Menurut Budi Utama (dalam Bali Post Online, 2005), pendidikan menjadi sesuatu
yang penting dalam Hindu, sehingga anak yang dilahirkan menjadi generasi yang suputra.
Bahkan, proses pendidikan (pendidikan prenatal) itu sudah berlangsung saat terjadi
pembuahan. Maka, dalam ritual Hindu dikenal istilah magedong-gedongan. Selama masa
kehamilan, dalam teologi Hindu ada sesuatu yang bisa dipedomani, misalnya si ibu tidak boleh
dibuat terkejut dan sebagainya. Ketika lahir, ada tahapan-tahapan perlakukan terhadap anak-
anak. Kapan ia diperlakukan sebagai raja --semua kemauannya dituruti. Kapan ia diperlakukan
sebagai ''budak'', bisa disuruh untuk mengerjakan sesuatu, dan kapan ia dijadikan sebagai
teman. Umumnya, ketika anak-anak menginjak usia remaja orangtua memperlakukannya
sebagai teman. Berbagai kesulitan yang dialami, dicarikan jalan pemecahannya.
Jadi pada masa brahmacari itulah, kata Budi Utama, kecerdasan intelektual (IQ),
kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) saatnya dikembangkan. Dalam hal ini
orangtua sangat besar perannya dalam pengembangan semua kecerdasan itu. Terutama
kecerdasan spiritual, orangtua memiliki peran yang strategis dalam mengembangkannya.
Karena itu, di rumah, anak-anak mesti dilibatkan pada hal-hal yang bersifat spiritual seperti
dalam pembuatan bahan-bahan ritual sehingga SQ-nya berkembang dengan baik.
Memasuki masa Grahasta, misalnya, dengan berbekal ilmu dan keterampilan yang
memadai, seseorang mendapat profesi menjanjikan dan atau mampu menciptakan lapangan
pekerjaan sendiri. Melalui media itu umat dapat mencari artha dan kama. Namun, ingat dalam
pencarian artha dan kama, dharma-lah yang tetap menjadi landasannya.
Menurut kami masa Brahmacari itu adalah masa yang sangat penting, tidak boleh
dilewatkan dan tidak boleh di dahului, karena masa Brahmacari itu sudah memiliki ketentuan
umur berapa sampai berapa harus menjalani masa brahmacari. Apabila masa Brahmacari ini
dilewatkan atau tidak menyelesaikan masa Brahmacari sesuai waktunya maka kehidupan
seseorang itu akan menjadi hancur karena kurangnya ilmu pengetahuan yang nanti akan
berguna atau di terapkan di kehidupan masyarakat. Dan kami setuju dengan pernyaaan
“Melalui pendidikanlah kualitas diri bisa ditingkatkan. Pada saat brahmacari-lah ilmu
pengetahuan mesti digali sebanyak-banyaknya. Tetapi bukan berarti belajar berhenti pada masa
brahmacari. Belajar tetap sepanjang hayat.” Karena ilmu pengetahuan yang kita dapatkan pada
masa Brahmacari akan kita gunakan pada kehidupan atau tahapan hidup catur asrama
selanjutnya, dan juga menggali ilmu sebanyak banyaknya akan sangat berguna karena ketika
seseorang memiliki ilmu yang tinggi dan banyak maka orang itu akan lebih gampang untuk
mendapatkan pekerjaan yang bagus. Dan ketika melaksanakan masa Brahmacari jangan
sampai melupakan kewajiban seorang anak dirumah kepada orang tua, meski masa brahmacari
penting tapi tanpa adanya dukungan dan doa orangtua maka masa Brahmacari itu akan tidak
maksimal kita dapatkan. Kesimpulannya jangan pernah melewatkan atau mendahului masa
Brahmacari atau aguron guron ini karena ketika melewatkan masa ini ilmu yang kita dapat
masih kurang karena ilmu yang kita dapat dari masa Brahmacari ini akan kita gunakan untuk
kehidupan kehidupan selanjutnya yaitu Grahasta(menikah) dimana kita akan turun kedalam
kehidupan masyarakat.
TUGAS AGAMA HINDU
Kelas : X IPA 2
Nama Kelompok :