi proses distribusi
dan redistribusi pendapatan dan penghasilan, sehingga kemakmuran
masyarakat, negara dan kemanusiaan tercapai. Contoh dari golongan wesya
adalah pemilik usaha, investor dan orang-orang bisnis yang memiliki tenaga
kerja yang siap mengabdi padanya. Lalu apakah semua pedagang bisa
dikatakan weisya? Jawabannya tidak, kenapa? karena yang dikatakan weisya
adalah yang berdiri sendiri dan mampu mengajak tenaga kerja (sudra).

Demikian halnya para petani, manejer dan lainnya. selama yang


dijalankan adalah usaha mereka sendiri, yang menggaji adalah dirinya sendiri,
pemiliknya adalah dirinya sendiri dan mampu menghidupi keluarganya,
mampu mengajak, menggaji dan menghidupi karyawannya... maka mereka
pantas disebut wesya, bila belum mampu, mereka hanyalah seorang sudra. Inti
Vaisya adalah mampu menghidupi dan mengajak orang lain untuk
mengabdi/bekerja pada dirinya. sedangkan sudra adalah orang yang dihidupi,
diayomi dan digaji oleh kaum Vaisya

Bagaimana dengan semeton bali yang mengaku menjadi kaum weisya?


ada beberapa kemungkinan:

1. Mereka bukan orang terpelajar, jadi hanya mengaku sebagai Vaisya saja
2. Orang tua/keluarga mereka weisya, jadi sebagai anaknya ingin dihormati
seperti golongan Vaisya.
3. Leluhurnya Vaisya kemudian ingin mempertahankan dengan memperkuat
sistim kasta, walau ada juga beberapa mereka dengan terpaksa "nyineb
wangsa".
4. Memang seorang Vaisya sejati, yang memiliki usaha sendiri dan memiliki
karyawan yang setiap periode digajinya.

Sebenarnya masih ada atau tidak kaum Vaisya di daerah bali? tentu ada... ada
banyak pengusaha yang mampu memberikan lapangan kerja bagi para sudra, baik
pengusaha kecil setingkat toko kelontong hingga pengusaha pariwisata contohnya:
pemilik hotel dan restaurant.

(Sumber : http://cakepane.blogspot.co.id/2015/05/weisya-warna-pengusaha-
investor-pelaku.html http://www.wacana.co/2014/08/catur-warna-di-bali/)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penjelasan diatas maka kami dapat simpulkan Vaisya Varna adalah
golongan pekerja atau seseorang yang mengusahakan pertanian. Tugas dari
Vaisya Varna adalah untuk kemakmuran negara dan kemanusiaan.
Demikianlah isi dari makalah dari kami, walaupun kami dapat
menyelesaikan makalah ini tapi masih banyak kesalahan-kesalahan yang
belumkami ketahuai jadi mohon dimaklumi. Saran dan kritik dari pembaca
sangan kami nantikan untuk kesempurnaan makalah ini.
3.2 Saran
Keberadaan catur warna khusus nya vaisya warna sangat perlu kita jaga
dan lestarikan. Karena dalam vaisya warna dapat meningkatkan
profesionalisme kita dapat dalam bidang atau profesi yang kita jalani. Ambilah
dalam sisi positif dalam catur warna janganlah kita merasa iri kepada
seseorang yang memiliki golongan yang lebih tinggi dari kita.
Jadikanlah catur warna ini sebagai motivasi bahwa kita mampu dan bisa
seperti mereka yang memiliki golongan yang lebih tinggi dari kita. Dan mari
kita wujudkan bersama - sama tentang bagaimana cara kita sebagai pelajar dan
umat beragama Hindu untuk selalu menghayati dan mengamalkan ajaran -
ajaran yang termuat dalam Weda.

Anda mungkin juga menyukai